Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh :
Nita Nurmiati
1814201116

PRODI STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

I. Kasus ( Masalah Utama )


Perilaku Kekerasan

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi pada resiko perilaku kekerasan yang pertama faktor psikologis
yaitu terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan,
berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak
menyenangkan, rasa frustasi dan adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau
lingkungan.
Yang kedua faktor sosial budaya yaitu seseorang akan berespons terhadap
peningkatan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya.
Sesuai dengan teori menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon
yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat
mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan
ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.
Yang ketiga faktor biologis berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya
stimulus elektris ringan pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan
perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku),
lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi indra
penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan
hendak menyerang objek yang ada di sekitarnya.

B. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku
kekerasan adalah klemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan, penghinaan, kekerasan,
kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam baik internal dari permasalahan
diri klien sendiri maupun eksternal dan dari lingkungan panas, padat, dan bising.

C. Rentang Respon
Rentang Respon Marah
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Perilaku Kekerasan

Asertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang


lain, tanpa merendahkan harga diri orang lain. Frustasi adalah respons yang timbul akibat
gagal mencapai tujuan atau keinginan. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu
mengungkapkan perasaan yang dialami, sifat tidak berani mengemukakan keinginan dan
pendapat sendiri, tidak ingin terjadi konflik karena takut akan tidak disukai atau
menyakiti perasaan orang lain. Agresif adalah sikap membela diri sendiri dengan cara
melanggar hak orang lain. Perilaku kekerasan adalah perilaku destruktif dan tidak
terkontrol disebut sebagai gaduh gelisah atau amuk.

D. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu
klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresika
n kemarahannya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahan
an ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial, dan reaksi formasi.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan d
ari seseorang karena di tinggal oleh orang yang dianggap sangat berpengaruh dalam hidu
pnya. Bila kondisi tersebut tidak diatasi , maka dapat menyebabkan seseorang rendah diri
(harga diri rendah), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan
bergaul dengan orang lain ini tidak di atasi akan memunculkan halusinasi berupa suara-su
ara atau bayangan yang meminta klien untuk melakukan tindak kekerasan. Hal tersebut d
apat berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (risiko tinggi mencederai diri, o
rang lain dan lingkungan)
Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kur
ang baik dalam menghadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien (kop
ing keluarga tidak efektif). Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS a
tau menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen terap
eutik inefektif).

III.
A. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan/amuk Core Problem

Harga Diri Rendah

B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji


1. Masalah Keperawatan
Perilaku Kekerasan

2. Data yang perlu dikaji


a. Data Subjektif:
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Objektif:
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang.
4) Pandangan tajam.
5) Merusak dan melempar barang barang.

IV. Diagnosa Keperawatan


Perilaku Kekerasan
V. Rencana Tindakan Keperawatan

Tgl No Dx Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Perilaku TUM: Klien 1. Setelah 2x interaksi klien  Bina hubungan saling percaya dengan :  Bila sudah terbina hubungan saling
kekerasan dapat menunjukkan tanda-tanda  Beri salam setiap berinteraksi percaya diharapkan klien dapat
/RPK mengontrol percaya kepeda perawat :  Perkenalkan nama, nama panggilan dan kooperatif, sehingga pelaksanaan
perilaku o Wajah cerah, tersenyum tujuan perawat berkenalan asuhan keperawatan dapat berjalan
kekerasan o Mau berkenalan  Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien dengan baik.
o Ada kontak mata  Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati
Tuk : o Bersedia mencritakan janji setiap kali interaksi
1. Klien dapat perasaan  Tanyakan perasaan klien dan masalah yang
membina dihadapi klien
hubungan  Buat kontrak interaksi yang jelas
saling  Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan
percaya perasaan klien
2. Klien dapat 2. Setelah 3x pertemuan klien  Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya :  Mengetahui kondisi klien saat itu
mengidentifi menceritakan penyebab  Motivasi klien untuk menceritakan penyebab dan mengurangi tekanan kemarahan
kasi perilaku kekerasan yang rasa kesal atau jengkelnya klien.
penyebab dilakukannya :  Dengarkan tanpa menyela atau member  Mengidentifikasi penyebab.
perilaku o Menceritakan penyebab penilaian setiap ungkapan perasaan klien
kekerasan perasaan jengkel/keal
yang baik dari diri sendiri
dilakukannya maupun lingkungannya

3. Klien dapat 3. Setelah 3x pertemuan klien  Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku  Identifikasi penyebab marah
Mengidentifi menceritakan tanda-tanda kekerasaan yang dialaminya :  Identifikasi perubahan fisik
kasi tanda- saat terjadi perilaku  Motivasi klien menceritakan kondisi fisik  Menyamakan persepsi bahwa hal
tanda kekerasaan (tanda-tanda fisik) saat perilaku kekerasan tersebut terjadi dan ada pada klien.
perilaku o Tanda fisik : mata merah, terjadi
kekerasan tangan mengepal,
ekspresi tegang dan lain-
lain  Motivasi klien menceritakan kondisi
o Tanda emosional : emosinya (tanda-tanda emosional) saat terjadi
Perasaan marah, jengkel, perilaku kekerasan
bicara kasar  Motivasi klien menceritakan kondisi
o Tanda social : hubungan dengan orang lain (tanda-tanda
bermusuhan yang social) saat terjadi perilaku kekerasan
dialami saat terjadi
perilaku kekerasaan
4. Klien dapat 4. Setelah 3x pertemuan klien  Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang  Identifikasi cara klien dalam
mengidentifi menjelaskan : dilakukannya selama ini : mengungkapkan perilaku kekerasan.
kasi jenis o Jenis-jenis ekspresi  Motivasi klien menceritakan jenis-jenis  Mempermudah perawat
perilaku kemarahan yang selama kekerasan yang selama ini pernah mengidentifikasi perilaku kekerasan
kekerasan ini telah dilakukannya dilakukannya yang bisa dilakukan saat marah.
yang pernah o Perasaan saat melakukan  Motivasi klien menceritakan perasaan klien  Memberikan wawasan yang baru
dilakukannya kekerasan setelah tindak kekerasan tersebut terjadi bagi klien terhadap tindakan yang
o Efektivitas cara yang  Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan maladaptive.
dipakai dalam yang dilakukannya masalah yang dialami  Bantu klien dalam mengidentifikasi
menyelesaikan masalah teratasi kerugian dari cara yang dilakukan.
5. Klien dapat 5. Setelah 3x pertemuan klien  Diskusikan dengan klien negative (kerugian) cara  Menyamakan persepsi dalam
mengidentifi menjelaskan akibat tindak yang dilakukan pada: merspons perilaku yang salah.
kasi akibat kekerasan yang dilakukannya  Diri sendiri  Membantu klien mencari cara yang
perilaku :  Orang lain/keluarga terbaik.
kekerasan  Lingkungan
o Diri sendiri : luka dijauhi
teman, dll
o Orang lain/keluarga :
luka, tersinggung
ketakutan, dll
o Lingkungan : barang atau
benda rusak dll
6. klien dapat 6. Setelah 3x pertemuan klien :  Diskusikan dengan klien :  Identifikasi pengetahuan dan
mengidentifi o Menjelaskan cara-cara  Apakah klien mau mempelajari cara baru keinginan klien untuk melakukan
kasi cara sehat mengungkapkan mengungkapkan marah yang sehat cara yang sehat.
konstruktif marah  Jelaskan berbagai alternative pilihan untuk  Sebagai motivasi untuk melakukan
dalam mengungkapkan marah selain perilaku perilaku yang sehat.
mengungkap kekerasan yang diketahui klien.  Di dapatkannya cara lain yang sehat
kan  Jelaskan cara-cara sehat yang akan membantu klien untuk
kemarahan untukmengungkapkan marah : mencari cara yang adaptif dalam
 Cara fisik : nafas dalam, pukul bantal atau mengekspresikan marahnya.
kasur, olah raga
 Verbal : mengungkapakan bahwa dirinya
sedang kesal kepada orang lain
 Social : latihan asertif dengan orang lain
 Spiritual : sembahyang/doa, zikir, meditasi,
dsb sesuai keyakinan agamanya masing-
masing
7. Klien dapat 7. Setelah 4x pertemuan klien 1.1. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan  Cara yang cocok akan membuat
mendemonstr memperagakan cara dianjurkan klien memilih cara yang mungkin klien nyaman.
asikan cara mengontrol perilaku untuk mengungkapkan kemarahan  Praktek langsung lebih tepat untuk
mengontrol kekerasan : 1.2. Latih klien mempergunakan cara yang dipilih mengetahui manfaat cara yang
perilaku o Fisik : tarik nafas dalam,  Peragakan cara melaksanakan cara yang dilakukan.
kekerasan memukul bantal/kasur dipilih  Identifikasi adanya keuntungan dan
o Verbal: mengungkapkan  Jelaskan manfaat cara tersebut kekurangan
perasaan kesal/jengkel  Anjurkan klien menirukan peragaan yang  Membangkitkan motivasi dan minat
pada orang lain tanpa sudah dilakukan klien.
menyakiti  Beri pengertian pada klien, perbaiki cara yang
o Spiritual : zikir/doa, masih belum sempurna
meditasi sesuai 1.3. Anjurkan klien menggunakan cara yang
agamanya sudah dilatih saat marah/jengkel
8. Klien 8. Setelah 4x pertemuan 8.1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga  Kejelasan waktu, tempat dan topic
mendapat keluarga : sebagai pendukung klien untuk mengatasi akan membantu keluarga untuk
dukungan o Menjelaskan cara perilaku kekerasan kooperatif.
keluarga merawat klien dengan 8.2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu  Perlu dilakukan secara bertahap
untuk perilaku kekerasan klien mengatasi perilaku kekerasan  Memudahkan pemahaman dan
mengontrol o Mengungkapkan rasa 8.3. Jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan penerimaan.
perilaku puas dalam merawat cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat  Memberikan wawasan kepada
kekerasan klien dilaksanakan oleh keluarga keluarga dalam menggali
8.4. Peragakan cara merawat klien (menangani kemampuan yang ada.
perilaku kekerasan)  Memberikan cara perawatan yang
8.5. Beri kesempatan keluaraga untuk tepat dan mencegah cara yang salah
memperagakan ulang atau kurang tepat.
8.6. Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan  Membiasakan keluarga agar terlatih
8.7. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba dalam pelaksanaan dirumah.
cara yang dilatihkan
9. Klien 9.1. Setelah 4x pertemuan 9.1. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara  Kejelasan akan membantu klien dan
menggunaka klien menjelaskan : teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat keluarga untuk melaksanakan
n obat sesuai o Manfaat minum obat 9.2. Jelaskan kepada klien : tidanakan yang benar.
program o Kerugian tidak minum  Jenis obat (nama, warna, dan bentuk obat)  Dengan tahu manfaat dan kerugian
yang telah obat  Dosis yang tepat untuk klien keluarga dan klien akan lebih
ditetapkan o Nama obat  Waktu pemakaian perhatian.
o Bentuk dan warna obat  Cara pemakaian  Kejelasan ajan membantu
o Dosis yang diberikan  Efek yang akan dirasakan klien pelaksanaan tindakan yang benar.
kepadanya 9.3. Anjurkan klien :  Waktu yang tepat didasari pada kerja
o Waktu pemakaian  Minta dan menggunakan obat tepat waktu dan efektifitas dan penggunaan obat.
 Lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek  Efek obat yang diketahui lebih awal
o Cara pemakaian
yang tidak biasa memudahkan penanganan akibat
o Efek yang dirasakan
 Beri pujian terhadap kedisiplinan klien efek tersebut.
9.2. Setelah 4x pertemuan menggunakan obat
klien meggunakan obat  Membangkitkan minat dan motivasi
sesuai program
DAFTAR PUSTAKA

Azis R, dkk. 2003. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino

Gondoutomo.

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC

Dalan, Ernawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Edisis 2. Jakarta :

Airlangga

Keliat, Budi Anna. (2009). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta.

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung,

2000

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi Bandung :

RSJP Bandung.

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung : Rafika adiatma

Purba, Dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Jiwa. Edisi Pertama. Jakarta : EGCS

Anda mungkin juga menyukai