Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

Disusun Oleh :
Nita Nurmiati
1814201116

PRODI STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Resiko Bunuh Diri
Pengertian
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan
perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress
yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme
koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri
kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress,
perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal
melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat
merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart,
2006).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan.
Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan
masalah yang dihadapi (Captain, 2008).
Bunuh diri menurut Gail W. Stuart dalam buku “Keperawatan Jiwa” dinyatakan
sebagai suatu aktivitas yang jika tidak dicegah, dimana aktivitas ini dapat mengarah pada
kematian (2007).

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Faktor Predisposisi
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku
resiko bunuh diri meliputi diagnosis psikiatri yang membuat pasien berisiko untuk
bunuh diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia. Sifat
kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa
bermusuhan, impulsif, dan depresi. Lingkungan psikososial seperti baru mengalami
kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini, dan berkurangnya
dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko untuk
perilaku resiko bunuh diri. Faktor biokimia merupakan proses yang dimediasi
serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan perilaku resiko bunuh diri.

B. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah perasaan
terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan
hubungan yang berarti, Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres,
Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri,
Cara untuk mengakhiri keputusan.
C. Jenis – jenis
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri,
meliputi:
1. Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor
lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk
bunuh diri.
2. Bunuh diri altruistik
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan
seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3. Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri
seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

D. Rentang respon
Menurut Shives (2008) mengemukakan rentang harapan putus harapan
merupakan rentang adaptif maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku,
sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
budaya setempat.

Respon Adaptif Respon Mal-


adaptif

Self Growth Indirect Self Self Suicide


Enchancement Promoting Destructive Injury
Risk Taking Behavior

1. Peningkatan Diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2. Berisiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika
dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan
pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladatif) terhadap
situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya,
karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang
karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak
optimal.
4. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.

E. Mekanisme koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial yang berarti penyangkalan,
rasionalization atau alasan pembuatan yang merupakan mekanisme pertahanan yang
dianggap sebagai perasaan yang dijelaskan secara rasional aatu logis, regression atau
pemulihan dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar
dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan
mekanisme adaptif pada diri seseorang.

III. POHON MASALAH


Resiko perilaku kekerasan Effect

Core problem
Resiko bunuh diri

Harga diri rendah Penyebab

Keputusasaan Penyebab

IV. MASALAH KEPERAWATAN YANG PERLU DIKAJI


1. Data Subjektif :
 Klien mengatakan “saya merasa sangat putus asa”
 Klien mengatakan “saya tidak bisa emmenuhi kebutuhan keluarga saya”
 Klien mengatakan “hidup saya sudah tidak lagi berguna”
 Klien mengatakan “lebih baik saya mati saja”
 Klien mengatakan “ saya hanya menambah beban keluarga saja”
2. Data Objektif :
 Klien tampak malas berbicara dengan orang lain
 Ekspresi klien tampak murung
 Klien tampak terlihat sedih

V. DIAGNOSA
Resiko Bunuh Diri
VI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Terlampir

VII. DAFTAR PUSTAKA


http://m-tarmizitaher.blogspot.com/2016/02/laporan-pendahuluan-resiko-bunuh-diri.html

Berman, Silverman Dan Bongar (2000). Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai