Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Nama : Shintia Gita Rohayati

Nim : 21.14901.030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

I. Kasus ( Masalah Utama )


Ny. B berusia 45 Tahun dirawat dirumah sakit jiwa. Saat dikaji Klien mengatakan
marah pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengganggunya jika sedang marah, klien ada riwayat perilaku kekerasan. Klien tampak
mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dan keras, tampak tangan mengepal dan
tampak tegang. bicara menguasai, ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan
tajam, merusak dan melempar barang barang.
Definisi
Perilaku kekerasan menurut Kusumawati dan Hartono (2011) adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan aduh, gelisah yang tidak
terkontrol.
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dihadapi seseorang yang
ditunjukan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang
lain secara fisik maupun psikologis (Berkowits, 2000 dalam Yosep, 2011). Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat
membahayakan diri sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang
(Maramis, 2009).

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi pada resiko perilaku kekerasan yang pertama faktor
psikologis yaitu terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku
kekerasan, berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidak menyenangkan, rasa frustasi dan adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau
lingkungan.
Yang kedua faktor sosial budaya yaitu seseorang akan berespons terhadap
peningkatan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya.
Sesuai dengan teori menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-
respon yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan
semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi.
Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat
membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima.
Yang ketiga faktor biologis berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya
stimulus elektris ringan pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan
perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan
perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk
interpretasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar,
pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada di sekitarnya.
B. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah klemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan, penghinaan,
kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam baik internal dari
permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dan dari lingkungan panas, padat,
dan bising.
C. Jenis
1) Irritable agression
Merupakan tindak kekerasan akibat ekspresi perasaan marah. Agresi ini dipicu
oleh oleh frustasi dan terjadi karena sirkuit pendek pada proses penerimaan dan
memahami informasi dengan intensitas emosional yang tinggi (directed against an
available target)
2) Instrumental agression
Suatu tindak kekerasan yang dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu.
Misalnya untuk mencapai tujuan politik tertentu dilakukan tindak kekerasan
secara sengaja dan terencana
3) Mass agression
Suatu tindak agresi yang dilakukan oleh massa sebagai akibat kehilangan
individualitas dari masing-masing individu. Pada saat orang berkumpul terdapat
kecenderungan berkurangnya individualitas, bila ada ada seseorang yang
mempelopori tindak kekerasan maka secara otomatis semua akan ikut melakukan
kekerasan yang dapat semakin meninggi karena saling membangkitkan. Pihak
yang menginisiasi tindak kekerasan tersebut bisa saja melakukan agresi
instrumental
(sebagai provokator) maupun agresi permusuhan karena kemarahan tidak
terkendali (Keliat, 1996 dalam Muhith, 2015)
D. Rentang Respon
Rentang Respon Marah
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Perilaku Kekerasan

Asertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan


orang lain, tanpa merendahkan harga diri orang lain. Frustasi adalah respons yang
timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Pasif adalah respon dimana
individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami, sifat tidak berani
mengemukakan keinginan dan pendapat sendiri, tidak ingin terjadi konflik karena
takut akan tidak disukai atau menyakiti perasaan orang lain. Agresif adalah sikap
membela diri sendiri dengan cara melanggar hak orang lain. Perilaku kekerasan
adalah perilaku destruktif dan tidak terkontrol disebut sebagai gaduh gelisah atau
amuk.
E. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam
mengekspresikan kemarahannya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial,
dan reaksi formasi.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang
berkepanjangan dari seseorang karena di tinggal oleh orang yang dianggap sangat
berpengaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak diatasi , maka dapat
menyebabkan seseorang rendah diri (harga diri rendah), sehingga sulit untuk bergaul
dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain ini tidak di atasi
akan memunculkan halusinasi berupa suara-suara atau bayangan yang meminta klien
untuk melakukan tindak kekerasan. Hal tersebut dapat berdampak pada keselamatan
dirinya dan orang lain (risiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan)
Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang
kurang baik dalam menghadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan
klien (koping keluarga tidak efektif). Hal ini tentunya menyebabkan klien sering
keluar masuk RS atau menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak
maksimal (regimen terapeutik inefektif).

III. a. Pohon Masalah


Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan/amuk Core Problem

Harga Diri Rendah

b. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji


1. Masalah Keperawatan
Perilaku Kekerasan

2. Data yang perlu dikaji


Data Subjektif:
a. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
c. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif:
a. Mata merah, wajah agak merah.
b. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c. Ekspresi marah saat membicarakan orang.
d. Pandangan tajam.
e. Merusak dan melempar barang barang.
IV. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
V. Rencana Tindakan Keperawatan

Tgl No Dx Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Perilaku TUM: Klien dapat
kekerasan mengontrol
/RPK perilaku
kekerasan

Tuk : 1. Setelah….x interaksi klien  Bina hubungan saling percaya  Bila sudah terbina hubungan
1. Klien dapat menunjukkan tanda-tanda dengan: saling percaya diharapkan klien
membina percaya kepeda perawat :  Beri salam setiap berinteraksi dapat kooperatif, sehingga
hubungan o Wajah cerah,  Perkenalkan nama, nama pelaksanaan asuhan keperawatan
saling percaya tersenyum panggilan dan tujuan perawat dapat berjalan dengan baik.
o Mau berkenalan berkenalan
o Ada kontak mata  Tanyakan dan panggil nama
o Bersedia mencritakan kesukaan klien
perasaan  Tunjukkan sikap empati, jujur
dan menepati janji setiap kali
interaksi
 Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian ungkapan perasaan
klien
2. Klien dapat 2. Setelah….x pertemuan  Bantu klien mengungkapkan  Mengetahui kondisi klien saat itu
mengidentifika klien menceritakan perasaan marahnya : dan mengurangi tekanan
si penyebab penyebab perilaku  Motivasi klien untuk kemarahan klien.
perilaku kekerasan yang menceritakan penyebab rasa  Mengidentifikasi penyebab.
kekerasan yang dilakukannya : kesal atau jengkelnya
dilakukannya. o Menceritakan  Dengarkan tanpa menyela atau
penyebab perasaan member penilaian setiap
jengkel/keal baik dari ungkapan perasaan klien
diri sendiri maupun
lingkungannya
3. Klien dapat 3. Setelah…x pertemuan  Bantu klien mengungkapkan tanda-  Identifikasi penyebab marah
Mengidentifika klien menceritakan tanda- tanda perilaku kekerasaan yang  Identifikasi perubahan fisik
si tanda-tanda tanda saat terjadi perilaku dialaminya :  Menyamakan persepsi bahwa hal
perilaku kekerasaan  Motivasi klien menceritakan tersebut terjadi dan ada pada
kekerasan o Tanda fisik : mata kondisi fisik (tanda-tanda fisik) klien.
merah, tangan saat perilaku kekerasan terjadi
mengepal, ekspresi  Motivasi klien menceritakan
tegang dan lain-lain kondisi emosinya (tanda-tanda
o Tanda emosional : emosional) saat terjadi perilaku
Perasaan marah, kekerasan
jengkel, bicara kasar  Motivasi klien menceritakan
o Tanda social : kondisi hubungan dengan orang
bermusuhan yang lain (tanda-tanda social) saat
dialami saat terjadi terjadi perilaku kekerasan
perilaku kekerasaan
4. Klien dapat 4. Setelah…x pertemuan  Diskusikan dengan klien perilaku  Identifikasi cara klien dalam
mengidentifika klien menjelaskan : kekerasan yang dilakukannya mengungkapkan perilaku
si jenis o Jenis-jenis ekspresi selama ini : kekerasan.
perilaku kemarahan yang  Motivasi klien menceritakan  Mempermudah perawat
kekerasan yang selama ini telah jenis-jenis kekerasan yang mengidentifikasi perilaku
pernah dilakukannya selama ini pernah dilakukannya kekerasan yang bisa dilakukan
dilakukannya o Perasaan saat  Motivasi klien menceritakan saat marah.
melakukan kekerasan perasaan klien setelah tindak  Memberikan wawasan yang baru
o Efektivitas cara yang kekerasan tersebut terjadi bagi klien terhadap tindakan
dipakai dalam  Diskusikan apakah dengan yang maladaptive.
menyelesaikan tindak kekerasan yang  Bantu klien dalam
masalah dilakukannya masalah yang mengidentifikasi kerugian dari
dialami teratasi cara yang dilakukan.
5. Klien dapat 5. Setelah…x pertemuan  Diskusikan dengan klien negative  Menyamakan persepsi dalam
mengidentifika klien menjelaskan akibat (kerugian) cara yang dilakukan merspons perilaku yang salah.
si akibat tindak kekerasan yang pada:  Membantu klien mencari cara
perilaku dilakukannya :  Diri sendiri yang terbaik.
kekerasan o Diri sendiri : luka  Orang lain/keluarga
dijauhi teman, dll  Lingkungan
o Orang lain/keluarga :
luka, tersinggung
ketakutan, dll
o Lingkungan : barang
atau benda rusak dll
6. klien dapat 6. Setelah…x pertemuan  Diskusikan dengan klien :  Identifikasi pengetahuan dan
mengidentifika klien :  Apakah klien mau mempelajari keinginan klien untuk melakukan
si cara o Menjelaskan cara-cara cara baru mengungkapkan marah cara yang sehat.
konstruktif sehat mengungkapkan yang sehat  Sebagai motivasi untuk
dalam marah  Jelaskan berbagai alternative melakukan perilaku yang sehat.
mengungkapka pilihan untuk mengungkapkan  Di dapatkannya cara lain yang
n kemarahan marah selain perilaku kekerasan sehat yang akan membantu klien
yang diketahui klien. untuk mencari cara yang adaptif
 Jelaskan cara-cara sehat untuk dalam mengekspresikan
mengungkapkan marah : marahnya.
 Cara fisik : nafas dalam, pukul
bantal atau kasur, olah raga
 Verbal : mengungkapakan
bahwa dirinya sedang kesal
kepada orang lain
 Social : latihan asertif dengan
orang lain
 Spiritual : sembahyang/doa,
zikir, meditasi, dsb sesuai
keyakinan agamanya masing-
masing
7. Klien dapat 7. Setelah…x pertemuan a. Diskusikan cara yang mungkin  Cara yang cocok akan membuat
mendemonstras klien memperagakan cara dipilih dan dianjurkan klien memilih klien nyaman.
ikan cara mengontrol perilaku cara yang mungkin untuk  Praktek langsung lebih tepat
mengontrol kekerasan : mengungkapkan kemarahan untuk mengetahui manfaat cara
perilaku o Fisik : tarik nafas b. Latih klien mempergunakan cara yang dilakukan.
kekerasan dalam, memukul yang dipilih  Identifikasi adanya keuntungan
bantal/kasur  Peragakan cara melaksanakan dan kekurangan
o Verbal: cara yang dipilih  Membangkitkan motivasi dan
mengungkapkan  Jelaskan manfaat cara tersebut minat klien.
perasaan kesal/jengkel  Anjurkan klien menirukan
pada orang lain tanpa peragaan yang sudah dilakukan
menyakiti  Beri pengertian pada klien,
o Spiritual : zikir/doa, perbaiki cara yang masih belum
meditasi sesuai sempurna
agamanya c. Anjurkan klien menggunakan cara
yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
8. Klien 8. Setelah…x pertemuan 8.1. Diskusikan pentingnya peran  Kejelasan waktu, tempat dan
mendapat keluarga : serta keluarga sebagai pendukung topic akan membantu keluarga
dukungan o Menjelaskan cara klien untuk mengatasi perilaku untuk kooperatif.
keluarga untuk merawat klien dengan kekerasan  Perlu dilakukan secara bertahap
mengontrol perilaku kekerasan 8.2. Diskusikan potensi keluarga  Memudahkan pemahaman dan
perilaku o Mengungkapkan rasa untuk membantu klien mengatasi penerimaan.
kekerasan puas dalam merawat perilaku kekerasan  Memberikan wawasan kepada
klien 8.3. Jelaskan pengertian, penyebab, keluarga dalam menggali
akibat dan cara merawat klien kemampuan yang ada.
perilaku kekerasan yang dapat  Memberikan cara perawatan
dilaksanakan oleh keluarga yang tepat dan mencegah cara
8.4. Peragakan cara merawat klien yang salah atau kurang tepat.
(menangani perilaku kekerasan)  Membiasakan keluarga agar
8.5. Beri kesempatan keluaraga terlatih dalam pelaksanaan
untuk memperagakan ulang dirumah.
8.6. Beri pujian kepada keluarga
setelah peragaan
8.7. Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dilatihkan
9. Klien 9.1. Setelah…x pertemuan 9.1. Jelaskan manfaat menggunakan  Kejelasan akan membantu klien
menggunakan klien menjelaskan : obat secara teratur dan kerugian jika dan keluarga untuk
obat sesuai o Manfaat minum obat tidak menggunakan obat melaksanakan tidanakan yang
program yang o Kerugian tidak minum 9.2. Jelaskan kepada klien : benar.
telah obat  Jenis obat (nama, warna, dan  Dengan tahu manfaat dan
ditetapkan o Nama obat bentuk obat) kerugian keluarga dan klien akan
o Bentuk dan warna  Dosis yang tepat untuk klien lebih perhatian.
obat  Waktu pemakaian  Kejelasan ajan membantu
o Dosis yang diberikan  Cara pemakaian pelaksanaan tindakan yang benar.
kepadanya  Efek yang akan dirasakan klien  Waktu yang tepat didasari pada
o Waktu pemakaian 9.3. Anjurkan klien : kerja dan efektifitas dan
 Minta dan menggunakan obat penggunaan obat.
o Cara pemakaian
tepat waktu  Efek obat yang diketahui lebih
o Efek yang dirasakan
 Lapor ke perawat/dokter jika awal memudahkan penanganan
9.2. Setelah…x pertemuan mengalami efek yang tidak biasa
klien meggunakan obat akibat efek tersebut.
 Beri pujian terhadap  Membangkitkan minat dan
sesuai program kedisiplinan klien menggunakan motivasi
obat
DAFTAR PUSTAKA

Iyus, Yosep. 2011. Keperawatan Jiwa, Edisi 4. Jakarta : Refika Aditama

Kusumawati & Hartono (2011). Buku Ajar Keperawatan, Jakarta : Salemba

Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa( Teori dan Aplikasi).

Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai