A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Yahya, 2011).
Resiko perilaku kekerasan yaitu suatu keadaan emosi yang merupakan campuran
perasaan frustasi dan benci atau marah. (patricia D. Barry, 2013)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan (Townsend, 2015)
Berdasarkan beberapa definisi menurut para ahli diatas maka penulis
menyimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah ungkapan perasaan marah dan
bermusuhan yang mengakibatkan hilangnya control diri dimana individu bisa berperilaku
menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Sedangkan resiko perilaku kekerasan adalah adanya
kemungkinan seseorang melakukan tindakan dalam bentuk destruktif dan masih
terkontrol.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya marah menurut Stuart & Sundeen (2014) yaitu harga diri
rendah merupakan keadaan perasaan yang negative terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, gangguan ini dapat situasional
maupun kronik. Bila kondisi ini berlangsung terus tanpa control, maka akan dapat
menimbulkan perilaku kekerasan.
1. Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan
tanpa menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan
menimbulkan masalah.
2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak
realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan ini tidak
ditemukan alternatif lain. Selanjutnya individu merasa tidak mampu mengungkapkan
perasaan dan terlihat pasif.
3. Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien tampak
pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang mampu.
4. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol, perilaku yang tampak dapat
berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan.
5. Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan kontrol diri.
Individu dapat merusak diri sendiri orang lain dan lingkungan.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan/ amuk.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.
F. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan/ amuk
Tujuan Umum: Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
e. Beri rasa aman dan sikap empati.
f. Lakukan kontak singkat tapi sering.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000