Anda di halaman 1dari 13

Nama : KOMANG ARDIDHANA NUGRAHA PUTRA

NIM : 16C11645
Kls : Tk. 2A

1. WAHAM
Data fokus
Perubahan proses fikir : waham
a. Subjektif
 Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat.
 Klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus
b. Objektif
 Klien terus berbicara kemampuan yang dimilikinya.
 Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang
 Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.

Metode Therapy Aktifitas Kelompok

Klien dengan gangguan jiwa sikotik, mengalami penurunan daya nilai realitas (reality
testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat, waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal
ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada
klien. Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu ada aktivitaas yang memberi stimulus
secara konsisten kepada klien tentang realitas di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi
stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat.

TUJUAN

Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu sesuai dengan
kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah:

1. Klien mampu mengenal


tempat ia berada dan pernah
berada
2. Klien mengenal waktu
dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal diri
sendiri dan orangorang di
sekitarnya dengan tepat.
1. Klien mampu mengenal
tempat ia berada dan pernah
berada
2. Klien mengenal waktu
dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal diri
sendiri dan orangorang di
sekitarnya dengan tepat.
1. Klien mampu mengenal
tempat ia berada dan pernah
berada
2. Klien mengenal waktu
dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal diri
sendiri dan orangorang di
sekitarnya dengan tepat.
1. Klien mampu mengenal
tempat ia berada dan pernah
berada
2. Klien mengenal waktu
dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal diri
sendiri dan orangorang di
sekitarnya dengan tepat.
1. Klien mampu mengenal
tempat ia berada dan pernah
berada
2. Klien mengenal waktu
dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal diri
sendiri dan orangorang di
sekitarnya dengan tepat.
1. Klien mampu mengenal
tempat ia berada dan pernah
berada
2. Klien mengenal waktu
dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal diri
sendiri dan orangorang di
sekitarnya dengan tepat.
1. Klien mampu mengenal
tempat ia berada dan pernah
berada
2. Klien mengenal waktu
dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal diri
sendiri dan orangorang di
sekitarnya dengan tepat.
1. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada
2. Klien mengenal waktu dengan tepat
3. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya dengan tepat.
1. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada
2. Klien mengenal waktu dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya dengan tepat.

AKTIVITAS DAN INDIKASI


Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang, tempat, dan
waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realitas adalah klien halusinasi, dimensia,
kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mngenal orang lain, tempat, dan waktu.

Link jurnal terkait


http://journal.uad.ac.id/index.php/EMPATHY/article/download/3208/1812

2. HALUSINASI
Data fokus
a. Data subjektif
 Klien mengatakan mendengar suara ibunya yang sudah meninggal yang
menyuruhnya untuk tidak menikah lagi dan punya anak lagi.
 Klien mengatakan mengdengar suara orang lain yang menyuruhnya mati.
b. Data objektif :
 Klien kadang-kadang menyendiri
 bicara kacau dan tidak jelas
 kontak mata kurang
 nada suara cepat
 gelisah
 bingung
 sering mondar-mandir

Metode Therapy Aktifitas Kelompok


Metode yang digunakan pada therapy aktifitas kelompok (TAK) ini adalah
metode:

1.      Diskusi dan tanya jawab.


2.      Melengkapi jadwal harian.

Kegiatan TAK menggunakan sistem Sesi yang dibagi menjadi lima sesi, setiap
sesi memiliki tujuan khusus yang berbeda. Pada TAK kali ini adalah melanjutkan
kegiatan TAK sebelumnya, kali ini adalah TAK untuk sesi kelima yaitu tentang program
pengobatan.

Tujuan Therapy Aktivitas Kelompok


a. Tujuan Umum
1. Klien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya.
2. Klien mampu mengontrol halusinasinya.
3. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal.
 
b. Tujuan Khusus (Tujuan Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum
obat)
1.      Klien memahami pentingnya patuh minum obat.
2.      Klien memahami akibat tidak patuh minum obat.
3.      Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
 
Kriteria Anggota

Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktifitas kelompok ini adalah:
a.       Klien dengan riwayat schizoprenia dengan disertai gangguan persepsi sensori;
halusinasi.
b.      Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk,
dalam keadaan tenang.
c.       Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).

link jurnal terkait


1. TAK
http://www.jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/download/159/74
2. Terapi modalitas
https://www.researchgate.net/publication/315934697_Tingkat_Kemandirian_Pasien_M
engontrol_Halusinasi_setelah_Terapi_Aktivitas_Kelompok/fulltext/
58ed17c60f7e9b37ed14cd19/315934697_Tingkat_Kemandirian_Pasien_Mengontrol_H
alusinasi_setelah_Terapi_Aktivitas_Kelompok.pdf?origin=publication_detail

3. RISIKO PERILAKU KEKERASAN


Data fokus
a. Data subjektif
Keluarga mengatakan klien di rumah suka menyendiri, jika keinginan klien tidak
terpenuhi klien bicara dengan nada keras dan kasar, marah– marah, mengancam dan
mengumpat dengan kata-kata kotor.
b. Obyektif :
 Kontak mata tidak bisa dipertahankan, Tatapan mata tajam
 Bicara cepat dan suara keras
 Gelisah 
  Muka memerah
  Tangan mengepal

METODE TAK
Metode yang digunakan pada terapi aktivitas kelompok (TAK) ini adalah metode:
1.      Diskusi dan Tanya Jawab
2.      Melengkapi jadwal harian
3.      Bermain peran / simulasi
4.      Dinamika kelompok
TUJUAN
1.      SESI 1
a.       Tujuan Umum
 Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
 Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan
dengan orang lain.
b.      Tujuan Khusus
 Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
 Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan sat marah (tanda dan
gejala marah ).
 Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan ).
 Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
2.      SESI 2
a.       Tujuan Umum
 Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya
 Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan
dengan orang lain
b.      Tujuan Khusus
 Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang bisaa dilakukan klien
 Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.
 Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan. (Keliat, B. A. 2004)
3.      SESI 3
a.       Tujuan Umum
 Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
b.      Tujuan Khusus
 Klien dapat memperkenalkan dirinya.
 Klien bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan kepada orang
lain
 Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk
menyalurkan emosinya dan di mengerti oleh anggota kelompok
lainnya.
 Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk
menyalurkan emosinya dan di dengar serta di mengerti oleh anggota
kelompok lainnya.
 Meningkatkan keterampilan hubungan social untuk diterapkan sehari-
hari
 Melatih kesabaran, konsentrasi dan kreatifitas.
Kriteria Klien
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktivitas kelompok ini adalah
a)      Klien yang tidak terlalu gelisah
b)      Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi
Aktifitas Kelompok.
c)      Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi
dalam kelompok kecil
d)      Klien tenang dan kooperatif
e)      Kondisi fisik dalam keadaan baik
f)       Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas

Link jurnal terkait


http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/29/10

4. RISIKO BUNUH DIRI


Data fokus
a. Data subjektif
 Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
 Mengungkapkan keinginan untuk mati.
 Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
 Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga.
 Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan.
 Mengungkapkan adanya konflik interpersonal.
 Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekeasan saat kecil.

b. Objektif :
 Impulsif.
 Menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
 Ada riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan penyalahgunaan alcohol)
 Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal).
 Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier).
 Status perkawinan yang tidak harmonis.

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ( TAK ) STIMULASI PERSEPSI PADA KLIEN


DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

Topik
Pencegahan Resiko Bunuh Diri
Sesi 1 : Melindungi pasien dari bunuh diri
Sesi 2 : Meningkatkan Harga Diri pasien
Sesi 3 : Menggunakan mekanisme koping yang adaptif

Tujuan
Tujuan Umum 
Peserta TAK mampu meningkatkan hubungan interpersonal anggota
kelompok, berkomunikasi, mampu berinteraksi maupun berespon terhadap stimulasi
yang diberikan

Tujuan Khusus
Sesi 1
a. Klien dapat meningkatkan harga diri
b. Klien dapat berpikir positif terhadap dirinya
Sesi 2
a. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
b. Klien dapat membuat rencana masa depan yang realistis
Link jurnal terkait
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjD6ef39ujbA
hVDTn0KHUk_AkYQFggyMAE&url=https%3A%2F%2Fe-journal.unair.ac.id%2FJNERS
%2Farticle%2Fdownload%2F4948%2F3190&usg=AOvVaw1ChydQcAt0vETsI89vwCFD

5. ISOLASI SOSIAL
a. Data subjektif
 Klien mengatakan lebih senang menyendiri
 Klien mengatakan malas jika bergaul dengan orang lain
 Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain
 Klien hanya mau berinteraksi melalui tulisan dikertas.
 Klien mengatakan malu karena tidak bisa bekerja 
 Klien mengatakan malu karena tidak tamat sekolah
 Klien mengatakan malu mengikuti kegiatan diluar rumah karena tidak bisa apa-apa
 Klien mengatakan sedih,malu dan ingin cepat pulang
 Klien mengatakan orang lain tidak bisa menerima keadaannya
 Klien mengatakan orang tuanya sudah cerai sejak klien berusia 8 tahun
 Klien mengatakan orang tuanya tidak mau mendukung keinginannya.
 Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien pernah disuruh oleh seseorang
bahwa klien harus diam kalau mau dapat uang satu juta.
 Klien mengatakan malas mengganti pakaiyan, mlas menyisir rambut. • Klien tampak
sering menyendiri
b. Data objektif
 Klien tidak mau berbicara
 Klien mengungkapkan isi hatinya melalui tulisan
 Klien tampak duduk menyendiri dan mematung
 Klien tampak menghindar dari teman-temannya
 Klien tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain
 Kontak mata klien kurang
 Klien sering menunduk saat diajak berbicara
 Klien tampak lesu
 Klien tampak sedih saat menceritakan masa lalunya
 Penampilan fisik tampak kurang rapi
 Rambut klien tanpak tidak rapi.

6. Harga diri rendah


Data fokus
a. Data subjektif
 Klien mengatakan malu karena masih minta uang dengan orang tua
 Klien mengatakan malu karena menghilangkan dompet yang berisi STNK dan SIM
 Klien mengatakan malu mengikuti kegiatan diluar rumah
 Klien mengatakan sedih,malu dan ingin cepat pulang
 Klien mengatakan malu jika bergaul dengan orang lain
 Klien mengatakan sewaktu dirumah sering mendengar suara-suara,namun sekarang
suara tersebut sudah tidak ada lagi
 Klien mengatakan pernah mengalami KDRT oleh ayahnya
 Klien mengatakan takut dengan bapaknya
 Klien mengatakan lebih senang menyendiri
 Klien mengatakan orang lain tidak bisa menerima keadaannya
b. Data objektif
 Pembicaraan klien lambat
 Kontak mata klien kurang
 Klien menunduk saat diajak berbicara
 Klien tampak lesu
 Klien tampak sedih 
 Klien tampak sering menyendiri
 Klien tampak menghindar dari teman-temannya
 Klien tampak duduk menyendiri
 Tampak bekas luka pada tangan kiri klien

TAK HARGA DIRI RENDAH

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ).

Penyebab lain dari masalah harga diri rendah diperkirakan juga sebagai akibat dari masa lalu
yang kurang menyenangkan, misalnya terlibat napza. Berdasarkan hasil dari overview dinyatakan
bahwa pecandu napza biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah.
Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan
emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung depresi. (Shives, 1998).

Terapi keperawatan yang dapat diberikan pada klien sendiri bisa dalam bentuk terapi kognitif.
Terapi ini bertujuan untuk merubah pikiran negatif yang dialami oleh klien dengan harga diri rendah
kronis ke arah berpikir yang positif. Pada keluarga terapi yang diperlukan dapat berupa triangle terapy
yang bertujuan untuk membantu keluarga dalam mengungkapkan perasaan mengenai permasalahan
yang dialami oleh anggota keluarga sehingga diharapkan keluarga dapat mempertahankan situasi yang
mendukung pada pengembalian fungsi hidup klien. Pada masyarakat juga perlu dilakukan terapi
psikoedukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah harga diri
rendah kronis yang merupakan salah satu bagian dari masalah gangguan jiwa di masyarakat. 
(by:noviebsuryanto.last Jan'09)

Tujuan

1.      Tujuan Umum

Klien dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya.

2.      Tujuan Khusus

a.       Klien dapat mengenal dirinya.

b.      Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok.

c.       Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.

d.      Klien dapat klien dapat mengungkapkan perasaannya dan menyampaikan masalah pribadinya
kepada orang lain.

Link jurnal terkait


https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjxlebF-
OjbAhVV7mEKHX5SBeAQFggsMAA&url=http%3A%2F%2Fdownload.portalgaruda.org
%2Farticle.php%3Farticle%3D362410%26val%3D278%26title%3DPENGARUH%2520TERAPI
%2520AKTIVITAS%2520KELOMPOK%2520PENINGKATAN%2520HARGA%2520DIRI
%2520TERHADAP%2520HARGA%2520DIRI%2520KLIEN%2520MENARIK%2520DIRI
%2520DI%2520RUANG%2520SERUNI%2520RS%2520JIWA%2520DR%2520RADJIMAN
%2520WEDIODININGRAT%2520LAWANG&usg=AOvVaw3zhmEHT3HorzTn0xY5d430

7. Defisit perawatan diri


Data fokus
a. Data subjektif
 Klien mengatakan malas untuk mandi,
b. Data objektif    
 Keadaan pasien tampak bau
 Klien tampak rambut acak-acakan
 Kulit kotor, tampak malas untuk menyisir rambut dan sulit ganti pakaian

TAK DEFISIT PERAWATAN DIRI

Keperawatan jiwa mempelajari berbagai macam kasus yang berhubungan dengan


gangguan jiwa sesorang. Salah satunya adalah Defisit Perawatan Diri (Personal Hygiene).
Kurang perawatan diri pada klien dengan gangguan jiwa merupakan : Suatu keadaan dimana
seseorang mengalami kerusakan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan (kegiatan
hidup sendiri). Defisit Perawatan Diri merupakan akibat dari ketidak mampuan seseorang
dalam perawatan dirinya karena lupa akan caranya maupun ketidak tahuan dalam perawatan
diri. Kurang perawatan diri tampak dari ketidak mampuan merawat kebersihan diri, makan
secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting secara mandiri.
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidak mampuan merawat kebersihan diri,
makan secara mandiri,berhias secara mandiri,dan toileting, buang air besar/buang air kecil
(Damaiyanti, 2008).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawtan diri seperti kebersihan diri, berhias, makan dan toileting. (Herdman, 2012)
Personal Hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan perawatan diri
di pengaruhi berbagai faktor diantaranya : budaya, nilai sosial pada individu, atau kelurga,
pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri (Hidayat, 2006).
TUJUAN

1.      Tujuan Umum
Tujuan umum yaitu klien mampu memahami pentingnya kebersihan diri dan perawatan diri
secara maksimal.

2.      Tujuan Khusus
a.     Klien mampu melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
b.    Klien mampu memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri
c.     Klien mampu menunjukkan aktivitas makan.
d.    Klien mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.
Klien
1.      Karakteristik Klien
a.    Klien dengan riwayat gangguan jiwa disertai dengan gangguan perawatan diri:
defisit perawatan diri
b.    Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku agresif
atau mengamuk, dalam keadaan tenang.
c.    Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)

Link jurnal terkait

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwid79TE-
ejbAhVTSX0KHR4MDI4QFggoMAA&url=http%3A%2F%2Felib.stikesmuhgombong.ac.id
%2F763%2F1%2FISNAENI%2520RESTIANA%2520NIM.
%2520A31600898.pdf&usg=AOvVaw2i5iCAk5wvs4Gpwzd-yDmg

Anda mungkin juga menyukai