Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAl KEGIATAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

PADA KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI WISMA


SADEWA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Jiwa

DisusunOleh :

ADE KURNIAWAN
193203001

PROGRAM STUDI PENDIDIKANPROFESI NERS


FAKULTASI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANIYOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAl KEGIATAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK


PADA KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI WISMA
SADEWA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

ADE KURNIAWAN
193203001

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Perseptor Pembimbing Klinik

( ) ( ) ( )
PROPOSAL KEGIATAN
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

A. LatarBelakang
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada
diri sendiri maupun orang lain (Afnuhazi, 2015). Gejala kognitif perilaku
kekerasan seperti ditemui adanya bingung, supresi pikiran, tidak mampu
memecahkan masalah dan gangguan penilaian. Gejala perilaku (behavior)
seperti suara keras, mengepalkan tangan, kekerasan fisik terhadap orang
lain dan lingkungan. Gejala afektif seperti ketidaknyamanan, suasana hati
marah, mudah tersinggung dan bermusuhan sedangkan gejala fisiologis
seperti respon fisik dari rasa marah yang ditunjukkan dengan adanya
ketegangan tubuh, wajah merah, pandangan tajam, berkeringat dan
meningkatnya tekanan darah. (Stuart, 2013).
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada keterkaitan
antara penderita skizofrenia dengan perilaku kekerasan, meskipun tidak
semua skizofrenia melakukan perilaku kekerasan. Sistematik review untuk
melihat adanya risiko perilaku kekerasan pada penyakit psikotik yaitu
terdapat 20 studi termasuk 18.423 individu dengan gangguan skizofrenia
menunjukkan peningkatan risiko perilaku kekerasan, perilaku kekerasan
yang dilakukan oleh klien dengan skizofrenia adalah 13,2% dibandingkan
dengan populasi pada umumnya yaitusebesar 5,3% (Fazel, et al., 2009).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan
prevalensi rumah tangga dengan anggota rumah tangga mengalami
gangguan jiwa skizofrenia/ psikosis 2018 (per mil) sebesar 7% yang mana
angka tertinggi dimiliki oleh provinsi Bali, disusul Daerah Istimewah
Yogyakarta, dan Busa Tenggara Timur (Kementrian Kesehatan, 2018).
Perilaku kekerasan yang dilakukan pasien dapat menyebabkan
cidera pada diri sendiri maupun orang lain, sampai kematian. Oleh karena
itu, penting untuk dilakukan penatalaksanaan baik secara medis maupun
nonmedis. Fausiah danWidury, 2015 dalam Jayantri danAntari, 2019
menyebutkan diperkirakan tidak lebih dari 10% klien skizofrenia dengan
perilaku kekerasan mengalami penurunan gejala hanya dengan pendekatan
terapi antipsikotik, dan sejumlah 90% membutuhkan berbagai pendekatan
dinamis termasuk farmakoterapi, terapi keluarga, terapi individu, terapi
perilaku dan terapi kelompok dengan terapi aktivitas kelompok (TAK).
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi
modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang
mengalami masalah keperawatan yang sama. TAK merupakan tindakan
keperawatan sehingga perlu dimasukkan dalam rencana tindakan pada
masalah tertentu. Dalam TAK, terjadi dinamika interaksi saling
bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang
aladaptif (Keliat, 2016).
Di Wisma Sadewa Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta
mayoritasme miliki riwayat perilaku kekerasan saat masuk rumah sakit dan
memiliki resiko perilaku kekerasan. Oleh sebab itu, perlu adanya
penatalaksaan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam mencegah
perilaku kekerasan. Tatalaksana yang dapat dilakukana dalah TAK
Stimulasi Persepsi : Perilaku Kekerasan penting dilakukan (Keliat, 2016).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien mampu mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual.
2. Tujun Khusus
a. Klien dapat menyebutkan kegiatan spiritual yang biasa dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari
b. Klien dapat memahami cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara spiritual
c. Klien dapat menerapkan kegiatan spiritual yang diajarkan setiap
harinya
d. Klien dapat memasukan kegiatan spiritual dalam jadwal harian
C. Kriteria Pemilihan Anggota TAK
Klien yang akan diikutkan terapi aktivitas kelompok memiliki karakteristik:
1. Klien resiko perilaku kekerasan
2. Klien kooperatif.
3. Jumlah peserta yang akan mengikuti terapi modalitas berjumlah 6 sampai 8
orang.
4. Klien bersedia untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
perilaku kekerasan
5. Tidak memiliki masalah pendengaran.
D. Waktu danTempat Pelaksanaan
1. Tempat Pelaksanaan
Wisma Sadewa RSJ GRHASIA Yogyakarta
2. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : 31 Desember 2019
Waktu : 09:30 WIB
E. Setting

Keterangan :
Leader

Co-leader

Fasilitator

Observer
F. Metode TAK
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
G. Media dan Alat
1. Papan tulis
2. Meja
3. Kursi
4. Buku catatan dan pulpen
H. Susunan Pelaksana
1. Leader : Ade Kurniawan
2. Co Leader : Hernawan
3. Fasilitator : Ayu palupy Ningtyas
4. Observer : Frilisa J, Hi. Syafi
I. Uraian tugas pelaksana
1. Leader
Tugas:
- Memimpin jalannya terapy aktifitas kelompok.
- Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapy.
- Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
- Memimpin diskusi kelompok.
2. Co. Leader
Tugas:
- Membuka acara.
- Mendampingi Leader.
- Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.
- Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
- Menutup acara diskusi
3. Fasilitator
Tugas:
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
- Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk
aktif mengikuti jalannya terapy.
4. Observer
Tugas:
- Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang
tersedia).
- Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan.
J. Tata tertib dan Program Antisipasi
1. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan
perawat atau klien yang lain
2. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit :
a. Tanya alasan klien meninggalkan kegiatan
b. Berikan penjelasan tentang tujuan kegiatan dan berikan penjelasan
pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu
klien boleh kembali lagi
3. Bila ada klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan pada klien yang telah
dipilih
b. Katakan pada klien lain bahwa ada kegiatan lain yang mungkin dapat
diikuti oleh klien tersebut
c. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada kegiatan tersebut.
K. Pelaksanaan Kegiatan Terapi Modalitas (Sesi IV/Spiritual)
1. Fase Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang mengikuti sesi III.
b. Menyiapkan alat dan tempat.
2. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah
serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk
mencegah perilaku kekerasan.
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis
 Lama kegiatan 30 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Fase Kerja
a. Terapis menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing
klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Terapis meminta klien untuk memilih kegiatan ibadah.
e. Terapis mendemonstrsasikan kegiatan ibadah yang dipilih dan klien
menirukan terapis.
I. Kegiatan spiritual secara umum dengan relaksasi nafas dalam
1) Meminta klien untuk tarik nafas panjang
2) Pada saat klien menahan nafas klien diminta untuk:
- Meminta maaf kepada yang maha kuasa dan kepada
sesama
- Berjanji tidak akan mengulangi lagi dan berusaha
berbuat yang lebih baik
- Berdoa untuk diri sendiri, orang tua, keluarga, tetangga
dan masyarakat.
3) Klien diminta untuk menghembuskan nafas secara perlahan
II. Kegiatan spiritual dengan tata cara ibadah yang khusus
a) Ibadah yang diwajibkan oleh agama
b) Membaca kitab sesai dengan kepercayaan masing-masing
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
4. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan peilaku kekerasan yang
telah dipelajai.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
yang asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur jika stimulus
penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang
asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur.
3) Memasukan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati belajar TAK, yaitu minum obat teratur.
2) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
L. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Sesi IV, kemampuan klien yang diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan
ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi IV: TAK
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan Spritual

Mempraktekan Kegiatan Mempraktekan Kegiatan


No Nama klien Spiritual Spiritaual
(Teknik Relaksasi Nafas Dalam) (Tata Cara Ibadah Yang Khusus)
1

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekan dua
kegiatan ibadah pada saat TAK. Beri tanda ceklis jika klien mampu dan
tanda silang jika klien tidak mampu.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 4,
TAK stimulasi presepsi perilaku kekerasan. Klien mampu
memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya secara
teratur diruangan (buat jadwal).
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa (Marni).


Yogyakarta: Gosyem Publishing.
Jayantri, D.M.A.D. danAntari, N.N. (2019) ‘Terapi Aktivitas Kelompok
Penyaluran Energi :Senam Poco-Poco menurunkan gejala Perilaku
Kekerasan pada pasien Skizofrenia’, Sport and Fitness Journal, 7(1), hal
85-92.
Keliat, B.A.(2016) Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok Edisi 2.Jakarta
: EGC
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018.
Terdapat di
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/materi_rakorpop
_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf[Diakses pada 27 Desember 2019]

Stuart.G.W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai