1. Halusinasi
Halusinasi merupakan perubahan sensori persepsi dimana klien merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Jenis dan tanda gejala
halusinasi, yaitu:
a. Halusinasi dengar/suara: bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup
telinga atau mengarahkan telinga kearah tertentu
b. Halusinasi penglihatan: menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak
jelas, melihat bayangan
c. Halusinasi pengecapan: sering meludah, muntah, merasa seperti darah, urin atau feses.
d. Halusinasi perabaan: menggaruk-garuk permukaan kulit, mengatakan ada serangga
dipermukaan kulit, merasa seperti disengat listrik.
2. Waham
Waham merupakan suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan. Tanda dan gejala:
a. Sesi 1, membina hubungan saling percaya dengan klien, membantu orientasi realita
secara bertahap, mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi, mempraktekkan
pemenuhan kebutuhan yg tidak terpenuhi, menganjurkan pasien memasukkan dalam
kegiatan jadwal harian
b. Sesi 2, mengevaluasi latihan sesi 2, membantu klien orientasi realita secara bertahap,
mengajarkan dan melatih klien tentang prinsip 6 benar obat
c. Sesi 3, mengevaluasi latihan sesi 1 dan 2, membantu klien orientasi realita secara
bertahap, mengidentifikasi kemampuan positif klien, dan melatih satu kemampuan yang
dipilih
d. Sesi 4, mengevaluasi latihan sesi 1, 2 dan 3, membantu klien orientasi realita secara
bertahap, mengajarkan dan melatih kemampuan kedua yang dipilih.
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai diri
atau orang lain baik secara fisik maupun psikologis. Tanda dan gejala perilaku kekerasan:
a. Muka merah dan tegang, pandangan tajam
b. Mengatupkan rahang dengan kuat
c. Mengepalkan tangan
d. Mondar-mandir
e. Bicara kasar
f. Suara tinggi
g. Mengancam secara verbal atau fisik
h. Melempar atau memukul benda/orang lain
i. Merusak barang
j. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan
Harga diri rendah (HDR) adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Tanda
dan gejala:
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
f. Kurang perawatan diri
g. Tidak berani menatap lawan bicara
h. Sering menunduk
i. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
a. Sesi 1, mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, membantu klien
menilai kemampuan positif yang masih bisa digunakan, membantu klien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah
dilatih, menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana
harian
b. Sesi 2, mengevaluasi jadwal kegiatan harian, melatih klien melakukan kemampuan
positif kedua yang dimiliki, memasukkan kemampuan kedua dalam jadwal kegiatan
harian
c. Sesi 3, mengevaluasi jadwal kegiatan harian, melatih klien melakukan kemampuan
positif ketiga yang dimiliki, memasukkan kemampuan ketiga dalam jadwal kegiatan
harian
d. Sesi 4, mengevaluasi jadwal kegiatan harian, melatih klien melakukan kemampuan
positif keempat, memasukkan kemampuan keempat dalam jadwal kegiatan harian.
5. Isolasi Sosial
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orla sekitarnya. Tanda dan gejala:
a. Sesi 1, membina hubungan saling percaya dengan klien, membantu klien mengenal
penyebab isolasi sosial, keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain, melatih klien cara berkenalan dengan 1-2 orang
b. Sesi 2, mengevaluasi latihan di sesi 1, mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap
(latihan berkenalan 3-4 orang sambil melakukan kegiatan).
c. Sesi 3, mengevaluasi latihan sesi 1 dan 2, melatih klien berinteraksi secara bertahap
(latihan berkenalan dengan 5-8 orang sambil melakukan kegiatan dalam kelompok)
d. Sesi 4, mengevaluasi latihan sesi 1, 2, dan 3, melatih klien berinteraksi dengan orang di
luar lingkungan RS (misalnya belanja di warung)
Defisit perawatan diri terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktifitas perawatan diri menurun. Tanda dan gejala:
Bunuh diri merupakan tindakan yg secara sadar dilakukan oleh klien untuk mengakhiri
kehidupannya. Jenis RBD berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri
yaitu:
Prolog:
Disebuah ruang soka RSJ Surakarta terdapat pasien gangguan jiwa bernama Tn. T, masuk
ke RSJ karena dirumah suka melamun, menyendiri, terlihat sedih apabila diajak bicara menjawab
“segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”. Dan pernah mencoba menyayat- nyayat tangannya
sendiri hingga terluka. Keluarga berusaha menyingkirkan benda-benda tajam seperti pisau,
gunting disekitar pasien dan selalu memantau pasien hingga membawanya ke RSJ.
Komunikasi Terapeutik:
1. Fase Perkenalan
a). Salam terapeutik
P : “Selamat pagi, Bapak!”
K : “Ya mbak” sambil menoleh menghindar ke klien
P : “Perkenalkan, nama saya Nur Izza Afi. Bapak bisa panggil saya Izzah. Kalau boleh tahu
nama bapak siapa?”
K : “Heksa “
K : “Terserah”
P : “Baiklah, saya panggil mas saja boleh ya?”
K : “Hm”
P : “ ke. Baiklah mas, bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol sedikit, ya sekitar 15 menit,
bagaimana?”
K : “Hm”
P : “Mas Heksa ingin kita mengobrol dimana?”
K : “Disini aja”
h). Kerahasiaan
P : “Mas tak perlu kuatir ataupun cemas. Kalau mas tidak keberatan, mas bisa sharing
dengan kami tentang segala permasalahan-permasalahan ataupun keluhan-keluhan yang sedang
mas alami. Insya Allah, kita bersama-sama mencarikan jalan keluarnya dan saya tidak akan
memberitahukannya pada orang yang tidak berhak untuk tahu akan hal itu.”
K : “Beneran?”
P : “betul mas kami akan menjaga semua rahasia mas.”
P : “Baiklah mas Heksa, karena sudah… menit, kami pamit. Besok kita bisa mengobrol
lagi, kita sharing lagi, gimana?”
K : “Hm”
Waktu
P : “Mas mau sharingnya ini jam berapa?”
K : “Terserah”
P : “Baiklah mas Heksa, besok kami akan ke sini lagi dan kami akan ke sini di jam yang
sama yaitu jam 09:30 WIB ya?”
P : “Ya”
Tempat
P : “Baik. Bapak mau kita sharing dimana?”
K : “Sini”
P : “Baiklah, besok kita sharing nya di sini “
Validasi kontrak
P : “Baiklah kalau begitu, terima kasih atas waktunya mas Heksa. Kami permisi dulu.
Kami akan kembali besok di jam yang sama yaitu jam 09:30 WIB dan di tempat ini ya”
K : “Hm”
2. Fase Orientasi
a). Salam terapeutik
P : “Selamat pagi, mas Heksa!”
K : “Pagi”
Waktu
P : “Apakah mas Heksa masih ingat pukul berapa kegiatan yang kita rencanakan dimulai?”
K : “09:30 WIB”
Tempat
P : “Dan dimana kita akan melakukannya mas, mas heksa masih ingat?”
K : “Disini”
P : “Wah, tampaknya mas heksa bersemangat sekali.”
K : “Ya dongssssss”
3. Fase Kerja
P : “Alhamdulillah.. Mas Heksa sudah sarapan? “
K : “Sudah..”
P : “Gimana rasanya enak?”
K : “Enak..”
P : “Gimana dengan keluarga dirumah?”
K : “Baik, tadi sudah kesini”
P : “Terus tadi ngapain aja?”
K : “Ya ngobrol, terus main, jalan-jalan ditaman belakang”
P : “Berarti sudah baikan dong?”
K : “Iya sih sus.. tapi saya masih kepikiran sama tanggung jawab saya pada keluarga, nanti
gimana masa depan keluarga saya, kalau saya tidak bekerja, saya makan apa sus?”
P : “Oh.. begitu, begini saja mas Heksa jangan pesimis dulu Allah itu sudah mengatur
rejeki kita, sekarang tinggal mas Heksa untuk berusaha dan berdoa kepada Tuhan. Seingat saya
kemarin mas Heksa bilang kalau salah satu hobi mas Heksa main computer ya?”
K : “Iya kenapa emang?”
P : “Nah, ya itu bisa dijadikan ladang pekerjaan mas Heksa”
K : “Gimana caranya?”
P : “Kan sekarang banyak bisnis online, coba mas Heksa ikutan. Kaya jual baju, peralatan
bola atau mungkin mas Heksa punya ide yang lain boleh dicoba.”
K : “Mmmm iya ya,, kenapa gak terpikirkan dari dulu ya?”
P : “Iya mas.. apa ada yg masih dipendam? Kalau masih ada kita bisa sharing”
K : “Gak ada sus.. ya itu tadi aja yang bikin saya mikir dan tidak tenang sehingga saya ingin
bunuh diri”
P : “Sebaiknya kalau punya jangan dipendam masalah, di sharing ke keluarga, sahabat, atau
teman mas. Nanti kalau bunuh diri kasian keluarganya, nanti keluarga mas malah terlantar.”
K : “Emm… iya sus, saya sekarang menyesal, atas perbuatan saya sebelumnya.
P : “Nah gitu dong.. sekarang mas Heksa harus berpikiran bahwa tidak ada masalah yang
tidak dapat diselesaikan.”
4. Fase Terminasi
Salam terapeutik
P : “Baiklah mas, karena mas Heksa sudah bisa sharing ke kami dan masalah mas heksa
sudah terselesaikan, kami permisi dulu, terima kasih atas kerja samanya, dan kalau mas Heksa
perlu bantuan, mas Heksa bisa panggil saya diruang perawat. Dan saya doakan supaya cepat
pulang dan beraktifitas, Selamat pagi, mas!”
K : “Iya sus terimakasih juga atas masukan dan solusinya , pagi juga sus”
DAFTAR PUSTAKA
http://komterpadakliengangguanjiwabisri.blogspot.co.id/
https://www.academia.edu/5112195/
KOMUNIKASI_TERAPEUTIK_PADA_GANGGUAN_JIWA