Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN PSIKIATRI

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4
1. Achmad Wahyudi (2123001)
2. Awang Endro Utomo (2123004)
3. Dani Rahardi Styawan (2123006)
4. Hilmi Nikmatul Laila (2123014)
5. Nugraha Shonata Megantara (2123016)
6. Nursita Widya Heryawati (2123017)
7. Saroja Maulidia Ma’ruf (2123019)
8. Yudha Prasetia Anggara (2123027)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PROGRAM SARJANA ALIH JALUR
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang


menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif.Terapi aktivitas kelompok ini secara signifikan
memberi perubahan terhadap ekspresi kemarahan kearah yang lebih baik pada klien
dengan riwayat kekerasan. Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan
ekspresi kemarahan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok sebesar 60,4%.
Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih mempersepsikan
stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.Kemampuan per-sepsi klien
dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi, dengan proses ini diharap-kan respon klien
terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Terapi aktivitas kelompok ini memberikan hasil, yaitu: kelompok menunjukkan
loyalitas dan tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua anggotanya,
mencapai tujuan kelompok, menunjukkan teerjadinya komunikasi antaranggota dan
bukan hanya antara ketua dan anggota.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
b. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
c. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi sosial.
d. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang biasa
dilakukannya.
e. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat.
C. Sesi yang Digunakan
Dalam terapi aktivitas kelompok perilaku kekerasan dibagi dalam 5 sesi, yaitu:
1. Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
2. Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
3. Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial
4. Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual
5. Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Resiko Perilaku Kekerasan


1. Pengertian Resiko Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang
yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada
diri sendiri dapat berbentuk melukai diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku
kekerasan pada orang adalah perilkau agresif yang ditujukan untuk melukai atau
membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku
merusak lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada dilingkungan.
Pasien yang dibawa kerumah sakit jiwa sebagian besar akibat melakukan kekerasan di
rumah. Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali penyebab
perilaku kekerasan yang dilakukan selama dirumah.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang proses marah yang paling
maladaptif, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai
respons terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai
ancaman. (Stuart dan Sundeen, 2013). Amuk merupakan respons kemarahan yang
paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau
lingkungan (Yusuf, Ah; 2015).
Perilaku kekerasaan adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku
yang dapat meambahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupun orang lain
(Townsend, 1998 )
Marah merupakan perasan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan /
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan
Sundeen, 2013 )
Kegagalan yang menimbulkan frustrasi dapat menimbulkan respons pasif dan
melarikan diri atau respons melawan dan menantang. Respons ini merupakan respons
maladaptif yaitu :
1) Agresif :
a. Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai
b. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang
lain
2) Kekerasan :
a. Sering juga disebut gaduh – gelisah atau amuk
b. Perilaku kekerasan ditandai daengan menyentuh orang lain secara
menakutkan, memberi kata-kata ancaman melukai disertai melukai pada
tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai / merusak seacara
serius.
c. Klien tidak mampu mengendalikan diri.

B. Terapi Aktifitas Kelompok(TAK)


1. Pengertian TAK
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan
meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes RI, 2013).
Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk
identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang maladaptive
(Stuart & Sundeen, 2013).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama. Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok digunakan sebagai target
asuhan (Kelliat & Akemat, 2010).

2. Tujuan TAK
Depkes RI (2013) mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara
rinci sebagai berikut:
a. Tujuan umum
1) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh pemahaman
dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.
2) Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk berkumpul,
berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan memberikan
tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan orang lain.
3) Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri dengan
prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari rasa tidak enak
karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.
4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
fungsi kognitif dan afektif.
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai identifikasi
diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.
2) Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat dibutuhkan oleh
seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok akan ada
waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk didengar dan
dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.
3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-hari,
terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkominikasi yang
memungkinkan peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya.
BAB III
ISI

