Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN JIWA

PROPOSAL TAK (TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK)


PADA PASIEN PK (PERLAKU KEKERASAN)

Oleh :

SUCI RANITA, S. Kep

20900033

KEPANITRAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIkes
MEDIKA NURUL ISLAM
SIGLI
2021

1
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
PADA PASIEN DENGAN PK (PERILAKUKEKERASAN)

A. Topik : : Perilaku Kekerasan

B. Latar Belakang

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah


terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif. Terapi
aktivitas kelompok ini secara signifikan memberi perubahan terhadap ekspresi
kemarahan kearah yang lebih baik pada klien dengan riwayat kekerasan.
Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan ekspresi kemarahan
setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok sebesar 60,4%.
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang disediakan
atau stimulus yang dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan
ditingkatkan tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap
berbagai stimulasi dalam kehidupan menjadi adaptif.
Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil : kelompok menunjukkan
loyalitas dan tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua
anggotanya, mencapai tujuan kelompok, menunjukkan teerjadinya komunikasi
antaranggota dan bukan hanya antara ketua dan anggota.

C. TUJUAN
1.  Tujuan Umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.

2.  Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
b. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
c. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi sosial.
d. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual
yang biasa dilakukannya.
e. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan
dengan cara patuh minum obat

2
D. LANDASAN TEORI :
Kelompok adalah sekumpulan individu yang mempunyai hubungan satu
sama lain, saling bergantung, dan mempunyai norma yang sama (Stuart, 2013).
Umumnya, anggota kelompok merupakan individu yang mempunyai latar
belakang berbeda. Walaupun begitu, hal ini akan membuat antar individu dalam
kelompok dapat belajar satu sama lain melalui cerita atau pengalaman yang
diutarakan. Pada pasien dengan gangguan jiwa, kelompok dapat dijadikan sebagai
salah satu bentuk terapi yang dinamakan terapi aktivitas kelompok. Terapi ini
merupakan tanggung jawab penuh seorang perawat (Keliat, B & Akemat, 2009).
Manfaat dari terapi aktivitas kelompok secara umum adalah untuk
mengembangkan motivasi klien, melakukan sosialisasi, dan meningkatkan
kemampuan realitas melalui komunikasi dan umpan balik terhadap orang lain
(Susana & Sri, 2011).
Terapi aktivitas kelompok dilakukan oleh 7-10 orang. Sebelum melakukan
terapi aktivitas kelompok, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain lingkungan yang kondusif, rasa aman dan nyaman klien dengan menjaga
privasinya, serta dilakukan pada waktu yang tepat (Direja, 2011). Selanjutnya,
terdapat 4 macam terapi aktivitas kelompok yaitu TAK stimulasi kognitif atau
persepsi, TAK stimulasi sensori, TAK orientasi realita, dan TAK sosialisasi. Pada
proposal ini akan membahas mengenai TAK stimulasi kognitif atau persepsi.
TAK stimulasi kognitif atau persepsi merupakan terapi yang terfokus
kepada pengalaman klien. Tujuan dari TAK stimulasi kognitif atau persepsi
adalah agar pasien mampu untuk menyelesaikan masalah akibat stimulus yang
diberikan kepadanya (Keliat, 2005). Stimulus tersebut dapat berupa marah, benci,
atau pandangan negatif kepada orang lain. Menurut Keliat & Akemat (2009),
stimulasi kognitif diterapkan pada klien dengan kondisi:
Klien dengan Harga Diri Rendah (HDR) menerapkan TAK stimulasi
persepi dengan 2 sesi yaitu mengidentifikasi hal positif pada diri dan melatih hal
positif pada diri. (2) Klien dengan halusinasi terdapat 5 sesi.
TAK yaitu mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi dengan
menghardik, mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan, mencegah
halusinasi melalui berbincang dengan orang lain, dan mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat. (3) Klien dengan defisit perawatan diri mempunyai 5
sesi yaitu mengetahui manfaat perawatan diri, menjaga kebersihan diri, tata cara
makan dan minum, tata cara eliminasi, dan tata cara berhias, dan (4) pada klien
dengan risiko perilaku kekerasan terdapat 5 sesi TAK yaitu mengenal perilaku
kekerasan yang dilakukan, mencegah perilaku kekerasan fisik, mencegah perilaku
kekerasan fisik, mencegah perilaku kekrasan sosial, mencegah perilaku kekerasan
spiritual, dan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengonsumi obat.

3
Tujuan dari Terapi Aktivitas pada klien yang mengalami perilaku
kekerasan yaitu: klien diharapkan dapat menyebutkan stimulasi penyebab
kemarahannya, dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan
gejala marah), dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan), dan klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.

E. JADWAL KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan
resiko perilaku kekerasan, yaitu:
a. Hari/Tanggal :Senin,11 Januari 2021
b. Waktu : Pkl. 10.30 – 11.30 WIB
c. Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
Terapi kelompok (35 menit)
Penutup (5 menit)
d. Tempat : Ruang poli jiwa RSUD tgk chik ditiro sigli.

F. Pengorganisasian kelompok
1. Jumlah dan nama klien
Jumlah pasien: 3 orang
Jumlah pasien cadangan: 1 orang

2. Leader dan uraian tugas


Leader: Suci Ranita
Memimpin TAK: Merencanakan, mengontrol dan mengendalikan jalannya
TAK.
a. Membuka acara TAK
b. Memimpin perkenalan
c. Menjelaskan tujuan TAK
d. Menjelaskan proses kegiatan
e. Menutup kegiatan TAK

3. Co Leader dan uraian tugas


Co Leader: Maiza Masyitah
Membacakan tata tertib dan program antisipasi
a. Mengambil alih tugas Leader apabila jalannya TAK pasif, dan
menyerahkan kembali kepada Leader apabila jalannya TAK sudah
normal kembali
b. Menuliskan apa yang diucapkan klien, dipapan tulis

4
4. Fasilitator dan uraian tugas
Fasilitator: Darni, Firda Yanti, Dina Rezki Rahayu, dan Ilda Zahara
Mempertahankan kehadiran peserta
a. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
b. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok

5. Observer dan uraian tugas


Observer: Elidia
a. Mengobservasi jalannya kegiatan TAK dari awal sampai akhir
b. Mengobservasi semua perilaku klien dan peran anggota terapis
c. Mengevaluasi jalannya TAK dari awal sampai akhir
d. Mencatat modifikasi strategi kelompok yang akan dating
e. Memprediksi respon anggota kelompok pada session berikutnya

G. METODE
Diskusi dan Tanya jawab

H. ALAT BANTU
1) Bola kertas
2) Spidol
3) Penghapus

I. SETTING TEMPAT

Keterangan:
Leader
Co Leader
Klien

5
Fasilitator
Observer

J. Langkah-langkah
1. Persiapan:
a. Memilih klien yang memiliki prilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi (10 menit):


a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis pada klien
2) Perkenalan nama dan panggilan terapis
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien

b. Evaluasi dan validasi


1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan masalah yang dirasakan saat ini

c. Kontrak
1) Terapi menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal prilaku
kekerasan yang biasa dilakukan.
2) Menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meminta izin pada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap Kerja
a. Mendiskusi penyebab marah
1) Tanyakan pengalaman tiap klien
2) Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard

b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar


oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda
dan gejala)
2) Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard

c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien

6
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
2) Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard

d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling


sering dilakukan untuk diperagakan
e. Melakukan bermain peran atau stimulasi untuk perilaku kekerasan
yang tidak berbahaya
f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran atau
stimulasi
g. Mendiskusikan dampak akbiat perilaku kekerasan
1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan
2) Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard
h. Memeberikan reinforcement pada peran serta klien.
i. Dalam menjalankan “a sampai h” upayakan semua klien terlibat
j. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, dan
akibat perilaku kekerasan
k. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
untuk menghadapi kemarahan.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang
positif

b. Rencana Tindak Lanjut


1) Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi
penyebab marah yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang
terjadi, serta akibat perilaku kekerasan
2) Menganjurkan klien mengingat penyebab tanda dan gejala perilaku
kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.

c. Kontrak Yang Akan Datang


1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya
3) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang
positif

d. Rencana Tindak Lanjut

7
3) Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi
penyebab marah yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang
terjadi, serta akibat perilaku kekerasan
4) Menganjurkan klien mengingat penyebab tanda dan gejala perilaku
kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.

e. Kontrak Yang Akan Datang


1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah
perilaku kekerasan
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya

K. ATURAN MAIN
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAK dimulai
c. Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi
d. Peserta tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan
TAK berlangsung
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan
kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari acara
g. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai
h. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksananakan TAK telah habis,
sedangkan acara belum selesai, maka pemimpin akan meminta persetujuan
anggota untuk memeperpanjang waktu TAK kepada anggota.

L. PENUTUP
Demikian proposal terapi aktivitas kelompok sesi 1 ini kami susun sebagai
media penuntun dalam pelaksanaan terapi aktifitas kelompok yang akan
dilaksanakan di rumah sakit RSUD tgk chik ditiro sigli pada praktik keperawatan
jiwa Program Profesi Ners Sarjana Keperawatan. Besar harapan kami agar terapi
aktivitas ini berjalan dengan lancar dan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak terkait, terutama klien perilaku kekerasan/risiko perilaku kekerasan. Atas
kerja sama yang baik dan dukungannya kami mengucapkan terimakasih.

Sesi 1: TAK
Mengenal Perilaku Kekerasan Yang Biasa Dilakukan

8
Memberi Tanggapan Tentang
No Nama Klien Penyebab PK Tanda dan Perilaku Akibat
gejala PK kekarasan PK

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama pasien.
2. Untuk tiap pasien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui mengenai
penyebab perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan perilaku
kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri tanda ( √ )
jika klien mampu dan tanda ( - ) jika klien tidak mampu

LAPORAN PENDAHULUAN

9
PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).

B. Penyebab Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan
harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa
terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan
cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan
kekerasan.
Hilangnya harga diri: pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan
yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas
tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.

C. Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :


1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem
saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan
tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi
HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan
otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan
disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain
secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk
pengembangan diri klien.

10
3. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku
“acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan

D. Tanda dan gejala :


1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi).
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat,
1999)

E. Akibat dari Perilaku Kekerasan


Resiko tinggi menciderai diri sendiri dan orang lain, seseorang dengan
resiko perilaku kekerasan dimana dia mengalami kegagalan yang
menyebabkan frustasi yang dapat menimbulkan respon menentang dan
melawan seseorang melakukan hal sesuai dengan keinginannya akibatnya dia
menunjukkan perilaku yang mal adaptif yang menciderai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
1. Memperlihatkan permusuhan.
2. Mendekati orang lain dengan ancaman.
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai.
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan.
5. Mempunyai rencana untuk melukai.

F. Rentang Respon Perilaku Kekerasan.


1. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadapkecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman. Kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau
diungkapkan tampa menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan dan
tidak menimbulkan masalah. Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat
menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan
menentang.
2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan.

11
3. Pasif adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk menghindari, suatu
tuntutan nyata.
4. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan
untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol.
5. Amuk atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
6. Bunuh diri.

G. Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan


Keliat dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan
keluarga dalam mengatasi marah klien yaitu :

1. Tindakan Keperawatan
a. Distraksi
Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul
barang yang tidak mudah rusak seperti bantal, kasur.
b. Relaksasi
Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga,
Latihan pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan
nafas.
c. Bantu melalui humor.
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang
yang menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.
2. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

12
Keliat, Budi Anna. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta: EGC. 2005.
Stuar, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC, Edisi 5
Yosep, Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
http://ferimalinda.blogspot.co.id/2011/02/terapi-aktifitas-kelompok-
perilaku.html (diakses tanggal 17 Desember 2017)
https://www.catatanperawat.id/ (diakses tanggal 17 Desember 2017)

13

Anda mungkin juga menyukai