TINJAUAN PUSTAKA
A. Post Operasi
1. Definisi
8
9
beberapa jam dan penyembuhan berlangsung selama satu hari atau lebih
bergantung pada luasnya pembedahan dan respons klien (Potter and Perry,
2006).
a. Penyuluhan pasien/keluarga
Sebagian besar penyuluhan eksehatan pada tahap ini melanjutkan
penyuluhan yang diberikan sebelum pembedahan. Ada kemungkinan
informasi yang telah diberikan perlu dipertegas dengan mengulangnya
dan mengklarifikasi bila perlu. Perawat perlu menerangkan kepada
pasien dan keluaganya mengenai obat yang diteruskan dirumah,
perawatan luka bedah, tanda dan gejala komplikasi, pembatasan
kegiatan dan tindak lanjut asuhan.
b. Pemeliharaan fungsi pernapasan
1) Pemeliharaan kepatenan jalan napas
Sekresi yang banyak dalam saluran napas dapat
menyebabkan obstruksi jalan napas parsial atau total. Apabila
sekresi mengumpul pada saluran napas bawah karena
imobilitas atau napas dangkal, infeksi pulmonal bisa timbul.
Untuk mencegah penyumbatan dan infeksi saluran napas
bawah, sekresi harus dikeluarkan melalui latihan seperti batuk
yang efektif, bernapas dalam dan mobilisasi. Apabila intervensi
tidak berhasil, sekresi harus dikeluarkan melalui pengisapan.
2) Pemeliharaan pertukaran gas
Pertukaran gas dapat dipertahankan dengan pemberian
oksigen, napas dalam, batuk yang efektif, menguap, posisi
tubuh yang membantu, pemberian obat yang berefek pada
anestesia.
c. Pemeliharaan sirkulasi
1) Pemeliharaan aliran balik vena
Tromboflebitis pascaoperasi dapat dicegah dengan intervensi
keperawatan. Misalhnya dengan tidak memberi tekanan pada
daerah popliteal. Apabila perlu menyokong kaki dengan bantal,
perhatikan agar tekanan merata pada seluruh bantal.
2) Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kebanyakan pasien pasca operasi menerima cairan intravena
untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pemantauan yang ketat terhadap asupan dan haluaran sangat
penting untk mencegah kelebihan beban cairan. Cairan per oral
bisa dimulai apabila sudah ada gerakan peristaltis (ada flatus) dan
refleks muntah serta batuk.
d. Pemeliharaan termoregulasi
Suhu tubuh dipantau tersu menerus. Termometer per aksila. Oral
dan rektal hanya bisa mengukur suhu kulit dan hasilnya tidak seakurat
suhu tubuh, yang diukur menggunakan termometer timpanik (dalam
telinga) atau temperatur esofagus.
e. Peningkatan kenyamanan
Penanganan nyeri yang efektif dimulai dengan hubungan saling
percaya antara perawat-pasien. Pasien diberi penjelasan mengenai sifat
nyeri dan pengertian cara mengevaluasi serta mengomunikasikan nyeri
yang dialaminya kepada perawatnya. Analgesik menjadi lebih efektif
apabila diberikan sebelum nyeri itu memuncak atau semakin hebat.
f. Peningkatan eliminasi urin
Haluaran urin harus dipantau dengan ketat samapi fungsi normal
ginjal pulih. Berkemih pertama kali pasca operasi dapat dibantu
dengan intervensi keperawatan seperti membatu pasien ke kamar kecil,
menyiram perinium dengan air, memberi waktu dan privasi, membuka
kran agar pasien mendengar air yang mengalir. Apabila tindakan ini
tidak efektif, maka kateter folley dapat dipasang sesuai program dokter
(Baradero dkk, 2009).
B. General Anesthesia
1. Definisi
Gambar 2.1
Intubasi Endotrakeal
4. Pasien yang memerlukan anestesia umum
Tanda Tindakan
Masalah Deskripsi Penyebab
klinis pencegahan
Pneumonia Inflamasi Infeksi, toksin
Peningkatan Latihan
pada alveoli atau iritan
suhu, batuk, napas dalam
menyebabkan
proses inflamasi
ekspektorasi dan batuk,
15
C. Aromaterapi Peppermint
1. Pengertian Aromaterapi
Aroma terapi berasal dari kata aroma yang berarti harum atau
wangi, dan therapy yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau
penyembuhan. Sehingga aroma terapi dapat diartikan sebagai: “suatu cara
perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan
minyak essensial” (Jaelani, 2017).
2. Jenis aromaterapi
Menurut Jaelani (2017), penggunaan cara terapi yang tepat akan sangat
membantu daya kerja bahan aktif sealigus efisien dan akurat dalam
penggunaan sediaan aromaterapi. Berikut beberapa jenis penggunaan
aromaterapi:
3. Minyak esensial
Bentuk kekuatan lain dari tanaman berasal dari bagian daun. Daun
yang warnanya hijau mempunyai kekuatan yang lebih baik dibandingkan
daun lainnya yang warnanya bukan hijau. Daun berwarna hijau melakukan
proses fotosintesa dengan lebih intens sehingga aktivitas ektohormonalnya
lebih banyak diakukan untuk proses pematangan. Daun merupakan bagian
tumbuhan yang dapat menjaga keserasian lingkungannya dan mempunyai
sumber kekuatan untuk memekarkan bunga, bagian daun ini sangat
berkaitan erat dengan kepala sebagai pusat fungsi saraf pada tubuh
manusia (Jaelani, 2017).
Ada banyak jenis dari mint tetapi satu yang umum dipakai dalam
aromaterapi adalah peppermint (Mentha piperita) yang merupakan
cangkokan antara watermint dan spearmint (Balkam, 2001). Tanaman ini
memiliki bahan aktif menthol 50%. Berguna sebagai bahan antiseptik dan
penyegar mulut serta pelega tenggorokan. Sebagai bahan obat, peppermint
sangat baik sebagai diaforetik, karminatif dan ekspektoran antara lain
untuk mengatasi sakit tenggorokan dan batuk dalam Jaelani (2017). Sangat
baik untuk mengatasi gangguan pencernaan, batuk atau influenza
(Primadiati, 2002).
No Kandungan Persentase %
1 Limonene 1-5
2 Cionele 3,5-14
3 Menthone 14-32
4 Menthofuran 1-9
5 Isomenthone 1,5-10
6 Mentyl-asetat 2,8-10
7 Isopulegol 0,2
8 Mentol 30-55
9 Pulegone 4
10 Carvone 1
Sumber: Loolaie, 2017
8. Kontraindikasi peppermint
1. Definisi
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar dan pasien
dapat mengeluarkan dahak secara maksimal. Batuk dapat mengeluarkan
lendir yang tertahan pada jalan napas. Batuk dalam dan produktif lebih
menguntungkan daripada membersihkan tenggorok. Batuk yang dilakukan
secara berurutan tanpa henti membantu pengeluaran mukus lebih efektif
dan lengkap daripada hanya satu kali batuk yang kuat (Potter dan Perry,
2006).
3. Latihan Batuk
a. Napas dalam
Pasien diletakkan dalam posisi duduk untuk memberikan ekspansi paru
yang maksimum. Latihan napas dalam dapat membantu mengeluarkan
mukus yang dapat dibentuk dan tetap di dalam paru akibat efek
anestesia umum dan anelgesik. Klien dminta mengambil napas dalam
secara lambat dan menghirup napas melalui hidung. Setelah menahan
napas sampai hitungan ketiga dan perlahan-lahan hembuskan napas
melalui mulut ulangi sebanyak 3 sampai 5 kali (Potter dan Perry,
2006).
b. Batuk pasca operasi
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien
yang mengalami operasi dengan anestesi general dan sangat
bermanfaat bagi pasien setelah operasi untuk mengeluarkan lendir atau
sekret tersebut. Pasien melakukan napas dalam sebanyak 3-5 kali,
menambahkan bantal atau gulungan handuk yang lembut untuk
menahan area operasi untuk mengurangi guncangan pada tubuh dan
segera batukkan (Maryunani, A. 2014).
c. Batuk cascade
Dengan batuk cascade, klien mengambil napas dalam dengan lambat
dan menahannya selama dua detik sambil mengontraksikan otot-otot
ekspirasi. Kemudian klien membuka mulut dan melakukan
serangkaian batuk ekshalasi. Dengan demikian klien batuk pada
volume paru yang menurun secara progresif. Teknik ini meningkatkan
bersihan jalan napas dan meningkatkan kepatenan jalan napas pada
klien dengan volume sputum yang banyak.
d. Batuk huff
Batuk huff menstimulasi reflek batuk alamiah dan umumnya efektif
hanya untuk membersihkan jalan napas pusat. Saat mengeluarkan
udara, klien membukan glotis dengan mengatakan kata huff. Dengan
melakukan batuk ini, klien menghirup lebih banyak udara dan bahkan
mampu meningkat ke batuk cascade.
e. Batuk quad
Teknik batuk quad digunakan untuk klien tanpa kontrol otot abdomen,
seperti pada klien yang mengalami cedera medulla spinalis. Saat klien
mengeluarkan napas dengan upaya ekspirasi maksimal, klien atau
perawat mendorong ke luar dan ke atas pada otot-otot abdomen
melalui diafragma, sehingga menyebabkan batuk (Potter dan Perry,
2006).
E. Bersihan Jalan Napas
1. Definisi
Fisiologis Situasional
a. Spasme jalan napas a. Merokok aktif
b. Hipersekresi jalan napas b. Merokok pasif
c. Disfungsi neuromuskuler c. Terpajan polutan
d. Benda asing dalam jalan napas
30
Gejala dan tanda subjektif pada bersihan jalan napas yang tidak
efektif yaitu adanya dispneu, sulit bicara dan ortopneu. Sedangkan pada
gejala dan tanda objektif meliputi batuk yang tidak efektif, tidak mampu
batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing dan /atau batuk kering, gelisah,
sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah dan pola napas
berubah (SDKI, 2017).
Kriteria hasil status pernapasan: Jalan napas paten seperti ditandai dengan:
F. Penelitian Terkait
Anestesi
Anestesi umum
Intervensi post-operasi:
Secara inhalasi dan
1. Penyuluhan
pasien/keluarga intravena
2. Pemeliharaan fungsi
pernapasan Jenis penggunaan
(pemeliharaan Depresi fungsi aromaterapi:
kepatenan jalan pernapasan
napas dan pertukaran 1. Terapi secara
gas) internal (oral,
3. Pemeliharaan inhalasi).
sirkulasi Menekan silia pada 2. Terapi secara
4. Pemeliharaan membran mukosa
keseimbangan cairan eksternal (pijat,
pada saluran napas air/hidrasi).
dan elektrolit
5. Pemeliharaan
termoregulasi
Terbentuk mukus dan
6. Peningkatan Manfaat terapi inhalasi
kenyamanan menetap di paru
peppermint:
7. Peningkatan
eliminasi urine. 1. Diaforetik
Pengeluaran sekret 2. Karminatif
3. Ekspektoran