Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN

Dosen pengampu :
Ns. Tiveni Elisabhet, M. Kep., Sp. J

Disusun :
Alinda Nurhidayati
(202101009)

PROGRAM DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN YATNA YUANA LEBAK
RANGKASBITUNG, BANTEN
2023-2024
BAB 1
A. LATAR BELAKANG

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan dapat merusak
lingkungan sekitar Stuart, et al (2016 diambil dari Pardede 2020). Respon terhadap
marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dapat
berupa perilaku kekerasan, sedangkan secara internal dapat berupa perilaku depresi
dan penyakit fisik

Faktor psikologis yang dapat menyebabkan pasien mengalami Risiko prilaku


kekerasan yaitu : Kepribadian yang tertutup, kehilangan, aniaya seksual, kekerasan
dalam keluarga. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi dan
pernapasan meningkat, mudah tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri
sendiri maupun orang lain. Adapun dampak yang ditimbulkan oleh pasien yang
mengalami perilaku kekerasan yaitu kehilangan kontrol akan dirinya, dimana pasien
akan dikuasi oleh rasa amarahnya sehingga pasien dapat melukai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan, bila tidak ditangani dengan baik maka perilaku kekerasan dapat
mengakibatkan kehilangan kontrol, risiko kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain
serta lingkungan (Sepalanita & Khairani, 2019)

Risiko perilaku kekerasan merupakan gejala dari pasien perilaku kekerasan yang
dapat dikontrol melalui terapi Aktivitas Kelompok.Terapi kelompok merupakan suatu
psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersamasama dengan berdiskusi satu
sama lain yang dipimpin atau arahkan oleh perawat spesialis jiwa atau perawat jiwa
yang telah terlatih. Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara
kelompok untuk memberikan stimulasi bagi Pasien dengan gangguan interpersonal.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan setelah dilakukan Terapi Aktivitas kelompok stimulasi
persepsi adalah konsentrasi dan adanya ketertarikan responden terhadap Terapi
Aktivitas Kelompok yang dilaksanakan, sehingga setelah dilaksanannya TAK ini,
kemampuan pasien dalam mengontrol perilaku kekerasan dapat mengalami
peningkatan (Pardede & Laia., 2020).

Terapi modalitas yang tepat untuk mengatasi Risiko prilaku kekerasan yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan sensori, untuk memusatkan perhatian, kesegaran jasmani dan
mengespresikan perasaan.Terapi ini dilakukan menggunakan aktivitas sebagai
stimulus dan terkait dengan pengalaman dalam kehidupan untuk mendiskusikan
dalam kelompok. Dengan aktifitas kelompok ini, maka akan memberikan dampak
positif dalam upaya pencegahan, meningkatkan pengobatan, dan pemulihan kesehatan
(Pratiwi., 2020).

B. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan ini Pasien dapat lebih menerapkan stategi pelaksanaan
Risiko Perilaku Kekerasan secara fisik dan sosial dalam mengontrol Risiko Perilaku
Kekerasan.

C. TUJUAN KHUSUS

1. Pasien dapat mengekspresikan perasaannya lewat cerita


2. Pasien dapat mengetahui cara mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan

BAB 2

A. PENGERTIAN TAK

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi untuk meningkatkan kemampuan


sensori, upaya memusatkan perhatian, kesegaran jasmani dan mengekspresikan
perasaan. Penggunaan terapi kelompok dalam praktek keperawatan jiwa akan
memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta
pemulihan kesehatan. Setelah mendapatkan terapi aktivitas kelompok resiko perilaku
kekerasan, pasien terapi aktivitas Risiko perilaku kekerasan merupakan gejala yang
dapat dikontrol melalui terapi Aktivitas Kelompok. Terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi merupakan terapi yang diberikan dengan menstimulus semua panca
indra pada pasien sehingga terjadi perubahan perilaku dan memberikan respon yang
adekuat. Kemampuan persepsi Pasien akan di evaluasi dan ditingkatkan pada tiap
sesinya

B. JENIS JENIS TAK

1) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif atau Persepsi


2) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori 8
3) Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita
4) Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi

C. INDIKASI

1) Karakteristik
a) Pasien yang memiliki perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b) Pasien dalam kondisi stabil
c) Pasien bersedia mengikuti TAK
d) Pasien tidak sedang mengamuk atau agresif

2) Proses seleksi
a) Menyeleksi pasien sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan
b) Mengidentifikasi nama dan masalah keperawatan yang di alami pasien
c) Membuat kontrak waktu dengan pasien
d) Aktivitas dan Indikasi Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

D. PENGORGANISASIAN

1. TIM TERAPIS
a) Leader : Alinda Nurhidayati
Tugas leader :
1) Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok
menyiapkan proposal kegiatan TAK .
2) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
3) Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok

b) Co - leader :
Tugas Co - leader ;
1) Mendampingi Leader
2) Menjelaskan aturan permaian
3) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien
4) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang
telah di buat
5) Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam
proses terapi

c) Fasilitator
Tugas fasilitator :
1) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
2) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
3) Motivasi peserta dalam aktivitas kelompok
4) Motivasi anggota dalam ekspresi perasan setelah kegiatan
5) Mengantur posisi kelompok dalam lingkaran untuk melaksanakan
kegiatan

d) Observer
Tugas observer :
1) Mengobservasi respon klien selama proses kegiatan
2) Mencatat perilaku klien selama dinamika kelompok
3) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok
dengan evaluasi kelompok

2. Alat/ media
a) Papan tulis/flibchart/whiteboarrd
b) Kapur/spidol
c) Buku catetan dan pulpen
d) Jadwal kegiatan klien

3. Metode
a) Dinamika kelompok
b) Diskusi dan tanya jawab
c) Bermain peran/simulasi

4. Setting tempat ( denah )


a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b) Ruangan nyaman dan tenang

FASILITATOR FASILITATOR

P P

OBSERVER

P P

FASILITATOR FASILITATOR

P P

LEADER CO - LEADER

5. Langkah - langkah kegiatan


a) Persiapan
Memilih klien yang memiliki perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b) Membuat kontrak dengan klien
Hari,tanggal : senin
Waktu : 08.30 s/d selesai
Tempat : ruangan

Fase Kegiatan Waktu Penanggung jawab


Orientasi Salam : 1 menit leader
Salam dari terapis kepada klien
“ selamat pagi ibu “

Perkenalan nama dan panggilan terapis


(pakar papan nama)
“ perkenalkan saya Alinda Nurhidayati
sebagai leader disini, saya suka di panggil
alinda hoby saya memasak dan saya
berasal dari rangkasbitung lebak banten”

Menanyakan nama dan panggilan semua


klien (beri papan nama).
“ haloo saya ingin bertanya nama ibu
siapa ya? Suka di panggil apa? Hoby nya
apa ?”

Evaluasi : 2 menit leader


“Bagaimana perasaan ibu hari ini?apakah
senang atau sedih “

Validasi : 2 menit
“ apa yang membuat ibu sedih”

Kontrak : 5 menit Leader,Co-


leader,fasilitator,observer
1. Menjelaskan tujuan kegiatan,yaitu
mengenal perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
“ ibu tujuan kita pada hari ini adalah untuk
saling kenal antara satu sama lain”

2. Menjelaskan aturan main


a) Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai

kerja a. Mendiskusikan penyebab marah 24 menit Leader,Co-


1) Tanyakan pengalaman tiap klien. leader,fasilitator,observer
“ ibu apakah penyebab perasaan ibu suka
marah dan kesal?”

2) Tulis di papan
tulis/flipchart/whiteboard

b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang


dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku
kekerasan terjadi.
1) Tanyakan perasan tiap klien saat
terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala).
“ ibu bila perasaan marah biasanya
merasakan apa? Apakah merasa
berdebar debar?’

2) Tulis di papan
tulis/flipchart/whiteboard.
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan
yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan mencederai/memukul
orang lain, dan memukul diri sendiri).
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan
saat marah
“ bila ibu marah, melakukan apa?
Memukul bantal kah? Melempar barang ?
memukul teman?”

2) tulis di papan
tulis/flipchart/whiteboard

d. Membantu klien memilih salah satu


perilaku kekerasan yang paling sering
dilakukan untuk diperagakan.

e. Melakukan bermain peran/simulasi


untuk perilaku kekerasan yang tidak
berbahaya (terapis sebagai sumber
penyebab dan klien yang melakukan
perilaku kekerasan).

f. Menanyakan perasaan klien setelah


selesai bermain peran/simulasi.
“ bagaimana perasaan ibu setelah kita
bermain peran ini?”

g. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku


kekerasan.
1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
‘ ibu tau tidak akibat melakukan itu? ’
2) Tuliskan di papan
tulis/flipchart/whiteboard.

Terapis dapat membuat tabel di white


board atau flipchart sehingga masing-
masing cerita klien dapat tergambar dan
klien dapat menganalisantutan pe-
ristiwa dari penyebab, tanda dan gejala,
PK yang dila- kukan dan akibat PK,
serta menilai dampak PK serta komitmen
perubahan perilaku yang akan
diterapkan berikutnya.

h. Memberikan reinforcement pada peran


serta klien.

“ wah ibu sangat keren dan berani telah


menjawab dan melakukan peran “
i. Dalam menjalankan a sampai h,
upayakan semua klien terlibat.

j. Beri kesimpulan penyebab; tanda dan


gejala, perilaku kekerasan; dan akibat
perilaku kekerasan.

“ jadi ibu penyebab ibu marah suami nya


yang tidak memberi makanan, tanda
gejela yang di alami berdebar debar, nafas
cepat yah, perilaku yang di lakukan ada
yang berteriak, melempar barang, akibat
dari perilaku kekerasan tersebut orang
sekitar jadi marah dan kesal “

k. Menanyakan kesediaan klien untuk


mempelajari cara baru yang sehat untuk
menghadapi kemarahan

terminasi Evaluasi : 4 menit leader


1) Terapis menanyakan perasaan klien
setelah mengikuti TAK
“ bagaimana perasaan ibu setelah kita
melakukan Tak ini? Apakah sudah
mengerti cara mengendalikan emosi “

2) Memberikan reinforcement positif


terhadap pe rilaku klien yang positif.
“ wah ibu sangat pintar dan keren sekali “
Rencana tindak lanjut : 4 menit Leader, Co- leader
1. Menganjurkan klien menilai dan
mengevaluasi jika terjadi penyebab
marah, yaitu tanda dan gejala;
perilaku kekerasan yang terjadi serta
akibat perilaku kekerasan.

2. Menganjurkan klien mengingat


penyebab; tanda dan gejala, perilaku
kekerasan dan akibat- nya yang belum
diceritakan.

Kontrak yang akan datang : 2 menit Leader, Co- leader


1) Menyepakati belajar cara baru yang
sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
2) Menyepakati waktu dan
tempat TAK berikutnya

Salam penutup 1 menit


Total waktu 45 menit

c. evaluasi dan dokumentasi

Evaluasi

dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui
penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan
akibat perilaku keke- rasan. Formulir evaluasi sebagai berikut.

NO Nama klien Penyebab pk Memberi tanggapan tentang


Tanda dan Perilaku Akibat pk
gejala pk kekerasan

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien Contoh: klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan pe nyebab perilaku kekerasannya
(disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan
BAB 3

A. KESIMPULAN

Salah satu bentuk penanganan medis untuk pasien dengan risiko perilaku kekerasan
adalah dengan Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi, dimana TAK (Terapi
Aktifitas Kelompok) merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada kelompok pasien dengan Risiko perilaku kekerasan. Aktivitas digunakan
sebagai terapi,dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok
terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan
menjadilaboratorium tempat pasien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

B. SARAN

Diharapkan bagi tenaga perawat menjadikan Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi


persepsi sebagai tindakan keperawatan untuk setiap pasien dengan masalah gangguan
jiwa khusunya pasien Risiko Prilaku Kekerasan.
Daftar pustaka

Mare, M. N. S., Laia, D., Sikutiro, H., Fadillah, F., Cerahwati, I., & Manurung, R. D. (2021).
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan.
https://osf.io/jrs4x/download.

Untari, S. N. (2021). Asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan resiko perilaku
kekerasan (Doctoral dissertation, Perpustakaan Universitas Kusuma Husada Surakarta).
http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/961/

Irvanto, D., Surtiningrum, A., & Nurullita, U. (2013). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Asertif Terhadap Perubahan Perilaku Pada Pasien Perilaku Kekerasan. Karya Ilmiah.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/164

Zega, R., Laia, V. A. S., Wulandari, Y., Mendrofa, B. O., Saleha, S., Siregar, S. L., ... &
Pardede, J. A. (2022). Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Senam Aerobik Low Impact
Pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai