Disusun Oleh :
Nita Nurmiati
1814201116
B. Faktor Presipitasi
Stresor yang menjadi pencetus terjadinya halusinasi yang pertama
merupakan stresor biologis yang berhubungan dengan respons neurobiologis
maladaptif meliputi Gangguan dalam komunikasi dan putaran umpan balik
otak, yang mengatur proses informasi; dan abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak (komunikasi saraf yang melibatkan elektrolit), yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus.
Faktor pencetus halusinasi berikutnya yaitu stresor lingkungan dimana
ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis berinteraksi
dengan stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
C. Jenis-jenis halusinasi
1. Halusinasi pendengaran (auditorik)
Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya. Terdapat sekitar 70 %
pasien yang menderita halusinasi pendengaran (auditorik). Ada beberapa
tipe halusinasi auditorik yang patologis:
a. Halusinasi auditorik non-verbal
b. Halusinasi auditorik verbal
2. Halusinasi pengelihatan (visual/optik)
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar tanpa stimulus yang
nyata dan orang lain tidak melihatnya. Terdapat sekitar 20 % pasien yang
menderita halusinasi pengelihatan (visual) ini. Apa yang dilihat seolah-
olah berbentuk: orang, binatang, barang atau benda. Apa yang dilihat
seolah-olah tidak berbentuk: sinar, kilatan atau pola cahaya. Apa yang
dilihat seolah-olah berwarna atau tidak berwarna.
3. Halusinasi pengecapan (gustatorik)
Klien merasakan makan sesuatu yang tidak nyata. Biasanya merasakan
rasa makanan yang tidak enak.
4. Halusinasi Penghidu/Penciuman (olfaktorius)
Klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa sesuatu yang
nyata dan orang lain tidak menciumnya.
5. Halusinasi Perabaan (taktil/somatik)
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata
(terdapat 10% dari halusinasi pengecapan penhidu dan perabaan).
6. Halusinasi kinestetik
Merasa badanya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya
bergerak (misalnya, anggota badan bayangan atau phantom limb).
7. Halusinasi viseral
Perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya.
8. Halusinasi hipnagogik
Ada kalanya pada seseorang yang normal, tepat sebelum tertidur persepsi
sensorik bekerja salah.
9. Halusinasi hipnopompik
seperti no 8 tetapi terjadi tepat sebelum terbangun penuh dari tidurnya.
10. Halusinasi histerik
Timbul pada neurosis histerik karena konflik emosional.
11. Formication
Merupakan halusinasi (taktil) dimana pasien merasa ada serangga
merayap dibawah kulit, sering terjadi pada pengguna kokain.
D. Fase-fase
Proses terjadinya halusinasi menurut (Stuart and Laraia, 2007) dibagi
menjadi empat fase yaitu Fase pertama (conforting) dimana klien
mengalami kecemasan, stress perasaan berpisah dan kesepian, klien mungkin
melamun atau memfokuskan kedalama hal-hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan stress dan kecemasannya tapi hal ini bersifat sementara, jika
kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran namun intensitas
meningkat. Pada fase kedua (condeming) kecemasan meningkat dan
hubungan dengan pengalaman internal dan ekternal, individu berada pada
tingkat listening halusinasinya. Pikiran internal menjadi menonjol, gambaran
suara dan sensori dan halusinasinya dapat berupa bisikan yang jelas. Klien
membuat jarak antara dirinya dan halusinasinya dengan proyeksi seolah-olah
halusinasinya datang dari orang lain atau tempat lain.
Kemudian pada fase ketiga Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan
mengontrol, klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan
halusinasinya, kadang halusinasinya tersebut memberi kesenangan dan rasa
aman sementara. Dan terakhir fase keempat (conquerting) dimana klien
merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya.
Halusinasi sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam.
Memerintah, dan memarahi. Dan tidak dapat berhubungan dengan orang lain
karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien hidup dalam dunia yang
menakutkan yang berlangsung singkat atau bahkan selamanya.