Anda di halaman 1dari 23

RESIKO

PRILAKU
KEKERASAN
1. Abdul Rahman sidik
2. Eriana Noveria Bulid
3. Nor Cholik
A. DEFINISI

 Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku


seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.

 Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah yang


paling maladaptif, yaitu amuk.
 Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai
ancaman.
 Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang
ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain,
atau lingkungan.
B. ETIOLOGI
Faktor Presipitasi

 Faktor Eksternal : Korban kekerasan, Lingkungan yang


stress full (ribut, padat, dihina)
 Faktor Internal : Perasaan gagal dan kehilangan

Faktor Predisposisi
 Faktor Biologis : Heriditer, ODGJ, Riwayat
penyakit/trauma kepala, Riwayat penggunaan NAPZA
 Faktor Psikologis : Pengalaman kegagalan hidup yang
mengakibatkan perasaan frustasi, gagal dan tidak
berguna.
LANJUTAN...
 Faktor Sosiokultural : Pembenaran sosial yang
membenarkan perilaku kekerasan (korban
kekerasan). Lingkungan, tekanan kehidupan
(pekerjaan, keuangan).
C. TANDA DAN GEJALA MARAH
1. Emosi: Tidak adekuat, Tidak aman, Rasa terganggu,
Marah (dendam) dan jengkel.
2. Intelektual: Mendominasi, Bawel, Sarkasme, Berdebat
dan Meremehkan
3. Fisik : Muka merah, Pandangan tajam, Napas pendek,
berkeringat dan Tekanan darah meningkat
4. Spiritual: Kemahakuasaan, Kebijakan/kebenaran diri,
Keraguan, Tidak bermoral dan Kreativitas terlambat
5. Sosial: Menarik diri, Pengasingan, Penolakan,
Kekerasan, Ejekan dan Humor
D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Biodata Pasien
2. Alasan masuk RS
3. Faktor Presdiposisi
4. Pemeriksaaan Fisik
5. Psikososial (Genogram, konsep diri, hubungan
social,spiritual)
6. Status Mental (Penampilan, pembicaraan, Aktivitas
motoric, alam perasaan, Afek/emosi, Interaksi selama
wawancara,Presepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian, daya tilik diri).
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Lanjutan Pengkajian...
Fokus pengkajian :
Alasan utama klien dibawa ke Rumah Sakit adalah perilaku kekerasan
di rumah.
Data Subyektif :
 Keluarga mengatakan klien mengamuk
 Keluarga mengatakan klien marah-marah
 Keluarga mengatakan klien merusak barang-barang (memecah
piring, membanting gelas, dll)
 Keluarga mengatakan klien mengancam ataupun sampai melukai
orang lain, dsb.
 Keluarga mengatakan klien memiliki trauma masa kecil akibat
kekerasan dalam keluarga, pelecehan seksual.
 Keluarga mengatakan klien tidak mampu menerima keadaan
dirinya akibat sakit yang diderita, kecelakaan, kecacatan.
Lanjutan Pengkajian...

Data obyektif :
 Pada hasil observasi ditemukan adanya pandangan tajam, muka
merah, otot tegang, mengatupkan rahang dengan kuat, nafas
pendek.
 Agitasi motoric : bergerak cepat, tidak mampu duduk diam,
mengepalkan tangan , melempar barang, memukul dengan tinju
kuat, merampas, mengapit kuat, respirasi meningkat, membentuk
aktivitas motoric tiba-tiba (katatonia)
 Verbal : mengancam pada objek yang tidak nyata mengaau minta
perhatian, berdebat, meremehkan, bicara keras-keras,
menunjukkan adanya delusi pikiran paranaoid.
 Afek : marah, permusuhan, kecemasan yang ekstrim, mudah
terangsang, euphoria tidak sesuai atau berlebihan.
 Tingkat kesadaran : bingung, status mental berubah tiba-tiba,
disorientasi, kerusakan memori, tidak mampu dialihkan.
E. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Perilaku kekerasan.

Gangguan konsep diri: harga diri rendah.


E. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko mencederai diri sendiri orang


lain dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan.

2. Perilaku kekerasan berhubungan


dengan harga diri rendah.
N DX KEP PERENCANAAN INTERVENSI
o
TUJUAN KRITERIA HASIL

1 Risiko TUM: Setelah dilakukan ...x 20 menit  Beri salam /


Perilaku
kekerasan  Klien dapat interaksi diharapkan klien dapat panggil nama
melanjutkan mencegah tindakan kekerasan pada klien.
hubungan diri sendiri, orang lain, maupun  Sebut nama
peran sesuai lingkungan. perawat
tanggung Kriteria Evaluasi : sambil
jawab. a. Klien mau membalas salam. berjabat
  b. Klien mau berjabat tangan tangan
TUK 1: c. Klien menyebutkan Nama  Jelaskan
Klien dapat d. Klien tersenyum maksud
membina e. Klien ada kontak mata hubungan
hubungan saling f. Klien tahu nama perawat interaksi
percaya g. Klien menyediakan waktu untuk  Beri rasa
kontrak nyaman dan
sikap empatis
 TUK 2:
 Klien dapat mengidentifikasi penyebab marah / amuk
 Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
 Klien dapat menyebutkan perasaan marah / jengkel
 Sebut nama perawat sambil berjabat tangan
 Jelaskan maksud hubungan interaksi
 Beri rasa nyaman dan sikap empatis
 Lakukan kontrak singkat tapi sering

 TUK 3:
 Klien dapat mengidentifikasi tanda marah
 Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah /jengkel.
 Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel / kesal
 Anjurkan klien mengungkapkan perasaan saat marah /jengkel.
 Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien

 TUK 4:
 Klien dapat mengungkapkan perilaku marah yang sering dilakukan
 Klien mengungkapkan marah yang biasa dilakukan
 Klien dapat bermain peran dengan perilaku marah yang dilakukan
 Klien dapat mengetahui cara marah yang dilakukan menyelesaikan masalah atau tidak
 Anjurkan klien mengungkapkan marah yang biasa dilakukan
 Bantu klien bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
 Bicarakan dengan klien apa dengan cara itu bisa menyelesaikan masalah
 TUK 5:
 Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
 Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan
 Bicarakan akibat / kerugian cara yang dilakukan
 Bersama klien menyimpulkan cara yang digunakan klien
 Tanyakan klien : ”Apakah mau tahu cara marah yang sehat?”

 TUK 6:
 Klien mengidentifikasi cara konstruksi dalam berespon terhadap perilaku
kekerasan
 Klien dapat melakukan berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.

 Tanyakan pada klien apakah klien mau tahu cara baru yang sehat
 Beri pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat
 Diskusikan cara marah yang sehat dengan klien, seperti : pukul bantal
untuk melampiaskan marah, tarik napas dalam, mengatakan pada teman
saat ingin marah
 Anjurkan klien sholat atau berdoa
 TUK 7:
 Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol marah
 Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan :
 Tarik nafas dalam
 Mengatakan secara langsung tanpa menyakiti
 Dengan sholat / berdoa
 Bantu klien untuk dapat memilih cara yang paling tepat.
 Klien dapat mengidentifikasi manfaat yang terpilih
 Bantu klien menstimulasi cara tersebut
 Beri reinforcement positif atas keberhasilan
IMPLEMENTASI / STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
Strategi Komunikasi
SP 1
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
 “Selamat pagi Pak. Perkenalkan nama saya nn, panggil
saja Suster nn. Saya adalah mahasiswi keperawatan
 Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-14.00. Saya yang akan
merawat bapak
Nama Bapak siapa dan suka dipanggil siapa? Baiklah mulai
sekarang saya akan panggil Bapak J saja, ya”
b. Evaluasi/validasi
 “kalau boleh tahu, sudah berapa lama Bapak J di sini ? Apakah
Bapak J masih ingat siapa yang membawa kesini ? bagaimana
perasaan Bapak saat ini? Saya lihat Bapak sering tampak marah
dan kesal, sekarang Bapak masih merasa kesal atau marah ?”
c. Kontrak :
 Topik
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang hal-hal yang
membuat Bapak J marah dan bagaimana cara
mengontrolnya? Ok. Pak?”
 Waktu
Berapa lama Bapak punya waktu untuk berbincang-bincang
dengan saya? Bagaimana kalau 15 menit saja?
 Tempat
Bapak senangnya kita berbicaranya dimana?. Dimana saja boleh
kok, asal Bapak merasa nyaman. Baiklah, berarti kita
berbicara di teras ruangan ini saja ya, Pak”
 Tujuan
Agar Bapak dapat mengontrol marah dengan kegiatan yang
positif yaitu dengan latihan fisik 1 : teknik nafas dalam dan
tidak menimbulkan kerugian untuk diri sendiri maupun orang
lain.
2. Fase Kerja
 “Nah, sekarang coba Bapak ceritakan, Apa yang membuat Bapak J merasa marah? ”
 Apakah sebelumnya Bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang?”
 “Lalu saat Bapak sedang marah apa yang Bapak rasakan? Apakah Bapak merasa sangat
kesal, dada berdebar-debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup rapat dan ingin
mengamuk? ”
 “Setelah itu apa yang Bapak lakukan? ”
 “Apakah dengan cara itu marah/kesal Bapak dapat terselesaikan? ” Ya tentu tidak, apa kerugian
yang Bapak J alami?”
 “Menurut Bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Bapak belajar cara mengungkapkan
kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
 ”Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Bapak. Salah satunya adalah dengan cara
fisik. Jadi melalui kegiatan fisik, rasa marah Bapak dapat tersalurkan.”
 ”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu? Namanya teknik napas dalam”
 ”Begini Pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah  Bapak  rasakan, maka Bapak berdiri atau duduk
dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan
melalui mulut”
 “Ayo Pak coba lakukan apa yang saya praktikan tadi, bapak berdiri atau duduk dengan rileks tarik
nafas dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. “
 “Bagus sekali, Bapak  sudah bisa melakukannya”
 “ Nah.. Bapak J  tadi telah melakukan latihan teknik relaksasi nafas dalam, sebaiknya latihan
ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah
terbiasa melakukannya”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
 Subyektif
“Bagaiman perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang dan melakukan latihan teknik
relaksasi napas dalam tadi? Ya...betul, dan kelihatannya Bapak terlihat sudah lebih rileks”.
Obyektif
”Coba Bapak sebutkan lagi apa yang membuat Bapak marah, lalu apa yang Bapak rasakan dan
apa yang akan Bapak lakukan untuk meredakan rasa marah”. Coba tunjukan pada saya cara
teknik nafas dalam yang benar.
“Wah...bagus, Bapak masih ingat semua...”
b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
“Bagaimana kalau kegiatan ini rutin dilakukan 5 kali dalam 1 hari dan di tulis dalam jadwal
kegiatan harian Bapak.
c. Kontrak yang akan datang
Topik  :
“ Nah, Pak. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah 1 nya saja. Masih ada cara yang bisa
digunakan
untuk mengatasi marah Bapak. Cara yang ke-2 yaitu dengan teknik memukul bantal .
 Waktu :
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ke-2 ini besok, Bagaimana kalau 15 menit lagi saja?
Tempat :
“Kita latihannya dimana, Pak? Di teras ruangan ini saja lagi , Pak”. “ok, Pak. 
SP 2 Mengontrol Perilaku Kekerasan fisik

Orientasi:
 Selamat pagi pak, sesuai janji saya 1 hari yang lalu
sekarang saya datang lagi. Apakah kira-kira bapak sudah
memikirkan bagaimana caranya menyalurkan marah secara
fisik?
 Bagaimana kalau kita bicarakan cara tersebut sekarang? Di
teras ruangan ini ya pak sesuai kontak kita satu hari yang
lalu?
 Berapa lama bapak kita mau berbincang-bincang tentang
hal tersebut? Selama 15 menit apakah bapak bersedia?.
Baik pak.
KERJA
 Kalau tanda-tanda marah yang Bapak sebutkan satu hari yang
lalu seperti mata melotot, dada berdebar-debar, dan perasaan
kesal, halpertama yang bias bapak lakukan adalah memukul-
mukul Kasur dan bantal. Nah.. Coba Sekarang kita ke kamar
bapak, disana nanti akan saya peragakan cara memukul
Kasur dan bantal. Begini caranya pak!. (Perawat
memperagakan cara memukul bantal dan Kasur)
 Coba bapak ulangi ya, …. Bagus sekali cara bapak memukul
Kasur dan bantal.
 Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, berapa kali dalam
sehari bapak mau melakukan latihan memukul kasur?.
Selama 5 kali sehari ya pak jadwal memukul kasur dan bantal
TERMINASI
 “ Bagaimana perasaan “Bapak setelah kita bercakap-
cakaptentang cara menyalurkan marah secara fisik? Cobat
bapak sebutkan lagi cara-cara memukul kasur dan bantal
tadi.
 Setelah ini coba bapak lakukan latihan memukul kasur dan
bantal dengan jadwal yang kita buat tadi, dua hari lagi saya
akan mengunjungib bapak ya?
 Bagaimana kalua waktunya seperti sekarang ini saja, Bapak
setuju?
 Nanti kita membicarakan tentang cara bicara yang baik bila
sedang marah, setuju? Baik pak, saya permisi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai