Anda di halaman 1dari 9

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA PASIEN DENGAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

Dosen pengampu :
Sulastri,M.Kep.,Sp.Jiwa

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. Angel Dila Monica (051) 8. Putri Kris Wahyuni (080)


2. Anggrayeni Melinda sari (052) 9. Ryan Aditya (086)
3. Chelsi Aufa Maharani (057) 10. Sofia Yemima Sianturi (088)
4. Made Riyan jaya (070) 11. Syaqilah (091)
5. Marsela panca destrianti (071) 12. Thomas Herjuno (092)
6. Martinus Rony Kristianto (072) 13. Vina Safitri (100)
7. Ni putu Galuh redia husadi (076)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PRODI DII JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus
membutuhkan adanya orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan
manusia untuk melakukan interaksi dengan sesama manusia. Interaksi ini
dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh individu, sehingga mungkin terjadi suatu gangguan
terhadap kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain (Azizah,
2010).
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan
satu dengan yang lain. Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai
latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti
agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan
dan menarik diri (Stuart dan Laraia, 2006). Terapi kelompok adalah suatu
psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama
dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh
terapis/petugas kesehatan yang telah dilatih (Keliat, 2009).
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi
dengan sejumlah pasien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas
kelompok yaitu agar pasien dapat belajar kembali bagaimana cara
bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya
memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan
memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain sehingga pasien dapat
berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan
dengan orang lain (Bayu, 2011).
Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan.
Wilson dan Kneisl menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok adalah
manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman
seseorang serta meningkatkan repon social dan harga diri (Keliat, 2009).
Pada pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk
melakukan kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan.
Perilaku kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adalah perasaan
jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan
sebagai ancaman. Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah
wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi
marah yang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering
diekspresikan secara tidak langsung (Sumirta, 2013).
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan
mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan tidak konstruktif pada
waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu mengetahui tentang
respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah (Yosep, 2010).
Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok
(TAK) pasien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal
sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Tentu saja pasien yang
mengikuti terapi ini adalah pasien yang mampu mengontrol dirinya dari
perilaku kekerasan sehingga saat TAK pasien dapat bekerjasama dan tidak
mengganggu anggota kelompok lain.

B. TOPIK
Mencegah perilaku kekerasan dengan sosial verbal.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b) Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
c) Mengidentifikasi perilakuk kekerasan yang dilakukan.
d) Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

D. METODE TERAPI
A. Dinamika kelompok.
B. Diskusi tanya jawab.
C. Bermain peran atau stimulasi.
E. TAHAPAN TERAPI
1. Persiapan
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi (Pasien Kekerasan) yang
sudah kooperatif.
b) Membuat kontrak dengan klien.
c) Mempersiapkan alat, tempat dan setting pertemuan
2. Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Salam dari terapis kepada klien
3. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
4. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
3. Evaluasi dan validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan masalah yang dirasakan dan menanyakan apakah
masih ada perasaan marah atau tidak.
4. Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan.
b) Menjelaskan aturan main berikut.
c) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
5. Tahap kerja
a) Terapis memperkenalkan diri (nama lengkap dan nama panggilan
serta memakai papan nama).
b) Terapis mengajarkan tentang sp1 yaitu dengan cara tarik nafas
dalam sebagai salah satu cara untuk mengontol rpk.
6. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK.
2. Menanyakan kegiatan apa yang dilakukan.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang
benar.
b. Tindak lanjut
1. Memasukan kegiatan tarik nafas dalam ke jadwal kegiatan
harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

F. KARAKTERISTIK PASEIN
1. Kriteria:
a) Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama
dengan perawat.
b) Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat.

2. Proses seleksi:
a) Mengobservasi pasein yang masuk kriteria.
b) Megidektifikasi pasien yang masuk kriteria.
c) Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria.
d) Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK PK.
Mengikuti: menjelaskan tujuan TAK PK pada pasien, rencana
kegiatan kelompok, dan aturan main dalam kelompok.

G. PENGORGANISASIAN
Hari/tanggal : Senin, 5 februari 2015
Waktu Pelaksanaan : Pukul sd (30 menit)
1. Pembukaan : 5 menit
2. Inti : 15 menit
3. Penutup : 10 menit
Tempat : Ruang Rawat Anggrek
Terapist:
a. Leader:
Uraian tugas: d. Fasilitator:
1. Mengkoordinasi seluruh Uraian tugas:
kegiatan 1. Memotivasi peserta dalam
2. Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.
kelompok 2. Memotivasi anggota dalam
3. Memimpin diskusi ekspresi perasaan setelah
kegiatan.
b. Co Leader: 3. Mengatur posisi kelompok
Uraian tugas: dalam lingkungan untuk
1. Membantu leader mengkordinasi melaksanakan kegiatan.
semua kegiatan 4. Membimbing kelompok selama
2. Mengingatkan leader jika ada permainan diskusi.
kegiatan yang menyimpang. 5. Membantu leader dalam
3. Membantu memimpin jalannya melaksanakan kegiatan.
kegiatan. 6. Bertanggung jawab terhadap
4. Menggantikan leader jika ada program antisipasi masalah.
berhalangan.

c. Observer:
Uraian tugas:
1. Mengamati semua proses
kegiatan yang berkaitan dengan
waktu, tempat dan jalannya
acara.
2. Melaporkan hasil pengamatan
pada leader dan semua angota
kelompok dengan evaluasi
kelompok.
Setting:
a. Terapis dan klien duduk berhadapan dan berdampingan.
b. Ruangan nyaman dan tenang

Keterangan

: Observer : Fasilitator

: Peserta : Leader

: Co Leader
H. PROSES PELAKSANAAN
Alokasi
No. Kegiatan Keterangan
waktu
1. Tahap orientasi: Leader
 Memberi salam terapeutik: salam dari 5 menit
terapis
 Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan
pasien saat ini, apakan masih ada
perasaan marah?
 Kontrak
2. Tahap kerja:
1) Terapis memperkenalkan diri (nama 15 menit Leader
lengkap dan nama panggilan serta Co Leader
memakai papan nama).
2) Terapis mengajarkan tentang sp1 yaitu
tarik nafas dalam sebagai cara untuk
mengontol rpk.
3. Tahap terminasi:
 Evaluasi (Subjektif dan Objektif) 10 menit Leader
 Rencana tindak lanjut
 Kontrak yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa : aplikasi Praktik Klinik. Graham


Ilmu: Yogyakarta.

Keliat. B. A and Akemat. (2009). “Mode Praktik Keperawatan Profesional Jiwa”.


Jakarta: ECG.

Sumirta, Nengah, I. (2013). Relaksasi Nafas dalam Terhadap Pengendalian


Marah Klien dengan Perilaku Kekerasan. http://poltekkes-
denpasar.ac.id/files/JURNAL%20GEMA%20KEPERAWATAN/JUNI
%202015/I%20Nengah%20Sumirta.pdf.

Stuart dan Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta:
EGC.

Yosep, Ivus. (2010). “Keperawatan Jiwa”. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai