Anda di halaman 1dari 23

BUDAYA INDONESIA

PAPUA

(KELOMPOK 10)

Dosen Pengampu : Ns. Sunarsih., S.Kep., MM.

Disusun Oleh :

1. Dea Rahmalia (2114401058)


2. Nisa Nur Haq ( 2114401078)
3. Ryan Aditya (2114401086)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan penyertaa-Nya, kami dari kelompok empat mampu menyelesaian makalah
Budaya Indonesia Papua ini dengan tepat waktu.
Dalam makalah ini, kami membahas topik seputar bahasa, adat istiadat, agama,
budaya yang menunjang kesehatan, budaya yang menjatuhkan kesehatan, serta
tentang restrukturisasi budaya.
Kami sebagai kelompok, tentu menyadari bahwa makalah yang telah kami susun
masih jauh dari kata sempurna. Kami dari kelompok memohon maaf bila terdapat
kesalahan penulisan atau terdapat kata kata yang kurang berkenan. Oleh karena
itu, saran dan kritik kami harapkan agar kami mampu menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, kami dari kelompok 10 mengucapkan terimakasih.

Hormat Kami

Kelompok 10
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................
1.2 TUJUAN..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
2.1 BAHASA DAERAH PAPUA.........................................................................
2.2 ADAT ISTIADAT PAPUA............................................................................
2.3 AGAMA DI PAPUA.......................................................................................
2.4 BUDAYA YANG MENINGKATKAN KESEHATAN.................................
2.5 BUDAYA YANG MENURUNKAN KESEHATAN.....................................
2.6 RESTRUKTURISASI BUDAYA...................................................................
BAB III..................................................................................................................
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................
3.2 LATIHAN SOAL............................................................................................
3.3 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Papua adalah sebuah provinsi yang terletak di paling timur Indonesia. Provinsi ini
merupakan provinsi yang masih kental dan kaya akan kesenian dan kebudayaan
yang ada di provinsi tersebut, provinsi ini memiliki berbagai suku seperti suku
asmat yang mendiamin provinsi tersebut, dengan masyarakat yang sangat
menjunjung tinggi kesenian dan kebudayaan yang ada di daerah mereka. Kesenian
dan kebudayaan yang ada di daerah ini sangat menarik, dan unik. Papua memiliki
banyak kesenian dan kebudayaan yang ada di dalamnya, kesenian dan kebudayaan
tersebut sangat unik dan menarik.

1.2 Tujuan

a) Mengetahui Bahasa Daerah Papua


b) Mengetahui Adat Istiadat Papua
c) Mengetahui Agama di Papua
d) Mengetahui Budaya yang Meningkatkan Kesehatan di Papua
e) Mengetahui Budaya yang Menurunkan Kesehatan di Papua
f) Restrukturisasi Budaya di Papua
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bahasa di Papua

Terdapat ratusan bahasa daerah yang berkembang pada kelompok etnik yang
ada di Papua. Aneka Berbagai bahasa ini menyebabkan kesulitan dalam
berkomunikasi antara satu kelompok etnik dengan kelompok etnik lainya.
Oleh sebab itu, Bahasa Indonesia digunakan secara resmi oleh masyarakat-
masyarakat di Papua bahkan hingga ke pedalaman. Namun ada masyarakat
yang tidak mengerti bahasa Indonesia karena minimnya pendidikan yang ada
di Papua. Berikut beberapa contoh Bahasa yang ada di papua:Bahasa
Abinomn, Bahasa Abun,, Bahasa Aghu, Bahasa Aikwakai, Bahasa Airoran,
Bahasa Airo, Bahasa Ambai, Bahasa Amber, Bahasa Amberbaken, Bahasa
Anasi, dll.

2.2 Adat Istiadat di Papua


1) Upacara Adat Papua: Bakar Batu, Ritual Masak Bersama-sama

Sumber: Bobo.ID – Grid.ID


Upacara adat Papua yang pertama adalah upacara bakar batu yang menjadi
salah satu bentuk syukur bagi masyarakat Papua. Upacara ini merupakan
tradisi, di mana masyarakat Papua melakukan sebuah ritual memasak
bersama-sama. Upacara batu bakar dilakukan untuk menyambut berita
kebahagiaan seperti dilaksanakannya perkawinan adat, kelahiran, penobatan
kepala suku hingga mengumpulkan prajurit ketika akan pergi berperang.
Selain itu, upacara bakar batu juga menjadi simbol dari kesederhanaan yang
dimiliki oleh masyarakat Papua yang selalu menjunjung persamaan hak,
keadilan, ketulusan, kekompakan, kejujuran hingga keikhlasan yang
membawa perdamaian. Upacara bakar batu disebut bakar batu, karena prosesi
membakar batu hingga batu tersebut panas membara, lalu setelah batu tersebut
panas barulah masyarakat akan menumpuk makanan di atasnya untuk dimasak
hingga matang.

2) Upacara Adat Papua: Tanam Sasi, Upacara Adat Kematian oleh


Suku Marind Anim

Sumber: The Asian Parent

Upacara adat tanam sasi adalah upacara adat kematian yang berkembang
di daerah Kabupaten Merauke dan dilaksanakan oleh suku Marind atau
suku Marind-Anim. Suku Marind berada di wilayah dataran luas di Papua
Barat.
Seperti halnya upacara bakar batu, upacara tanam sasi juga memiliki
filosofi atau arti khusus bagi penduduk suku Marind. Makna yang
tersimpan dalam upacara tanam sasi adalah sebagai berikut ini.

 Ukiran khas yang berasal dari Papua, melambangkan kehadiran dari


para leluhur.
 Upacara tanam sasi adalah wujud dari tanda keadaan hati bagi
masyarakat
 Papua, contohnya seperti menyatakan rasa sedih ketika ada seseorang
yang meninggal.
 Sebagai sebuah simbol kepercayaan dari masyarakat dengan motif-
motif khusus seperti hewan, manusia serta tumbuhan yang diukir di
atas kayu.
 Sebagai simbol dari keindahan dalam bentuk mahakarya maupun
karya seni yang dibuat oleh masyarakat Papua dan mewakili
kenangan-kenangan dari nenek moyang.
3) Upacara Adat Papua: Kematian Suku Asmat

Sumber: Travel Kompas

Upacara adat Papua yang cukup dikenal adalah upacara kematian oleh
Suku Asmat. Masyarakat Suku Asmat, biasanya tidak mengubur mayat
dari anggota suku yang telah meninggal dunia. Mereka biasanya
meletakan mayat tersebut di atas perahu lesung dengan dibekali sagu, lalu
mayat tersebut dibiarkan mengalir ke laut membiarkan mayat tersebut
berada di atas anyaman bambu hingga akhirnya membusuk.

Setelah mayat yang dibiarkan itu menjadi tulang belulang, barulah


masyarakat Suku Asmat akan menyimpannya di atas pokok kayu.
Sedangkan tengkorak dari mayat tersebut akan dijadikan sebagai bantal
oleh anggota keluarganya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kasih sayang,
cinta dari anggota keluarga yang ditinggalkan.

4) Upacara Adat Papua Iris Telinga: Tradisi Nasu Palek

Sumber: Travel Kompas

Upacara adat Papua yang satu ini dinilai cukup ekstrim. Upacara adat
Nasu Palek merupakan sebuah tradisi mengiris telinga yang dilakukan
oleh masyarakat dari Suku Dani. Tradisi Nasu Palek dilakukan sebagai
wujud dari rasa duka cita atau sedih ketika ada seorang anggota keluarga
yang meninggal dunia. Bagi masyarakat Suku Dani, setiap irisan telinga
yang berkurang adalah sebuah bentuk penghormatan pada ibu, ayah dan
saudara yang meninggal dunia.

5) Tradisi Iki Palek


Sumber: Kompasiana

Upacara adat ini masih berhubungan dengan upacara adat Nasu Palek,
bahkan upacara adat ini cukup dikenal karena dinilai ekstrim. Bedanya
dengan upacara adat Nasu Palek, upacara adat Iki Palek merupakan
upacara potong jari. Upacara potong jari akan dilaksanakan ketika ada
salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia. Tujuannya sama
seperti upacara adat Nasu Palek, yaitu sebagai wujud kesedihan atau duka
cita atas kepergian anggota keluarga. Tradisi ini dilakukan, karena
menurut masyarakat Suku Dani menangis saja tidak cukup untuk mewakili
rasa sedih yang dirasakan oleh seseorang.

6) Perkawinan Suku Biak

Sumber: Kompas.id

Masyarakat dari Suku Biak Papua, memang dikenal suka menjodohkan


anak-anaknya sejak mereka kecil. Sebelum melangsungkan upacara
perkawinan, biasanya masyarakat Suku Biak akan menjalani suatu
rangkaian prosesi mulai dari pinangan atau senepen, lamaran atau
fakfuhen hingga akhirnya melangsungkan proses pernikahan. Pada
umumnya, pernikahan yang dilaksanakan oleh masyarakat Suku Biak ini
terbilang cukup sederhana. Sama seperti pernikahan pada umumnya,
kedua calon pengantin akan dihias dengan menggunakan pakaian adat.
Sedangkan ketika resepsi pernikahan, biasanya dilakukan di rumah pihak
pengantin prianya.

2.3 Agama yang Ada di Papua

Kristen merupakan agama terbesar di Papua. Lebih dari separuh penduduk di


provinsi paling timur Indonesia tersebut memeluk agama Kristen.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
(Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, terdapat 2,99 juta jiwa penduduk
Papua beragama Kristen pada akhir 2021. Jumlah tersebut porsinya mencapai
69,56% dari total penduduk di provinsi di Tanah Cendrawasih tersebut, yakni
sebanyak 4,3 juta jiwa. Kemudian, penduduk Papua yang beragama Katolik
sebanyak 675,15 ribu jiwa (15,68%). Dengan demikian, Katolik merupakan
agama terbesar kedua di provinsi dengan Ibu Kota Jayapura tersebut. Islam
menjadi agama terbesar ketiga di Papua. Jumlah penduduk muslim sebanyak
627,56 ribu jiwa (14,58%. Sementara, 3,14 ribu jiwa (0,07%) penduduk
Papua yang memeluk agama Hindu. Selanjutnya, sebanyak 2,07 ribu jiwa
(0,05%) penduduk Papua yang memeluk agama Buddha, terdapat 74 jiwa
(0.0%) yang memluk agama Konghucu, serta terdapat 2,76 ribu jiwa (0,06%)
yang menganut aliran kepercayaan.

2.4 Budaya yang Meningkatkan Kesehatan

Budaya pembangunan kesehatan di Provinsi Papua dilaksanakan melalui


empatstrategi yaitu ;
Budaya pembanguan daerah berwawasan kesehatan, artinya program
pembangunan tersebut harus memberikan kontribusi yang positifterhadap
kesehatan yang meliputi pembentukan lingkungan yangsehat dan pembentukan
perilaku yang sehat. Profesionalisme tenaga kesehatan. Untuk terselenggaranya
pelayanan kesehatan yang bermutu, perlu didukung oleh penerapanilmu dan
teknologi bidang kesehatan masyarakat dan kedokteran. Jaminan pemeliharaan
kesehatan masyarakat. Kemandirianmasyarakat dalam melaksanakan pola hidup
sehat perluditingkatkan dan partisipasi masyarakat seluas-luasnya termasuk peran
sertanya dalam pembiayaan kesehatan perlu digalakkan. Desentralisasi. Untuk
keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan pelbagai upaya kesehatan
harus bertitik tolak darimasalah kesehatan yang ada dan potensi spesifik daerah
untukmengatasinya

2.5 Budaya yang Menurunkan Kesehatan

Kajian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menunjukkan tantangan masyarakat


dalam mengakses dan mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak warga asli
Papua khususnya di Provinsi Papua Barat terkait dengan faktor adat kebiasaan,
kepercayaan dan faktor sosial budaya. Tantangan sosial dan budaya itu
menyebabkan kurangnya akses terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan yang
dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan anak. di masa remaja, pernikahan usia
dini atau seks pranikah cukup tinggi, yakni 44 di antara 1.000 remaja usia 15 -19
tahun melakukan pernikahan dini. Mereka menjadi orang tua tunggal karena
pernikahan terkendala adat.

Padahal hamil dan melahirkan pada umur muda berisiko tinggi. Pemeriksaan
kehamilan juga kurang dilakukan karena malu, kurang pengetahuan dan
ketidakmampuan ekonomi. Persoalan lain kemudian muncul seperti asupan gizi
kurang, anemia ibu hamil, berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah dan kurang gizi. masa kehamilan, masalah yang dihadapi terkait penyiapan
kebutuhan keluarga dan berkebun menjadi tanggung jawab perempuan. Itu
menyebabkan perempuan hamil kurang mempunyai waktu memeriksakan
kehamilan. Pemeriksaan kehamilan lebih memilih dan percaya ke dukun, sehingga
jika ada permasalahan kehamilan menjadi sulit terdeteksi.

Di masa persalinan, ada masalah berupa pantangan membuka bagian tubuh yang
dianggap pribadi di hadapan orang luar yakni petugas kesehatan, dan untuk
memotong tali pusar bayi harus menunggu orang yang dituakan.

Dengan demikian, mereka cenderung meminta pertolongan kelahiran ke dukun


karena petugas kesehatan dianggap sebagai orang luar, dan hal itu berpotensi
memperlambat proses persalinan yang dapat berakibat fatal.

Di masa pascapersalinan, ditemukan adanya pantangan membawa bayi keluar


rumah sebelum umur enam bulan, dan pantangan makanan untuk bayi dan anak.
Sehingga mereka cenderung tidak/kurang melakukan pemeriksaan bayi setelah
melahirkan, dan bayi kurang mendapatkan ASI eksklusif.

Persoalan lain adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang berdampak
terhadap kesehatan ifisik dan mental pada ibu dan anak. Kemudian, posisi
perempuan dalam keluarga kurang mempunyai hak dalam pengambilan keputusan
sehingga perempuan kurang mempunyai akses dan kontrol terhadap kesehatan diri
dan anaknya.

Berikut 4 kebiasaan di Papua yang patut menjadi catatan di bidang kesehatan.

 Wanita melahirkan di hutan


 Kebiasaan mengunyah sirih
Kebiasaan mengunyah sirih masyarakat Papua hampir sama dengan warga
Papua Nugini. Masalah bukan pada sirih atau buah pinangnya, tapi pada
kapur yang mengakibatkan timbul warna merah
 Masih ada yang seks bebas
 Sebetulnya tidak menolak sunat
Masyarakat Papua juga sebetulnya tidak menolak sunat, yang sempat
disosialisasikan dengan metode PrePex. Berbeda dengan sunat yang
dilakukan dengan metode konvensional.

2.6 Restrukturisasi Budaya di Papua

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan


status kesehatan. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang


diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari
3) budaya kelompok
4) Gunakan pihak ketiga bila perlu
5) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa
6) kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
7) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan Kesehatan
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bentuk akulturasi yang terjadi dalam masyarakat yang tinggal di Papua


Barat, yakni akulturasi budaya antara penduduk lokal dan pendatang yang
dipengaruhi oleh perilaku sosial meliputi: subtitusi, sinkretisme, adisi,
originasi, dekulturasi dan penolakan. Bentuk akulturasi substitusi dapat dilihat
dari akulturasi dalam hal penggunaan pakaian adat yang biasanya digunakan
sehari-hari, kini hanya digunakan dalam hal tertentu saja dan penggunaan
benda adat seperti gong yang dulu juga digunakan untuk mengabarkan berita
duka, kini hanya digunakan sebagai pelengkap dalam adat kumpul harta.
Bentuk akulturasi lain, yakni originasi juga terdapat dalam proses akulturasi
yang diteliti. Beberapa diantaranya mulai menjadi kebiasaan yang dilakukan
oleh penduduk lokal. Bentuk originasi ini terjadi dikarenakan tradisi lama
yang tidak memungkinkan untuk dilakukan seiring dengan perkembangan
jaman dan pengetahuan agama (seperti perang suku). Sementara yang lain
terjadi karena adanya pengetahuan baru terkait agama dan kemudian menjadi
kebiasaan yang selalu dilakukan dalam masyarakat (seperti tahlilan dan
peringatan kematian atau 40 hari, 100 hari dan seterusnya).
Latihan soal!

1. Suku Asmat, Bintuni dan Sentani berasal dari pulau ....


a. Kalimantan
b. Sumatra
c. PAPUA
d. Jawa
e. Sumatra
2. Indonesia memiliki ragam bahasa dari sabang sampai marauke ,Basaha
Amber adalah bahasa yang bersalah dari …….
a. PAPUA
b. Jambi
c. padang
d. Jawa
e. Bali
3. Upacara adat yang melakukan upacara dalam bentuk syukur bagi
masyarakat Papua. Upacara ini merupakan tradisi, di mana masyarakat
Papua melakukan sebuah ritual memasak bersama-sama disebut upacara
…….
a. Taman sasi
b. BAKAR BATU
c. khitanan
d. tasyakuran
e. pesta adat
4. upacara adat potong jari,Upacara potong jari akan dilaksanakan ketika ada
salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia disebut……
a. Bakar batu
b. perkawinan suku biak
c. TRADISI IKI PALEK
d. Tradisi nasu palek
e. khitanan
5. Agama terbesar yang dianut di provinsi papua……
a. Islam
b. hindu
c. budha
d. KRISTEN
e. konghucu
6. Penelitian di laboratorium mengungkapkan bahwa buah satu ini yang
berasal dari papu mampu menghambat pertumbuhan sel kanker, misalnya
pada kanker ovarium, kanker usus besar, dan kanker payudara buah
apakah itu ……
a. BUAH MERAH
b. Buah naga
c. Buah nangkadak
d. Buah Matoa
e. Buah warono
7. Dalam buah merah, terkandung berbagai nutrisi penting yang dibutuhkan
oleh tubuh, seperti …
a. VITAMIN E DAN C
b. vitamin a
c. Vitamin d
d. vitamin K dan B
e. vitamin a dan k
8. Menurut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan masih banyak
penyakit yang perlu diwaspadai di Papua, salah satunya adalah …
a. MALARIA
b. Hepatitis
c. cacar air
d. Tifus
e. Diabetes
9. Tantangan sosial dan budaya, kebiasaan di Papua yang patut menjadi
catatan di bidang kesehatan salah satunya adalah …….
a. WANITA MELAHIRKAN DI HUTAN
b. ibu hamil diberikan kebebasan
c. adanya acara tradisi nasu palek
d. Adanya acara kematiian
e. Adanya acara iki palek
10. Tradisi ini adalah salah satu tradisi tertua di Papua yang biasa dilakukan
sebagai simbol rasa syukur dan persaudaraan, tetapi di beberapa daerah
tertentu, tradisi ini juga dilakukan dalam upacara kematian.tradisi itu
disebut ……
a. BARAPEN
b. Ararem
c. potong jari
d. iki palek
e. nasu palek
DAFTAR PUSTAKA

https://www.antaranews.com/berita/1758681/lipi-pemanfaatan-layanan-
kesehatan-di-papua-barat-terkendala-adat

https://www.suaranewspapua.com/2020/06/20/beragam-kebudayaan-pulau-
papua/

https://www.gramedia.com/literasi/upacara-adat-papua/

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/23/mayoritas-penduduk-
papua-beragama-kristen-pada-2021

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4626082/masih-ada-wanita-
melahirkan-di-hutan-indeks-kesehatan-papua-paling-rendah

https://dokumen.tips/documents/isi-makalah-transkultural-budaya-
papua.html?page=8

Anda mungkin juga menyukai