Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

STRATEGI PELAKSANAAN

PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Kartika Putri

Novita Dewi

Surya Jaya

Yusman Hidayat

PROGRAM STUDI STRATA 1 KEPERAWATAN


STIKES KHARISMA KARAWANG
Jl. Pangkal Perjuangan KM. 1 By Pass Karawang 41316
Telp. (0267) 412480, Fax: (0267) 410842
2018
LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN

A. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
 Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri
oranglain maupun lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1995).
 Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz,
dalam Harnawati,1993).
 Setiap aktivitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Stuart dan
Sudeen,1998).
 Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara
fisik baik terhadap diri sendiri atau oranglain (Towsen,1998).
 Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan
klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang
(Maramis,1998).

2. Tanda dan Gejala


 Fisik mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
 Verbal mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar dan ketus.
 Perilaku menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk agrsif.
 Emosi tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan mengamuk ingin berkelahi, menyalahkan
dan menuntut.
 Intelektual mendominasi, cerewet, kasar, berdebat meremehkan dan tidak
jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
 Spiritual merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral dan kreativitas terhambat.
 Sosial menarik diri, pengasingan, penolakan kekerasan, ejekan dan sindiran
perhatian bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.

3. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pastif Agresif Kekerasan

Keterangan
1. Asertif : individu dapat mengungkap marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan keterangan.
2. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif
3. Pasif : tidak dapat mengungkap perasaannya
4. Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi
masih terkontrol
5. Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya
kontrol

Tabel 8.1
Perbandingan antara perilaku Asertif, Pasif dan Agresif/kekerasan

Pasif Asertif Agresif


Isi Pembicaraan Negatif dan Positif dan Menyombongkan diri,
merendahkan diri, menawarkan diri, merendahkan orang
contohnya perkataan : contohnya lain, contohnya
“Dapatkah saya?” perkataan “Saya perkataan : “Kamu
:Dapatkah kamu?” dapat....” selalu....”
“Saya akan....” “Kamu tidak pernah....”
Tekanan Suara Cepat lambat, mengeluh Sedang Keras dan ngotot
Posisi badan Menundukan kepala Tegap dan santai Kaku, condong ke
depan
Sumber Keliat (1999)

4. Faktor Predisposisi
Menurut Townsend (1996) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan
tentang faktor predisposisi perilaku kekerasan, diantaranya adalah sebagai berikut.
 Teori Biologik
Berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
seseorang melakukan perilaku kekerasan yaitu sebagai berikut:
a. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasiltasi dan menghambat impuls agresif.
b. Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmiter (epinefrin, norepineprin,
dopamin, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam mempasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan
norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
cerebrospinal merupakan faktor prediposisi penting yang menyebabkan
timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c. Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif angat erat kaitannya
dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya
dimiliki oleh penghuni penjara perilaku tindak kriminal (narapidana)
d. Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak khususnya pada limbik dan lobus temporal
trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal)
terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindakan kekerasan.
 Teori Psikologik
a. Teori psikoanaliktik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresif dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta
memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa
perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara
terbuka terhadap rasa ketidak berdayaannya dan rendahnya hargadiri dan
perilaku tindak kekerasan.
b. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilku
kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal
dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.
 Teori Sosiokultural
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima
perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat
merupakan faktor prediposisi terjadinya perilaku kekerasan.
5. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor internal dan external
 Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan,
menurunnya percaya diri, rasa takut sakit, hilang kontrol, dan lain-lain.
 Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yang dicintai, krisis dan
lain-lain.

Menurut Shives (1998) hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau
penganiayaan antara lain sebagai berikut:

 Kesulitan kondisi sosial ekonomi


 Kesulitan dalam mengomunikasikan sesuatu
 Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa
 Perilaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat
dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa
frustasi
 Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
6. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat
membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam
mengekspresikan kemarahannya. Mekanisme koping yang umum digunakan
adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement sublimasi, proyeksi,
represif, denail, dan reaksi formasi.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan
dari seseorang karena ditinggal oleh orang yag dianggap sangat berpengaruh
dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat menyebabkan
seseorang rendah diri (harga diri rendah), sehingga sulit untuk bergaul dengan
orang lain. Bila ketidakmampuan bergul dengan orang lain ini tidak diatasi akan
memunculkan halusinasi berupa suara-suara atau bayangan yang meminta klien
untuk melakukan tindak kekerasan. Hal tersebut dapat berdampak pada
keselamatan dirinya dan orang lain (resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan
lingkungan).
Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang
kurang baik dalam menghadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan
klien (koping keluarga tidak efektif). Hal ini tentunya menyebabkan klien sering
keluar masuk RS atau menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak
maksimal (regimen terapeutik inefektif)

C. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

D. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
3. Harga diri rendah
E. Data Yang Perlu Dikaji

Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji


Perilaku Kekerasan Subjektif :
 Klien mengancam
 Klien mengumpat dengan kata kata kotor
 Klien mengatakan ingin berkelahi
 Klien menyalahkan dan menuntut
 Klien meremehkan
Objektif :
 Mata melotot / pandangan tajam
 Tangan mengepal
 Rahang mengatup
 Wajah memerah dan tegang
 Postur tubuh kaku
 Suara keras
Resiko Perilaku Subjektif :
Kekerasan  Pernah melakukan tindakan kekerasan
 Merasa orang lain mengancam
 Menganggap orang lain jahat
Objektif :
 Ada tanda atau jenis pada anggota tubuh
 Tampak tegang saat berbicara
 Pembicaraan kasar jika membicarakan
marahnya
Harga Diri Rendah Subjektif :
 Mengeluh hidup tidak bermakna
 Tidak memiliki kelebihan apapun
 Merasa jelek
Objektif :
 Kontak mata kurang
 Tampak malas-malasan
Faktor faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara lain
sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan amarah
2. Stimulus lingkungan
3. Konflik interpersonal
4. Status mental
5. Putus obat
6. Penyalahgunaan narkoba / alkohol

F. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perilaku Mencederai Diri berhubungan dengan perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan hargadiri rendah kronis
3. Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan defisit perawatan diri
mandi dan berhias

G. Perencanaan

No Diagnosis Perencanaan
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
diagnosis keperawata
n
1 Resiko perilaku TUM 1.1 klien mau membalas 1.1.1 beri salam/panggil
mencederai diri Klien tidak salam nama
berhubungan mencederai diri 1.2 klien mau menjabat 1.2.1 sebutkan nama
dengan perilaku sendiri tangan perawat sambil jabat
kekerasan TUK tangan
1. Klien dapat 1.3 klien mau 1.3.1 jelaskan maksud
membina menyebutkan nama hubungan interaksi
hubungan 1.4 klien mau tersunyum 1.4.1 jelaskan tentang
saling kontrak yang akan
percaya dibuat
1.5 klien mau kontak mata 1.5.1 beri salam aman dan
sikap empati
1.6 klien mau nengetahui 1.6.1 lakukan kontak
nama perawat singkat tetapi sering
2 klien dapat 2.1 klien mengungkapkan 2.1.1 beri kesempatan
mengidentifik perasaannya untuk
asi penyebab mengungkapkan
perilaku perasaannya
kekerasan 2.2 klien dapat 2.2.1 Bantu klien untuk
mengungkapkan mengungkapkan
penyebab perasaan penyebab perasaan
jengkel/kesal (dari diri jengkel/kesal
sendiri, lingkungan dan
orang lain)
3 klien dapat 3.1 klien dapat 3.1.1 Anjurkan klien
mengidentifik mengungkapkan mengungkapkan apa
asi tanda dan perasaan saat yang dialami dan
gejala marah/jengkel dirasakan saat
perilaku jengkel/marah
kekerasan 3.2 klien dapat 3.1.2 Observasi tanda dan
menyimpulkan tanda gejala perilaku
dan gejala kekerasan pada klien
jengkel/kesal yang 3.2.1 Simpulkan bersama
dialaminya klien tanda dan
gejala jengkel/kesal
yang dialami klien

4 klien dapat 4.1 klien dapat 4.1.1 anjurkan klien untuk


mengidentifik mengungkapkan mengungkapkan
asi perilaku perilaku kekerasan perilaku kekerasan
kekerasan yang bisa dilakukan yang biasa dilakukan
yang bisa klien (verbal, pada
dilakukan orang lain pada
lingkungan dan pada
diri sendiri)
4.2 klien dapat bermain 4.2.1 bantu klien bermian
peran sesuai perilaku peran sesuai dengan
kekerasan yang biasa perilaku kekerasan
dilakukan yang biasa dilakukan
4.3 klien dapat mengetahui 4.3.1 bicara dengan klien
cara yang biasa apakah dengan cara
dilakukan untuk yang dilakukan klien
menyelesaikan masalah masalahnya selesai
5 klien dapat 5.1 klien dapat 5.1.1 Bicarakan akibat /
mngidentifika menjelaskan akibat dari kerugian dari cara
si akibat cara yang digunakan yang dilakukan klien
perilaku klien: 5.1.2 Bersama klien
kekerasan  akibat pada klien menyimpulkan akibat
sendiri dari cara yang
 akibat pada orang lain dilakukan oleh klien
 akibat pada lingkungan 5.1.3 Tanyakan pada klien
apakah ia mau
mempelajari cara baru
yang sehat
6 Klien dapat 6.1 Klien dapat 6.1.1 Diskusikan kegiatan
mendemonstr menyebutkan fisik yang biasa
asikan cara contoh pencegahan dilakukan klien
fisik untuk perilaku kekerasan 6.1.2 Beri pujian atas
mencegah secara fisik kegiatan fisik yang
perilaku  Tarik napas biasa dilakukan klien
kekerasan dalam 6.1.3 Diskusikan dua cara
 Pukul kasur fisik yang paling
dan bantal mudah dilakukan
 Dll: kegiatan untuk mencegah
fisik perilaku kekerasan,
yaitu: tadik napas
dalam dan pukul
kasur serta bantal
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
SP I
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS :
 Klien mengatakan ada orang yang mengejek dan menghinanya
 Klien mengatakan mendengar suara yang sering mengatakan dirinya
jelek dan tidak berguna
 Klien mengatakan dirinya marah dan kesal bila ada orang melihat
kearah dirinya dan berbisik-bisik di depannya
 Klien mengatakan semua orang di sini menyebalkan
 Klien satu kamar mengatakan klien pernah mengamuk dengan meninju
dinding sampai tangannya luka

DO :

 Klien tampak berapi-api saat berinteraksi dengan perawat


 Intonasi bicara keras, klien suka bicara kasar pada klien lain
 Klien tampak mengusir klien lain suruh pergi saat klien lain
mendekatinya
 Tampak bekas luka di tangan, jari-jari tangan, pelipis dan dahi

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukannya
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
d. Klien dapat mengidentifikasi jenis PK yang pernah dilakukannya
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengugkapkan
kemarahannya
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol PK

4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya (BHSP)
b. Idenifikasi penyebab PK
c. Identifikasi tanda dan gejala PK
d. Identifikasi PK yang dilakukan
e. Identifikasi akibat PK
f. Jelaskan cara mengontrol PK
g. Bantu klien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik
h. Anjurkan klien memasukkan dalam kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya suster Mulyasaroh, saya senang
dipanggil suster saroh, saya mahasiswa stikes charisma karawang yang
akan berpraktek disini selama satu minggu dari tanggal 3 Maret sampai 7
Maret dari jam 8.00 – 14.00 WIB, dari hari senin sampai dengan jum’at,
nama ibu siapa? Senangnya dipaggil apa? Ibu asalnya dari mana? Hobi ibu
apa?
Tujuan saya disini agar saya dapat membantu menyelesaikan masalah
yang ibu hadapi
b. Evaluasi / Validasi Data
“bagaimana perasaan ibu pagi ini?” Bagaimana tidur ibu semalam?” tadi
sarapan paginya apa?”
c. Kontrak
a) Topik
“ Apa yang ingin kita bicarakan?, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang tentang apa yang ibu lakukan saat marah?”
b) Tempat
“ Dimana kita akan bicara?”, bagaimana kalau di kursi di ruang belajar
suster, bu?”
c) Waktu
“ Berapa lama kita bicara?”, Bagaimana kalau kita berbincang-bincang
selama 15 menit, apakah ibu setuju?”
d) Tujuan
“ Tujuan pembicaraan kita adalah agar ibu dapat mengetahui penyebab
ibu suka marah, dan cara mengontrol emosi ibu ketika marah”

2. Fase Kerja
“ibu, coba katakana pada suster, penyebab ibu suka marah?”
“ Kemudian kalau ibu marah, apa yang ibu rasakan?”
“ Bagus sekalli ibu, ibu dapat mengenali tanda-tanda ibu marah, nah bila ibu
marah apa yang ibunlakukan?”
“ Ibu tadi mengatakan kalau marah ibu suka teriak-teriak, memaki siapa saja,
menonjok tembok, membenturkan kepala ketembok, ada orang yang dating di
usir, menurut ibu apa akibat yang akan terjadi pada diri ibu?” “ Betul sekali
apa yang ibu katakana tadi, badan ibu bisa terluka, berdarah, sakit, dan oleh
orang lain bisa dibenci dan dijauhi, orang lain akan marah dan tersinggung,
atau takut sama ibu, tidak ada orang lain yang mau berteman dengan ibu, atau
ibu juga bisa berkelahi dengan orang lain, ibu juga dapat merusak tembok dan
juga rumah ibu, dan yang paling bahaya adalah akan membahayakan jiwa ibu”
“ Bagaimana bila sekarang, suster ajarkan cara-cara mengontrol rasa marah,
apakah ibu mau?”
“ Jika ibu merasakan tanda-tanda marah yang ibu sebutkan tadi, langsung ibu
duduk dan tarik napas panjang dalam-dalam, dengan perlahan sampai perasaan
ibu sedikit nyaman, ibu baca istigfar yang banyak, sambil elus dada ibu
berkali-kali , seperti ini ya bu”
“ ibu minum air putih, agar perasaan ibu tenang, kalau sedang berdiri ibu
duduk, atau sedang duduk ibu berbaring, bila belum berkurang juga ibu ambil
air wudhu, ibu sholat, lalu banyak berdo’a, aku berlindung kepada Allah SWT
dari godaan syetan yang terkutuk”
“ Selain itu juga ibu bisa berolahraga, seperti jalan santai dan aerobic atau
senam misalnya”
“ Sekarang ibu praktekkan cara mengontrol amarah yang suddah saya ajarkan
tadi, ibu mau yang mana? Oh ibu mau cara Tarik nafas dala?, kalau begitu ayo
kita praktekkan, iya ibu sudah bisa”
“ Ayo ibu kita duduk kembali, kemudian kita buat jadwal harian ibu, dan kita
masukkan apa yang telah kita lakukan ke dalam buku harian ibu”
3. Fase Evaluasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi
“ Bagaimana perasaan ibu setelah mengetahui cara mengendalikan rasa
marah ibu dengan cara yang suster ajarkan”
2) Evaluasi Objektif
“ Coba suster ulangi kembali doa ketika marah”
“ Coba sebutkan kembali cara-cara mengontrol marah yang sudah kita
diskusikan”
b. Rencana Tindak Lanjut
“ Ibu, selama tidak bertemu, bila ibu marah segera lakukan cara yang tadi
sudah kita pelajari sama-sama ya bu, kemudian ibu masukkan ke dalam
jadwal kegiatan ibu ya, nanti akan suster periksa jadwal kegiatan ibu”
c. Kontrak yang akan dating
“ Kapan lagi kita akan bertemu?”, Bagaimana bila besok jam 9.00, berapa
lama kita akan bicara?”, Bagaimana bila 15 menit, ngobrolnya kita mau
dimana bu?” Bagaimana kalau disini lagi? Apakah ibu setuju?”, Baiklah
ibu selamat siang”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

TINDAKAN KEPERAWATAN

SP II

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :
 Klien mengatakan ada orang yang mengejek dan menghinanya
 Klien mengatakan mendengar suara yang sering mengatakan dirinya jelek dan
tidak berguna
 Klien mengatakan dirinya marah dan kesal bila ada orang melihat kearah
dirinya, dan berbisik-bisik didepannya
 Klien mengatakan semua orang disini menyebalkan

DO

 Klien tampak berapi-api saat berinteraksi dengan perawat


 Intonasi bicara keras, klien suka bicara kasar dengan klien yang lain.
 Klien tampak mengusir temannya saat temannya mendekatinya
 Tampak bekas luka ditangan, jari-jari tangan, pelipisdan dahi

2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan

3. Tujuan Khusus
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol PK

4. Tindakan Keperawatan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Melatih klien mengontrol PK dengan cara fisik
3. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakkan


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ selamat pagi ibu, masih ingat dengan saya? Saya yang kemarin berbincang-
bincang dengan ibu”, Bagus kalau ibu masih ingat dengan saya”
b. Evaluasi / Validasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana istirahtnya semalam? Ibu
sudah sarapan? Apakah ibu masih suka marah-marah? Bagaimana cara
mengontrolnya?”
c. Kontrak
a) Topik : “ sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita berbincang-bincang
tentang bagaimana cara mengontrol marah dan tindakan fisik”
b) Tempat : “ dimana kita akan bicara? Bagaimana kalau disini saja
c) Waktu : “ Berapa lama kita akan berbicara? Bagaimana kalau 15 menit
saja? Apakah ibu setuju?

d. Tujuan
“ tujuan pembicaraan kita adalah agar ibu dapat mengetahui cara mengontrol
emosi ketika marah dengan orang lain”
2. Fase Kerja
“ ibu, katanya ibu masih suka marah-marah?”
“ coba sekarang bisa ibu praktekkan bagaimana ibu bisa mengontrol kemarahan
ibu sesuai dengan apa yang telah suster ajarkan kemarin”
“ iya bagus bu, ibu sudah bisa melakukannya dan sesuai dengan apa yang kamrin
telah kita pelajari”
“ coba bisa saya lihat jadwal catatan harian ibu? Apakah ibu sudah memasukan
kegiatan yang ibu lakukan kebuku hariannya bu?
“ bagus sekali ibu”
“ Karena ibu sudah bisa mengontrol amarah ibu dengan cara yang pertama,
sekarang saya akan mengajarkan bagaimana cara mengontrol marah dengan cara
yang ke-2”
“ Jika ibu merasa ingin marah, coba ibu melakukan olahraga yang ibu sukai,
misalnya seperti lari kecil atau melakukan senam aerobik”
“ Coba sekarang ibu praktekkan cara mengontrol marah seperti yang sudah saya
ajarkan barusan, pilih yang mana saja yang menurut ibu lebih mudah dilakukan”
“ oh ibu mau dengan cara lari kecil, coba ibu praktekkan sekarang”
“ Nah iya ibu sudah bisa, sekarang kita duduk kembali lalu kita masukkan
kedalam jadwal harian ibu”

C. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“ Bagaimana perasaan ibu setelah tahu cara mengendalikan kemarahan dengan
cara ke-2 yang suster ajarkan?”
b. Evaluasi Objektif
“ coba sebutkan kembali cara-cara mengontrol marah yang ke-2 yang sudah kita
pelajari tadi”
“ Coba ibu ulangi kembali mengontrol marah dengan berolahraga lari kecil”
c. Rencana Tindak Lanjut
“ Ibu selama kita tidak bertemu, bila ibu marah iu bisa melakukan cara yang sudah
kita pelajari ya, baik cara yang pertama ataupun cara yang kedua, lalu masukkan
dalam jadwal kegiatan harian ibu, santi akan suster periksa”
d. Kontrak yang akan Datang
“ Kapan lagi kita akan bertemu? Bagiamana bila besok jam 09.00 WIB, berapa
lama kita akan berbicara?, Bagaimana jika 15 menit saja, tempatnya mau dimana?,
bagaimanaa klau disini saja? Apakah ibu setuju?”
“ baiklah ibu berhubung saya sudah selesai saya izin untuk pamit dulu, selamat
siang”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

TINDAKAN KEPERAWATAN

SP III

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :
 Klien mengatakan ada orang yang mengejek dan menghinanya
 Klien mengatakan mendengar suara yang sering mengatakan dirinya jelek dan
tidak berguna
 Klien mengatakan dirinya marah dan kesal bila ada orang melihat kearah
dirinya, dan berbisik-bisik didepannya
 Klien mengatakan semua orang disini menyebalkan

DO

 Klien tampak berapi-api saat berinteraksi dengan perawat


 Intonasi bicara keras, klien suka bicara kasar dengan klien yang lain.
 Klien tampak mengusir temannya saat temannya mendekatinya
 Tampak bekas luka ditangan, jari-jari tangan, pelipisdan dahi

1. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan

2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan
b. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol PK

3. Tindakan keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih klien mengontrol PK dengan cara verbal
c. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal harian klien

B. Strategi komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi ibu, masih ingat dengan janji kita untuk berbincang-bincang
hari ini? bagus kalau ibu masih ingat”
b. Evaluasi ? Validasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana istirahatnya semalam? Ibu
sudah sarapan? Apakah ibu masih suka marah-marah? Bagaimana cara ibu
mengontrolnya?”
c. Kontrak
a) Topik
“ Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita berbincang-bincang
tentang bagaimana cara mengontrol marah dengan cara verbal”
b) Tempat
“ Dimana kita akan berbicara? Bagaimana kalau disini saja?”
c) Waktu
“ Berapa lama kita akan berbicara? Bagaimana kalau 15 menit saja bu?
Apakah ibu setuju?”
d. Tujuan
“ Tujuan pembicaraan kita adalah agar ibu dapat mengetahui cara mengontrol
emosi ketika ibu marah”
2. Fase Kerja
“ Ibu, katanya ibu masih suka marah-marah?”
“ Coba praktekan bagaimana cara ibu mengontrol marah sesuai apa yang telah suster
ajarkan kemarin”
“ Iya, bagus ibu sudah bisa melaksanakannya”
“ Coba saya lihat jadwal harian ibu, apakah ibu sudah memasukkan nya kedalam buku
harian ibu?”
“Bagus sekali ibu”
“Karena ibu sudah bisa mengontrol amarah ibu dengan cara yang pertama dan kedua
sekarang saya akan mengajarkan bagaimana cara mengontrol marah dengan cara
verbal”
“ Jika ibu marah coba ibu datang pada saya lalu ungkapkan kalau ibu sedang marah,
apakah ibu bersedia untuk ungkapkan apa yang menjadi penyebab ibu marah dan
kenapa ibu merasa kesal, jika ibu tidak menceritakannya kepada saya ibu bisa
menceritakan nya pada suster lain maupun teman-teman ibu”
“ Iya ibu sudah menceritakan kenapa ibu merasa sering kesal dan ingin marah,
bagaimana bu, apakah ibu merasa lebih lega setelah ibu mengungkapkannya?
“ Sekarang kita masukkan kegiatan ini ke buku harian ya bu”
3. Fase Evaluasi
a. Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
“ Bagaimana perasaan ibu setelah tahu cara mengendalikan marah dengan cara
verbal yang telah suster ajarkan”
b) Evaluasi Objektif
“ Coba ibu ulangi kembali mengontrol marah dengan cara verbal yang saya
ajarkan?”
b. Rencana Tindak Lanjut
“ ibu selama kita tidak bertemu bila ibu marah lakukan cara yang sudah kita
pelajari, baik cara yang pertama maupun cara yang kedua dan cara yang barusan
suster ajarkan lalu masukan jadwal kegiatan harian ibu nanti akan suster periksa”
c. Kontrak yang akan Datang
d. “ kapan lagi kita akan bertemu? Bagaimana bila besok jam 09.00 WIB? Berapa
lama kita akan berbicara? Bagaimana bila 15 menit saja? Tempatnya mau dimana,
Bagaimana kalau disini saja? Apakah ibu setuju? Baiklah ibu selamat siang”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

TINDAKAN KEPERAWATAN

SP III

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :
 Klien mengatakan ada orang yang mengejek dan menghinanya
 Klien mengatakan mendengar suara yang sering mengatakan dirinya jelek dan
tidak berguna
 Klien mengatakan dirinya marah dan kesal bila ada orang melihat kearah dirinya,
dan berbisik-bisik didepannya
 Klien mengatakan semua orang disini menyebalkan
DO
 Klien tampak berapi-api saat berinteraksi dengan perawat
 Intonasi bicara keras, klien suka bicara kasar dengan klien yang lain.
 Klien tampak mengusir temannya saat temannya mendekatinya
 Tampak bekas luka ditangan, jari-jari tangan, pelipisdan dahi

2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan

3. Tujuan Khusus
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol PK
4. Tindakan keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih klien mengontrol PK dengan cara verbal
c. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal harian klien

B. Strategi komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi ibu, masih ingat dengan saya? Saya yang kemarin berbincang-
bincang dengan ibu? bagus kalau ibu masih ingat”
b. Evaluasi ? Validasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana istirahatnya semalam? Ibu
sudah sarapan? Apakah ibu masih suka marah-marah? Bagaimana cara ibu
mengontrolnya?”
c. Kontrak
a) Topik
“ Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita berbincang-bincang
tentang bagaimana cara mengontrol marah dengan cara spiritual”
b) Tempat
“ Dimana kita akan berbicara? Bagaimana kalau disini saja?
c) Waktu
“ Berapa lama kita akan berbicara? Bagaimana kalau 15 menit saja bu?
Apakah ibu setuju?”
d. Tujuan
“ Tujuan pembicaraan kita adalah agar ibu dapat mengetahui cara mengontrol
emosi ketika ibu marah”
2. Fase Kerja
“ Ibu, katanya ibu masih suka marah-marah?”
“ Coba praktekan bagaimana cara ibu mengontrol marah sesuai apa yang telah suster
ajarkan kemarin”
“ Iya, bagus ibu sudah bisa melaksanakannya”
“ Coba saya lihat jadwal harian ibu, apakah ibu sudah memasukkan nya kedalam
catatan harian ibu?”
“Bagus sekali ibu”
“Karena ibu sudah bisa mengontrol amarah ibu dengan cara-cara yang sudah suster
ajarkan kemarin, sekarang saya akan mengajarkan bagaimana cara mengontrol marah
dengan cara spirituall”
“ Jika ibu marah coba ibu berdoa sesuai dengan kepercayaan ibu”
“ ibu bisa melakukan ibadah, dan curahkan semua yang ibu rasakan kepada tuhan dan
ibu berdoa agar diberi kesembuhan”
“ Coba sekarang ibu praktekan cara mengontrol marah seperti yang sudah saya
ajarkan”
“iya ibu sudah bisa ya, Sekarang kita masukkan kegiatan ini ke buku harian ya bu”

3. Fase Evaluasi
a. Evaluasi
1. Evaluasi Subjektif
“ Bagaimana perasaan ibu setelah tahu cara mengendalikan marah dengan cara
spiritual / berdoa tadi”
2. Evaluasi Objektif
“ Coba ibu ulangi kembali mengontrol marah dengan spiritual/berdoa”

b. Rencana Tindak Lanjut


“ ibu selama kita tidak bertemu bila ibu marah lakukan cara yang sudah kita
pelajari, selelama beberapa hari terakhir ini dan jangan lupa untuk masukan jadwal
kegiatan harian ibu, nanti akan suster periksa”

Anda mungkin juga menyukai