Anda di halaman 1dari 9

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI

PRESEPSI PERILAKU KEKERASAN

MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN SECARA SPIRITUAL

OLEH
ANWAR RIFAI SITORUS
NIM : 21142011925

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BINALITA SUDAMA MEDAN
2022
A. LATAR BELAKANG
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan Sundeen (1995), perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif. Perilaku kekerasan dilakukan karena ketidakmampuan dalam melakukan
koping terhadap stres, ketidakpahaman terhadap situasi sosial, tidak mampu untuk
mengidentifikasi stimulus yang dihadapi, dan tidak mampu mengontrol dorongan
untuk melakukan perilaku kekerasan (Volavka & Citrome, 2011).
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
mengggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulus yang terkait dengan
pengalaman dan atau kehidupan untuk didisksikan dalam kelompok .hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
Dalam hal ini, perilaku kekerasan yang menimbulkan dampak negatif dapat dicegah
dengan memberikan stimulus. Melalui cara spiritual dengan melakukan kegiatan
peribadahan akan mengurangi rasa emosi atau amarah serta lebih dekat kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

B. TUJUAN
 Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.
 Klien dapat melakukan pencegahan perilaku kekerasan secara spiritual.

C. KRITERIA KLIEN
 Klien dengan riwayat perilaku kekerasan.
 Klien tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk.
 Klien dalam keadaan tenang dan nyaman.
 Klien dapat diajak kerjasama.
 Klien dalam kondisi fisik yang baik.
 Klien mau mengikuti kegiatan TAK.
D. SETTING
 Ruangan bersih, tenang, dan nyaman
 Duduk melingkar bersama dengan klien dan terapis

E. WAKTU DAN TEMPAT


 Hari/tanggal : …..
 Jam : ….. WIB
 Tempat : Bangsal ……

F. ALAT
 Tanda pengenal atau name tag
 Alat tulis dan buku catatan
 Alat ibadah
 Jadwal kegiatan klien

G. METODE
 Dinamika kelompok
 Diskusi dan tanya jawab
 Bermain peran/simulasi

H. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
 Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.

2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Terapis memberi salam kepada klien.
 Terapis dan klien memakai name tag.
b. Evaluasi/validasi
 Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
 Terapis menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala,
serta perilaku kekerasan.
 Terapis menanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
asertif untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk
mencegah perilaku kekerasan.
 Terapis menjelaskan aturan main berikut: jika ada klien yang akan
meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan ±20 menit.
 Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
 Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
 Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.
 Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
 Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
 Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
 Memberikan pujian pada penampilan klien.
 Kegiatan ibadah dalam mengendalikan emosi/amarah antara lain:
No. Agama Kegiatan Ibadah
1 2
1. Islam Istighfar/Ta’awudz Sholat
2. Kristen/Katolik Doa Bapa Kami Ibadat
3. Hindu/Buddha Mantra Meditasi

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Terapis menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
 Terapis memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
 Terapis menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi
sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab
perilaku kekerasan terjadi.
 Terapis menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial
yang asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur.
 Terapis memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
 Terapis menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum
obat teratur.
 Terapis menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.

I. PEMBAGIAN TUGAS
a. Leader
 Menyiapkan proposal kegiatan TAK.
 Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan TAK sebelum dimulainya
kegiatan.
 Menjelaskan aturan main.
 Mampu memimpin TAK dengan baik dan benar.
b. Co-leader
 Mendampingi leader.
 Menyampaikan informasi dari fasilitator kepada leader mengenai aktivitas
klien.
 Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
c. Fasilitator
 Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
 Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
 Memfasilitasi dan memberikan stimulus kepada klien untuk aktif
mengikuti TAK.
d. Observer
 Mengobservasi jalannya proses kegiatan.
 Mengamati serta mencatat perilaku kilen secara verbal maupun non-verbal
selama kegiatan.

J. SUSUNAN PELAKSANAAN
1. Susunan perawat/terapis pelaksanaan TAK, yaitu: (Isi nama pembagian sesuai
kelompok)
a. Leader : ….
b. Co-leader : ….
c. Fasilitator : 1. …. 2. …. 3. ….
d. Observer : ….

2. Klien yang mengikuti TAK, yaitu:


……….
K. TATA TERTIB DAN ANTISIPASI KEJADIAN
1. Tata tertib pelaksanaan TAK, yaitu:
 Klien bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai selesai.
 Klien wajib hadir 5 menit sebelum kegiatan TAK dimulai.
 Klien berpakaian rapi dan bersih.
 Klien tidak diperkenankan untuk makan atau minum selama kegiatan TAK.
 Klien tidak diperkenankan untuk meninggalkan tepat sebelumkeiatan
selesai.

2. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan saat TAK antara lain:


a. Penanganan pasien yang tidak aktif saat TAK
 Memanggil nama klien.
 Memberi kesempatan kepada klien untuk menjawab sapaan terapis.
b. Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit
 Memanggil nama klien.
 Menanyakan alasan klien meninggalkan permainan.
 Memberikan penjelasan tentang tujuan permainan dan klien dapat
melaksanakan keperluan lainnya setelah TAK.
L. EVALUASI
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang diharapkan
adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi
sebagai berikut:

Sesi 4: TAK
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual

Mempraktikkan Mempraktikkan
No. Nama Klien
Kegiatan Ibadah Pertama Kegiatan Ibadah Kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua
kegiatan ibadah pada saat TAK. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (x)
jika klien tidak mampu.

M. DOKUMENTASI
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4, TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan
klien melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai