OLEH
KELOMPOK III
1. Islami fikri ( 1710105014)
2. Reza budiminandha (17101015029)
3. Sindy lidya (1710105034)
4. Nana aulia chanza (1710105021)
A. TUJUAN
1. Tujuan umum :
a. Klien dapat memperkenalkan dirinya.
b. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
2. Tujuan Khusus :
a. Klien dapat memperkenalkan dirinya.
b. Klien bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan kepada orang
lain
c. Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk
menyalurkan emosinya dan di mengerti oleh anggota kelompok
lainnya.
d. Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk
menyalurkan emosinya dan di dengar serta di mengerti oleh anggota
kelompok lainnya.
e. Meningkatkan keterampilan hubungan social untuk diterapkan sehari-
hari
f. Melatih kesabaran, konsentrasi dan kreatifitas.
B. LANDASAN TEORITIS
a. Defenisi Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan
definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua yaitu perilaku
kekerasan secara verbal dan fisik.Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan
khusus.Marah lebih menunjuak kepada suatu perangkat perasaan-perasaan
tertentu dengan perasaan marah.(Berkowitz, 2002)
b. Penyebab Prilaku kekerasan
Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.
Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut ; (Keliat,
2004)
a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan
orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.Akibat
dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan
yang dialami.
d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak orang
lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan
kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain.
c. Gejala Marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan
pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa.
Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan
marah diantaranya sebagai berikut :
a. Perubahan Fisioligik : tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan
meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air
besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
b. Perubahan Emosional : mudah tersinggung, tidak sabar, frustasi, ekspresi
wajah tampak tegang, bila mengamuk kehilangan control diri.
c. Perubahan Perilaku : agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga,
mengamuk, nada suara keras dan kasar.
d. Perilaku Marah
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom bereaksi
terhadap sekresi
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif
adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
psikologis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan diri
klien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku “acting out”
untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan.
e. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan strees, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Keliat, 2004)
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain (Keliat, 2004) :
a. Sublimasi : menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya
pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya,
tujuannya adalah untuk mengurangi ketagangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
c. Resepsi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya : seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak
baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan
akhirnya ia dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement : melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan,
pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya
membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia
baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding
kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
C. KRITERIA ANGGOTA KELOMPOK
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktifitas kelompok ini
adalah:
1. Klien yang tidak terlalu gelisah
2. Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya
Terapi Aktifitas Kelompok.
3. Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi
dalam kelompok kecil
4. Klien tenang dan kooperatif
5. Kondisi fisik dalam keadaan baik
6. Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas
D. PROSES SELEKSI
1. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
2. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
3. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
4. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAKPK, meliputi :
menjelaskan tujuan TAKPK pada klien, rencana kegiatan kelompok,
dan aturan main dalam kelompok
Evaluasi / Validasi
Menjawab evaluasi /
Menanyakan perasaan klien validasi
saat ini
Menjawab evaluasi /
Menanyakan apakah ada validasi
penyebab marah, tanda dan
gejala marah ,serta perilaku
kekerasan yang dilakukan
klien sebelum TAK saat ini .
Menjawab evaluasi /
Tanyakan apakah kegiatan validasi
fisik untuk mencegah prilaku
kekerasan sudah dilakukan
Kontrak
Menyepakati kontrak
Terapis menjelaskan tujuan
kegiatan, yaitu mengontrol
perilaku kekerasan secara Menyepakati aturan
verbal
Tindak lanjut
G. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
a. Leader
Peran:
- Memimpin jalannya therapy aktifitas kelompok
- Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya therapy.
- Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK
- Memimpin diskusi kelompok.
b. Co. Leader
Peran:
- Membuka acara
- Mendampingi Leader
- Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.
- Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
- Menutup acara diskusi.
c. Fasilitator
Peran:
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
- Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk
aktif mengikuti jalannya therapy
d. Observer
Peran:
- Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang
tersedia).
- Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan,
I. SETTING TEMPAT
Keterangan
: pasien/audiens
: co leaders
: papan tulis
: leaders
: fasilitator
: observer
J. EVALUASI
a. Evaluasi struktur
1. Kasiapan pasien
2. Kesepian tempat pelaksanaan
3. Kesepian perawat
b. Evaluasi proses
1. Perawat mampu membina hubungan saling percaya
2. Pasien mampu bersikap terhadap perawat
c. Evaluasi hasil
1. perawat mampu melaksanakan proses interaksi dengan baik
2. pasien mam berkomunikasi dengan baik
3. pasien bisa bersikap terbuka terhadap perawat
2
3
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima
benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh
minum obat. Beri tanda (V) jika klien mampu dan beri tanda (X) jika klien
tidak mampu
K. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat, atas perhatian dan dukungan serta
partisipasinya dalam kegiatan ini kami ucapkan terimakasih.
Disetujui oleh :