A. Konsep TAK
1. Karakteristik/kriteria anggota kelompok
a. Klien yang mengikuti TAK adalah klien dengan resiko perilaku kekerasan
b. Klien tenang dan kooperatif
c. Klien yang dirawat di Ruang Rawat Inap Dahlia
d. Keadaan fisik klien sehat dan baik
2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAKPK, meliputi : menjelaskan
tujuan TAKPK pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam
kelompok.
3. Uraian struktur kelompok
a. Tempat Pertemuan :  Ruang Dahlia RSJ Lawang
b. Hari/Tanggal/Jam : Rabu / 10 Desember 2021 / 14.00-14.45
c. Lama :  45 menit
d. Jumlah Anggota :  6 orang
e. Perilaku yang Diharapkan :  Peserta dapat mengenal perilaku kekerasan
serta mencegah perilaku kekerasan baik secara fisik, social, spiritual dan patuh
minum obat.
f. Metode :  Diskusi dan dinamika kelompok
g. Alat yang Digunakan :  Papan tulis, spidol/kapur, jadwal kegiatan,
buku catatan, pulpen, bantal bola, sound music.
h. Pengorganisasian :
1) Leader :
Tugas :
a) Menyusun rencana aktifitas kelompok (proposal)
b) Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
c) Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan,
mengajukan pendapat dan memberikan umpan balik
d) Sebagai “role model”
e) Memotivasi anggota untuk mengemukakan pendapat dan memberikan
umpan balik, mengungkapkan perasaan dan pikiran
f) Menciptakan suasana dimana anggotanya dapat menerima perbedaan
dalam perasaan dan perilaku dengan anggota lain
g) Membuat tata tertib bagi anggota kelompok demi kelancaran diskusi
2) Co-leader : 
Uraian tugas :
- Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
- Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
- Membantu memimpin jalannya kegiatan.
- Menggantikan leader jika ada berhalangan.
3) Fasilitator :
Tugas :
a) Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus di
lakukan.
b) Mendampingi peserta TAK.
c) Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok.
d) Mendampingi klien dalam pelaksanaan TAK.
e) Mengingatkan klien tentang aturan permainan.,
f) Mengikuti jalanya TAK.
4) Observer :
Uraian tugas :
a) Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu, tempat,
dan jalannya acara.
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua ang-gota
kelompok denganevaluasi kelompok.
i. Setting Tempat :

L Co O

K K

K K

K F

Keterangan :
Leader : L Pasien : K

Co Leader : Co Fasilitator : F

Observer : O
BAB IV
PROSES PELAKSANAAN

1. Tujuan
a. Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya
b. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik
c. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi sosial
d. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang biasa
dilakukannya
e. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat
2. Setting
a. Terapis dan klien duduk bersama membentuk segi empat
b. Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
a. Papan tulis
b. Kapur/ spidol
c. Buku catatan dan pulpen
d. Jadwal kegiatan klien
e. Bantal
f. Bola
g. Sound musik
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Permainan
5. Proses Pelaksanaan
a. Tahap Persiapan
1) Terapis memilih klien sesuai dengan indikasi
2) Terapis membuat kontrak dengan klien
3) Terapis mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Tahap Orientasi
Salam Terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Klien dan terapis pakai papan nama.
Evaluasi/Validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab; tanda dan gejala;
perilaku kekerasan serta akibatnya.
Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan.
2. Menjelaskan aturan main berikut :
a) Klien bersedia mengikuti TAK.
b) Berpakaian rapi dan bersih.
c) Peserta tidak diperbolehkan makan, minum atau me-rokok selama pelaksanaan
TAK.
d) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada
terapi.
e) Lama kegiatan 45 menit.
f) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c. Tahap Kerja
1. Seluruh klien dibuat berbentuk lingkaran
2. Hidupkan music dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam
3. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola, mendapat
giliran untuk perkenalan dengan anggota kelompok yang ada di sebelah kanan
dengan cara:
a) Memberi salam
b) Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby
c) Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby
d) Dimulai oleh terapis sebagai contoh
4. Setelah memperkenalkan diri klien menebak warna dan mengambil gulungan
kertas yang ada di mangkuk yang berisi SP Resiko Perilaku Kekerasan (RPK),
kemudian pasien diharuskan memperagakan SP yang didapat
a) Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, menciderai/memukul orang lain, dan memukul diri
sendiri)
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard
b) Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien
1) Mempraktekkan penyaluran kemarahan secara sehat seperti tarik nafas
dalam, menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main
bola, senam, memukul bantal pasir tinju dan memukul gendang
2) Mempraktekkan kegiatan fisik tarik nafas dalam untuk meredakan marah
dengan cara :
- Duduk tegak, boleh juga berbaring
- Tarik nafas melalui hidung, tahan sambil menghitung dalam hati 1,2,3
- Menghembuskan nafas melalui mulut sambil dalam hati menghitung
mundur dari angka 10 sampai 0
- Ulangi semua step sebanyak 5x
c) Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari orang
lain, sebelumnya tanyakan dulu bagaimana cara klien meminta sesuatu dari
orang lain
1) Mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu “saya
perlu/ingin/minta…., yang akan saya gunakan untuk…”
2) Mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati pada
orang lain, yaitu “saya tidak dapat melakukan…” atau “saya kesal
dikatakan seperti itu…”
d) Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien
dan meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih
e) Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien, serta
menjelaskan lima benar minum obat (benar obat, benar waktu minum obat,
benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat) dan
meminta klien menyebutkan kembali lima benar obat beserta keuntungan dan
akibat dari tidak patuh minum obat
5. Ulangi musik kembali, dan klien kembali edarkan bola, ketika musik berhenti,
klien yang memegang bola, kembali memperagakan point 4 dan 5
d. Tahap Terminasi
1. Leader atau Co.Leader memberikan pujian atas keberhasilan dan kerjasama
kelompok
2. Leader atau Co.Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
TAK
3. Fasilitator membagikan snack
4. Leader atau Co.Leader menganjurkan klien untuk sering bersosialisasi, selalu
bekerja sama dan memasukkan kegiatan mengontrol resiko perilaku kekerasan ke
dalam kegiatan harian sebanyak 2x1
5. Observer mengumumkan pemenang
6. Fasilitator membagikan hadiah kepada pemenang
BAB V

PENUTUP

Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
1. Sesi 1
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah
mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 1 TAK
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Psikologi
No. Nama Klien Penyebab PK Memberi tanggapan tentang
Tanda dan Perilaku Akibat PK
gejala kekerasan
1
2
3
4
5
6

Petunjuk :
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
b. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku
kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan
akibat perilaku kekerasan, serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan nafas dalam. Beri tanda (+) jika mampu dan beri tanda (-) jika tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya (disalahkan dan
tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (”gregeten” dan ”deg-
degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan
(tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan latihan tarik nafas dalam. Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika
semua dirasakan selama di rumah sakit.

2. Sesi 2
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang dihaapkan adalah 2
kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi sebagai
berikut :
Sesi 2 TAK
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
Mempraktekkan cara fisik Mempraktekkan cara fisik
No Nama klien
yang pertama yang kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Petunjuk :
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
b. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktek-kan 2 cara fisik
untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (+) jika klien mampu dan tanda (-)
jika klien tidak mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan, klien mampu mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi belum mampu
memprak-tekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu klien memprak-tekkan di
ruang rawat (buat jadwal).

3. Sesi 4
Sesi 4 TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual
No. Nama Klien Mempraktikkan kegiatan ibadah Mempraktikkan kegiatan
pertama : Sholat ibadah kedua : Berdeoa
1
2
3
4
5
6
Petunjuk :
a. Tulis nama panggilan klien.
b. Tiap klien beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua kegiatan ibadah
pada saat TAK. Beri tanda (√) jika klien mampu dan (-) jika klien tidak mampu.

4. Sesi 5
Evaluasi
Evaluasi dilakkan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan nyang diharapkan adalah mengetahui
lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat jika tidak patuh minum
obat. Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 5 TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan patuh minum obat
No. Nama Klien Menyebutkan lima Menyebutkan Menyebutkan
benar minum obat keuntungan akibat tidak patuh
minum obat minum obat
1
2
3
4
5
6
DAFTAR PUSTAKA

Depkes  RI. 2013. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta:


DirjenYanmed

Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC

Stuart, Gail Wiscart & Sandra J. Sundeen. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi


6. Jakarta : EGC

Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri, edisi
3. Jakarta: EGC.

Yusuf, Ahmad, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai