Anda di halaman 1dari 8

PRE PLANNING

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI


SESI 1 PADA KLIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Konsep Diri
Dosen Pengampu: Ns. Livana PH, S. Kep., M. Kep., Sp. Kep. J

Disusun oleh PSIK V A Kelompok 4:

Eka Adhe Maulana (SK.113.)


Eri Nurhayati (SK.113.)
Evi Heriyanti (SK.113.)
Indah Permata Sari (SK.113.048)
Isnawati Defi (SK.113.051)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
2015/2016

1
A. TOPIK
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sesi 1 resiko perilaku kekerasan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan
dengan orang lain dan klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri dengan nada rendah.
b. Klien mampu mengucapkan salam.
c. Klien mampu menjelaskan pengertian perilaku kekerasan.
d. Klien mampu mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan,
yaitu mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara menarik nafas
dalam melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut.

C. LATAR BELAKANG
Resiko perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri
yaitu harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Penyebab resiko perilaku kekerasan adalah kombinasi dari segala sesuatu
yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya
harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
Membicarakan gangguan jiwa tidak dapat meninggalkan pembicaraan tentang
gangguan psikologi seseorang. Melalui terapi aktivitas kelompok pasien
dengan gangguan jiwa dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan.

2
Dampak dari gangguan jiwa dengan resiko perilaku kekerasan dapat
mempengaruhi kondisi pasien yang lain. Adapun ciri-ciri atau keadaan pasien
yang mengalami resiko perilaku kekerasan, yaitu:
1. Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan
atau keinginan yang diharapkannya menyebabkan pasien menjadi frustasi.
Pasien merasa terancam dan cemas jika tidak mampu menghadapi rasa
frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan
sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
2. Hilangnya harga diri, pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan
yang sama untuk dihargai, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya
individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani
bertindak, mudah tersinggung, mudah marah.
3. Kebutuhan akan status dan prestise, manusia pada umumnya mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui
statusnya.
4. Tanda yang lainnya yaitu muka merah, pandangan tajam, otot tegang,
nada suara tinggi, berdebat dan sering pula memaksakan kehendak dan
memukul jika tidak senang.
Pada seseorang yang gangguan jiwa dengan resiko perilaku kekerasan
akan mengalami gangguan emosi yang tidak dapat dikontrol. Walaupun
demikian, selama pasien dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi psikologi
tentang perilaku kekerasan masih harus tetap dikontrol untuk menjaga agar
tidak berpengaruh kepada orang lain, diri sendiri maupun lingkungan.
Disamping itu untuk mengontrol resiko perilaku kekerasannya dalam
mengontrol perilaku dan emosi pasien, serta dapat melakukan cara-cara
tentang mengontrol resiko perilaku kekerasan, dengan keadaan tersebut
perlunya diadakan terapi aktivitas kelompok yang bertujuan untuk
mengontrol resiko perilaku kekerasan.
Dari hasil pemantauan di ruangan mawar Rumah Sakit Magelang,
ditemukan pasien dengan gangguan jiwa. Ditemukan adanya dampak resiko
perilaku kekerasan pada pasien yang dirawat di ruang mawar, yaitu muka

3
merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering
pula memaksakan kehendak dan memukul jika tidak senang.
Sesuai dengan adanya dampak resiko perilaku kekerasan tersebut diatas
maka mahasiwa tertarik untuk memberikan terapi aktifitas kelompok pada
pasien gangguan jiwa dengan resiko perilaku kekerasan di ruang mawar
Rumah Sakit Magelang agar dapat mengontrol resiko perilaku kekerasannya
baik di rumah sakit maupun di rumahnya.

D. SELEKSI KLIEN
1. Klien yang tidak terlalu gelisah.
2. Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi
Aktifitas Kelompok.
3. Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi
dalam kelompok kecil.
4. Klien tenang dan kooperatif.
5. Kondisi fisik klien dalam keadaan baik.
6. Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas.
7. Klien yang dapat memegang alat tulis.
8. Klien yang panca inderanya masih memungkinkan.

E. JADWAL KEGIATAN
1. Hari dan Tanggal : Rabu, 2 Desember 2015.
2. Tempat pertemuan : Ruang Mawar.
3. Waktu : 08.00 WIB sampai dengan 08.45 WIB.
4. Lamanya : 45 menit.
5. Kegiatan : Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
resiko perilaku kekerasan.
6. Jumlah Anggota : 5 Orang (Tn. A, Tn. B, Ny C, Ny. D, Ny E).
7. Klien Cadangan : Tn. F, Tn. G, Ny H
8. Jenis TAK : Resiko perilaku kekerasan.

4
F. METODE
1. Dinamika kelompok.
2. Permainan.

G. MEDIA DAN ALAT


1. Papan nama.
2. Kursi.
3. Musik.
4. Sound system.

H. PENGORGANISASIAN
1. Leader: Isnawati Defi
Bertugas:
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan
jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya.
b. Auxilery ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi.
c. Koordinator, mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam
kegiatan.
2. Co Leader: Eka Adhe Maulana
Bertugas:
a. Mendampingi leader jika terjadi blocking.
b. Mengkoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan.
c. Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah.
3. Fasilitator: Eri Nurhayati, Evi Heriyanti, dan Indah Permata Sari
Bertugas:

5
a. Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus
dilakukan.
b. Mendampingi peserta dalam pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok.
c. Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok.
d. Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan.
e. Mengingatkan pasien tentang aturan permainan.
f. Mengikuti jalannya Terapi Aktivitas Kelompok.
4. Anggota atau Klien:
Bertugas:
Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok.

I. SETTING TEMPAT

Keterangan :
: Leader
: Co. Leader
: Klien
: Fasilitator

J. PROGRAM ANTISIPASI
Metode antisipasi dengan menggunakan permainan menghitung 1 sampai
20, sebelum memulai permainan kelompok diberikan demonstrasi cara
melakukan permainan oleh leader, co leader dan fasilitator, cara permainan

6
ini yaitu jika klien mendapatkan nomor ganjil saat berhitung dan ditunjuk
oleh fasilitator klien harus berdiri, jika klien mendapatkan nomor genap saat
berhitung dan ditunjuk oleh fasilitator klien harus duduk, dan jika klien tidak
melakukan kegiatan tersebut dengan benar, klien harus melakukan tindakan
tarik napas dalam.

K. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
b. Evaluasi validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan masalah yang dirasakan.
3) Menanyakan latihan yang sudah dilakukan oleh klien.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenalkan kelompok, harus
minta izin pada terapis.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin pada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

7
3. Tahap kerja
a. Leader membacakan cara permainan yaitu saat fasilitator
menyebutkan salah satu anggota tubuhnya yang disertai dengan
gerakan menunjuk anggota tubuhnya, klien harus menunjukkan
anggota tubuhnya yang disebutkan oleh fasilitator tersebut, jika ada
klien yang salah menunjukkan anggota tubuh yang disebutkan, maka
klien harus melakukan nafas dalam. Setiap akan memulai kegiatan
tersebut fasilitator akan memutarkan musik sederhana untuk
meramaikan suasana, dan melakukan kegiatan tersebut sampai semua
klien mendapatkan kesempatan untuk melakukan tarik nafas dalam.
b. Setelah leader membacakan cara permainan yang akan dilakukan,
leader, co. Leader, dan fasilitator mendemonstrasikan atau
memberikan contoh untuk melakukan permainan.
c. Setelah diberikan contoh, permainan tersebut bisa dilakukan.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti Terapi
Aktivitas Kelompok.
2) Memberikan reinforment positif terhadap perilaku klien positif.
b. Tindak Lanjut
Menganjurkan klien untuk selalu melatih kemampuannya untuk
mengontrol perilakunya (resiko perilaku kekerasan), dan mengisi ke
dalam kolom jadwal yang sudah diberikan.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
2) Menyepakati waktu dan tempat Terapi Aktivitas Kelompok
berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai