Anda di halaman 1dari 8

NAMA: SEPTIAN YOGA PERMANA

NIM: 192303102190
KELAS 2BP/19

UTS KEPERAWATAN JIWA PRAKTIKUM


Kasus
Seorang pasien laki - laki berumur 34 tahun dirawat di ruang rawat inap sebuah RSJ, mengeluh
tidak bisa tidur kepada perawat, dia mengatakan bahwa tadi malam mendengar suara yang
membully nya sehingga dia merasa marah dan ingin memukul orang dengan pentungan kayu.
Saat dikaji terlihat muka memerah, pandangan tajam, tangan mengepal dan gigi rapat, sesekali
menghela napas panjang. Cara berpakaian pasien tidak rapi, baju atas dan bawah tidak sesuai,
badan berbau, napas bau, pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Pertanyaan
1. Apa diagnosa keperawatan utama yang dialami pasien tersebut?
2. Apa outcome yang ingin dicapai?
3. Apa Intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien tersebut?
4. Terapi Aktifitas Kelompok jenis apa yang sesuai dengan pasien tersebut? berikan alasannya
5. Buat SP (strategi pelaksanaan) Terapi Aktifitas Kelompok pada pasien tersebut

Jawab
1. (D.0132) Perilaku Kekerasan

2. (L.09076) Kontrol Diri


Setelah dilakukan perawatan diharapkan kemampuan pasien dapat mengendalikan atau
mengukur emosi, pikiran, dan perilaku dalam menghadapi masalah dengan kriteria hasil:
- Verbalisasi ancaman kepada orang lain menurun
- Verbalisasi umpatan menurun
- Perilaku menyerang menurun
- Perilaku melukai diri sendiri/orang lain menurun
- Perilaku agresif/amuk menurun

3. (I.09290) Manajemen Pengendalian Marah


Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola ekspresi marah dengan cara adaptif dan tanpa
kekerasan.
Tindakan:
Observasi:
- Identifikasi penyebab atau pemicu kemarahan
- Identifikasi harapan perilaku terhadap ekspresi kemarahan
- Monitor potensi agresi tidak konstruktif melakukan tindakan sebelum agresif
Terapeutik:
- Gunakan pendekatan yang tenang
- Fasilitasi mengekspresikan marah secara adaptif
- Cegah kerusakan fisik akibat marah
- Cegah akitivitas memicu agresi
- Lakukan kotrol eksternal
- Berikan penguatan atas keberhasilan penerapan strategi pengendalian marah

Edukasi:
- Jelaskan makna, fungsi marah, frustasi, dan respon marah
- Anjurkan meminta bantuan perawat atau keluarga selama ketegangan meningkat
- Ajarkan stategi untuk mencegah ekspresi marah maladaptif
- Ajarkan metode untuk memodulasi pengalaman emosi yang kuat
Kolaborasi:
- Kolaborasikan pemberian obat

4. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi


Tujuan umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi pada pasien risiko perilaku
kekerasan adalah pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
dan tujuan khususnya adalah :
1) Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
2) Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
3) Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melaui interaksi social.
4) Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang biasa
dilakukannya.
5) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat.

5. SP. TAK STIMULASI PERSEPSI


A. Terapi Aktivitas Kelompok
1. Pengertian
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain,
saling bergantung dan mempunyai norma yang sama ( Stuart & Laraia, 2001). Anggota
kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan
keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan,
kesukaan, dan menarik. Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika
anggota kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai
interaksi yang terjadi dalam kelompok.
2. Tujuan
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta
mengubah prtilaku ynag destruktif dan maladaptif. Kekuatan kelompok ada pada
konstribusi dari setiap anggota dan pemimpin dalam mencapai tujuannya.
Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling membantu satu
sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan
laboratorium tempat mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta
mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa memiliki diakui, dan
dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan
waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Fokus terapi kelompok
adalah membuat sadar diri peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau
ketiganya.
Terapi aktivitas kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi sensoris,
orientasi realita, dan sosialisasi. Terapi aktivitas kelompok dibagi empat yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori,
terapi aktivitas terapi aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

3. Kriteria Pasien
Kriteria pasien sebagai anggota yang mengikuti terapi aktifitas kelompok iniadalah:
a. Klien dengan riwayat perilakukekerasan.
b. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk,
dalam keadaan tenang.
c. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative)

4. Pengorganisasian
a. Leader, bertugas:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Memimpin jalannya terapi kelompok
3) Memimpin diskusi.
b. Co-Leader, bertugas :
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
4) Menggantikan leader jika terhalang tugas.
c. Fasilitator, bertugas:
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
3) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
4) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
5) Bertanggungjawab terhadap program antisispasi masalah.
d. Observer, bertugas :
1) Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir.
2) Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktivitas kelompok.
3) Mengobservasi perilaku pasien
5. Setting tempat

Keterangan :
: Leader
: Co-leader + Observer
: Fasilitator
: Klien

Terapi Stimulasi Persepsi:


Sesi 1: Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
A. Tujuan :
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
B. Setting :
1. Terapis dan klien dapat duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang

C. Alat :
1. Papan tulis / flipchart/ whiteboard
2. Kapur/ spidol
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien

D. Pengorganisasian :
1. Leader
2. Co-leader
3. Observer
4. Fasilitator

A. Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ simulasi

B. Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Kontak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
2) Menjelaskan aturan main berikut
• Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada
terapis.
• Lama kegiatan 45 menit
• Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah.
1) Tanyakan pengalaman tiap klien
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab
marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala)
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak
lingkungan, mencederai/memukul orang lain, memukul diri sendiri)
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard.
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering dilakukan
untuk diperagakan
e. Melakukan bermain eran/ simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak berbahaya
(terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan perilaku kekerasan).
f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran /simulasi.
g. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard.
h. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
i. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat.
j. Beri kesimpulan penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan dan akibat perilaku
kekerasan.
k. Menanyakan kesediaan klien untuk memepelajari cara baru yang sehat menghadapi
kemarahan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu
tanda dan gejala; perilaku kekerasan yang terjadi; serta akibat perilaku kekerasan.
2) Menganjurkan klien mengingat penyebab ; tanda dan gejala; perilaku kekerasan dan
akibatnya yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
2) Menyepakati waktu dan TAK berikutnya.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampun yang diharapkan adalah
mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Formlir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 1: TAK
Simulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan psikologis
Memberi tanggapan tentang
No Nama Klien Penyebab PK Tanda& Gejala Perilaku Akibat
PK Kekerasan PK

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilakuk
kekerasan, tanda dan gejala dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku
kekerasan. Beri tanda √ jika klienmampu dan tanda x jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1. TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya (disalahkan dan tidak
diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (“geregetan” dan “deg-degan”), perilaku
kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke
rumah sakit jiwa). Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama
dirumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai