Disusun Oleh:
Fiqri Nur Asshiddiqie
(4338114401220011)
LAPORAN PENDAHULUAN
(Hari, Tanggal Praktik)
B. Rentang respon
Adaptif Maladaptif
Keterangan :
2. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.
Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
5. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri
maupun terhadap orang lain.
2) Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi
sebagai hasil dari akumulasi frustrasi.Frustrasi terjadi apabila
keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau
terhambat. Salah satu kebutuhan manusia adalah “berperilaku”,
apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku
konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut
berperilaku destruktif.
3) Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan
bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu
untuk berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat dipelajari
secara langsung melalui proses sosialisasi (social learning theory).
b) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik,
berbeda satu orang dengan yang lain. Stresor tersebut dapat merupakan
penyebab yang brasal dari dari dalam maupun luar individu. Faktor dari
dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang yang
dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan rasa cinta,
kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar individu
meliputi serangan terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan.
D. Koping mekanisme
Mekanisme koping klien adaptif yaitu mampu berbicara dengan orang lain,
mampu menyelesaikan masalah, tehnik reaksasi, aktifitas kontruktif, melakukan
olahraga. Sedangkan maladaptif klien dengan reaksi berlebih, bekerja berlebih,
menghindar/mengamuk, menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Data
tersebut sesuai dengan teori Purwanto T (2015) yaitu mekanisme koping yang umum
digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi,
depresi, denial, dan reaksi formasi.
Menurut Maramis beberapa mekanisme koping yang dipakai klien marah untuk
melindungi diri antara lain:
a. Sublimasi yaitu menerima suatu sasaran pengganti artinya saat mengami
suatu dorongan, penyalurannya ke arah lain.
b. Proyeksi yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginan yang tidak baik.
c. Represi adalah mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar.
d. Reaksi formasi yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekpresikan
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan
menggunakannya sebagai rintangan.
e. Displacement yaitu melepaskan perasaan yang tertekan, melampiaskan pada
obyek yang tidak begitu berbahaya yang membangkitkan emosi itu.
DAFTAR PUSTAKA
Untari, S. N. (2020). "Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku
Kekerasan." Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta.
Widiasari, N. (2021). "Intervensi Terapi Murotal Dan Terapi Dzikir Pada Tn.S Dengan
Diagnosis Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan." Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Negeri Alaudin Makassar.