Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

GLOBAL DELAY DEVELOPMENT (GDD)

A. DEFINISI
Perkembangan yang terlambat (developmental delay) adalah ketertinggalan
secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan
sosial seorang anak bila dibandingkan dengan anak normal seusianya. 2 Seorang anak
dengan developmental delay akan tertunda dalam mencapai satu atau lebih
perkembangan kemampuannya.
Global Developmental Delay (GDD) adalah anak yang tertunda dalam mencapai
sebagian besar hingga semua tahapan perkembangan pada usianya. Prevalensi GDD
diperkirakan 5-10 persen dari populasi anak di dunia dan sebagian besar anak dengan
GDD memiliki kelemahan pada semua tahapan kemampuannya.
Global Delay development merupakan keadaan yang terjadi pada masa
perkembangan dalam kehidupan anak (lahir hingga usia 18 bulan). Ciri khas GDD
biasanya adalah fungsi intelektual yang lebih rendah daripada anak seusianya disertai
hambatan dalam berkomunikasi yang cukup berarti, keterbatasan kepedulian terhadap
diri sendiri, keterbatasan kemampuan dalam pekerjaan, akademik, kesehatan dan
keamanan dirinya.

B. PERKEMBANGAN ANAK DENGAN GDD


Komponen perkembangan yang diperiksa pada anak dengan GDD :
1. Komponen motorik (kemampuan motorik kasar seperti bangkit berdiri, berguling,
dan motorik halus seperti memilih benda kecil).
2. Kemampuan berbicara dan bahasa (berbisik, meniru kata, menebak suara yang
didengar, berkomunikasi non verbal misalnya gesture, ekspresi wajah, kontak mata).
3. Kemampuan kognitif (kemampuan untuk mempelajari hal baru, menyaring dan
mengolah informasi, mengingat dan menyebutkan kembali, serta memberikan
alasan).
4. Kemampuan sosial dan emosi (interaksi dengan orang lain dan perkembangan sifat
dan perasaan seseorang).

1
C. ETIOLOGI
Penyebab dari GDD (Global Development Delay), antara lain :
1. Gangguan genetic atau kromosom seperti down syndrome
2. Gangguan atau infeksi susunan saraf seperti cerebral palsy, sindrom rubella atau
spina bifida.
3. Bayi yang lahir premature, bayi berat lahir rendah.

D. PATOFISIOLOGI

Infeksi dari ibu selama di


kandungan (CMV,
Rubella, Toksoplasma)

Anak dengan CMV


kongenital Masuk melalui
saluran eustachius di
telinga

Suhu tubuh Immaturitas imun


meningkat tubuh
Cairan serumen
meningkat

Kejang Proses infeksi


Otitis media

Pertumbuhan otak
terhambat
Kurang pendengaran

Mikrocephali

Perkembangan
Perkembangan syaraf bahasa dan personal
syaraf terganggu sosial terganggu

Perkembangan
motorik kasar dan
halus terganggu

Defisiensi Keterlambatan Ansietas orang


pengetahuan pertumbuhan dan tua
orang tua perkembangan

2
Ketidakefektifan
performa peran
E. TANDA DAN GEJALA
Sebagian besar pemeriksaan pada anak dengan delay development difokuskan
pada keterlambatan perkembangan kemampuan kognitif, motorik, atau bahasa. Gejala
yang terdapat biasanya :
1. Keterlambatan perkembangan sesuai tahap perkembangan pada usianya: anak
terlambat untuk bias duduk, berdiri, berjalan.
2. Keterlambatan kem ampuan motorik halus/kasar
3. Rendahnya kemampuan social
4. Perilaku agresif
5. Masalah dalam berkomunikasi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Secara umum, pemeriksaan laboratorium untuk anak dengan kemungkinan
gangguan perkembangan tidak dibedakan dengan tes skrining yang dilakukan pada anak
yang sehat. Hal ini penting dan dilakukan dengan periodik. Adapun beberapa
pemeriksaan penunjangnya antara lain.
1. Skrining metabolik
Skrining metabolik meliputi pemeriksaan: serum asam amino, serum glukosa,
bikarbonat, laktat, piruvat, amonia, dan creatinin kinase. Skrining metabolik rutin
untuk bayi baru lahir dengan gangguan metabolisme tidak dianjurkan sebagai
evaluasi inisial pada KPG. Pemeriksaan metabolik dilakukan hanya bila didapatkan
riwayat dari anamnesis atau temuan pemeriksaan fisik yang mengarah pada suatu
etiologi yang spesifik. Sebagai contohnya, bila anak-anak dicurigai memiliki
masalah dengan gangguan motorik atau disabilitas kognitif, pemeriksaan asam
amino dan asam organik dapat dilakukan. Anak dengan gangguan tonus otot harus
diskrining dengan menggunakan kreatinin phospokinase atau aldolase untuk melihat
adanya kemungkin penyakit muscular dystrophy.
2. Tes sitogenetik

3
Tes sitogenetik rutin dilakukan pada anak dengan KPG meskipun tidak ditemukan
dismorfik atau pada anak dengan gejala klinis yang menunjukkan suatu sindrom
yang spesifik. Uji mutasi Fragile X, dilakukan bila adanya riwayat keluarga dengan
KPG. Meskipun skrining untuk Fragile X lebih sering dilakukan anak laki-laki
karena insiden yang lebih tinggi dan severitas yang lebih buruk, skrining pada
wanita juga mungkin saja dilakukan bila terdapat indikasi yang jelas.Diagnosis Rett
syndrome perlu dipertimbangkan pada wanita dengan retardasi mental sedang
hingga berat yang tidak dapat dijelaskan.
3. Skrining tiroid
Pemeriksaan tiroid pada kondisi bayi baru lahir dengan hipotiroid kongenital perlu
dilakukan. Namun, skrining tiroid pada anak dengan KPG hanya dilakukan bila
terdapat klinis yang jelas mengarahkan pada disfungsi tiroid.
4. EEG
Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada anak dengan KPG yang memiliki riwayat
epilepsia tau sindrom epileptik yang spesifik (Landau-Kleffner). Belum terdapat
data yang cukup mengenai pemeriksaan ini sehingga belum dapat digunakan
sebagai rekomendasi pemeriksaan pada anak dengan KPG tanpa riwayat epilepsi.
5. Imaging
Pemeriksaan imaging direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin pada KPG
(terlebih bila ada temuan fisik berupa mikrosefali). Bila tersedia MRI harus lebih
dipilih dibandingkan CT scan jika sudah ditegakkan diagnosis secara klinis
sebelumnya.

G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan bagi anak-anak dengan KPG hingga saat ini masih belum ditemukan.
Hal itu disebabkan oleh karakter anak-anak yang unik, dimana anak-anak belajar dan
berkembang dengan cara mereka sendiri berdasarkan kemampuan dan kelemahan
masing-masing. Sehingga penanganan KPG dilakukan sebagai suatu intervensi awal
disertai penanganan pada faktor-faktor yang beresiko menyebabkannya. Intervensi yang
dilakukan, antara lain.
1. Speech and Language Therapy
Speech and Language Therapy dilakukan pada anak-anak dengan kondisi CP,
autism, kehilangan pendengaran, dan KPG. Terapi ini bertujuan untuk

4
meningkatkan kemampuan berbicara, berbahasa dan oral motoric abilities. Metode
yang dilakukan bervariasi tergantung dengan kondisi dari anak tersebut. Salah
satunya, metode menggunakan jari, siulan, sedotan atau barang yang dapat
membantu anak-anak untuk belajar mengendalikan otot pada mulut, lidah dan
tenggorokan. Metode tersebut digunakan pada anak-anak dengan gangguan
pengucapan. Dalam terapi ini, terapis menggunakan alat-alat yang membuat anak-
anak tertarik untuk terus belajar dan mengikuti terapi tersebut.
2. Occupational Therapy
Terapi ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk menjadi lebih mandiri dalam
menghadapi permasalahan tugasnya. Pada anak-anak, tugas mereka antara bermain,
belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, memakai pakaian, makan,
dan lain-lain. Sehingga anak-anak yang mengalami kemunduran pada kemampuan
kognitif, terapi ini dapat membantu mereka meningkatkan kemampuannya untuk
menghadapi permasalahannya.
3. Physical Therapy
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus,
keseimbangan dan koordinasinya, kekuatan dan daya tahannya. Kemampuan
motorik kasar yakni kemampuan untuk menggunakan otot yang besar seperti
berguling, merangkak, berjalan, berlari, atau melompat. Kemampuan motorik halus
yakni menggunakan otot yang lebih kecil seperti kemampuan mengambil barang.
Dalam terapi, terapis akan memantau perkembangan dari anak dilihat dari fungsi,
kekuatan, daya tahan otot dan sendi, dan kemampuan motorik oralnya. Pada
pelaksanaannya, terapi ini dilakukan oleh terapi dan orang-orang yang berada dekat
dengan anak tersebut. Sehingga terapi ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Behavioral Therapies
Anak-anak dengan delay development akan mengalami stress pada dirinya dan
memiliki efek kepada keluarganya. Anak-anak akan bersikap agresif atau buruk
seperti melempar barang-barang, menggigit, menarik rambut, dan lain-lain.
Behavioral therapy merupakan psikoterapi yang berfokus untuk mengurangi
masalah sikap dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi. Terapi ini dapat
dikombinasikan dengan terapi yang lain dalam pelaksanaanya. Namun, terapi ini
bertolak belakang dengan terapi kognitif. Hal itu terlihat pada terapi kognitif yang
lebih fokus terhadap pikiran dan emosional yang mempengaruhi sikap tertentu,
sedangkan behavioural therapy dilakukan dengan mengubah dan mengurangi sikap-
5
sikap yang tidak diinginkan. Beberapa terapis mengkombinasikan kedua terapi
tersebut, yang disebut cognitive-behavioural therapy.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak-anak dengan KPG, yakni kemunduran
perkembangan pada anak-anak yang makin memberat. Jika tidak tertangani dengan baik,
dapat mempengaruhi kemampuan yang lain, khususnya aspek psikologi dari anak itu
sendiri. Salah satunya, anak akan mengalami depresi akibat ketidakmampuan.

KONSEP ASKEP PADA PASIEN DENGAN ABSES HEPAR

A. PENGKAJIAN
RUANG RAWAT :
TANGGAL RAWAT :
NO MEDREC :
TANGGAL PENGKAJIAN :     
I. PENGUMPULAN DATA
a. IDENTITAS KLIEN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Agama :
Pekerjaan :
Status marital :
Diagnosa medis :
Alamat :
b. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Keluhan Utama
b. Kronologis keluhan
2. Riwayat Penyakit Masa Lalu
3. Riwayat Psikososial dan Spiritual
6
4. Pola kebiasaan sehari-hari
c. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital :
Kesadaran
Kesadaran umum
d. Data Penunjang
e. Terapi

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Anxietas berhubungan dengan keadaan pertumbuhan dan perkembangan anaknya
yan terlambat.
2. Gangguan aktivitas fisik dan ketergantungan sekunder berhubungan dengan
disfungsi otak.
3. Gangguan tingkat perkembangan (personal social, bahsan dan kognitif)
berhubungan dengan atropi hemisfer kiri (disfunsional otak).
4. Keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan social, bahasa, bermain dan pendidikan
sekunder berhubungan dengan kurangnya infomrasi tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak.

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1. Anxietas berhubungan dengan
keadaan pertumbuhan dan perkembangan anaknya yang terlambat
Tujuan : Anxietas berkurang.
Kriteria :
a. Keluarga mau menerima keadaan pertumbuhan dan perkembangan anaknya
yang dialami sekarang
b. Keluarga mengerti tentang pertumbuhan dan perkembangan serta factor-faktor
yang memepengaruhi.
c. Keluarga nampak tenang dan mau bekerja sama dalam perawatan dan
penatalaksanaan
Intervensi :
a. Bina hubugan trust antara perawatn-keluarga-dokter dalam pengumpulan
data/pengkajian dan penatalaksanaan.

7
Rasional : Rasa percaya yang terbina antara perawatan-keluarga klien/klien-
dokter merupakan modal dasar komunikasi efektif dalam pengumpulan data,
menemukan masalah dan alternatif pemecahan masalah.
b. Disukusikan dan informasikan dengan jelas sesuai tingkat pengetahuan dan
pengalaman keluarga : Tingkat pertumbuhan dan perkembangan anaknya yang
terlambat perlu pemeriksaan yang kompleks dan pengangan lintas devisi.
Rasional : Diskusi merupakan metode efektif untuk menyampaikan informasi
untuk diterima dan dipertimbangkan oleh keluarga , sehingga informasi
tersebut mendapat tanggapan dan kooperatif serta partisipatif yang
berkesinambungan.
c. Jelaskan tentang tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang dicapai saat
dikaji.
Rasional: Penjelasan yan diterima cenderung memberikan jalan pikiran
terbuka, sehingga mau menerima keadaan anaknya dan sedikit menekan stres.
d. Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya dan mengungkapkan perasaan
cemasnya.
Rasional: Asertivitas dalam menghadapi sesuatu dengan segala perasaan dan
kepuasan akan mendorong atau memberi semangat untuk memfasilitasi tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anaknya mencapai tingkat optimal sesuai
dengan kelompok sebayanya.
e. Beri reinforcement terhadap kemauan dan kemampuan keluarga untuk
semangat dan tanggapan yang positif serta benar tetnang persepsi keadaan
anaknya.
Rasional: Reinforcement sebagai kekuatan untuk meningkatkan tingkat
psikologis yang baik dan positif sehingga termotivasi untuk menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
2. Gangguan aktivitas fisik dan
ketergantungan sekunder berhubungan dengan disfungsi otak.
Tujuan : Aktivitas fisik dan kemandirian klien dalam batas optimal
Kriteria :
a. Klien mampu melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan dan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia yang sama.
b. Tingkat ketergantuangan sekunder minimal
c. Stimulasi pada anak dalan aktivitas efektif dan adequate
8
Intervensi :
a. Monitor tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak pada area fungsi
motorik kasar dan halus dengan perangkat scoring denvers (DDST) dan NCHS
(BB, TB, Lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar lengan atas).
Rasional: Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan individu tergantung
pada sensivitas suatu organ dalam fase cepat seperti fungsi biologis, gizi dan
faktor lingkungan serta pola suh, asah dan asih yang dapat tergambar dalam
perangkat scoring perkembangan denvers dan NCHS dapat meneilai tingkat
kenormalan fisik individu yang sesuai dengan usianya.
b. Diskusikan dan ajarkan keluagra dan pengasuh tentang tugas-tugas
perkembangan anak yang sesuai dengan kelompok usia dan sstimulasinya.
Rasional: Anak harus lebih diberlakukan sebagai pribadi anak yang aktif yang
perlu dirangsang atau stimulasi untuk menghadapi dan mampu mengatasi
masalah melalui interaksi dan komunikasi antara orang tua-klien da pengasuh.
c. Ajarkan dan beri kesempatan pada anak untuk memenuhi tugas perkembangan
sesauai dengan kelompok seusianya.
Rasional: Tindakan pemeberian stimulasi untuk ungkapkan rasa kasih sayang
yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan yang dimulai dari tahap yang
sudah dicapai oleh anak dengan wajar atau tanpa paksaan serta beri pujian.
d. Dorong anak untuk melakukan aktivitas perawatan diri (makan, minum dan
toileting sendiri).
Rasional: Tingkat kemampuan motorik kasar dan halus pada usia 1-3 tahun
siberi stimulasi untuk membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang
optimal.
e. Berikan area yang aman, dimana anak dapat bermain bebas menggerakkan alat
bantu jalan, pegangi tangan saat melangkah)
Rasional: Tempat aman dimana anak bermain hendaknya diperhatikan,
sehingga terhindar dari cedera, efek keracunana bahan mainan dan lain-lain.
f. Kolaborasi rehabilitasi medis (latihan fisik).
Rasional: Fasilitas latihan fisik untuk mendapatkan kemampuan yang optimal.
3. Gangguan tingkat perkembangan
(personal sosial, bahasa dan kognisi) berhubungan dengan atropi hemisfer kiri
(disfunsi otak)

9
Tujuan : Memperlihatkan tingkat perkembangan (personal sosial, bahasa dan
kognisi) seoptimal mungkin sesuai dengan kelompok seusianya.
Kriteria :
a. Perilaku sangat ingin tahu dan lebih memungkinak melakukan sesuai secara
mandiri.
b. Belajar dengan kata-kata melalui perabaan bahasa
c. Pengucapan verbal meningkat1-2 kata
d. Dapat berbicara pada diri sendiri dan atau orang lain
e. Keluarga mau melakukan stimulan terhadap tugas-tugas perkembangan anak.
Intervensi :
a. Monitor tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak pada area fungsi
motorik kasar dan halus dengan perangkat scoring denvers (DDST) dan NCHS
(BB, TB, Lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar lengan atas).
Rasional: Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan individu tergantung
pada sensivitas suatu organ dalam fase cepat seperti fungsi biologis, gizi dan
faktor lingkungan serta pola suh, asah dan asih yang dapat tergambar dalam
perangkat scoring perkembangan denvers dan NCHS dapat meneilai tingkat
kenormalan fisik individu yang sesuai dengan usianya.
b. Diskusikan dan ajarkan keluagra dan pengasuh tentang tugas-tugas
perkembangan anak yang sesuai dengan kelompok usia dan sstimulasinya.
Rasional: Anak harus lebih diberlakukan sebagai pribadi anak yang aktif yang
perlu dirangsang atau stimulasi untuk menghadapi dan mampu mengatasi
masalah melalui interaksi dan komunikasi antara orang tua-klien dan pengasuh.
c. Ajarkan dan r\tingkatkan perkembangan kata-kata dengan pengulangan kata-
kata yang dipergunakan anak.
Rasional: Stimulasi pendengaran dengan memanggil nama anak, mengulangi
kata-kata yang diucapkan dengan jelas dengan menyebutkan anggota badan
dapat melatih memory sel otak anak.
d. Berikan waktu bermain dengan anak sebaya
Rasional: Anak bermain dengan cara toddler dengan karakterstik (paralel play
dan solitary play), bermain secara spontan dan bebas. Perlu diingat anak
mempunyai autonomi dan kemauan sehingga penting diperhatikan keamanan
dan keselamatannya.
e. Kolaborasi dengan rehabilitasi medis dan audiologi.
10
Rasional: Latihan speech dapat merangsang otot-otobicara dan memory sel
otak, sekaligus memberi pelajaran pada orang tua tentang cara menstimulasi
anaknya. Audiologi dapat mengevaluasi kelaianan pada bidang THT.
4. Keterbatasan untuk memenuhi
kebutuhan social, bahasa, bermain dan pendidikan sekunder berhubungan
dengan kurangnya infomrasi tentang pertumbuhan dan perkembangan anak
Tujuan : Keluarga dapat memenuhi kebutuhan sosial, bahsa, bermain dan
pendidikan sekunder pada anak.
Kriteria :
a. Keluarga mengeahui atau emngenal tugas perkembangan anak dan
stimulasinya.
b. Keluarga mempunyai buku panduan atau acuan dalan perawatan anak dalam
perkembangan dan stimulasinya.
Intervensi :
a. Ajarakan dan diskusikan pada keluarga tentang tugas-tugas perkembangan dan
stimulasinya pada kelompok usia yang sama
Rasional: Tugas-tugas perkembangan dan stimulasi yang diberikan dapat
dilaksanakan oleh keluarga dalam perawatan sehari-hari di rumah setelah
mengetahui maksud dan tujuan tindakan tersebut.
b. Kolaborasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak (dokter, perawata dan lainnya yang berkompetensi).
Rasional: Sharing pendapat dalam pengalaman dapat memberikan wacana baru
dan luas serta membina hubungan kerja sama dalam mecapai tujuan yang
diharapkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Melati D, Windiani IGAT, Soetjiningsih. Karakteristik Klinis Keterlambatan Perkembangan


Global Pada Pasien di Poliklinik Anak RSUP Sanglah Denpasar. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali Pedoman
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di
Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan RI. 2005.

Shevell M, Ashwal S, Donley D, Flint J, Gingold M, Hirzt D, dkk. Practice parameter:


Evaluation of the quality standards subcommittee of the American Academy of
Neurology and the practice committee of the child neurology society. Neurology
2003;60:67-80.

Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Dalam: RanuhIGN, penyunting. Tumbuh kembang


anak. Jakarta: EGC; 1995. h. 1-32.

Soetomenggolo TS. Pemeriksaan neurologis pada anak dan bayi. Dalam: Soetomenggolo TS,
Ismael S, penyunting. Buku ajar neurologi anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak;
1999.h.1-35

Srour M, Mazer B, Shevell MI. Analysis of clinical features predicting etiologic yield in the
Assessment of global development delay. Pediatrics 2006;118:139-45.

Suwarba IGN, Widodo DP, Handryastuti RAS. Profil klinis dan etiologi pasien
keterlambatan perkembangan global di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta. Sari Pediatri 2008;10:255-61.

Tanuwijaya S. Kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Dalam: Narendra M, Sularyo S,


Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IGN, penyunting. Buku ajar tumbuh kembang
anak dan remaja, edisi ke-1. Jakarta: Sagung Seto.

Walters AV. Development Delay: Causes and Identification. ACNR 2010; 10(2);32-4.
Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum pada Anak. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Indonesia. [diunduh 19 Desember 2013]. [Available from]: URL: http
//idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/mengenal-keterlambatan-
perkembangan-umum-pada-anak.html.

12

Anda mungkin juga menyukai

  • RSU Aria Kemuning
    RSU Aria Kemuning
    Dokumen11 halaman
    RSU Aria Kemuning
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • SAP Vulva Hygiene
    SAP Vulva Hygiene
    Dokumen5 halaman
    SAP Vulva Hygiene
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran-1
    Surat Lamaran-1
    Dokumen3 halaman
    Surat Lamaran-1
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Materi Post Le
    Materi Post Le
    Dokumen7 halaman
    Materi Post Le
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • LP Peb
    LP Peb
    Dokumen15 halaman
    LP Peb
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • LP Post LE
    LP Post LE
    Dokumen7 halaman
    LP Post LE
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • LP RPK
    LP RPK
    Dokumen6 halaman
    LP RPK
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • LP TGA
    LP TGA
    Dokumen10 halaman
    LP TGA
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Sap Tia
    Sap Tia
    Dokumen6 halaman
    Sap Tia
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat