Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan yang optimal bagi setiap
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan,
khususnya keperawatan komunitas (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan
batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun
dkk, 2006).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi berbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari
(Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
Keperawatan komunitas lebih menekankan kepada upaya peningkatan kesehatan
dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dengan tidak melupakan upaya-
upaya pengobatan, perawatan, serta pemulihan bagi yang sedang menderita penyakit
maupun dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit (Wahit Iqbal dkk, 2011). Dari
penjelasan diatas maka kelompok tertarik membahas mengenai konsep dasar keperawatan
kounitas.

1
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar keperawatan komunitas.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Mengetahui definisi kepewatan komunitas
b. Mengetahui tujuan dan fungsi keperawatan komunitas
c. Mengetahui prinsip keperawatan komunitas
d. Mengetahui sasaran keperawatan komunitas
e. Mengetahui falsafah keperawatan komunitas
f. Mengetahui tingkat pencegahan keperawatan komunitas
g. Mengetahui strategi intervensi keperawatan komunitas.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi Komunitas dan Kesehatan Masyarakat
Menurut Kontjaraningrat, komunitas adalah sekumpulan manusia yang saling
bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2007). Komunitas
adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama
lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas
adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan di
bawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama di mana mereka tinggal,
kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Keperawatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit
secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta
resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif
masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan
yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut  (Elisabeth, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok
dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh
karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan
membantu masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup
mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang
optimal (Elisabeth, 2007).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai
subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan
dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama
diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status
kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).

2. Definisi Keperawatan Komunitas


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual
3
secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat
maupun sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan  profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan
dan evaluasi pelayanan keperawatan.
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi barbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-
hari (Efendi, 2009). Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan
tujuan untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi
stressor melalui pencegahan primer, sekunder, tersier. Peningkatan kesehatan berupa
pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian
langsung terhadap seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah
kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses
dimana individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk swasta mengambil
tanggung jawab terhadap masyarakat atas kesehatan diri keluarga dan masyarakat,
mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga dan masyarakat serta
menjadi pelaku atau perintis kesehatan dan peminpin yang menggerakan kegiatan
masyarakat dibidang kesehatan berdasarkan azas kemandirian dan kebersamaan. Dari
hal tersebut masyarakat dapat berperan serta dengan menyumbangkan tenaga, pikiran
atau pengetahuan, sarana, dana yang dimilikinya untuk upaya kesehatan.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
(Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan
hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung
jawab serta etika profesi keperawatan (Riyadi, 2007).

4
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa
keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health)
dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif
dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan
(Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal
sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2005).
Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi
yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).

3. Prinsip perawatan kesehatan masyarakat


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa
prinsip, yaitu:
a. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang
besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan
antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).
b. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan
serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
c. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
d. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai
dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
e. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada
(Mubarak, 2005).
5
4. Tujuan keperawatan kesehatan komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu,
keluarga dan kelompok di dalam konteks komunitas serta perhatian langsung terhadap
kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh
dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
secara mandiri.
b. Tujuan khusus
1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
2) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah
keperawatan.
3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan
asuhan keperawatan.
4) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan
asuhan keperawatan di rumah.
6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang
memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas.
7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju
keadaan sehat optimal.

5. Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas


Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam
keperawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
a. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan (Elisabeth, 2007).
6
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan
yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup
sehat, pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam
bidang kesehatan (Mubarak, 2005).
b. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya,
yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus, perawat spesialis komunitas dalam
melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan
masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat,
yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat (Elisabeth,
2007).
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan
manfaat. Partisipasi klien/ masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan
inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth, 2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan
masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen
yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam
mengkombinasikan keahlian masing-masing yang dibutuhkan untuk
mengembangkan strategi peningkatan kesehatan masyarakat (Elisabeth, 2007).
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses
pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif
kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide
baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).
Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada
masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan
masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas,
kepemimpinan dan partisipasi masyarakat  (Elisabeth, 2007).

7
6. Sasaran praktik keperawatan komunitas
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah
kesehatan atau perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari:
a. Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,
pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social,
psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
b. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun
secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara
keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan
dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan
fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi
diri.
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Yang termasuk kelompok khusus adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhannya, seperti:
a) Ibu hamil
b) Bayi baru lahir
c) Balita
d) Anak usia sekolah
e) Lansia
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
a) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin
lainnya.

8
b) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, yaitu:
a) Wanita tunasusila
b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c) Kelompok pekerja-pekerja tertentu, dan lain-lain
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a) Panti werdha
b) Panti asuhan
c) Pusat-pusat rehabilitasi
d) Penitipan balita
d. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup
lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.
Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling
tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama
anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial,
kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi
individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).
1) Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,
pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial,
psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian klien (Riyadi, 2007).
2) Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun
secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara
keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dalam lingkup kebutuhan
dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan
9
fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi
diri (Riyadi, 2007).

3) Masyarakat sebagai klien


Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama
(Riyadi, 2007).

7. Asumsi dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut


ANA (American Nurses Associationi)
1. Asumsi
a) Sistem pemeliharaan yang kompleks.
b) Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
c) Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar praktek
penelitian.
d) Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
e) Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.
2. Kepercayaan
a) Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
b) Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
c) Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.
d) Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
e) Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
f) Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang lama.
g) Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
h) Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara mandiri dan
aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.

8. Paradigma dan Falsafah Keperawatan Komunitas


Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu
manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987).
Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan
melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang
berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik
10
L., ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik
seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh, di suatu daerah
mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya
sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan
saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai
bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, dan
kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Lingkungan dalam paradigma keperawatan
berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status
kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan
budaya dan lingkungan spiritual.
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka
dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik
keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan
komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan
memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma
keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan
pelayanan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan
manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia
yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima
oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
11
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer
pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus-menerus. Individu dalam suatu masyarakat ikut
bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong,
mendidik dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

9. Peran Perawat Komunitas (Provider of Nursing Care)


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat
diantaranya adalah:
1. Penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan
yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti
yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal
yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya
diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase
pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan
kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan
strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran
dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).
3. Role Model
12
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh
masyarakat.
4. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui
pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah
pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa
yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi
hak-hak klien (Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi
hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit
akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
5. Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
6. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses
pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan.
Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan (Mubarak, 2005).
7. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.  Perencanaan ini dapat
diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
8. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
13
Melaksanakan monitoring  terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan
melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
9. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan
dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien.
Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan
dari banyak profesional (Mubarak, 2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau
pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk
berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,
mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses
perubahan dan membimbing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk
merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan,
keterampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak,
2005).
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider
and Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada
masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian
atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari
peran perawat komunitas.

10. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas


Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan
dan pengobatan (curatif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan
14
serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke
lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan
keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan
promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun
kunjungan rumah
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di
rumah
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah
kesehatan, melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan
rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya Rehabilitatif
15
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan
lainnya., dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta,
patah tulang maupun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual
yang mungkin dilakukan oleh perawat
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-
kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit,
misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti
Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya
resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok
yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar
masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan
dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

11. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas


1. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala
sesuatunya di mana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara
langsung maupun tidak langsung serta ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun
kesehatan dari organisme tersebut (Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi lingkungan yang
mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan
bahagia (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia). Menurut WHO (2005),
lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia
dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (Efendi, 2009).
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan
Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas
16
sektoral di bidang sanitasi. Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri
Kesehatan RI pada Agustus 2008.
Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
adalah menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu dengan menggunakan
pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:
a. Tidak BAB sembarangan
b. Mencuci tangan pakai sabun
c. Mengelola air minum dan makanan yang aman
d. Mengelola sampah dengan benar
e. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman
Menurt WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai
berikut:
a. Penyediaan air minum
b. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vector
e. Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskresi manusia
f. Higiene makanan, termasuk higiene susu
g. Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan kerja
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
m. Perencanaan daerah dan perkotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum dan pariwisata
p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi (wabah),
bencana alam dan perpindahan penduduk
q. Tindakan pencegahan  yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat delapan
ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
a. Penyehatan air dan udara
b. Pengamanan limbah padat atau sampah
c. Pengamanan limbah cair
17
d. Pengamanan limbah gas
e. Pengamanan radiasi
f. Pengamanan kebisingan
g. Pengamanan vektor penyakit
h. Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana
2. Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan
yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari
maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi
(Wawan A & Dewi M, 2010).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan ,
makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan
stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif
(pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau
practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan di sini terdiri dari 4 unsur pokok,
yakni: sakit dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan
(Wawan A & Dewi M, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori
(Wawan A & Dewi M, 2010), yaitu:
a. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
b. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa manfaat bagi
kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan sebaliknya ada yang disengaja
atau tidak disengaja berdampak merugikan kesehatan (Wawan A & Dewi M, 2010).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas


Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu metode atau proses yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontinu dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok atau masyarakat melalui langkah-
langkah: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. Dalam
penerapan proses keperawatan (nursing process), terjadi proses alih peran dari tenaga
keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai
kemandirian sasaran dalam menyelesaikan masalah kesehatannya (Herawati & Neny FS,
2012).
18
1. Pengkajian
Pengkajian komunitas (community assessment) adalah proses pengumpulan data
yang berhubungan dengan status kesehatan komunitas dan merupakan sumber data
untuk perumusan diagnosa keperawatan. Pengkajian komunitas merupakan suatu
upaya untuk dapat mengenal masyarakat. Tujuan keperawatan dalam mengkaji
komunitas adalah mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang
mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan strategi
promosi kesehatan (Herawati & Neny FS, 2012).
Jenis data yang dikumpulkan pada pengkajian secara umum dapat diperoleh dari
data subyektif dan data obyektif. Data subyektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan
atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang
diungkapkan secara langsung melalui lisan. Data obyektif yaitu data ayang diperoleh
melalui suatu pemeriksaan, pengamatan, dan pengukuran. Sedangkan sumber data
dapat diperoleh dari data primer dan sekunder, dengan pendekatan kuantitatif maupun
kualitatif. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh pengkaji berdasarkan hasil
pengkajian, sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya.
Metode pengumpulan data yang dapat dilakukan yaitu: wawancara informan
(informan interview), analisis sekunder, observasi atau pengamatan (windshield
survey) (Herawati & Neny FS, 2012).” Model Community as Partner (CAP)
digunakan untuk mengkaji berbagai jenis komunitas dengan luas wilayah, lokasi dan
sumber-sumber yang dimiliki ata karakteristik populasi tertentu. CAP terdiri dari 3
bagian yaitu:
a. Inti komunitas ( The Community Core)
1) Sejarah (history)
2) Data Demografi (Demographic)
3) Suku dan budaya (Ethnicyty)
4) Nilai dan keyakinan (Value dan Beliefs)
5) Persepsi ( Perception), yang terdiri dari persepsi masyarakat terhadap kondisi
lingkungan (merasa aman, nyaman, fasilitas lengkap atau kurang); penilaian
mayarakat terhadap kekuatan dan kelemahan wilayah tempat tinggal mereka;
penilaian terhadap kondisi kesehatan masyarakat secara umum; dan apa
masalah yang mungkin muncul.
b. Subsistem komunitas (The Community subsystems)
19
1) Lingkungan fisik
2) Pendidikan.
3) Keamanan dan transportasi
4) Politik dan pemerintahan
5) Pelayanan social dan pelayanan kesehatan
6) Komunikasi
7) Ekonomi
8) Rekreasi

Aplikasi teori CAP dalam keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :


a. Inti Komunitas
1) Sejarah (history)
a) Melakukan wawancara dengan Tokoh Masyarakat
b) Perubahan yang terjadi
c) Peristiwa atau kejadian yang berkaitan
2) Data demografi (demographic)
a) Komposisi penduduk
b) Kelompok umur
c) Jenis kelamin
3) Suku dan budaya (ethnicyty)
a) Pengamatan terhadap gaya hidup
b) Perilaku yang membudaya (positif atau negatif)
c) Bahasa yang digunakan
d) Perkumpulan yang ada
e) Penyelesaian masalah apakah antar etnis atau golongan khusus
4) Nilai dan keyakinan (values and beliefs)
a) Melakukan wawancara dan observasi bagaimana bentuk interaksi di
masyarakat
b) Adakah perilaku yang mempengaruhi kesehatan individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat (misal narkoba)
b. Subsistem komunitas (The Community Subsystems)
a) Lingkungan fisik
Observasi ada fasilitas umum yang dipergunakan (lapangan
olahraga,warnet/wartl,bioskop,fasilitas ibadah)
b) Pendidikan
20
(1) Kumpulan data tentang tingkat pendidikan masyarakat
(2) Keberadaan fasilitas pendidikan lengkap
c) Keamanan dan transportasi
(1) Lakukan pengamatan dan observasi tentang alat transfortasi
(2) Keamanan pemakai alat transportasi
(3) Kecepatan kendaraan yang digunakan
(4) Keberadaan rambu- rambu lalu lintas
(5) Kondisi jalan dan fasilitas
(6) Apakah ada pos polisi atau satpam atau sistem keamanan linkungan
(7) Adakah gangguan keamanan
d) Politik dan pemerintahan
(1) Bagaimana kegegiatan politik di wilayah tersebut?
(2) Adakah anggota masyarakat terlibat dalam kegiatan politik?
(3) Bagaimana menyikapi perbedaan pendapat ataun golongan politik?
e) Pelayanan sosial
(1) Lakukan wawancara dan observasi pelayan sosial yang ada misalnya
dengan LSM
(2) Ketersediaan fasilitas kesehatan
f) Komunikasi
(1) Amati cara komunikasi di wilayah tersebut terhadap
keluarga,lingkungan/masyarakat sekitar,aparaat pemerintah.
(2) Adakah masalah antar kelompok?
(3) Bagaimana cara menyampaikan aspirasi
g) Ekonomi
1. Pendapatan rata – rata penduduk
2. Apakah keluarga memiliki tabungan
3. Mempunyai usaha tambahan
4. Apakah keluarga mempunyai kemampuan membeli alat transportasi
misal : motor/mobil
5. Adakah lokasi transaksi jual beli misal pasar dll
h) Rekreasi
(1) Apakah ada tempat rekreasi
(2) Apakah tempat rekreasi dimanfaatkan oleh masyarakat
i) Persepsi
(1) Bagaimana persepsi masyarakat terhadap komunikasi lingkungan
21
(2) Penilaian masyarakat terhadap penilaiannya

c. Status kesehatan komunitas


Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic,
antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi.
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang
harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,
psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhi (Mubarak, 2005).
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk
tanya jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat
tentang hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara
harus dilakukan dengan ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana
dan mudah dipahami oleh pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil
wawancara atau anamnesa dicatat dalam format proses keperawatan
(Mubarak, 2005).
b) Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek
fisik, psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosa
keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indera dan
hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).
c) Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan
keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka
pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu menegakkan
diagnosa keperawatan dengan cara Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan Palpasi
(Mubarak, 2005).
2) Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data
dengan cara sebagai berikut :
22
1) Klasifikasi data atau kategori data
2) Penghitungan prosentase cakupan
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
3) Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat
apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan (Mubarak, 2005).

No Kelompok data Diagnosis Keperawatan

4) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang
selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang telah
dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas
masalah  (Mubarak, 2005).
5) Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria
diantaranya adalah  (Mubarak, 2005):
1)      Perhatian masyarakat
2)      Prevalensi kejadian
3)      Berat ringannya masalah
4)      Kemungkinan masalah untuk diatasi
5)      Tersedianya sumberdaya masyarakat
6)      Aspek politis

Prioritas Masalah (Stanhope dan Lancaster 2004)


No Kriteria Bobot kriteria Masalah Bobot 1-5 Rasional Makna
(1-5) Masalah
(CxM)
1 Kesadaran
masyarakat
23
terhadap
masalah
2 Motivasi
komunity
untuk
mengatasi
masalah
3 Kemampuan
perawat
untuk
mengatasi
masalah
4 Fasilitas
yang
tersedia
untuk
mengatasi
masalah
5 Derajat
keparahan
masalah
6 Cepat
masalah
teratasi

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang
aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul
kemudian. Jadi diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan
pasti tentang status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan
masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah
dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi
(Mubarak, 2009). Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi

24
terhadap stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam 3 komponen: Problem,
Etiologi, Simptom (Herawati & Neny FS, 2012).
Contoh : Risiko terjadinya peningkatan ISPA pada warga di desa X sehubungan
dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap peningkatan status
kesehatan ditandai dengan tingginya angka kejadian ISPA pada 6 bulan terakhir yaitu
25% berdasarkan data Puskesmas.
Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat dapat disampaikan dalam
pelaksanaan lokakarya mini atau istilah lainnya Musyawarah Masyarakat
Desa/RW(MMRW).
NANDA International,Inc. menyediakan terminalogi standar diagnosis
keperwatan, dan menyajikan semua diagnosis dalam skema klasifikasi, lebih khusus
disebut sebagai sebuah taksonomi. Suatu terminalogi adalah suatu sistem istilah yang
dikhususkan, ketika taksonomi adalah sains atau teknik yang digunakan untuk
menciptakan suatu sistem untuk mengklasifikasikan istilahistilah tersebut. Dalam
kaitanya dengan keperawatan, terminalogi diagnosis keperawatan NANDA-I
mencakup istilah-istilah (label) yang terdefinisi dan digunakan untuk menggambarkan
penilaian klinis yang dibuat oleh perawat profesional. Taksonosmi adalah sebuah cara
mengelompokan atau menyusun hal-hal dalam kategori. Di sisi lain, terminalogi
adalah bahasa yang digunakan untuk menggambarkan hal tertentu.
- Diagnosis berfokus masalah - sebuah penelitian klinis tentang respons manusia
yang tidak diinginkan terhadap gangguan kesehatan/yang ada dalam proses
kehidupan individu, keluarga, kelompok, ata komunitas
- Diagnosis risiko- sebuah penilaian klinis mengenai kerentanan individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat untuk mengembangkan respons manusia
yang tidak diinginkan terhaap gangguan kesehatan/proses kehidupan
- Diagnosis promosi kesehatan- suatu penilaian klinis tentang motivasi dan
keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengaktualisasikan potensi
kesehatan manusia. Respons ini diungkapkan dengan kesiapan meingkatkan
perilaku kesehatan tertentu, dan dapat digunakan dalam kondisi sehat. Respons
promosi kesehatan mungkin ada dalam individu, keluarga,kelompok, atau
komunitas.

3. Perencanaan Keperawatan
25
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesui dengan diagnosis keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Mubarak, 2009).
Tahap berikutnya dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang
harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan
dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan
diagnosis keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana
pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan
dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat
seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara
untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk
menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja
kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat
secara bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan
kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan di
wilayahnya.
c. Tahap pendidikan dan latihan
1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
2) Melakukan pengkajian
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
4) Melatih kader
5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
d. Tahap formasi kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoral
f. Tahap akhir

26
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi
serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan
lebih lanjut.
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai
berikut:
1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan
fisik dan laboratorium
4) Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan
atau komunitas bila stressor dari lingkungan
5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
A nursing-sensitive patient outcome adalah kondisi individu, keluarga, atau
masyarakat, perilaku, atau persepsi yang diukur sepanjang rentang dalam berespon
terhadap intervensi keperawatan. Outcomes adalah konsep variable yang dapat diukur
sepanjang kontinum menggunakan skala pengukuran. Outcomes dinyatakan sebagai
konsep yang mencerminkan seorang pasien, pengasuh/caregiver, keluarga, atau
kondisi masyarakat, perilaku, atau persepsi daripada hanya sekedar sebagai tujuan
yang diharapkan.
Level 1 (7) DomainVII-Kesehatan Komunitas
Domain Outcomes yang menggambarkan kesehatan,
kesejahteraan, dan fungsi dari komunitas atau
populasi.

Level 2 BB-Kesejahteraan Komunitas


Kelas Outcomes yang menggambarkan keseluruhan status
kesehatan kompetensi komunitas atau populasi.
CC-Perlindungan Kesehatan Komunitas
Level 3 2700-Kompetensi Komunitas
Outcomes 2703-Respon Berduka Komunitas
2701-Status Kesehatan Komunitas
2800-Status Imun Komunitas
2704-Ketahanan Komunitas
2702-Tingkat Kekerasan di Komunitas
2804-Kesiapan Komunitas terhadap bencana

27
2806-Respon Komunitas terhadap bencana
2807-Keefektifan Skrining Kesehatan Komunitas
2808-Keefektifan program komunitas
2801-Kontrol risiko komunitas : penyakit kronik
2802-Kontrol Risiko komunitas : penyakit menular
2803-kontrol risiko komunitas: terpapar timbal
2809- kontrol risiko komunitas: obesitas
2810-kontrol risiko komunitas : tradisi budaya yang
tidak sehat
2805-kontrol risiko komunitas : kekerasan

28
Prioritas Masalah Tujuan Strategi Rencana Kegiatan Standar atau Kriteria

Format Perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas

Rencana Kerja (Plan of Action/POA)

No Kegiatan Tujuan Sumber Daya


Penanggung Waktu Tempat Alokasi Dana Kelanjutan
Jawab

29
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan
masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini
melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2009).
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada
keperawatan komunitas adalah:
1. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK)
dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2009)
2. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama
profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2009).
3. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang
telah disusun (Mubarak, 2009).
4. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten (Mubarak,
2009).
5. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya
dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan
akan tercapai. Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi fokus adalah :
program kesehatan komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan
partnership in community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2009).
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat bertanggung jawab untuk
melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya:
a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi,
mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.
b. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.

30
c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat
pencegahan, yaitu :
a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada
populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta
perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi,
simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan.
Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk
mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji keter¬belakangan tumbuh
kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan
seperti mata, gigi, telinga, dll.
c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada
tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh:
Membantu keluarga yang mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi
untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.

Evaluasi SWOT
1. Strength (kekuatan)
Terjadinya sarana dan prasarana yang memadai untuk dijadikan pendukung
diadakannya implementasi keperawatan komunitas.
2. Weakness (kelemahan)
Rendahnya kemampuan warga dalam menyerap materi, kondisi kelemahan
yang terdapat di dalam masyarakat.
3. Opportunity (kesempatan)
Merupakan kondisi peluang atau kesempatan masyarakat kelurahan yang akan
berkembang di masa yang akan datang.
4. Treath (Ancaman)
Merupakan kondisi yang dapat mengancam masyarakat kelurahan dari
lingkungan luar.

31
5. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan
tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2009). Kegiatan
yang dilakukan dalam penilaian:
1. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan
pelaksanaan.
3. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya
apabila masalah belum teratasi.
4. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi
dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap implementasi yang telah
dilakukan.
Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
adalah:
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf
atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
3) Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta
keuntungan program.
4) Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas
terhadap tindakan yang dilaksanakan.
5) Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa
perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.

Proses (Formatif) Dampak (Sumatif; hasil Haril (jangka panjang)


jangka pendek)
Implementasi program Efek segera program Insedens dan prevalensi
termasuk sebagai contoh : factor risiko, morbiditas
- Respon tempat - pengetahuan dan mortalitas
- Respon penerima - perilaku
32
- Respon praktisi - persepsi
- kompetensipersonal - keterampilan
- keyakinan
- akses terhadap
pelayanan

33
BAB III
PENGKAJIAN KOMUNITAS
MODEL COMMUNITY AS PARTNER

Asuhan keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk memecahkan


masalah kesehatan yang ada dimasyrakat secara sistematis dan rasional yang didasarkan pada
kebutuhan dan masalah masyrakat. Penerapan ilmu dan kiat asuhan keperawatan komunitas
yang ada dimasyarakat dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan untuk dapat mencapai
tujuan yang kita dapatkan pelaksanaan kegiatan mahasiswa praktik profesi keperawatan
komunitas di di RW 04 RW 05,RW 06 kelurahan tonjong , kecamatan majalengka selama 3
minggu dari tanggal 27 juli sampai 15 agustus 2020 dengan kegiatan sebagai berikut.
Dari pengkajian dikelurahan tonjong, kecamatan Majalengka tanggal 29 Juli 2020
didapatkan data dari Kelurahan Tonjong sebagai berikut :

A. PENGKAJIAN
1. Inti Komunitas
a. Sejarah (history)
Perkampungan yang dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah utara dan
wilayah selatan. Wilayah utara yang di beri nama Cicenang, nama Cicenang
diambil dari air yang bening. Sebelah selatan di sebut Tonjong, adapun nama
Tonjong berasal dari bentuk wilayah daerah tersebut yaitu lonjong, selain itu
wilayah tersebut banyak pohon Tanjung. Wilayah Tonjong dibagi menjadi dua
yaitu : lingkungan Mekarguna yang diambil dari nama Martaguna dan lingkungan
Mekarjaya yang diambil dari nama Buyut atau Demang Simajaya. Tonjong
Sebelah Selatan disebut Dukuh Gembol, karena di tempat tersebut terjadi musibah
datangnya angin yang sangat kencang.

Masyarakat Tonjong termasuk rajin melaksanakan ajaran Agama Islam. Setiap


sore masyarakat pergi ke langgar, terutama anak remaja, setelah shalat maghrib
mereka belajar mengaji sampai dengan selesai shalat isya. Para remaja belajar
pencak silat yang di bimbing oleh kyai Haji Sastra, sehingga banyak masyarakat
Tonjong yang pandai bermain pencak silat.

Para Pemimpin atau Kuwu yang memimpin Desa Tonjong sampai saat ini ada
12 orang, dari tahun 1912 sampai dengan sekarang, sebagai berikut :
34
1 Kuwu Rawiyah 1912-1914
2 Kuwu Emah 1914-1916
3 Kuwu Anten 1916-1926
4 Kuwu Mukra 1926-1938
5 Kuwu Karya 1938-1965
6 Kuwu Madsuri 1965-1980
7 Kuwu Sukarna 1980-1992
Terjadi perubahan status menjadi kelurahan
8 Lurah Abdul Mukti 1992-1994
9 Lurah Sumarna 1994-1999
10 Lurah Samsu 1999-2000
11 Lurah Aam Syamsudin 2000-2005
12 Lurah Jaman 2005-2007

b. Data demografi (demographic)


Kelurahan Tonjong merupakan saklah satu kelurahan yang termasuk dalam
wilayah Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka, letaknya tidak terlalu
jauh dan ibu kota kabupaten, jarak dari ibu kota kecamatan ±1 km dengan waktu
tempuh ± 5 menit dan jarak dari ibu kota kadipaten ± 1 km dengan waktu tempuh
± 10 menit. Transfortasi ke ibu kota kecamatan maupun ibu kota kabupaten sangat
memadai karena kelurahan tonjong merupakan lintasan kendaraan umum baik dari
kota maupun antar kota dari semua jurusan yang menuju ke terminal kots
majalengka, sehingga kelurahan tonjong dapat dicapai dari segala penjuru.
Kelurahan Tonjong memiliki luas tanah seluas 1,75 Km2, luas desa 174,745
Ha, kondisi geografis ketinggian tanah 3m dari permukan laut, banyak curah hujan
200 min/tn, suhu udara 320 c. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 1 km, jarak
dari pusat pemerintahan kabupaten 1,5 km, jarak dari pusat pemrintahan provinsi
82 km, jarak dari ibu kota negara 90 km. Batas wilayah sebelah utara (kelurahan
cicenang), sebelah selatan (kelurahan cigasong) sebelah barat (kelurahan
majalengka wetan), sebelah timur (kelurahan cigasong).
Kelurahan Tonjong memiliki Luas wilayah 174.745 Ha, dengan batas wilayah
sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Kelurahan Cicenang
2) Sebelah Selatan : Kelurahan Cigasong
3) Sebelah Barat : kelurahan Majalengka Wetan
4) Sebelah Timur : Kelurahan Cigasong

Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase%


35
Laki-laki 1727 48,4%
Perempuan 1842 51,6%
Total 3569 100%
(Data Statistik Kelurahan Tonjong,2020)

Dari hasil distribusi diatas jumlah penduduk di kelurahan tonjong, yaitu


3.569 orang yang terdiri dari laki-laki 1.727 orang (48,4%) dan perempuan
1.842 orang (51,6%). Jadi mayoritas penduduk di kelurahan tonjong berjenis
kelamin perempuan.

c. Suku dan budaya (ethnicyty)


Di Kelurahan Tonjong sebagian besar warga bersuku sunda dan kebudayaanya
sudah modern akan tetapi tidak terlepas dari adat istiadat.

d. Nilai dan keyakinan (values and beliefs)


Tabel 3.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Nilai dan Keyakinan
Agama Jumlah Persentase (%)
Islam 3757 99,9%
Kristen 2 0,1%
Total 3759 100%
(Profil Kelurahan Tonjong, 2017 )
Dari hasil tabel distribusi diatas jumlah penduduk di kelurahan Tonjong
mayoritas beragama Islam sebanyak 3757 orang (99,9%), sementara untuk angama
Kristen hanya 2 orang (0,1%)
2. Subsistem komunitas (The Community Subsystems)
a. Lingkungan fisik
Perumahan dan lingkungan kelurahan tonjong sebagian besar keluarga
merupakan pengguna perusahaan Listrik Negara (PLN) sebanyak 1130 keluarga.
Untuk bahan bakar memasak sebagian besar warga kelurahan tonjong
menggunakan gas LPG 3kg sedangkan tempat pembungan sampah keluarga
tidak memiliki Tempat pembuangan sampah sementara (TPS), sebagian besar
keluarga memiliki fasilitas jamban sendiri. Tempat pembuangan tinja sebagian
besar keluarga ke instalasi pengelolaan air limbah. Sumber air untuk minum
sebagian besar keluarga di kelurahan tonjong berasal dari PDAM dan Sumur,
sedangkan untuk mandi/mencuci sebagian besar keluarga berasal dari sumur.
(Kelurahan Tonjong, 2020)
b. Pendidikan
Tabel 3.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

36
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SD 173 24,3%
SMP 150 21,0%
SMA 11 1,5%
D3 17 2,4%
S1 10 1,4%
Tidak Tamat SD 352 49,4%
Total 713 100%
(Profil Kelurahan Tonjong,2017 )
Dari tabel distribusi diatas tingkat pendidikan di kelurahan Tonjong sebagian
besar masyarakat tidak tamat SD sebanyak 352 orang (49%) dan hanya sedikit
yang lulusan sarjana sebanyak 10 orang (1,4%).
c. Keamanan dan transportasi
Masyarakat Di Kelurahan Tonjong memiliki jadwal ronda rutin untuk
keamanan lingkungan dan sebagian besar warga memiliki kendaraan pribadi.
d. Politik dan pemerintahan
Perangkat Desa Kelurahan Tonjong di pilih langsung oleh Kepala Desa
sementara untuk pengurus RT/RW di pilih melalui aspirasi masyarakat, dan
untuk perangkat di Kelurahan Tonjong di pilih langsung oleh Bupati.
Masyarakat di Kelurahan Tonjong Khususnya Pemuda Pemudi aktif dalam
Kegiatan Karang Taruna.
e. Pelayanan Sosial
Di kelurahan tonjong memiliki fasilitas 4 Posyandu yang aktif setiap 1 bulan
sekali.
f. Komunikasi
Ada komunikasi antar warga dengan kelurahan namun aspirasi warga di
tampung di RT dan RW untuk di sampaikan ke kelurahan.

g. Ekonomi
Tabel 3.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Ekonomi

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)


Karyawan 118 16,3%
TNI/Polri 50 6,9%
Wiraswasta 156 21,5%
Tani 61 8,4%
Buruh 290 40,1%
Pensiunan 49 6,8%
37
Total 724 100%
(Profil Kelurahan Tonjong, 2017 )
Dari tabel distribusi diatas jumlah penduduk sebagian besar warga bermata
pencaharian sebagai buruh (40,1%) dan wiraswasta/berdagang (21,5%).
3. Status Kesehatan Komunitas
Dari hasil data sekunder yang di dapat dari Puskesmas Majalengka tentang
status kesehatan di Kelurahan Tonjong kecamatan Majalengka RW 04, RW 05 dan
RW 06 didapatkan daftar status kesehatan sebagai berikut:
Tabel 3.5 Masalah Kesehatan di Kelurahan Tonjong RW 04, 05 dan 06

RW04+05+06 T
INDIKATOR F %
Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) 163 24,7
Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan 1 0,2
Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 1 0,2
Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif 11 1,7
Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan 2 0,3
Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai 11 1,7
standar
Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur 87 13,2
Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak 31 4,7
ditelantarkan
Anggota keluarga tidak ada yang merokok 399 60,4
Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional 308 46,6
(JKN)
Keluarga mempunyai akses sarana air bersih 27 4,1
Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat 62 9,9

(Indikator Keluarga Sehat Puskesmas Majalengka, 2019)

Keterangan : Kolom yang berwarna merah menunjukan masalah kesehatan

38
Dari data distribusi di atas masalah kesehatan di kelurahan Tonjong kecamatan
Majalengka, RW 04, RW 05, RW 06 yaitu :

1. Anggota keluarga masih ada yang merokok sebanyak 399 KK (60,4%)


2. Keluarga belum menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
sebanyak 308 KK (46,6%)
3. Keluarga belum mengikuti program Keluarga Berencana (KB) sebanyak
163 KK (24,7 %)
4. Penderita hipertensi belum melakukan pengobatan secara teratur sebanyak
87 KK (13,2%)

39
B. ANALISA DATA
No Data Data Objektif Diagnosis Keperawatan
Subjektif Komunitas

1. - Hasil data sekunder yang di Potensial terjadinya proses


didapat dari Puskesmas penyakit gangguan pernafasan
Majalengka di kelurahan akibat banyaknya masyarakat
tonjong RW 04,05 dan 06 yang merokok di Kelurahan
menunjukan bahwa masalah Tonjong RW 04, 05 dan 06
kesehatan dilihat dari
indikator keluarga sehat
yang belum tercapai yaitu
anggota keluarga tidak ada
yang merokok sebanyak 399
KK (60,4%)

40
2. - Hasil data sekunder yang di Potensial terjadinya penurunan
didapat dari Puskesmas pemeliharaan dan perlindungan
Majalengka di kelurahan kesehatan keluarga tidak
tonjong RW 04,05 dan 06 menjadi anggota Jaminan
menunjukan bahwa masalah Kesehatan Nasional (JKN)
kesehatan dilihat dari
indikator keluarga sehat
yang belum tercapai yaitu
Keluarga sudah menjadi
anggota Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) sebanyak
308 KK (46,6%)

3. - Hasil data sekunder yang di Potensial ketidakefektifan


didapat dari Puskesmas proses kehamilan-melahirkan
Majalengka di kelurahan akibat keluarga tidak mengikuti
tonjong RW 04,05 dan 06 program Keluarga Berencana
menunjukan bahwa masalah (KB) di Kelurahan Tonjong
kesehatan pdilihat dari RW04,05 dan 06
indikator keluarga sehat

41
yang belum tercapai yaitu
Keluarga mengikuti program
Keluarga Berencana (KB)
sebanyak 163 KK (24,7 %)

4. - Hasil data sekunder yang di Resiko terjadinya komplikasi


didapat dari Puskesmas akibat penderita hipertensi di
Majalengka di kelurahan kelurahan Tonjong RW04,05
tonjong RW 04,05 dan 06 dan 06 tidak memeriksakan
menunjukan bahwa masalah kesehatannya secara rutin
kesehatan dilihat dari
indikator keluarga sehat
yang belum tercapai yaitu
penderita hipertensi
melakukan pengobatan
secara teratur sebanyak 87
KK (13,2%)

C. PRORITAS MASALAH DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN


No.
Diagnosis Keperawatan Jumlah
Prioritas
1. Resiko terjadinya penyakit gangguan pernafasan akibat (60,4%)
banyaknya masyarakat yang merokok di Kelurahan
Tonjong RW 04, 05 dan 06
2. Potensial terjadinya penurunan pemeliharaan dan (46,6%)
perlindungan kesehatan akibat keluarga tidak menjadi
anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di
Kelurahan Tonjong RW 04, 05 dan 06
3. Potensial ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan (24,7 %)
akibat keluarga tidak mengikuti program Keluarga
Berencana (KB) di Kelurahan Tonjong RW04,05 dan 06
4. Resiko terjadinya komplikasi akibat penderita hipertensi (13,2%)

42
di kelurahan Tonjong RW 04, 05 dan 06 tidak
memeriksakan kesehatannya secara rutin

43
D. RENCANA KEPERAWATAN

44
Prioritas Masalah Tujuan Rencana Kegiatan
Potensial terjadinya penyakit Tujuan Jangka Panjang : 1. Kaji pengetahuan masyarakat tentang merokok
gangguan pernafasan akibat banyaknya Setelah di lakukan tindakannya tindakan 2. Berikan Pendidikan Kesehatan pada masyarakat
masyarakat yang merokok di diharapkan kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok, penyakit akibat merokok,
Kelurahan Tonjong RW 04, 05 dan 06 meningkat sehingga tidak ada anggota upaya pencegahan penyakit akibat merokok
keluarga yang merokok di kelurahan
Tonjong RW 04,05 dan 06

Tujuan Jangka pendek :


Setelah dilakukannya tindakan 1x40 menit
diharapkan perokok di Kelurahan Tonjong
RW 04, 05 dan 06 dapat mengetahui
tentang bahaya merokok
Potensial terjadinya penurunan Tujuan jangka panjang : 1. Berikan pendidikan kesehatan mengenai informasi
pemeliharaan dan perlindungan Setelah dilakukan tindakan diharapkan jaminan kesehatan nasional (JKN)
kesehatan akibat keluarga belum masyarakat dikelurhan tonjong RW 04,05 2. Menghimbau agar akan pentingnya mengikuti anggota
menjadi anggota Jaminan Kesehatan dan 06 dapat menjadi anggota JKN untuk jaminan kesehatan nasional (JKN)
Nasional (JKN) di Kelurahan Tonjong seterusnya 3. Kaji dampak negatif dan positif dari kebijakan
RW 04, 05 dan 06 kesehatan terhadap standar praktik kesehatan terhadap
pasien dan terhadap biaya yang dikeluarkan

Tujuan jangka pendek :


Setelah dilakukan tindakan selama 1x40
menit diharapkan masyarakat dikelurahan
tonjong RW 04, 05, 06 dapat mengetahui
tentang (pentingnya JKN, manfaat serta
langkah-langkah membuat JKN)
Potensial ketidakefektifan proses Tujuan jangka panjang : 1. Berikan pendidikan kesehatan mengenai KB, jenis
kehamilan-melahirkan akibat keluarga Setelah dilakukan tindakan diharapkan KB, cara penggunaan dampak dari KB dan manfaat
belum mengikuti program Keluarga 45
masyarakat di kelurahan Tonjong RW penggunaan KB.
Berencana (KB) di Kelurahan Tonjong 04,05, dan 06 dapat mengikuti program 2. Berikan motivasi keluarga agar menggunakan alat
RW04,05 dan 06 keluarga berencana (KB). kontrasepsi
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Analisa Data
No. Prioritas Masalah Implementasi Evaluasi
(Penyebab Masalah)
1. Potensial terjadinya Hasil data sekunder yang di didapat dari 1. Melakukan Berikan Pendidikan 1. Penyuluhan dilakukan di
proses penyakit Puskesmas Majalengka di kelurahan tonjong Kesehatan pada masyarakat Kelurahan Tonjong
gangguan pernafasan RW 04,05 dan 06 menunjukan bahwa masalah tentang bahaya merokok, khususnya perwakilan
akibat banyaknya kesehatan dilihat dari indikator keluarga sehat penyakit akibat merokok, upaya RW 04, 05 dan 06 pada
masyarakat yang yang belum tercapai yaitu anggota keluarga pencegahan penyakit akibat hari jum’at 07 agustus,
merokok di Kelurahan tidak ada yang merokok sebanyak 399 KK merokok pukul 09.00 WIB.
Tonjong RW 04, 05 (60,4%) Perwakilan warga yang
dan 06 hadir 6 orang dari RW 04
dan 06 dapat mengetahui
dan memahami tentang
bahaya merokok yang
ditelah disampaikan
pemateri penyuluhan.
2. Potensial terjadinya Hasil data sekunder yang di didapat dari 1. Melakukan pendidikan kesehatan 2. Penyuluhan dilakukan di
penurunan Puskesmas Majalengka di kelurahan tonjong mengenai informasi jaminan Kelurahan Tonjong pada
pemeliharaan dan RW 04,05 dan 06 menunjukan bahwa masalah kesehatan nasional (JKN) hari jum’at 07 Agustus
perlindungan kesehatan dilihat dari indikator keluarga sehat 2. Memberikan motivasi agar 2020, pukul 09.30 WIB.
kesehatan akibat yang belum tercapai yaitu Keluarga sudah masyarakat sadar akan Perwakilan warga yang
keluarga tidak menjadi menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional pentingnya mengikuti anggota hadir ada 6 orang
anggota Jaminan (JKN) sebanyak 308 KK (46,6%) jaminan kesehatan nasional perwakilan dari RW 06
Kesehatan Nasional dan 04 dapat mengetahui
46
(JKN) di Kelurahan (JKN) dan memahami tentang
Tonjong RW 04, 05 infomasi mengenai
dan 06 jaminan kesehatan (JKN)

3. Potensial Hasil data sekunder yang di didapat dari 1. Melakukan pendidikan 3. Penyuluhan dilakukan di
ketidakefektifan proses Puskesmas Majalengka di kelurahan tonjong kesehatan mengenai KB, jenis Kelurahan Tonjong pada
kehamilan-melahirkan RW 04,05 dan 06 menunjukan bahwa masalah KB, cara penggunaan dampak hari jum’at 07 Agustus
akibat keluarga belum kesehatan pdilihat dari indikator keluarga sehat dari KB dan manfaat 2020, pukul 09.30 WIB.
mengikuti program yang belum tercapai yaitu Keluarga mengikuti penggunaan KB. Perwakilan warga yang
Keluarga Berencana program Keluarga Berencana (KB) sebanyak 2. Memberikan motivasi keluarga hadir ada 6 orang
(KB) di Kelurahan 163 KK (24,7 %) agar menggunakan alat perwakilan dari RW 06
Tonjong RW04,05 dan kontrasepsi dan 04 dapat mengetahui
06 dan memahami tentang
program KB yang di
sampaikan.
4. Resiko terjadinya Hasil data sekunder yang di didapat dari 1. Memberikan Pendidikan 4. Penyuluhan dilakukan di
komplikasi akibat Puskesmas Majalengka di kelurahan tonjong Kesehatan pada klien mengenai Kelurahan Tonjong pada
penderita hipertensi di RW 04,05 dan 06 menunjukan bahwa masalah penyebab, cara pencegahan dan hari jum’at 07 Agustus
kelurahan Tonjong kesehatan dilihat dari indikator keluarga sehat pengobatan serta diit tentang 2020, pukul 09.30 WIB.
RW04,05 dan 06 tidak yang belum tercapai yaitu penderita hipertensi hipertensi Perwakilan warga yang
memeriksakan melakukan pengobatan secara teratur sebanyak hadir ada 6 orang
kesehatannya secara 87 KK (13,2%) perwakilan dari RW 06
rutin dan 04 dapat mengetahui
dan memahami tentang

47
penyakit hipertensi yang
disampaikan.

48
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Majalengka tentang


masalah kesehatan yang ada di Kelurahan Tonjong RW 04, 05 dan 06 dilihat dari
Indikator Keluarga Sehat (IKS) di temukan 4 masalah tertnggi, yaitu:

1. Anggota keluarga masih ada yang merokok sebanyak 399 KK (60,4%)


2. Keluarga belum menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebanyak
308 KK (46,6%)
3. Keluarga belum mengikuti program Keluarga Berencana (KB) sebanyak 163 KK
(24,7 %)
4. Penderita hipertensi belum melakukan pengobatan secara teratur sebanyak 87
KK (13,2%)
Dalam pelaksanaan rencana keperawatan hanya beberapa point edukasi dan
motivasi tentang 4 masalah tersebut yang dapat di laksanakan karena di sesuaikan
dengan kondisi di lapangan dan setelah dilakukan penyuluhan pada hari jum’at 07
agustus, pukul 09.30 WIB, perwakilan RW 04, 06 berpartisipasi hadir dan memahami
materi penyuluhan yang diberikan.

B. Saran
Setelah adanya PBL keperawatan komunitas di Kelurahan Tonjong
Khususnya RW 04, 05, dan 06 kami berharap setelah dilakukannya penyuluhan
masyarakat dapat memahami dan mengikuti apa yang disarankan untuk mengubah
perilaku atau kebiasaan menuju hidup bersih dan sehat.

49
DAFTAR PUSTAKA

Clark M.J. 1999. Nursing in the community: Dimensions of community health nursing.
Standford Connecticut: Appleton & Lange.

Efendi F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan.
Salemba Medika: Jakarta

Herawati, Neni FS. 2012. Buku Panduan Praktikum Keperawatan Komunitas I. PSIK FK
UNLAM: Banjarbaru.

Herdman, T. Heather dan Kamitsuru,Shigemi. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Hidayat AH. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba Medika: Jakarta.

Mubarak IW. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. CV Sagung
Seto: Jakarta.

Swanson, Elizabeth, dkk. 2016. Nursing Outcomes Clasification (NOC). Yogyakarta:


Mocomedia.

Wawan A, Dewi M. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Nuha Medika: Yogyakarta.

50

Anda mungkin juga menyukai