Anda di halaman 1dari 103

“EFEKTIFITAS TERAPI RELAKSASI MEDITASI TERHADAP

MANAJEMEN STRESS PADA USIA LANJUT (ELDERLY) ANTARA


USIA 60 -74 TAHUN”

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan Kepada Stikes Kepanjen Untuk Memenuhi Salah Satu


Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :

RIZKA PUTRI ARI RAHMADHANI

2130039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
TAHUN 2022

1
“EFEKTIFITAS TERAPI RELAKSASI MEDITASI TERHADAP
MANAJEMEN STRESS PADA USIA LANJUT (ELDERLY) ANTARA
USIA 60 -74 TAHUN”

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan Kepada Stikes Kepanjen Untuk Memenuhi Salah Satu


Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :

RIZKA PUTRI ARI RAHMADHANI

2130039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
TAHUN 2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

MENGIKUTI SIDANG

HASIL

Bahwa Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini :

Nama : Rizka Putri Ari Rahmadhani

NIM : 2130039

JUDUL KIA : Efektifitas Terapi Relaksasi Meditasi Terhadap


Manajemen Stress Pada Lansia

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan

Dewan Pada Tanggal, 01 Juli 2022

Oleh :

Kepanjen, 01 Juli 2022

Pembimbing

Wiwit Dwi N, S.Kep.Ns.,M.Kep


NIK. 200903009

ii
HALAMAN PENGESAHAN

KIA oleh :
Nama : Rizka Putri Ari Rahmadhani
NIM : 3120039
Judul : Efektifitas Terapi Relaksasi Meditasi Terhadap Manajemen
Stress Pada Lansia
Telah di Uji dan disetujui oleh Tim Dewan Penguji pada Ujian Seminar Proposal
di Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen Pada :

TIM DEWAN PENGUJI

Tanda Tangan

Penguji 1 : Hardiyanto, S.Kep, Ns, M.Kep ...................

Penguji 2 : Wiwit Dwi N, S.Kep.Ns.,M.Kep ...................

Mengetahui
Ketua Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Faizatur Rohmi, S.Kep.Ns, M.Kep


NIK. 201001026

iii
PERNYATAAN

ORSINILITAS KARYA ILMIAH AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar – benarnya bahwa sepanjang


pengetahuan saya, didalam NASKAH “Karya Ilmiah Akhir” ini tidak terdapat
karya ilmiah yang pernah di ajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik di suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau terdapat yang
pernah di tulis dan diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis dikutip
dalam naskah dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata dalam “Tugas Akhir” ini dapat dibuktikan terdapat unsur
- unsur Plagiasi, saya bersedia “Tugas Akhir” ini digugurkan dan digelar
akademik yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003. Pasal 25 Ayat 2 dan Pasal 70).

Malang, 01 Juli 2022


Mahasiswa

Materai
10000

Nama : Rizka Putri Ari R


NIM : 2130039
PS : Profesi Ners

iv
CURICULUM VITAE

Nama : Rizka Putri Ari Rahmadhani

NIM : 2130039

Program Studi : Profesi Ners

Tempat/Tanggal Lahir : Malang/ 01 Januari 1999

Agama : Islam

Alamat : Dsn. Ngelak Rt. 04 Rw. 11 Kel. Dampit, Kec.


Dampit, Kab. Malang

Email : rizkaputri220@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK. DHARMAWANITA (2004-2005)


2. SDN 07 DAMPIT (2005-2011)
3. SMPN 01 DAMPIT (2011-2014)
4. SMAN 01 DAMPIT (2014-2017)
5. STIKES KEPANJEN (2017-2021)

v
MOTTO

“Melangkah diatas kesalahan diri sendiri demi menggapai


kesuksesan”

By. Rizka Putri_albrew’x

vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillahirahmanirahim
Assalamualaikum Wr. Wb ...
Segala ucapan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmad dan ridha Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dengan tepat
waktu. Saya sangat bersyukur telah dihadirkan dengan orang – orang yang berarti
disekeliling saya, yang selalu memberikan semangat dan do’a. Semoga
keberhasilan ini menjadi pijakan awal untuk melangkah lebih baik lagi dimasa
depan saya dalam meraih cita – cita yang diimpikan.
Dengan ini saya mengucapkan terimakasih sebesar – besarnya kepada :
1. Kedua orang tua saya dan keluarga terbesar tercinta yang selalu
memberikan semangat dan selalu mendo’akan agar selalu diberikan
kelancaran serta kemudahan.
2. Ibu Wiwit Dwi N, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
sabar memberi bimbingan kepada saya mulai dari SKRIPSI hinggan
KIAN ini.
3. Bpk/Ibu guru dan Bpk/Ibu dosen saya mulai dari Taman Kanak – Kanak
hingga jenjang Perguruan Tinggi Sarjana Ners telah mendidik dan
memberi ilmu baik akademik ataupun non akademik kepada sayang
sampai saat ini.
4. Kepala Keluarahan Dampit serta ketua Rt setempat perumahan puri dampit
permai, Ibu Kader yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membantu dalam pengambilan data.
5. Teman teman sejawat Keperawatan Ners 2021 yang telah membantu dan
terus memberi support dalam menyelesaikan tugas akhir KIA ini.
6. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu – persatu.

Saya percaya bahwa menyelesaikan tugas akhir ini buikanlah hal yang mudah,
butuh proses yang panjang dan niat yang penuh. Pengorbanan dan jatuh bangun
untuk menyelesaikannya. Tak lupa saya sangat sangat berterima kasih kepada diri
saya sendiri yang mana sudah sangat kuat dan mampu melakukan tanggung jawan
selama 5 tahun ini dengan begitu banyak pelik yang bermacam, dan alhamdulillah

vii
saya mampu menyelesaikan dengan baik. Semoga dengan selesainya tugas akhir
ini tidak menjadi akhir dari segalanya, namum menjadi awal yang jauh lebih baik
untuk kedepanyan, dengan harapan bisa menjadi contoh yang baik serta
menerapkan ilmu yang baik pula, semoga semua proses bisa membuahkan hasil
yang baik serta bermanfaat bagi orang lain dan mendapat ridho serta keberkahan,
Aminn ...
Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada Orangtua, Keluarga, Bapak/Ibu
Dosen, teman – teman dan segala pihak yang telah membantu saya, semoga ilmu
dan bantuan yang telah diberikan menjadi bermanfaat bagi kita semua.
Terimakasih saya ucapkan, Wassalamuala’ikum Wr. Wb..

viii
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan KIA ini dengan judul
“Efektifitas Terapi Relaksasi Meditasi Terhadap Manajemen Stress Pada Lansia”
sebagai salah satu persayaratan dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi
Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen.
Dalam penulisan KIA ini penulis telah banyak mendapatkan pengarahan,
bibingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ibu Dr. Riza Fikriana, S.Kep,Ns.,M.Kep selaku Ketua STIKes
Kepanjen.
Yang telah memberikan ijin dan dukungan moral dalam penyusunan
proposal KIA ini.
2. Ibu Faizatur Rohmi, S.Kep,Ns.,M.Kep dan Bapak Hardiyanto,
S.Kep,Ns.,M.Kep selaku pihak Program Studi Profesi Ners yang telah
membantu dalam kelancaran penyusunan proposal KIA ini.
3. Ibu Wiwit Dwi N, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing yang
telah membantu, membimbing dan memberi arahan, motivasi serta
masukan dalam kelancaran penyusunan proposal Kia ini.
4. Terimakasih kepada kedua orang tua saya Bpk. Subagiyo dan Ibu
Wiwik Mustami serta keluarga yang telah memberikan dukungan
melalui doa, tenaga, waktu, kasih sayang, serta kesabarannya
mendampingi studi ini hingga meraih jenjang perguruan tinggi.
5. Serta semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang
telah membantu dalam penyusunan penulisan KIA ini.

Penulis menyadarai didalam penyusunan dan penulisan KIA ini masih


terdapat kekurangan dan kelemahan. Masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan dan
penyempurnaan KIA ini dan semoga karya ini berguna bagi penulis sendiri
maupun pihak lain.

ix
Kepanjen, 01 Juli 2022

Penulis

x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI SIDANG PROPOSAL ......... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
PERNYATAAN ORSINILITAS KARYA IKMIAH AKHIR ................... iv
CURICULUM VITAE .................................................................................. v
MOTTO ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN .........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.3.1Tujuan Umum ...................................................................... 3
1.3.2Tujuan Khusus .................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
1.4.1Manfaat Teoritis ............................................................... 4
1.4.2Manfaat Praktis ..................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
2.1 Konsep Stres ....................................................................................... 6
2.1.1.Definisi Stres ........................................................................ 6
2.1.2.Etiologi Stres .................................................................... 6
2.1.3.Tahapan Stres ....................................................................9
2.1.4.Tingkat Stres ......................................................................11
2.1.5.Komplikasi Stres ............................................................... 13
2.1.6.Web Of Caution (WOC) ...................................................14
2.2 Konsep Relaksasi ............................................................................... 15
2.2.1Definisi Relaksasi ...............................................................15

xi
2.2.2Metode Relaksasi ...............................................................15
2.2.3SOP Terapi Relaksasi ...................................................... 16
2.3 Konsep Meditasi ................................................................................ 20
2.3.1Definisi Meditasi ............................................................... 20
2.3.2Jenis – Jenis Meditasi ........................................................20
2.3.3SOP Terapi Meditasi ........................................................ 20
2.4 Konsep Lanjut Usia ........................................................................... 23
2.4.1Definisi Lansia ....................................................................23
2.4.2Batasan Lansia ....................................................................23
2.4.3Ciri –Ciri Lansia ............................................................... 24
2.4.4Perubahan Pada Lansia ................................................... 25
2.4.5Perkembangan Lansia ...................................................... 26
2.5 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kesiapan Peningkatan
Pengetahuan ....................................................................................... 26
2.5.1.Pengkajian ......................................................................... 26
2.5.2.Diagnosa Keperawatan ......................................................27
2.5.3.Intervensi Keperawatan ................................................... 28
2.5.4.Implementasi Keperawatan ............................................ 30
2.5.5.Evaluasi Keperawatan ...................................................... 31
2.6 Kerangka Konseptual ...................................................................... 33
2.7 Literatur Riview ................................................................................ 34
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 41
3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 41
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 41
3.2.1Lokasi Penelitian ............................................................... 41
3.2.2Waktu Penelitian ............................................................... 41
3.3 Subyek Penelitian ............................................................................. 41
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 41
3.5 Uji Keabsahan Data ........................................................................... 43
3.6 Prinsip Triagulasi Data .................................................................... 43
3.7 Analisa Data ....................................................................................... 44
3.8 Etik Penelitian .................................................................................... 44

xii
3.8.1.Informed Consent (Lembar Persetujuan Menjadi
Responden) ......................................................................... 44
3.8.2.Anonymity (Tanpa Nama) ............................................... 45
3.8.3.Confidentiality (Kerahasiaan) ..........................................45
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 46
LAMPIRAN – LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 SDKI, SIKI, SLKI Kesiapan Peningkatan Pengetahuan
Tabel 2.2 Literature Riview

xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Pathway Stres
Bagan 2.2 Kerangka Konseptual

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
Lampiran 2

xvi
DAFTAR SINGKATAN
Kemenkes RI :
WHO :
Involved :

xvii
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manajemen stress merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
untuk mengurangi stress pada lansia dimana dengan melakukan
manajemen stress lansia dapat memiliki kesadaran yang tepat untuk
mengatasi stres yang di alami(Santosa, dkk, 2016). Penyebab utama stress
yang sering terjadi pada lansia yaitu kesepian. Faktor resiko yang
berkaitan dengan kesepian meliputi berkurangnya aktifitas, kurangnya
relasi dengan keluarga, di tinggalkan oleh pasangan hidup, di tinggalkan
oleh anak – anaknya untuk melanjutkan pendidikan dan berumah tangga,
sehingga lansia merasakan kesepian dan kecemasan menjadi salah satu
pencetus lansia mengalami stress (Kemenkes RI, 2019, p. 86). Salah satu
cara dapat manajemen stress dengan melakukan terapi relaksasi meditasi.
Relaksasi merupakan sebuah treatment yang di nilai sangat efektif untuk
menurunkan stress. Namun terapi relaksasi memiliki berbagai macam
bentuk diantaranya relaksasi otot, relaksasi indera, yoga dan meditasi.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil teknik relaksai meditasi.
Meditasi adalah upaya melatih konsentrasi pada satu hal yang lebih
spesifik agar dapat meningkatkan taraf kesadaran sehingga mental dapat
terkontrol secara sadar kemudian timbul kondisi tubuh yang rileks
(Maghfiroh, Hikmatul, 2015).
Menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar
8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi
lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000 jumlah lansia
5,300,000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan pada tahun 2020
diperkirakan jumlah lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total
populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan
jumlah lansia sekitar 80.00.000 (Kemenkes RI, 2013). Adapun sebaran
penduduk lansia menurut data pusat dan informasi Kementrian Kesehatan
Indonesia berdasarkan provinsi yang salah satunya di provinsi Jawa Timur
dengan persentase (11,5%) di Tahun 2010 – 2035 (RI, 2016). Masalah

1
kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah penyakit tidak menular
seperti hipertensi, peradangan sendi, dan nyeri pada bagian tertentu.
Namun setelah dikaji kembali, keluhan fisik tidak terdapat masalah karena
lansia sering melakukan kegiatan positif untuk meningkatkan kesehatan
fisik, akan tetapi lebih kepada masalah psikologisnya yaitu stress (Dewi,
2019). Pada lansia, dampak stress dengan kondisi emosional dapat
menimbulkan perasaan gelisah, khawatir, suasana hati yang sering
berubah, mudah marah, dan mudah tersinggung. Sehingga stress akan
berkepanjangan dan menyebabkan depresi (Rahayuni, dkk, 2015). Selain
meningkatkan kesehatan fisik, akan lebih tepat jika lansia dapat
mengimbangi kesehatan psikologis atau mentalnya, tubuh yang kuat juga
perlu jiwa yang sehat, sehingga peneliti dapat melakukan upaya
mengurangi resiko stress dengan melakukan manajemen stress yang tepat
melalui metode terapi meditasi relaksasi pada lansia (Dewi, 2019).
Stress merupakan gangguan stressor yang disebabkan oleh
menurunya permasalahan fisik, mental, spiritual, ekonomi dan sosial.
Manajemen stress pada lansia sering dipengaruhi oleh menurunya fungsi
tubuh yang dapat mengurangi aktifitas sehingga Meditasi di nilai sangat
baik untuk membantu mengatasi emosi dan perilaku saat seseorang
mengalami stress, kecemasan, dan depresi berkepanjangan (Prayitno,
2014, dalam Candra, et.all, 2017). waktu luang semakin banyak dan
menimbulkan ketergantungan terhadap orang lain. Pada usia lanjut stress
sering terjadi, untuk meminimalisir masalah psikologinya lansia perlu
melakukan ketenangan mental dengan cara terapi relaksasi dan meditasi.
Selain itu relaksasi meditasi juga dapat dilakukan selama kurang lebih 20
menit untuk meringankan beban pikiran dan dapat meningkatkan
konsentrasi agar keseimbangan dalam tubuh tetap terjaga (Sutioningsih,
dkk, 2019). Tekhnik terapi relaksasi meditasi ini di nilai sangat efektif
bagi lansia di bandingkan terapi relaksasi yang lainya karena terapi ini
lebih mudah dilakukan untuk lansia yang memiliki keterbatasan aktifitas.
Untuk hasil lebih maksimal peneliti juga menggunakan sistem
pengendalian pernafasan dalam untuk dapat meningkatkan sirkulasi

2
oksigen,sehingga otot – otot tubuh saat mengalami ketegangan akibat
cemas cenderung mengendur dan tekanan darah akan lancar. Dengan
demikian setelah melakukan relaksasi meditasi, tubuh akan mendpatkan
respos rileks dan ketenangan. Sehingga organ tubuh dapat berfungsi
normal serta memperbaiki aspek fisik dan psikologis pada lansia.
(Jumrotin, dkk, 2018)
Sebagai upaya untuk meminimalisir stress, terapi relaksasi dan
meditasi sangat diperlukan untuk menjaga aspek psikologis pada lansia.
Hal ini bertujuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang
efektifitas terapi relaksasi meditasi terhadap manajemen stress pada lansia.
Dengan adanya penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat untuk lansia
mengenai manajemen stres dengan baik melalui terapi meditasi yang baik
agar dapat mengurangi atau mengatasi tingkat stress guna meningkatkan
kesehatan psikologis pada lansia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas tentang
manajemen stress pada lansia di Indonesia maka dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu : “Apakah terapi meditasi relaksasi efektif terhadap
manajemen stres pada lansia?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan karya ilmiah akhir ners ini untuk
mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan pada
pasien dengan manajemen stress
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penulisan karya ilmiah ini adalah agar
penulis mampu memahami, menjelaskan dan menentukan
terkait:
1. Pengkajian keperawatan pada kasus stres dengan kesiapan

peningkatan pengetahuan program terapi relaksasi meditasi

2. Menetapkan diagnosa keperawatan yang muncul

3
3. Menetapkan rencana asuhan keperawatan yang akan

diberikan

4. Implementasi yang akan diberikan sesuai dengan intervensi

yang sudah direncanakan

5. Melakukan evaluasi hasil implementasi yang telah

dilakukan

6. Dokumentasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan

1.4 MANFAAT PENELITIAN


1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk

penelitian lain yang serupa dengan kasus manajemen stress

dengan intervensi terapi relaksasi meditasi

1.4.2. Manfaat Praktis


Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

wawasan keilmuan bagi perawat serta dapat memberikan

asuhan keperawatan medikal bedah yang berbasis masyarakat

pada klien dengan manajemen stress.

1. Manfaat pelayanan keperawatan dan kesehatan

Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi

bidang keperawatan Medikal Bedah dan pelayanan

kesehatan di puskesmas terkait intervensi keperawatan yang

dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah dengan

kasus stress. selain itu, diharapkan karya ilmiah ini dapat

menjadi masukan bagi bidang keperawatan dan pelayanan

4
kesehatan untuk dapat menerapkan intervensi yang telah

dilakukan menjadi kegiatan rutin bagi penderita stress.

2. Manfaat institusi pendidikan

Karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidang

pendidikan keperawatan Medikal Bedah maupun bagi

penelitian selanjutnya. Bagi pendidikan karya ilmiah ini

dapat dijadikan sebagai data dasar untuk pengembangan

ilmu mengenai intervensi keperawatan dengan kasus stress.

3. Bagi pasien dan keluarga

Karya tulis ini diharapkan klien dan keluarga dapat

mengetahui tentang penyakit hipertensi serta perawatan

yang benar, rutin datang ke pelayanan terpadu, dan

dukungan keluarga untuk mendapatkan pelayanan

keperawatan yang tepat

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP STRESS

2.1.1. DEFINISI

Istilah stres berasal dari bahasa Inggris Stess. Menurut

kamus Oxfort stres diartikan dengan pressure or worry caused by

the problems in somebodys life, yaitu tekanan atau kekhawatiran

yang disebabkan oleh masalah dalam hidup seseorang. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia stres diartikan dengan gangguan

atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor

luar, ketegangan. Menurut para ahli mendefinisikan bahwa stress

merupakan suatu kondisi yang menekan suatu keadaan psikis

seseorang dalam mencapai sesuatu kesempatan dimana untuk

mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang

(Moh Muslim, 2020).

2.1.2. ETIOLOGI

Stres bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami

individu dapat berasal dari berbagai bidang kehidupan manusia.

Dalam hal hambatan, ada beberapa macam hambatan yang

biasanya dihadapi oleh individu seperti :

a. Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi dan bencana

alam.

b. Hambatan sosial : kondisi perekonomian yang tidak bagus,

6
persaingan hidup yang keras, perubahan tidak pasti dalam

berbagai aspek kehidupan. Hal-hal tersebut mempersempit

kesempatan individu untuk meraih kehidupan yang layak

sehingga menyebabkan timbulnya frustasi pada diri seseorang.

c. Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi individu

dalam bentuk cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang

menarik bisa menjadi pemicu frustasi dan stres pada individu.

Konflik antara dua atau lebih kebutuhan atau keinginan

yang ingin dicapai, yang ingin dicapai, yang terjadi secara

berbenturan juga bisa menjadi penyebab timbulnya stres . Konflik

bisa menjadi pemicu timbulnya stres. Faktor pemicu stres itu dapat

diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok berikut (Yusuf,

2004) :

a. Stressor fisik-biologik, seperti : penyakit yang sulit

disembuhkan, cacat fisik atau kurang berfungsinya salah satu

anggota tubuh, wajah yang tidak cantik atau ganteng.

b. Stressor psikologik, seperti : negative thinking atau berburuk

sangka, frustrasi (kekecewaan karena gagal memperoleh

sesuatu yang diinginkan)

c. Stressor Sosial, seperti iklim kehidupan keluarga : hubungan

antar anggota keluarga yang tidak harmonis (broken home),

perceraian, suami atau istri selingkuh, suami atau istri

meninggal, mengkonsumsi minuman keras, dan

menyalahgunakan obat-obatan terlarang) tingkat ekonomi

7
keluarga yang rendah, lalu ada faktor pekerjaan : kesulitan

mencari pekerjaan, pengangguran,

Ada dua macam stres yang dihadapi oleh individu yaitu :

1. Stres yang ego-envolved : stres yang tidak sampai

mengancam kebutuhan dasar.

2. Stres yang ego-involved : stres yang mengancam

kebutuhan dasar serta integritas kepribadian seseorang.

Stres semacam ego involved membutuhkan penanganan

yang benar dan tepat dengan melakukan reaksi

penyesuaian agar tidak hancur karenanya. Kemampuan

individu dalam bertahan terhadap stres sehingga tidak

membuat kepribadiannya “berantakan” disebut dengan

tingkat toleransi terhadap stress (Ardani, 2013).

Menurut Greenwood III dan Greenwood Jr (dalam Yusuf,

2004) faktor faktor yang mengganggu kestabilan (stres) organisme

berasal dari dalam maupun luar. Faktor yang berasal dari dalam diri

organisme adalah :

a. Faktor Biologis, stressor biologis meliputi faktor-faktor genetik,

pengalaman hidup, ritme biologis, tidur, makanan, postur

tubuh, kelelahan, penyakit.

b. Faktor Psikologis, stressor psikologis meliputi faktor persepsi,

perasaan dan emosi, situasi, pengalaman hidup, keputusan

hidup, perilaku dan melarikan diri.

8
c. Faktor Lingkungan (luar individu), stressor lingkungan ini

meliputi lingkungan fisik, biotik dan sosial.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi stres seseorang dilihat dari tiga sudut

pandang yaitu sudut pandang psikodinamik, sudut pandang biologis

dan sudut pandang kognitif dan perilaku, kemudian ada faktor

tambahan berupa hambatan-hambatan yang dialami individu seperti

hambatan fisik, sosial dan pribadi.

2.1.3. Tahapan Stres

Tahapan stres dikemukakan oleh (Robert J. Van Amberg,

dalam Yosep 2016) sebagai berikut :

1. Stres tingkat I

Tahapan ini merupakan tingkat stres paling ringan dan disertai

dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :

a) Semangat besar.

b) Penglihatan tajam tidak sebagaiman biasanya.

c) Energi dan gugup berlebihan, diikuti kemampuan

menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya

Tahapan ini biasanya menyenangkan dan semangat menjadi

bertambah tetapi tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan

energinya sedang menipis.

9
2. Stres Tingkat II

Pada tahapan ini dampak stres yang menyenangkan mulai

menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan

cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari.

3. Stres Tingkat III

Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin Nampak. Pada

tahapan ini penderita sudah harus berkonsultasi pada dokter,

kecuali kalau beban stres dikurangi dan tubuh mendapat

kesempatan untuk beristirahat atau relaksasi guna memulihkan

suplai energi.

4. Stres Tingkat IV

Pada tahapan ini sudah menunjukkan gejala yang lebih buruk

yang ditandai dengan ciri-ciri :

a) Tenaga yang digunakan untuk bisa bertahan sepanjang hari

terasa sangat sulit.

b) Kegiatan - kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa

sulit.

c) Kehilangan kemampuan untuk menanggapi suatu

pergaulan sosial dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa

berat.

d) Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan

sering terbangun dini hari.

10
5. Stres Tingkat V

Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam

dibandingkan dengan tingkat stres IV, ditandai dengan :

a) Keletihan yang mendalam (physical and psychological

exhaustion)

b) Tidak mampu mengerjakan pekerjaan sederhana

c) Perasaan takut yang semakin menjadi, mimpi buruk

6. Stres Tingkat VI

Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan

keadaan gawat darurat, ditandai dengan :

a) Denyut jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat

adrenalin yang dikeluarkan, karena stres tersebut cukup

tinggi dalam peredaran darah.

b) Nafas terasa sesak bahkan dapat megap-megap.

c) Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran.

d) Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak bisa lagi,

pingsan atau collap

2.1.4. Tingkat Stres

Setiap individu memiliki persepsi dan resepon yang

berbeda – beda terhadapa stress. Stres sudah menjadi bagian dari

hidup seseorang. Mungkin tidak ada manusia biasa yang belum

pernah merasakan stres. Stres kini menjadi manusiawi selama

tidak berlarut - larut dan berkepanjangan (Psychology foundation

11
of Australia, 2010). Berdasarkan gejalanya, stres dibagi menjadi

tiga tingkat yaitu :

1. Stres Ringan

Pada tingkat stres ringan adalah stres yang tidak merusak

aspek fisiologis dari seseorang. Stres ringan umumnya

dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa, ketiduran, dikritik,

dan kemacetan. Stres ringan sering terjadi pada kehidupan

sehari - hari dan kondisi dapat membantu individu menjadi

waspada. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali

jika dihadapi terus menerus.

2. Stres Sedang

Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga

beberapa hari. Respon dari tingkat stres ini didapat gangguan

pada lambung dan usus misalnya maag, buang air besar tidak

teratur, ketegangan pada otot, gangguan pola tidur, perubahan

siklus menstruasi, daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

Contoh dari stresor yang menimbulkan stres sedang adalah

kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan,

mengharapkan pekerjaan baru, dan anggota keluarga yang

pergi dalam waktu yang lama.

3. Stres Berat

Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu

sampai beberapa tahun. Respon dari tingkat stres ini didapat

gangguan pencernaan berat, debar jantung semakin meningkat,

12
sesak napas, tremor, persaan cemas dan takut meningkat,

mudah bingung dan panik. Contoh dari stresor yang dapat

menimbulkan stres berat adalah hubungan suami istri yang

tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang

lama.

2.1.5. Cara Mengukur Stress Dengan PSS-10

Perceived Stress Scale (PSS-10)


Tidak Kadang Sangat
No Aspek penelitian Sering
Pernah Kadang Sering

Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa


1. sering Anda merasa segala sesuatunya
berjalan lancar?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
sering Anda merasa bahwa Anda tidak bisa
2.
atau kesulitan mengatasi semua hal yang
harus Anda lakukan?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
sering Anda yakin dengan kemampuan
3.
Anda untuk menyelesaikan masalah
pribadi?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
4.
sering anda merasa gugup atau stress?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
sering Anda merasa tidak mampu untuk
5.
mengendalikan hal – hal yang penting
dalam kehidupan Anda?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
6. sering Anda tiba – tiba menjadi bingung
karena suatu kejadian?

13
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
7.
sering Anda merasakan bahagia?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
sering Anda mampu mengendalikan
8.
sesuatu yang menjadi beban dalam hidup
Anda?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
sering Anda merasakan marah karena hal
9.
yang tidak sesuai dengan yang Anda
inginkan?
Pada beberapa minggu yang lalu, seberapa
sering Anda merasakan bahwa kesulitan-
10.
kesulitan menumpuk sebegitu banyaknya,
sehingga Anda tidak bisa mengatasinya?
Keterangan :
0 = Tidak Pernah
1 = Kadang – kadang
2 = Sering
3 = Sangat Sering

2.1.6. Komplikasi Stres

Dampak stres yang ditimbulkan antara lain :

1. Sikap Agresif, frustasi, gugup, kejenuhan, bosan, dan

kesepian.

2. Alkohol, merokok, makan berlebihan, penyimpangan seks.

3. Daya pikir lemah, tidak mampu membuat keputusan, tidak

konsentrasi.

4. Peningkatan tekanan darah, denyut jantung dan gula darah

(Depkes, 2009

14
2.1.7. Web Of Caution (WOC)

Bagan 2.1. Pathway Stres

Stressor

Internal External

Stress

Tubuh manusia memproses


rangsangat stres (korteks serebral)

Informasi (sistem Saraf simpatik


limbik)

Kelenjar adrenal
Pelepasan
hipotalamus
Epineprin

Pelepasan pituitary
gland
Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan
tekanan darah dan kecepatan kontraksi otot
Korteks adrenal denyut jantung pernapasan

Kortisol meningkat

Respon Stres

Kewaspadaan, kesadaran, keadaan tegang


yang mempersiapkan seseorang untuk
menghadapi bahaya

Ketidakefektifan
Insomnia Ansietas Stress Berlebihan
Pola Napas

15
2.2 KONSEP RELAKSASI

2.2.1. DEFINISI

Menurut Henny Regina Salve dan Hendro Prabowo,


relaksasi merupakan salah satu treatment untuk menurunkan stress
(Maghfiroh, Hikmatul, 2015). Tujuan relaksasi adalah untuk
mencegah terbentuknya respon stres terutama dalam sistem saraf
dan hormon. Pada akhirnya, tekhnik relaksasi dapat meminimalkan
gejala fisik akibat stress ketika tubuh bekerja terlalu berlebihan
(National Safety Council, 2004).
2.2.2. METODE RELAKSASI

Karena hubungan tubuh dan pikiran sangat kuat, maka


tekhnik relaksasi saja tidak sepenuhnya dapat menenangkan fisik
dan pikiran. Maka diperlukan juga beberapa cara untuk rileks
seperti berikut ini :
1. Pernapasan Diafragma
Pernapasan diafragma adalah salah satu metode relaksasi
yang termudah karena metode ini dilakukan oleh pernapasan
itu sendiri secara normal tanpa perlu berpikir atau merasa
ragu. Dalam metode yang paling sederhana, pernapasan
diafragma merupakan pernapasan yang pelan, sadar dan
dalam. Hal ini sering dilakukan dengan tekhnik menarik
napas dalam lalu mulai mengelompokkan kembali semua
pikiran, untuk mendapatkan ketenangan. Perbedaan di antara
pernapasan diafragma dan pernapasan normal adalah bahwa
metode ini khusus melibatkan gerakan sadar abdomen bagian
bawah atau daerah perut (National Safety Council, 2004).
2. Pelatihan Otogenik
Kata otogenik berarti pengaturan diri atau pembentukan diri
sendiri. Ide dasar dari penelitian otogenik ini adalah untuk
mempelajari cara mengalihkan pikiran sehingga dapat

16
menyingkirkan respons stres yang mengganggu pikiran.
Adapun langkah – langkah untuk relaksasi otogenik yaitu :
a. Posisi Tubuh
Posisi terbaik dalam tekhnik ini adalah bersandar atau
berbaring. Buatlah posisi senyaman mungkin untuk
tubuh dengan berbaring di tempat tidur dengan kedua
tangan di samping tubuh dan telapak tangan
menghadap ke atas, kemudian tungkai lurus.
b. Konsentrasi dan Kewaspadaan
Dalam tekhnik ini gunakan cara berpikir yang pasif,
bukan defensif. Konsentrasi dalam pelatihan otogenik
ini adalah menemukan pikiran lain yang berusaha
mengalihkan perhatian, perlahan fokuskan kembali
pikiran tersebut. Dengan latihan yang teratur, semakin
lama perlahan akan menguasai keterampila
berkonsentrasi sehingga stress dapat di atasi (National
Safety Council, 2004).
2.2.3. SOP TERAPI RELAKSASI

1. Pengertian Terapi Relaksasi

Menurut Henny Regina Salve dan Hendro Prabowo,

relaksasi merupakan salah satu treatment untuk menurunkan

stress (Maghfiroh, Hikmatul, 2015).

2. Tujuan Terapi Relaksasi

Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter (2005)

dalam Setyoadi dan Kushariyadi (2011) bahwa tujuan dan tekhnik

ini adalah :

1) Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan


punggung.
2) Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien

17
sadar dan tidak memfokus perhatian seperti rileks.
3) Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
4) Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.
5) Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan dan iritabilitas.
6) Membangun emosi yang positif dari emosi negatif.
3. Indikasi Terapi Relaksasi
Menurut Setyoadi dan Kushariadi (2011) bahwa indikasi
dari terapi relaksasi, yaitu :
1) Klien yang mengalami insomnia
2) Klien sering stress
3) Klien yang mengalami kecemasan
4) Klien yang mengalami depresi
4. Teknik terapi relaksasi
Menurut Setyoadi dan Kushariadi (2011) persiapan untuk
melakukan teknik ini, yaitu :
1) Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan
yang tenang dn sunyi.
1. Pahami tujuan, manfaat, prosedur.
2. Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata
tertutup menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau
duduk di kursi dengan kepala di topang, hindari posisi
berdiri.
3. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam
dan sepatu.
4. Longgarkan ikatas dasi, ikat pinggang atau hal – hal yang
sifatnya mengikat.
2) Prosedur
1. Gerakan 1): Ditunjukkan untuk melatih otot tangan
a) Genggam tangan kiri sambil membuat satu kepalan.
b) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi
ketegangan yang terjadi.

18
c) Pada saat kepalan di lepaskan, rasakan relaksasi selama
10 detik.
d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga
dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot
dan keadaan relaks yang dialami.
e) Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.
2. Gerakan 2): Ditunjukkan untuk melatih otot tangan bagian
belakang.
a) Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot di tangan bagian belakang dan
lengan bawah menegang.
b) Jari – jari menghadap ke langit – langit.
c) Rasakan selama 10 detik.
3. Gerakan 3): Ditunjukkan untuk melatih otot bahu supaya
mengendur.
a) Angkat kedua bahu setinggi – tingginya seakan – akan
hingga menyentuh kedua telinga.
b) Fokuskan perhatian gerakan pada kontrak ketegangan
yang terjadi di bahu punggung atas dan leher selama 10
detik.
4. Gerakan 4): Ditunjukkan untuk melemaskan otot-otot wajah
seperti dahi, mata, rahang, dan mulut.
a) Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis
sampai otot terasa kulitnya keriput.
b) Tutup keras – keras mata sehingga dapat dirasakan
ketegangan di sekitar mata dan otot – otot yang
mengendalikan gerakan mata.
5. Gerakan 5): Ditunjukkan untuk merilekskan otot leher
bagian belakang.
a) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
b) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian
rupa sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian

19
belakang leker dan punggung atas.
6. Gerakan 6): Ditunjukkan untuk melatih otot leher bagian
depan.
a) Gerakan membawa kepala ke muka.
b) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian depan.
7. Gerakan 7): Ditunjukkan untuk melatih otot punggung.
a) Amgkat tubuh dari sandaran kursi
b) Punggu dilengkungkan
c) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik,
kemudian relaks
d) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil
membiarkan otot menjadi lurus.
8. Gerakan 8): Ditunjukkan untuk melemaskan otot dada
a) Tarik napas panjang untuk mengisi paru – paru dengan
udara sebanyak – banyaknya.
b) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan
ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut,
kemudian dilepas.
c) Setelah ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan
lega.
d) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan
antara kondisi tegang dan relaks.
9. Gerakan 9): Ditunjukkan untuk melatih otot perut
a) Tarik dengan kuat perut kedalam
b) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10
detik, lalu dilepaskan bebas.
c) Ulangi kembali sebanyak dua kali.
10. Gerakan 10): Ditunjukkan untuk melatih otot kaki kaki
pada paha dan betis.
a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa
tegang.

20
b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa
sehingga ketegangan pindah ke otot betis.
c) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
d) Ulangi setiap gerakan masing – masing dua kali.
2.3 KONSEP MEDITASI

2.3.1 DEFINISI

Meditasi adalah latihan mental, yang merupakan metode


untuk melatih perhatian agar dapat meningkatkan taraf kesadaran,
sehingga dapat membawa proses – proses mental lebih terkontrol
secara sadar (Maghfiroh, Hikmatul, 2015). Meditasi dari bahasa
sanskerta berarti bhavana adalah tekhnik psikologis yang
mengubah stresor negatif dan memulai cara berpikir yang positif
agar dapat mengarah pada kedamaian, kesejahteraan, hormon dan
ketenangan (Rinpoche, 2009).
2.3.2 JENIS – JENIS MEDITASI

Menurut falsafah Timur terbagi menjadi dua yaitu eksklusif


(terbatas) dan inklusif (terbuka) dengan gaya dan format yang
berbeda. Tetapi tujuanya tetap sama untuk menjernihkan pikiran
yang dapat menimbulkan ketenangan batin.
1. Meditasi Eksklusif
Meditasi eksklusif disebut juga sebagai meditasi
konsentrasi. Dimana mengharuskan untuk mengusir semua
pikiran negatif dan fokus terhadap suatu hal yang dapat
menimbulkan rasa ketenangan dan kesejahteraan. Adapun
metode yang dapat memusatkan perhatian untuk tetap
berkonsentrasi yaitu :
a. Pengulangan mental, merupakan pikiran yang diulang
berkali – kali yang pada umumnya dilakukan dengan
mengucapkan mantra, sebagai contoh (semangat, pasti
bisa, aku yakin, aku mampu).

21
b. Konsentrasi penglihatan, tekhnik yang melibatkan
pandangan terhadap suatu benda atau bayangan seperti
cahaya lilin, setangkai bunga, gambar yang indah untuk
membatu berkonsentrasi.
c. Bunyi berulang, yaitu bunyi yang berulang antara lain
bunyi pukulan drum, lonceng, suara aliran air terjun,
suara lembut ombak, dan beberapa jenis musik
instrumental.
d. Gerakan fisik yang berulang seperti bernapas dalam
dan berolahraga aerobik ritmik seperti berlari, berenang,
jogging. Karena di anggap dapat menciptakan keadaan
meditasi.
e. Gerakan taktil (sentuhan) yang berulang, memegang
atau memanipulasi objek kecil seperti batu berguling,
kerang, atau kuncup mawar juga dapat memusatkan
pikiran ke satu pikiran.
2. Meditasi Inklusi
Tekhnik ini juga disebut sebagai “meditasi akses”.
“meditasi batin”, dan “kesadaran”. Meditasi inklusif
sangat mirip dengan asosiasi bebas, yaitu pikiran
menerawang tanpa tujuan. Bebas menerima semua pikiran
baik yang disadari atau tidak. Tetapi semua pikiran tersebut
harus di pilih secara objektif dan tanpa ada penilaian atau
keterikatan emosional. Proses ini disebut sebagai observasi
lepas.
2.3.3 SOP TERAPI MEDITASI

1. Definisi Meditasi
Meditasi adalah latihan mental, yang merupakan metode
untuk melatih perhatian agar dapat meningkatkan taraf
kesadaran, sehingga dapat membawa proses – proses mental
lebih terkontrol secara sadar (Maghfiroh, Hikmatul, 2015).

22
2. Tujuan Meditasi
a) Menjernihkan pikiran
b) Perenungan dan kebijaksanaan
c) Perubahan dalam kesadaran
d) Relaksasi
3. Manfaat Meditasi
Meditasi banyak digunakan untuk mengurangi kecemasan,
stress, dan depresi. Ketenangan jiwa yang diperoleh ketika
bermeditasi dengan baik mampu meredakan dan memungkinkan
seseorang berpikir jernih dalam pengambilan suatu keputusan.
Meditasi merupakan pengalihan perhatian ketingkat pemikiran
yang lebih dalam hingga masuk ke tingkat pemikiran yang
paling dalam dan mencapai sumber pemikiran. Meditasi mampu
menurunkan tingkat rangsangan seseorang dan membawa suatu
keadaan yang lebih tenang, baik secara psikologis maupun
fisiologis.
4. Tahap Proses Meditasi
1) Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Bina hubungan saling percaya dengan klien
c. Eksplorasi perasaan klien
d. Siapkan klien untuk berpartisipasi dalam terapi
2) Fase Relaksasi
a. Duduk/ tidur terlentang
b. Konsentrasi
c. Merasakan
3) Prosedur
a. Sisihkan waktu anda kurang lebih 20 menit.
b. Pastikan lingkungan senyaman mungkin.
c. Pilih musik iramanya lambat, namun jika dalam
keadaan lelah dan lesu pilih irama musik yang lebih
cepat.

23
d. Lalu berbaringlah dengan santai didekat speker (untuk
menghindari gangguan, bisa menggunakan headphone
agar tetap fokus dalam meditasi).
e. Sambil menikmati bayangkan bahwa semua getaran
membasuh semua masalah yang membuat anda stress.
f. Berkonsentrasilah pada keheningan musik agar
semakin rileks.
2.4 KONSEP LANJUT USIA

2.4.1 DEFINISI

Lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah


mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi menua adalah suatu proses perubahan kumulatif yang
terus menerus akibat menurunya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh. Menjadi tua
merupakan hal yang semestinya terjadi dalam kehidupan
manusia, karena perubahan tersebut suatu hal yang alamiah dan
telah melalui tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua
(Kholifah, 2016). Masa tua akan datang dengan sendirinya tanpa
diminta dan tidak bisa di tolak, dimana tidak semua orang bisa
menerima kenyataan ini dengan baik. Masa lansia adalah proses
yang berkelanjutan dalam dimensi waktu dan merupakan fase
trakhir dari perkembangan seseorang (Rahman, 2016).
2.4.2 BATASAN LANSIA

Menurut (Kholifah, 2016), batasan – batasan lansia


mencakup batasan umur sebagai berikut :
1. Menurut WHO (1999), menjelaskan batasan lansia
sebagai berikut :
a. Usia lanjut (elderly) antara usia 60 – 74 tahun
b. Usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
c. Usia sangat tua (very old) yaitu usia > 90 tahun

24
2. Menurut Depkes RI (2005) bahwa batasan lansia dibagi
menjadi tiga kategori yaitu :
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45 – 59
tahun
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas
atau 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan
2.4.3 CIRI – CIRI LANSIA

Menurut (Kholifah, 2016), ciri – ciri pada lansia adalah


sebagai berikut :
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia biasanya berasal dari faktor
fisik dan faktor psikologis. Motivasi adalah peran
penting dalam kemunduran lansia. Misalnya, lansia
yang memiliki semangat rendah dalam melakukan
aktifitas, maka proses kemunduran fisik semakin cepat,
tetapi ada juga lansia yang memiliki semangat tinggi
dalam melakukan aktifitas maka lansia kemunduran
fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Sikap sosial yang tidak menyenangkan atau merugikan
terhadap lansia menjadi akibat yang diperkuat oleh
pendapat yang kurang baik. Misalnya, lansia yang keras
kepala tetap menganggap pendapatnya yang paling
benar dan pendapat orang lain tidak benar, maka sikap
sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga
lansia yang memiliki tentang rasa kepada orang di
sekitarnya, maka siakp sosial di masyarakatnya menjadi
positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran pada lansia akibat lansia mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada

25
lansia seharusnya dilakukan atas dasar keinginannya
sendiri, bukan karena paksaan atau tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sebagai
ketua anggota di masyarakat desanya, sebaiknya
masyarakat tidak memberhentikan jabatanya selama
lansia tersebut masih dalam keadaan baik dan mampu
melaksanakan tugas tersebut.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk pada lansia cenderung membuat
lansia mengalami perilaku yang buruk dalam
penyesuaian pada dirinya. Misalnya, lansia yang tinggal
satu atap dengan keluarga sering tidak dilibatkan dalam
mengambil keputusan karena dianggap pola pikirnya
terlalu kuno dan tidak sesuai dengan yang di harapkan
oleh keluarga lainya. Kondisi tersebut yang
menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan dan
cepat tersinggung.
2.4.4 PERUBAHAN PADA USIA LANJUT

1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia sebagian besar
kearah yang buruk, proses dan waktu yang dialami pun
berbeda untuk masing – masing individu. Perubahan
tersebut mencakup perubahan penampilan, perubahan
fungsi fisiologis, panca indra, dan seksual (Rahman,
2016).
2. Perubahan Kemampuan Motorik
Pada umumnya perubahan kemampuan motorik pada
lansia lebih lambat dan aktifitas pergerakanya kurang
begitu baik di bandingkan pada masa mudanya. Perubahan
tersebut disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis seperti
berikut :

26
b. Menurunya kekuatan dan tenaga yang terjadi
karena bertambahnya usia, menurunya tenaga
otot, masalah persendian serta gemetas pada
tangan dan kaki.
c. Penyebab psikologisnya berasal dari kesadaran
akan merosotnya perasaan mengenai harga diri di
bandingkan orang yang lebih muda.
d. Perubahan kemampuan mental yang menurun
sehingga kemunduran kemampuan mental
mengalami kemunduran.
e. Perubahan minat pada usia lanjut.
(Rahman, 2016).
2.4.5 PERKEMBANGAN LANSIA

Usia 60 tahun adalah usia mendekati akhir dari siklus


kehidupan manusia di dunia dengan mengalami proses menjadi
tua. Dimana pada masa ini manusia mengalami kelemahan fisik,
mental dan sosial secara berangsur – angsur dan mulai lambat
dalam melakukan aktifitas sehari hari. Perubahan kumulatif
pada manusia termasuk tubuh, jaringan dan sel yang mengalami
kemunduran secara fungsional. Sehingga lansia lebih rentan
terhadap berbagai penyakit (Rahman, 2016).

2.5 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KESIAPAN

PENINGKATAN PENGETAHUAN

2.5.1. PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi

dan mengidentifikasi status kesehatan klien.Pengkajian

keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan

27
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien (Budiono,

2016).

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara

lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga

masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik

fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan tahap ini

mencakup tiga kegiatan,yaitu pengumpulan data,analisis data,dan

penentuan masalah kesehatan serta keperawatan. Diperoleh data

dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien

sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk

mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek

fisik,mental,sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang

mempengaruhinya (ANDRI, 2018).

2.5.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian perawat

berdasarkan respon pasien secara holistik (bio-psiko-sosio-

spiritual) terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang

dialaminya. Diagnosis sama pentingnya serta memiliki muatan

aspek legal dan etis yang sama dengan diagnosis medis. Oleh

karena itu, diagnosis keperawatan merupakan kunci perawat dalam

membuat rencana asuhan yang diberikan pada pasien yang dikelola

(Koerniawan, Daeli, & Srimiyati, 2020).

Jenis- jenis diagnosis keperawataan dapat diuraikan sebagai

berikut:

28
1. Diagnosis Aktual

Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi

kesehatan atau proses kehidupannya yang menyebabkan klien

mengalami masalah kesehatan. Tanda / gejala mayor dan minor

dapat ditemukan dan divalidasi pada klien (PPNI, 2017).

2. Diagnosis Resiko

Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi

kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat menyababkan

klien beresiko mengalami masalah kesehatan. Tidak ditemukan

tanda/ gejala mayor dan minor pada klien, namun klien

memiliki faktor resiko mengalami masalah kesehatan (PPNI,

2017).

3. Diagnosis Promosi Kesehatan

Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi

klien untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat

yang lebih baik (PPNI, 2017).

2.5.3. INTERVENSI

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalahmasalah yang telah

diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan

menggambarkan sejauh mana Anda mampu menetapkan cara

menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Budiono,

2016).

29
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
keperawatan kriteria hasil
1. Kesiapan Setelah dilakukan Edukasi latihan
pengkatan tindakan fisik (I.12389):
pengetahuan (D. keperawatan Definisi :
0113) : diharapkan tingkat Mengajarkan
Perkembangan pengetahuan aktifitas reguler
informasi meningkat untuk
koginitif yang (L.12111) mempertahankan
berhubungan Dengan kriteria atau meningkatkan
dengan topik hasil: kebugaran dan
spesifik cukup 1. Perilaku sesuai kesehatan
untuk memenuhi verbalisasi minat
tujuan kesehatan dalam belajar (4) Tindakan
dan dapat 2. Kemampuan Observasi
ditingkatkan. menjelaskan -identifikasi
pengetahuan kesiapan dan
tentang suatu kemampuan
topik (4) menerima
3. Kemampuan informasi
menggambarkan
pengalaman Terapeutik
sebelumnya -sediakan materi
sesuai dengan dan media
topik (4) pendidikan
kesehatan
Keterangan : -jadwalkan
1: menurun pendidikan
2: cukup menurun kesehatan sesuai
3: sedang kesepakatan
4: cukup meningkat - berikan
5: meningkat kesempatan untuk
bertanya

Edukasi
-jelaskan manfaat
kesehatan dan efek
fisiologis olahraga
-jelaskan jenis
latihan yang sesuai
dengan kondisi
kesehatan
-jelaskan frekuensi,
durasi, intensitas
program latihan
yang diinginkan

30
-ajarkan latihan
pemanasan dan
pendinginan yang
tepat
-ajarkan teknik
menghindari cidera
saat olahraga
-ajarkan teknik
pernapasan yang
tepat untuk
memaksimalkan
penyerapan oksigen
selama latihan fisik

2.5.4. IMPLEMENTASI

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik.Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah

rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk

membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena

itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan

pasien. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah

sebagai berikut :

1. Tahap 1 : persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk

mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.

2. Tahap 2 : intervensi

Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan

dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi

kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan

31
keperawatan meliputi tindakan independen,dependen,dan

interdependen.

3. Tahap 3 : dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan

yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses

keperawatan (ANDRI, 2018).

2.5.5. EVALUASI KEPERAWATAN

Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses

dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat

dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan

pedomanatau rencana proses tersebut.Sasaran evaluasi adalah

sebagai berikut :

1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria atau rencana

yang telah disusun.

2. Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan kriteria keberhasilan

yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi. Terdapat 3

kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

a. Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan

atau kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan.

b. Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai

secara maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara

mengatasinya.

c. Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak menunjukan

perubahan atau kemajuan sama sekali bahkan timbul

32
masalah baru dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji

secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis,

diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai

yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan. Setelah

seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari

pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien,seluruh

tindakannya harus di dokumentasikan dengan benar dalam

dokumentasi keperawatan (ANDRI, 2018).

33
2.6 KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN

Bagan 2.2 Konsep Penelitian

Faktor Penyebab Stres


Faktor Biologis (Genetik, pengalaman Stress
hidup, kelelahan, ritme bilogis, tidur,
makan). Muncul tanda stres

Faktor Psikologis (Persepsi, perasaan,


Pemberian terapi non
emosi, keputusan hidup, perilaku dan
farmakologi
situasi).

Faktor Lingkungan/ luar individu Perilaku upaya


peningkatan kenyamanan
(stressor ini meliputi lingkungan fisik,
biotik dan sosial).
Gangguan Rasa Nyaman
(D.0074)

Kriteria hasil Proses Pemberian


Evaluasi Status Kenyamanann Asuhan Keperawatan :
meningkat (L.08064) Pengkajian
Menunjukkan perilaku
yang lebih positif Diagnosa Keperawatan

Klien dapat terlihat lebih Intervensi keperawatan] Intervensi


fokus dan tenang Implementasi
Terapi Relaksasi
Klien dapat mengontrol (I.09326) Evaluasi
emosi dengan baik

34
2.7 LITERATUR REVIEW

Tabel 2.2 Literatur Review

NO Judul artikel: Metode ( desain, sampel Hasil penelitian


penulis dan variaabel, intrumen,
tahun analisis)
1 Judul artikel : Desain : Berdasarkan hasil
Efektifitas Penelitian ini penelitian yang
Pelatihan menggunakan Quasi menggunakan uji
Meditasi Experimental Pretest- statistik Quasi
Pernafasan Posttest Control Group Experimental
Dalam Design. diketahui bahwa
Menurunkan Ukuran Pengaruh
Stres Pada Sampel : latihan meditasi
Pendukung Penelitian ini dilakukan
pernapasan pada
Sebaya ODHA di yayasan Yogyakarta X
stres menurun
Penulis : pada 14 teman sebaya
sebesar 64%.
Fella Fendina pendukung yang dibagi
Dengan demikian
H. Fuad Nashori menjadi dua kelompok
dapat dinyatakan
Indahria yaitu kelompok
bahwa latihan
Sulistyarini eksperimen dan
meditasi
kelompok kontrol dengan
pernapasan efektif
Tahun :2018 tekhnik statistik.
dalam mengurangi
Variabel: stres pada
Variabel terikat pada dukungan teman
penelitian ini adalah sebaya ODHA.
pelatihan meditasi (Fendina et al.,
pernafasan, sedangkan 2018)
variabel bebas adalah
menurunkan stress

Instrument:
Instrumen pengumpulan
data ini menggunakan
skala. Skala yang
digunakan adalah skala
stres yang diambil dari
DASS 42 yang memiliki
reliabilitas sebesar 0,91

Analisis:
Teknik analisi data yang

35
digunakan untuk
mengetahui hasil
penelitian ini adalah
statistik inferensial
ANAVA dengan bantuan
program International
Business Machine
Statistical Product and
Service Solution (IBM
SPSS) 16.0 for windows.
Analisis ini digunakan
untuk mengetahui
signifikasi perbedaan
antara kelompok
eksperimen dan
kelompok kontrol setelah
diberikan pelatihan
(Arikunto, 2002).
Statistik inferensial
ANAVA yang digunakan
adalah Anava Mixed
Design (Anava
Campuran), karena
didalamnya memadukan
dua sub analisis, yaitu :
within subject test dan
between subject test.
Within Subject Test
adalah pengujian
perbedaan skor dalam
satu kelompok (pre vs
post) dan Between
Subject Test adalah
pengujian perbedaan skor
antar kelompok
(eksperimen vs kontrol)
(Fendina, Nashori, &
Sulistyarini, 2018)

2 Judul artikel: Desain : Hasil analisis uji

36
Pengaruh Desain pada penelitian ini dependen sampel t-
meditasi adalah quasi-experiment test dengan tingkat
pernapasan dengan pendekatan kemaknaan 95%
terhadap stres penelitian one grup pre- menunjukkan
lansia selama test dan pos-test. adanya pengaruh
masa pandemi yang signifikan dari
covid-19 Sampel :
di Terapi Meditasi
UPTD BudiTeknik pengambilan Pernapasan
Agung Kupang sampel terdiri dari 30 terhadap stres pada
lansia yang dipilih secara lansia, dengan
Penulis: purposive sampling dan tingkat signifikansi
Scholastika pengumpulan data p: 0,000.(Jenau et
Benedikta Jenau dilakukan dengan al., 2021)
dkk menggunakan kuesioner
tingkat stres.
Tahun :
2021 Variabel:
Variabel terikat yaitu
meditasi pernapasan
sedangkan variabel bebas
yaitu stres lansia selama
pandemi

Instrument:
Instrumen atau teknik
pengumpulan data yang
digunakan dalam
penlitian ini diantaranya
spygmomanometer dan
stetoskop digunakan
untuk melakukan
pemeriksaan tekanan
darah, stopwatch
digunakan untuk
menghitung waktu setiap
kali melakukan
intervensi, standar
operasional prosedur
(SOP) senam lansia
digunakan sebagai
prosedur yang harus
diperhatikan dalam setiap
pelaksanaan intervensi
agar terarah dan
mendapatkan hasil yang
sesuai dengan tujuan.

37
Analisis:
Hasil penelitian
menunjukkan tekanan
darah sistolik dan
diastolik mengalami
penurunan yang
signifikan (ρ value
sistolik = 0,002 dan ρ
value diastolik = 0,005).
Hasil uji statistik
penelitian ini adalah ada
pengaruh yang signifikan
dari latihan fisik senam
lansia terhadap tekanan
darah pada lansia
hipertensi ρ
valuedilakukan dengan
cara nonprobability
sampling yaitu Total
Sampling. Definisi
operasional dalam
penelitian ini terdiri dari
dua variabel yakni
variabel dependen dan
variabel independen.
Variabel dependen adalah
tingkat stres lansia dan
variabel independennya
adalah teknik meditasi
pernapasan. Teknik
analisis yang digunakan
ada dua yaitu analisis
univariat dan bivariat .
Analisis univariat untuk
menganalisis variabel
umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan,
pekerjaan, lama disantun,
dan daerah asal.
Sedangkan analisis
bivariat untuk
menganalisis pengaruh

38
variabel stres terhadap
meditasi pernapasan.
(Jenau, Djogo, & Betan,
2021)

3 Judul artikel: Desain : Hasil penelitian


Pengaruh terapi Penelitian ini menggunakan uji t
meditasi menggunakan metode (t-test) dengan
terhadap tingkat analitik dengan One- ketentuan ρ < α (ρ
stres pada lansia Group Pra-test-postttest = 0,015 ; α = 0,05).
Desain. Dari hasil penelitian
Penulis: diketahui ρ = 0,015
Suci Sampel : < 0,05 yang artinya
Sutioningsih Populasi yang digunakan ada pengaruh
Sri Suniawati adalah semua lansia di pelaksanaan terapi
Panti Werdha Mojopahit meditasi (dzikir)
Tahun : Mojokerto tahun 2012
2019 terhadap tingkat
dengan besar sampel 20 stres pada lansia.
responden. Pentingnya terapi
meditasi (dzikir)
Variabel :
untuk diterapkan
Variabel terikat yaitu
pada lansia yang
terapi meditasi sedangkan
mengalami stress.
variabel bebas yaitu stres
(Sutioningsih, dkk,
pada lansia
2019)
Instrument :
Alat pengumpulan data
dari penelitian ini yaitu
menggunakan kuisioner
.
Analisis:
Hasil p value adalah
0,000 sehingga H0
ditolak artinya ada
pengaruh senam
hipertensi terhadap
penurunan tekanan darah
di Desa Blembem
Wilayah Kerja
Puskesmas Gondangrejo.
Hasil yang diperoleh dari
uji statistik yang
menggunakan uji t pada

39
lansia yang mengalami
stres yaitu di dapatkan t
hitung 2,666 dan t tabel
dengan α = 0,05 adalah
2,093 sehingga diperoleh
t hitung 2,666 > t tabel
2,093 , maka H1 diterima
yang berarti ada pengaruh
pemberian terapi meditasi
dzikir terehadap tingkat
stres pada lansia.
Sedangkan untuk nilai
signifikansi (2-tailed)
diperoleh hasil 0,015
yang berarti 0,015 < 0,05,
maka H1 diterima yang
berarti terdapat
perbedaan tingkat stres
pada lansia antara
sebelum dan sesudah
dilakukan terapi meditasi
(dzikir).(Sutioningsih,
dkk, 2019)
4 Judul artikel: Desain : Relaksasi progresif
Pengaruh Desain penelitianquasi dan meditasi dapat
relaksasi experiment design with menurunkan tingkat
progresif dan equivalent control group stres pada pasien
meditasi design. hipertensi
terhadap tingkat Sampel : (p=0.000).Meditasi
stres pasien Jumlah sampel 70 orang lebih efektif untuk
hipertensi untuk kelompok relaksasi menurunkan tingkat
progresif dan untuk stres pada pasien
Penulis: kelompok hipertensi
I wayan candra meditasi.Teknik analisa (p=0.000). (Candra,
I ketut sudiantara data pengaruh intervensi dkk, 2017).
relaksasi progresif
Tahun :
terhadap penurunan
2017
tingkat stres dengan
Paired t-test.Pengaruh
intervensi meditasi
terhadap penurunan
tingkat stres juga dengan

40
Paired t-test.

Variabel :
Variabel terikat yaitu
relaksasi progresif dan
meditasi sedangkan
variabel bebas yaitu
tingkat stress pada lansia

Instrument :
Teknik penarikan sampel
dilakukan dengan simple
random sampling..
Analisis:
Hasil yang sangat
signifikan meditasi
terhadap tingkat stres
pada pasien hipertensi.
Nilai rerata sebelumnya
59.4000, sesudahnya
24.1714, t=11.223,
p=0.000. Meditasi lebih
efektif dibandingkan
dengan relaksasi
progresif dalam
menurunkan tingkat stres
pada pasien hipertensi di
Puskesmas Kuta Utara,
Badung, tahun
2016.Selisih mean pada
kelompok relaksasi
progresif14.5143
sedangkan selisih mean
pada kelompok
meditasi35.2286, t=-
5.712 dan p=0.000.
(Candra, dkk, 2017)

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

41
3.1 DESAIN PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam penulisan KIA Ners adalah metode
studi kasus. Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu
masalah keperawatan dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan
data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi.
Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang
dipelajari berupa peristiwa, aktivitas suatu individu. Studi kasus ini adalah
studi yang dilaksanakan untuk mengksplorasi masalah Asuhan
Keperawatan Stres dengan diagnosa keperawatan Gangguan Rasa Nyaman
dengan memberikan intervensi Terapi Relaksasi Meditasi. Peneliti
menggunakan 3 pasien dengan kasus dan tindakan keperawatan yang
sama, yang kemudian akan dibahas mengenai hasil dan respon pasien
terkait dengan tindakan yang dilakukan, apakah ada perbedaan atau tidak.
Terapi ini efektif dilakukan sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 2 minggu
selama kurang lebih 20 menit.
3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipakai sebagai tempat penelitian KIA Ners ini berada
di Perumahan Puri Dampit Permai, Kecamatan Dampit, Kabupaten
Malang, Provinsi Jawa Timur.
3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian KIA Ners ini akan dilaksanakan pada bulan Desember
2021 – Januari 2022. Dengan 2-3 minggu pelaksaan dengan jumlah
kunjungan minimal 3 kali dalam 2 minggu.
3.3 SUBYEK PENELITIAN
Subyek yang digunakan dalam studi kasus KIA Ners ini adalah 3 klien
Lansia dengan masalah keperawatan yang sama yaitu kesiapan
peningkatan pengetahuan stress di Perumahan Puri Dampit Permai,
Kecamatan Dampit. Dengan kriteria Subyek :
a. Klien mengalami stres dengan rentang usia 45 – 59 tahun
b. Klien memiliki masalah peningkatan manajement kesehatan
c. Klien bersedia menjadi responden penelitian

42
3.4 METODE PENGUMPULAN DATA
a. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mewawancarai langsung keluarga responden yang diteliti, sehingga

metode ini memberikan hasil secara langsung. Metode ini dapat

dilakukan bila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara

mendalam. Wawancara dilakukan terhadap hal-hal yang perlu

diketahui baik aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan,

lingkungan dan sebagainya (Hidayat, 2014).

b. Observasi Langsung

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai

instrumen. Kegiatan observasi meliputi memerhatikan dengan seksama

termasuk pendengaran, mencatat, dan mempertimbangkan hubungan

antar aspek pada fenomena yang sedang diamati. Dalam penelitian ini,

penelitian memilih jenis observasi partisipatif yaitu seperangkat

strategi penelitian yang tujuannya adalah untuk mendapatkan satu

keakraban yang dekat dan mendalam dengan satu kelompok individu

dan perilaku mereka melalui satu ketertiban yang intensif dengan

orang lain di lingkungan alamiah mereka. Dengan observasi

partisipatif ini, maka data yang akan diperoleh lebih lengkap, tajam

dan mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

c. Dokumentasi

Studi dokumentasi yang telah dilakukan oleh penulis terkait dengan

43
pengumpulan data pada anggota keluarga lansia yang mengalami stres

dengan masalah keperawatan kesiapan pengetahuan adalah mengambil

data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat

berupa tabel atau daftar periksa dan dokumenter (Hidayat, 2014).

3.5 UJI KEABSAHAN DATA


Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau
informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data
dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti
menjadi instrumen utama), uji keabsahan data dilakukan dengan:
a. Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan

b. Sumber informasi tambahan menggunakan triagulasi dari tiga

sumber data utama yaitu pasien, perawat dan keluarga klien yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.6 PRINSIP TRIAGULASI DATA


Triagulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai

waktu. Terdapat trigulasi sumber, trigulasi pengumpulan data dan trigulasi

waktu :

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kreadibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber.

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kreadibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek

44
dengan observasi dan dokumentasi.

c. Triangulasi waktu

Waktu juga sering memengaruhi kreadibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari saat

narasumber masih merasa segar, belum banyak masalah akan

memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan cara pengecekan

dan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi

yang 49 berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda,

makas dilakukan secara berulang-ulang sampai ditemukan

kapasitas datanya. (Susiharto, 2007).

3.7 ANALISA DATA

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang di peroleh dari hasil onservasi, wawancara, catatan lapangan,

dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Siswanto, 2014).

3.8 ETIK PENELITIAN

3.8.1. Informed Consent (Lembar persetujuan menjadi responden)

Informed Consent atau kerahasiaan medis adalah pertanyaan

persetujuan (Consent) atau izin dari pasien yang diberikan dengan

bebas, rasional, tanpa paksaan, tentang tindakan medis yang akan

dilakukan terhadapnya sesudah mendapat informasi yang cukup

45
tentang tindakan medis yang dimaksud dalam bentuk lisan maupun

tertulis.

3.8.2. Anonymity (Tanpa nama)


Anonymity dilakukan untuk memberikan jaminan pada

subjek penelitian maka responden tidak perlu mencantumkan nama

responden ke dalam lembar alat ukur atau pertanyaan tetapi hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data (Hidayat, 2017).

3.8.3. Confidentiality (Kerahasiaan)


Confidentiality atau kerahasiaan adalah pencegahan bagi
mereka yang tidak berkepentingan, berhubungan dengan data yang
diberikan kepada pihak lain untuk kepentingan tertentu dan hanya
diperolehkan untuk kepentingan tertentu.

BAB 4

46
HASIL

4.1 Gambaran dan Lokasi


Lokasi dalam penelitian ini dilakukukan di Dampit, Kecamatan
yang terletak di wilayah Kabupaten Malang. Kecamatan yang berbatasan
langsung dengan pesisir pantai selatan Pulau Jawa ini terdiri dari satu
Kelurahan, 11 Desa, 46 Dusun, 114 RW dan &13 RT.
Posyandu Delima Perumahan Puri Dampit Permai terletak di
kelurahan dampit yang termasuk kedalam kategori Kecamatan Dampit.
Jumlah keseluruhan kepala keluarga di Perumahan Puri Dampit Permai
yaitu sebanyak ± 83 kepala keluarga.
4.2 Lokasi Pengambilan Data Pasien
Pada studi kasus ini dilaksanakan di Posyandu Delima Perumahan
Puri Dampit Permai, pada klien 1 dan 2 dilaksanakan pada 2 Juni 2022 dan
klien 3 dilaksanakan pada 3 Juni 2022. Studi kasus yang dilaksanakan
pada klien 1 dan 2 masing – masing dilaksanakan selama 3 kali kunjungan
dalam 2 minggu.
4.3 Pengkajian Keperawatan
A. Indentitas klien

Identitas klien Klien 1 Klien 2 Klien 3


Nama Ny. P Ny. G Ny. H
Umur 62 66 60
Jenis Kelamin P P P
Agama Islam Islam Islam
Pekerjaan IRT IRT IRT
Alamat Ds. Ngelak Rt. Ds. Ngelak Rt. Ds. Ngelak Rt.
04/ 11 04/ 11
04/ 11
Pendidikan SD SD SD
Status Pernikahan Menikah Cerai Mati Cerai Mati
Tanggal Pengkajian 2 Juni 2022 2 Juni 2022 2 Juni 2022
Sumber Informasi Klien Klien Klien
B. Riwayat Kesehatan

47
Keterangan Klien 1 Klien 2 Klien 3
Saat Klien Klien Klien
Pengkajian mengatakan mengatakan mengatakan
sering bingung sering cemas sering melamun
dan murah saat mengingat dan sedih
marah suaminya yang karenan rindu
telah meninggal dengan anak
cucunya
Keluhan Klien Klien Klien
Utama mengatakan mengatakan mengatakan
sering bingung rindu dengan ingin bertemu
dan mudah almarhum anak cucunya
marah suaminya namun anak
cucunya masih
belum bisa
datang untuk
menjenguknya
Riwayat Klien Klien Klien
Penyakit mengatakan mengatakan mengatakan
Sekarang tidak ada semalam tidak hatinya sedikit
keluhana bisa tidur kecewa karena
nyenyak karena anak cucunya
rindu almarhum belum bisa
suaminya pulang
Riwayat Klien Klien Klien
Penyakit mengatakan mengatakan mengatakan
Dahulu memiliki tidak memiliki tidak memiliki
riwayat penyakit riwayat penyakit riwayat penyakit
kolesterol dan
asam urat
Riwayat Klien Klien Klien

48
Penyakit mengatakan mengatakan mengatakan
Keluarga tidak memiliki tidak memiliki tidak memiliki
riwayat penyakit riwayat penyakit riwayat penyakit
keluarga keluarga keluarga

C. Genogram –
D. Pola Aktifitas

Klien 1 (Ny. P) Klien 2 (Ny. G) Klien 3 (Ny. H)


Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak Pasien mengatakan
ada masalah dalam pola ada masalah dalam pola tidak ada masalah
aktifitas, klien bisa aktifitas, klien bisa dalam pola aktifitas,
melakukan aktifitas melakukan aktifitas pasien bisa melakukan
sehari-hari seperti sehari-hari seperti aktifitas sehari-hari
mandi, toileting, mandi, toileting, seperti mandi, toileting,
berpakaian, memasak, berpakaian, memasak, berpakaian, makan
makan minum dan bisa makan minum dan bisa minum dan bisa
mobilisasi dari satu mobilisasi dari satu mobilisasi dari satu
tempat ke tempat tempat ke tempat tempat ke tempat
lainnya tanpa bantuan lainnya tanpa bantuan lainnya tanpa bantuan
orang lain. Klien aktif orang lain. Pasien aktif orang lain. Pasien aktif
mengikuti kegiatan mengikuti kegiatan mengikuti kegiatan
tahlil hari kamis. tahalil hari kamis. tahalil hari kamis.

E. Pola Makan

No. Keterangan Klien 1 Klien 2 Klien 3


1. Jenis Makanan padat Makanan padat Makanan padat
makanan
2. Frekuensi 2-3x sehari 3x sehari 3x sehari
3. Porsi yang Menghabiskan 1 Menghabiskan 1 Menghabiskan 1
dihabiskan porsi penuh porsi penuh porsi penuh
4. Komposisi Karbohidrat, Karbohidrat, Karbohidrat,
menu Protein, Vitamin Protein, Vitamin Protein, Vitamin
5. Pantangan Makanan sejenis Tidak ada Tidak ada
kacangan pantangan pantangan

49
kacangan makanan makanan
6. Nafsu Sedang Sedang Sedang
makan
7. Jenis Air putih, teh Air putih, teh Air putih, teh
minuman
8. Frekuensi 1-2 botol 1-2 botol 1-2 botol
besar/hari besar/hari besar/hari
9. Sukar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
menelan keluhan sukar keluhan sukar keluhan sukar
(padat/cair) menelah menelah menelah
10. Pemakaian Tidak ada Tidak ada Tidak ada
gigi palsu
palsu

F. Pola Eliminasi

BAK
Keterangan Klien 1 Klien 2 Klien 3
Frekuensi/pola 5-6x dalam/hari 5-6x dalam/hari 5-6x dalam/hari
Konsistensi Cair Cair Cair
Warna dan bau Warna kuning Warna kuning Warna kuning
dan bau khas dan bau khas dan bau khas
urine urine urine
Kesulitan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kesulitan kesulitan kesulitan
berkemih berkemih berkemih
Upaya Tidak ada Tidak ada Tidak ada
mengatasi
BAB
Keterangan Klien 1 Klien 2 Klien 3
Frekuensi/pola 1x/hari 1x/hari 1x/hari
Konsistensi Lembek Lembek Lembek
Warna dan bau Warna kuning Warna kuning Warna kuning
kecoklatan dan kecoklatan dan kecoklatan dan
bau khas feses bau khas feses bau khas feses
Kesulitan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kesulitan kesulitan kesulitan
Upaya Tidak ada Tidak ada Tidak ada
mengatasi

50
G. Pola Istirahat Tidur

Klien 1 Klien 2 Klien 3


Pasien mengatakan Pasien mengatakan Pasien mengatakan
lama tidur ± 6-7 jam lama tidur ± 5-6 jam lama tidur ± 6-7 jam
sehari, pasien sehari, pasien sehari, pasien
mengatakan tidur mengatakan tidur mengatakan kadang-
nyenyak, dan terasa nyenyak, dan terasa kadang tidak bisa tidur
segar saat bangun segar saat bangun dengan nyenyak
tidur. tidur. Namun sesekali
kesulitan untuk tidur,
tidur tidak nyenyak
mudah terbangun.

H. Pola Kebersihan Diri

Keterangan Klien 1 Klien 2 Klien 3


Mandi Klien mandi Klien mandi 2- Klien mandi
3x/hari 3x/hari 2x/hari
Kebersihan 3 hari sekali Setiap hari 2 hari sekali
rambut
Gosok gigi 2x/hari 2x/hari 2x/hari
Ganti baju 2-3x/hari 2-3x/hari 2-3x/hari
Kesulitan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kesulitan kesulitan kesulitan

I. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksa Klien 1 Klien 2 Klien 3


an Fisik
Kesadaran Cukup Cukup Cukup
umum
Kesadaran Composmentis Composmentis Composmentis
GCS 456 456 456
Tekanan 120/90 mmHg 100/60 mmHg 110/70 mmHg
darah
Suhu 36,3oC 36, 1oC 36,6oC
Nadi 86 x/menit 91 x/menit 82 x/menit
Frekuensi 20x/menit 20x/menit 20x/menit
nafas
Kepala dan Inspeksi: Inspeksi: Inspeksi:
Leher Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala
simetris, warna simetris, warna simetris, warna

51
rambut hitam dan rambut hitam dan rambut hitam dan
beruban, kulit beruban, kulit beruban, kulit
kepala tampak kepala tampak kepala tampak
bersih. bersih. bersih.
Palpalsi: Palpalsi: Palpalsi:
Tidak ada massa, Tidak ada massa, Tidak ada massa,
tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri
tekan, tidak ada tekan, tidak ada tekan, tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tyroid kelenjar tyroid kelenjar tyroid
pada leher. pada leher. pada leher.

Mata Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi :


Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris,
Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak
anemis, pupil anemis, pupil anemis, pupil
isokor, fungsi isokor, fungsi isokor, fungsi
penglihatan baik, penglihatan baik, penglihatan baik,
menggunakan alat menggunakan alat tidak
bantu kacamata, bantu kacamata, menggunakan alat
tidak ada riwayat tidak ada riwayat bantu, tidak ada
operasi. operasi. riwayat operasi.
Hidung Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi :
Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris,
tidak ada serumen, tidak ada serumen, tidak ada serumen,
tidak ada tidak ada tidak ada
pembengkakan pembengkakan pembengkakan
atau luka. atau luka. atau luka.
Mulut Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi :
Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir
lembab, tidak ada lembab, tidak ada lembab, tidak ada
caries gigi dan caries gigi dan caries gigi dan
lidah berwarna lidah berwarna lidah berwarna
merah muda. merah muda. merah muda.
Telinga Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi :
Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris,
tidak ada serumen, tidak ada serumen, tidak ada serumen,
tidak ada massa, tidak ada massa, tidak ada massa,
tidak ada lesi. tidak ada lesi. tidak ada lesi.
Leher dan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tenggorok kesulitan menelan, kesulitan menelan, kesulitan menelan,
an tidak ada tidak ada tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Dada Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi :
Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada
normal chest, normal chest, normal chest,
pergerakan pergerakan pergerakan

52
dinding dada dinding dada dinding dada
seimbang, seimbang, seimbang,

Auskultasi : Auskultasi : Auskultasi :


suara nafas suara nafas suara nafas
vesikuler, tidak vesikuler, tidak vesikuler, tidak
ada otot bantu ada otot bantu ada otot bantu
pernafasan, tidak pernafasan, tidak pernafasan, tidak
ada bunyi jantung ada bunyi jantung ada bunyi jantung
tambahan tambahan tambahan
Abdomen Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi :
Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris,
tidak ada luka tidak ada luka tidak ada luka

Palpasi : Palpasi : Palpasi :


Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran/benjol pembesaran/benjol pembesaran/benjol
an, tidak ada nyeri an, tidak ada nyeri an, tidak ada nyeri
tekan tekan tekan

Auskultasi : Auskultasi : Auskultasi :


Bising usus Bising usus Bising usus
normal normal normal
Ekstremita Kekuatan otot Kekuatan otot Kekuatan otot
s normal, normal, normal,
pergerakan bebas, pergerakan bebas, pergerakan bebas,
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan, tidak ada kelainan, tidak ada kelainan, tidak ada
cidera, tidak ada cidera, tidak ada cidera, tidak ada
masaa, tidak ada masaa, tidak ada masaa, tidak ada
edema atau nyeri edema atau nyeri edema atau nyeri
tekan. tekan. tekan.
Kulit Warna kulit sawo Warna kulit sawo Warna kulit sawo
matang, turgor matang, turgor matang, turgor
kulit baik. kulit baik. kulit baik.
Kuku Kuku pendek dan Kuku pendek dan Kuku pendek dan
bersih bersih bersih
CRT < 2 detik CRT < 2 detik CRT < 2 detik
Terapi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Medis

53
4.4 Analisa Data

Klien 1 (Ny. P)
Data Etiologi Masalah
Ds : Tubuh manusia Gangguan rasa nyaman
- Klien mengatakan sering memproses b.d Kurang
kebingungan dan mudah rangsangan stres pengendalian
marah (korteks serebral) situasional d.d Distres
- Klien mengatakan mudah psikologis
lupa saat menaruh sesuatu Respon stress (D. 0074)
barang
DO : Kewaspadaan,

- TD :120/90 mmHg kesadaran, keadaan

- N : 86x/ mnt tegang yang

- RR : 20x/ mnt mempersiapkan


seseorang untuk
menghadapi bahaya

Gangguan Rasa
Nyaman
(D. 0074)

Klien 2 (Ny. G)
Data Etiologi Masalah
Ds : Tubuh manusia Gangguan rasa nyaman
- Klien mengatakan sering memproses b.d Kurang
cemas dan sedih saat rangsangan stres pengendalian
mengingat almarhum (korteks serebral) situasional d.d Distres
suaminya psikologis
- Klien mengatakan sering Respon stress (D. 0074)

54
merenung sendiri dan
melamun Kewaspadaan,
- kesadaran, keadaan
DO : tegang yang
- TD :100/60 mmHg mempersiapkan
- N : 91x/ mnt seseorang untuk
- RR : 20x/ mnt menghadapi bahaya

Gangguan Rasa
Nyaman
(D. 0074)

Klien 3 (Ny. H)
Data Etiologi Masalah
Ds : Tubuh manusia Gangguan rasa nyaman
- Klien mengatakan rindu memproses b.d Kurang
kepada anak cucunya yang rangsangan stres pengendalian
tinggal jauh dari beliau (korteks serebral) situasional d.d Distres
- Klien mengatakan mudah psikologis
menangis saat rindu anak Respon stress (D. 0074)
cucunya
DO : Kewaspadaan,

- TD :110/70 mmHg kesadaran, keadaan

- N : 82x/ mnt tegang yang

- RR : 20x/ mnt mempersiapkan


seseorang untuk
menghadapi bahaya

Gangguan Rasa
Nyaman
(D. 0074)

55
4.5 Diagnosa Keperawatan

Klien 1 (Ny. P) Klien 2 (Ny. G) Klien 3 (Ny. H)


Gangguan rasa nyaman Gangguan rasa nyaman Gangguan rasa nyaman
b.d Kurang b.d Kurang b.d Kurang
pengendalian pengendalian situasional pengendalian
situasional d.d Distres d.d Distres psikologis situasional d.d Distres
psikologis (D. 0074) (D. 0074) psikologis (D. 0074)

4.6 Intervensi Keperawatan

Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil


No Intervensi (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi
nyaman (D. 0074) keperawatan 3x dalam 2 (I. 09326)
minggu diharapkan Status Observasi :
Kenyamanan (L.08064) dapat - Identifikasi penurunan
meningkat dengan Kriteria tingkat energi dan
Hasil : ketidakmampuan
1. Kesejahteraan psikologis berkonsentrasi
(meningkat) - Identifikasi teknik
2. Dukungan sosial dari relaksasi yang efektif
keluarga (meningkat) digunakan
3. Rileks (meningkat) - Periksa frekuensi nadi,
4. Keluhan tidak nyaman tekanan darah sesusah dan
(menurun) sebelum latihan
5. Gelisah (menurun) - Monitor respons terhadap
6. Keluhan sulit tidur terapi relaksasi
(menurun) Terapeutik :
- Ciptakan lingkungan

56
7. Memori masa lalu tenang dan tanpa
(membaik) gangguan dengan
pencahayan dan suhu
ruang nyaman
- Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
- Gunakan pakain longgar
- Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang
Edukasi :
- Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan dan jenis relaksasi
yang tersedia (relaksasi
meditasi)
- Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
- Anjurkan mengambil
posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
- Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih

57
4.7 Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan pada Klien 1

Tanggal Implementasi Evaluasi


02/06/22 1. Mengidentifikasi penurunan tingkat S:
energi dan ketidakmampuan  Klien mengatakan belum
berkonsentrasi pernah melakukan terapi
2. Mengidentifikasi teknik relaksasi relaksasi meditasi ini
meditasi yang efektif dilakukan untuk sebelumnya
lansia  Klien mengatakan setelah
3. Memeriksa frekuensi nadi dan tekanan mengikuti terapi relaksasi
darah sebelum dan sesudah dilakukanya meditasi ini merasa ada
terapi sedikit perubahan pada
4. Memonitor respon terhadap terapi perasaan, dan pikiranya
relaksasi meditasi  Klien mengatakan setuju
5. Menciptakan lingkungan tenang dan dan mau untuk melakukan
tanpa gangguan dengan pencahayaan terapi pada pertemuan
serta suhu ruang nyaman selanjutnya
6. Memberikan informasi tertulis tentang O:
persiapan dan prosedur teknik relaksasi  Ku : cukup
7. Menggunakan pakaian longgar  Klien tampak antusias
8. Menjelaskan tujuan, manfaat, batasan melakukan terapi relaksasi
dan jenis relaksasi yang tersedia yaitu meditasi
terapi relaksasi meditasi  Klien tampak sedikit
9. Menjelaskan secara rinci intervensi kesulitan melakukan
relaksasi yang dipilih gerakan terapi relaksasi
10. Menganjurkan mengambil posisi nyaman meditasi
11. Menganjurkan untuk rileks dan  Klien tampak kooperatif
merasakan sensasi terapi  TTV :

58
TD : 120/90 mmHg
N : 86x/ mnt
RR : 20x/ mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
06/06/22 1. Memonitor frekuensi nadi dan tekanan S:
darah sebelum melakukan terapi  Klien mengatakan ingat
relaksasi meditasi bahwa hari ini adalah
2. Memonitor keadaan umum selama jadwal pertemuan ke 2
melakukan terapi relaksasi meditasi  Klien mengatakan sudah
sedikit hafal beberapa
gerakannya dan dilakukan
sesuai dengan anjuran
 Klien mengatakan ada
perubahan psikologinya
termasuk dalam mengolah
emosinya
O:
 Klien tampak semangat
dalam mengikuti terapi
relaksasi meditasi
 Klien tampak sudah sedikit
hafal dengan gerakanya
 TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 86x/ mnt
RR : 20x/ mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
10/06/22 1. Memonitor frekuensi nadi dan tekanan S:
darah sebelum melakukan terapi  Klien mengatakan ingat
relaksasi meditasi bahwa hari ini adalah

59
2. Memonitor keadaan umum selama jadwal pertemuan ketiga
melakukan terapi relaksasi meditasi  Klien mengatakan suasana
hati dan pikiranya jauh
lebih baik
 Klien mengatakan sudh bisa
lebih mengontrol emosinya
 Klien mengatakan sering
menerapkan terapi mandiri
di rumah
O:
 Klien tampak kooperatif
dan bersemangat
melakukan terapi relaksasi
meditasi
 Klien tampak lebih ceria
dan rileks
 Klien tampak hafal dan
melakukan gerakan sesuai
dengan yang telah
dilakukan sebelumnya
dengan baik dan tepat
 TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 86x/ mnt
RR : 20x/ mnt
A: Masalah teratasi sebagaian
P : Hentikan intervensi

Implementasi Keperawatan pada Klien 2

Tanggal Implementasi Evaluasi


02/06/22 1. Mengidentifikasi penurunan tingkat S:
energi dan ketidakmampuan  Klien mengatakan belum

60
berkonsentrasi pernah melakukan terapi
2. Mengidentifikasi teknik relaksasi relaksasi meditasi ini
meditasi yang efektif dilakukan untuk sebelumnya
lansia  Klien mengatakan setelah
3. Memeriksa frekuensi nadi dan tekanan mengikuti terapi relaksasi
darah sebelum dan sesudah dilakukanya meditasi ini merasa ada
terapi sedikit perubahan pada
4. Memonitor respon terhadap terapi perasaan, dan pikiranya
relaksasi meditasi  Klien mengatakan setuju
5. Menciptakan lingkungan tenang dan dan mau untuk melakukan
tanpa gangguan dengan pencahayaan terapi pada pertemuan
serta suhu ruang nyaman selanjutnya
6. Memberikan informasi tertulis tentang O:
persiapan dan prosedur teknik relaksasi  Ku : cukup
7. Menggunakan pakaian longgar  Klien tampak antusias
8. Menjelaskan tujuan, manfaat, batasan melakukan terapi relaksasi
dan jenis relaksasi yang tersedia yaitu meditasi
terapi relaksasi meditasi  Klien tampak sedikit
9. Menjelaskan secara rinci intervensi kebingungan melakukan
relaksasi yang dipilih gerakan terapi relaksasi
10. Menganjurkan mengambil posisi nyaman meditasi
11. Menganjurkan untuk rileks dan  Klien tampak sedikit
merasakan sensasi terapi murung
 TTV :
TD : 100/60 mmHg
N : 91x/ mnt
RR : 20x/ mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
06/06/22 1. Memonitor frekuensi nadi dan tekanan S:
darah sebelum melakukan terapi  Klien mengatakan ingat
relaksasi meditasi bahwa hari ini adalah

61
2. Memonitor keadaan umum selama jadwal pertemuan ke 2
melakukan terapi relaksasi meditasi  Klien mengatakan sudah
sedikit hafal beberapa
gerakannya dan dilakukan
sesuai dengan anjuran
 Klien mengatakan merasa
lebih baik dari pertemuan
kemarin
O:
 Klien tampak antusias
mengikuti terapi relaksasi
meditasi
 Klien tampak sudah sedikit
hafal dengan gerakanya
 Klien tampak sering
berbincang dengan lansia
lainya
 TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 86x/ mnt
RR : 20x/ mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
10/06/22 1. Memonitor frekuensi nadi dan tekanan S:
darah sebelum melakukan terapi  Klien mengatakan ingat
relaksasi meditasi bahwa hari ini adalah
2. Memonitor keadaan umum selama jadwal pertemuan ketiga
melakukan terapi relaksasi meditasi  Klien mengatakan suasana
hati dan pikiranya jauh
lebih baik
 Klien mengatakan sudah
bisa mengikhlaskan

62
kepergian almarhum
suaminya
O:
 Klien tampak kooperatif
dan bersemangat
melakukan terapi relaksasi
meditasi
 Klien tampak lebih ceria
dan rileks
 Klien tampak hafal dan
melakukan gerakan sesuai
dengan yang telah
dilakukan sebelumnya
dengan baik dan tepat
 TTV :
TD : 115/80 mmHg
N : 86x/ mnt
RR : 20x/ mnt
A: Masalah teratasi sebagaian
P : Hentikan intervensi

Implementasi Keperawatan pada Klien 3

Tanggal Implementasi Evaluasi


02/06/22 1. Mengidentifikasi penurunan tingkat S:
energi dan ketidakmampuan  Klien mengatakan belum
berkonsentrasi pernah melakukan terapi
2. Mengidentifikasi teknik relaksasi relaksasi meditasi ini
meditasi yang efektif dilakukan untuk sebelumnya
lansia  Klien mengatakan setelah
3. Memeriksa frekuensi nadi dan tekanan mengikuti terapi relaksasi
darah sebelum dan sesudah dilakukanya meditasi ini merasa ada
terapi sedikit perubahan pada

63
4. Memonitor respon terhadap terapi perasaan, dan pikiranya
relaksasi meditasi  Klien mengatakan setuju
5. Menciptakan lingkungan tenang dan dan mau untuk melakukan
tanpa gangguan dengan pencahayaan terapi pada pertemuan
serta suhu ruang nyaman selanjutnya
6. Memberikan informasi tertulis tentang O:
persiapan dan prosedur teknik relaksasi  Ku : cukup
7. Menggunakan pakaian longgar  Klien tampak antusias
8. Menjelaskan tujuan, manfaat, batasan melakukan terapi relaksasi
dan jenis relaksasi yang tersedia yaitu meditasi
terapi relaksasi meditasi  Klien tampak sedikit
9. Menjelaskan secara rinci intervensi kesulitan melakukan
relaksasi yang dipilih gerakan terapi relaksasi
10. Menganjurkan mengambil posisi nyaman meditasi
11. Menganjurkan untuk rileks dan  Klien tampak kooperatif
merasakan sensasi terapi  TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 86x/ mnt
RR : 20x/ mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
06/06/22 1. Memonitor frekuensi nadi dan tekanan S:
darah sebelum melakukan terapi  Klien mengatakan ingat
relaksasi meditasi bahwa hari ini adalah
2. Memonitor keadaan umum selama jadwal pertemuan ke 2
melakukan terapi relaksasi meditasi  Klien mengatakan sudah
sedikit hafal beberapa
gerakannya dan dilakukan
sesuai dengan anjuran
 Klien mengatakan ada
perubahan pada suasana
hatinya

64
O:
 Klien tampak semangat
dalam mengikuti terapi
relaksasi meditasi
 Klien tampak sudah sedikit
hafal dengan gerakanya
 TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 86x/ mnt
RR : 20x/ mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
10/06/22 1. Memonitor frekuensi nadi dan tekanan S:
darah sebelum melakukan terapi  Klien mengatakan ingat
relaksasi meditasi bahwa hari ini adalah
2. Memonitor keadaan umum selama jadwal pertemuan ketiga
melakukan terapi relaksasi meditasi  Klien mengatakan suasana
hati dan pikiranya jauh
lebih baik
 Klien mengatakan sudah
bisa mengalihkan
kesepiannya dengan
melakukan terapi saat
teringat anak cucunya
 Klien mengatakan sering
menerapkan terapi mandiri
di rumah
O:
 Klien tampak kooperatif
dan bersemangat
melakukan terapi relaksasi
meditasi

65
 Klien tampak lebih ceria
dan rileks
 Klien tampak hafal dan
melakukan gerakan sesuai
dengan yang telah
dilakukan sebelumnya
dengan baik dan tepat
 TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 86x/ mnt
RR : 20x/ mnt
A: Masalah teratasi sebagaian
P : Hentikan intervensi

66
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas perbandingan antara
tinjauan pustaka dengan tinjuan kasus yang disajikan untuk menjawab tujuan
khusus dari penelitian. Setiap temuan perbedaan diuraikan dengan konsep.
Pembahasan disusun sesuai dengan tujuan khusus. Penulis akan menjelaskan
kesenjangan antara praktik dan teori agar dapat diambil pemecahan masalah dari
kesenjangan – kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak
lanjut dalam penerapan asuhan keperawatan.
5.1 Analisis Profil Pelayanan
Perumahan Puri Dampit Permai merupakan salah satu hunian yang
ada di Kecamatan Dampit yang berada di Kabupaten Malang yang
memiliki tempat pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas Dampit.
rawaPuskesmas Dampit sendiri memiliki layanan rawat inap dengan
fasilitas Ruang IGD serta layanan Rawat Inap maupun Rawat Jalan, Ruang
Rekam Medis, Ruang Farmasi, Ruang Pemeriksaan Umum, Ruang
Pemeriksaan Lansia, Ruang IMS,Poli Gigi, Poli KIA, Poli KB dan lain-
lain.
Puskesmas Dampit sesuai Peraturan Wali Kota Malang Nomor 36
Tahun 2016 tentang Pembentukan Kedudukan Susunan Organisasi Tugas
dan Tata Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan bab 1
mengenani ketentuan umum dalam pasal nomor 6 dijelaskan bahwa
Puskesmas ialah Fasilitas Kesehatan yang menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perseorangan tingkat
pertama dengan mengutamakan upaya promotif untuk mencapai derajat
Kesehatan Masyarakat yang setinggi tingginya diwilayah kerjanya. Bab 1
pasal 1 nomor 7 dijelaskan bahwa Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
ialah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

67
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah Kesehatan yang
sasaranya adalah keluarga kelompok dan masyarakat. Bab 1 pasal 1 nomor
8 dijelaskan bahwa Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) ialah suatu
kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan.
5.2 Analisis Masalah Keperawatan

Analisis Efektifitas Terapi Relaksasi Meditasi Terhadap Manajemen


Stress Pada Usia Lanjut (Elderly) Antara Usia 60 -74 Tahun
Dari hasil pengkajian yang didapatkan masalah keperawatan yang
muncul adalah Gangguan Rasa Nyaman b.d kurang pengendalian
situasional d.d distres psikologis. Berdasarkan Standart Diagnosa
Keperawatan Indonesia (SDKI) dalam PPNI (2018) Gangguan Rasa
Nyaman didefinisikan sebagai perasaan kurang senang, lega dan sempurna
dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam pengkajian yang dilakukan oleh peneliti
memenuhi tanda gejala mayor dan minor dalam menegakkan diagnosa
keperawatan, yaitu adanya keluhan tidak mampu rileks, mengeluh sulit
tidur, dan gelisah. Saat dilakukan pengkajian didapatkan data Ny. P (klien
1) mengatakan kalau sering kebingungan serta mudah marah. Kemudian
pada Ny. G (klien 2) mengatakan sering cemas dan gelisah saat
merindukan suaminya yang telah meninggal dunia. Pada Ny. H (klien 3)
mengatakan sering melamun karena menanti kedatangan anak cucunya
yang sudah lama tidak pulang mengunjunginya karena sudah berumah
tangga dan tinggal di rumahnya sendiri.
Lansia merupakan kelompok usia rentan dimana di fase ini seseorang
cenderung mulai mengalami kemunduran fungsi termasuk mental atau
psikologis sehingga memerlukan suatu kemampuan agar dapat mengelolan
stress dengan baik.
Menurut (Rahman, 2016) stress disebabkan kombinasi dari
lingkungan eksternal dan faktor psikologis. Artinya pada saat individu

68
merasakan bahwa ia dapat berhadapan dengan stressor, secara adaptif
kondisi mental atau fisik akan berubah untuk menyesuaikan dengan
stimulus tersebut (stressor) yang disebut stres. Masing-masing individu
mempunyai tingkat toleransi terhadap stres. Bahkan jika tidak ada stressor
eksternal, individu mungkin menciptakan stressornya sendiri. Fenomena
stres sangat individualistik sifatnya.

5.3 Analisis Intervensi

Analisis Efektifitas Terapi Relaksasi Meditasi Terhadap Manajemen


Stress Pada Usia Lanjut (Elderly) Antara Usia 60 -74 Tahun
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang dibahas, setelah dilakukan
kunjungan rumah dilakukan intervensi keperawatan berupa pemberian
Terapi Relaksasi Meditasi pada usia lanjut (elderly) antara usia 60 – 74
tahun serta pembuatan jadwal untuk terapi dengan membagi 2 kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Yang mana kelompok
ekperimen berjumlah 2 orang diberikan intervensi Terapi Relaksasi
Meditasi dengan frekuensi 3 kali pertemuan dalam 2 minggu dengan durasi
20 menitan dengan mengulang 3x gerakan, kemudian pada kelompok
kontrol berjumlah 1 orang yang diberikan intervensi Terapi Relaksasi
Meditasi dengan frekuensi 2 kali pertemuan dalam 2 minggu dengan durasi
20 menitan dengan mengulang 2 kali gerakan. Berdasarkan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dalam PPNI (2018), Terapi
Relaksasi yang dapat dilakukan yaitu menggunakan teknik peregangan
untuk mengurangi tanda dan gejala ketidaknyaman seperti nyeri,
ketegangan otot, atau kecemasan lainnya (1) Mengidentifikasi penurunan
tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang
mengganggu kemampuan kognitif, (2) Mengidentifikasi teknik relaksasi
yangpernah efektif digunakan, (3) Mengidentifikasi kesediaan,
kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya, (4) Memeriksa frekuensi
nadi, tekanan darah sebelum dan sesudah latihan, (5) Memonitor respons
terhadap terapi relaksasi, (6) Menciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, (7) /memberikan

69
infromasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi, (8)
Menjelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang tersedia
(terapi relaksasi meditasi), (9) menjelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih, (10) Menganjurkan mengambil posisi nyaman, (11)
menganjyrkan rileks dan merasakan sensasi terapi, (12) Menganjurkan
sering mengulangi atau memilih teknik yang telah dianjurkan.
Secara umum stress lebih efektif diturunkan dengan menggunakan
terapi nonfarmakologi dengan meliputi beberapa terapi salah satunya yaitu
Terapi Relaksasi Meditasi. Seseorang yang semakin rutin dalam
memanajemen stress menggunakan terapi relaksasi meditasi maka akan
berpengaruh pada tingkat stressnya. Melakukan terapi relaksasi meditasi
secara rutin dalam satu minggu sekali sangat lah efektif. Karena pada
setiap harinya terutama pada lansia stressor yang menyebabkan stress
sangalah banyak, baik dari lingkungan maupun keluarga. Maka dari itu
perlu diberikan terapi sejenak dengan menggunakan terapi relaksasi
meditasi dengan gerakan yang tidak menyulitkan lansia dengan tujuan
dapat menurunkan stress dan dapat mengelola stress dengan baik serta
dapat menemukan keheningan di dalam diri dan melepaskan stress
eksternal. Sehingga dapat melanjutkan aktifitasnya tanpa adanya
peningkatan stress.
Data ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari
terapi relaksasi meditasi terhadap manajemen stress pada lansia di
Posyandu Delima Perumahan Puri Dampit Permai. Hasil yang didapatkan
peneliti sejalan dengan hasil penelitian (Ningsih, 2016) bahwa teknik
relaksasi dapat dijadikan alternatif bantuan bagi seseorang yang mengalami
stress ringan, sedang maupun berat. Kemudian dengan melakukan terapi
relaksasi meditasi membuktikan bahwa dapat membantu seseorang
mengendalikan stress, kecemasan serta mempermudah tidur.
Peneliti ini memilih terapi relaksasi meditasi karena pada studi
penelitian yang dilakukan oleh (Safira dan Saputra, 2009 dalam Budi,
2019), bahwa stress dapat terjadi pada individu atas kemampuannya untuk
bertemu dengan berbagai tuntutan. Situasi yang menuntut tersebut

70
dipandang sebagai beban yang melebihi kemampuan individu. Ketika
individu tidak dapat menyelesaikan atau mengelola stress dengan efektif
maka stress tersebut berpontensi untuk menyebabkan gangguan psikologis.
Berdasarkan hasil dari beberapa peneliti tersebut membuktikan
bahwa pemberian terapi relaksasi meditasi pada lansia sangatlah efektif
untuk melatih perhatian untuk dapat meningkatkan taraf kesadaran, yang
selanjtnya dapat membawa proses-proses mental dapat lebih terkontrol
secara sadar. Efek dari meditasi antara lain meningkatkan gelombang alpha
gelombang otak yang terdapat pada kondisi tubuh yang rileks. Salah satu
cara management stres adalah dengan melakukan terapi relaksasi dengan
meditasi. Setelah terapi selesai dilakukan, responden merasakan
keadaannya masing-masing jauh lebih baik, baik dalam kondisi kesehatan
mereka maupun dari segi psikis seperti dapat berfikir lebih tenang dan
fokus. Selain itu responden dapat mengendalikan emosionalnya seperti
amarahnya dan merasakan tenang batinnya. Secara fisiologis responden
merasakan pusing mereka jauh berkurang, serta nyeri yang berkurang,
pernafasan menjadi lancar.

71
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan data diatas yang berlandaskan pada
asuhan keperawatan yang terdiri dari lima tahapan yaitu pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan yang terakhir evaluasi keperawatan pada lansia yang
mengalami stress dengan Gangguan Rasa Nyaman, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data 2 yaitu Ny. P umur62 th,
beragama Islam pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dengan status
menikah, klien mengeluh sering merasa kebingan dan mudah marah.
Kemudian pada klien 2 yaitu Ny. G umur 66 th, beragama Islam
bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan status cerai mati, klien
mengeluh sering cemas, gelisah sulit tidur karena rindu dan rindu
dengan suaminya yang telah meninggal dunia 3 tahun yang lalu.
Selanjutnya pada klien 3 yaitu Ny. H umur 60 th, beragama islam,
bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan status cerai mati, klien
mengeluh sering melamun karena rindu ingin bertemu anak cucunya,
tetapi anak cucunya belum bisa datang menjenguk karena belum libur
sekolah. Berdasarkan pengkajian wawancara secara langsung kepada
ketiga klien, didapatkan hasil bahwa Gangguan Rasa Nyaman
berhubungan dengan kurang pengendalian situasional ditandai dengan
distres psikologis.
2. Diagnosa Keperawatan
Pemilihan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien ditentukan
berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian secara langsung

72
pada klien maupun lingkungan sekitar. Berdasarkan data dari ketiga
klien, peneliti menegakkan diagnosa keperawatan Gangguan Rasa
Nyaman b.d kurang pengendalian situasional d.d distres psikologis.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang diberikan pada ketiga klien dengan
Gangguan Rasa Nyaman yaitu melakukan intervensi terapi Relaksasi
Meditasi secara berkelompok terdiri atas 3 klien dengan frekuensi
klien 1, 2 3x/2minggu, klien 3 2x/2minggu dengan durasi waktu +/- 20
menit dan 3x pengulangan, sebelum melakukan terapi, peneliti
mengarahkan serta mencontohlan gerakan terapi yang sesuai dan
dilakukan wawancara untuk mengetahui perkembangan yang terjadi.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada ketiga klien dengan masalah
dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah disusun oleh peneliti
berupa pemberian edukasi latihan terapi relaksasi meditasi sesuai
jadwal dan persetujuan tiap klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi yang telah dilaksanakan oleh peneliti selama 2 minggu
dengan masing - masing kunjungan 3x/2 minggu klien 1 dan 2,
2x/2minggu pada klien 3. Hasil efektifitas yang menunjukkan
peningkatan skor manajemen stress yaitu pada frekuensi 3x/2 minggu.
Dapat disimpulkan frekuensi paling efektif dalam melakukan terapi
kepada ketiga klien adalah pada frekuensi 3x/2 minggu pada klien 1
dan 2, sedangkan pada frekuensi 2x/2 minggu pada klien 3 mengalami
peningkatan hanya sedidikit atau kurang efektif.

6.2 SARAN
1. Bagi Klien
Diharapkan klien dapat melakukan aktifitas latihan terapi setidaknya
3x/2 minggu runtin untuk menambah meningkatkan status kenyaman
psikologis ke taraf yang lebih baik dan sejahtera.

73
2. Bagi Isntitusi Pendidikan
Peneliti berharap dengan adanya Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat
menjadi acuan dalam pembelajaran asuhan keperawatan terkait
Manajemen Stress pada Lansia dengan Gangguan Rasa Nyaman.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti berharap karya ilmiah ini dapat menjadi bahan referensi bgi
peneliti selanjutnya. Dan dapat digunakan sebagai acuan dalam
melakukan penelitian selanjutnya.

74
DAFTAR PUSTAKA

Budi, P. I. (2019). Meditation For A Better life As A Potential Wellness Toursm


In Bali. Faktor Penyebab Stres Pada Tenaga Kesehatan Dan Masyarakat
Pada Saat Pandemicovid-19, 3(2), 71–83.

Jumrotin, dkk, 2018. (2018). Terapi Relaksasi Progresif Untuk Menurunkan


Kecemasan Siswi Dalam Menghadapi Menarche. Persona:Jurnal Psikologi
Indonesia, 7(1), 79–92. https://doi.org/10.30996/persona.v7i1.1525

Kemenkes RI. (2013). Populasi Lansia Diperkirakan Terus Meningkat Hingga


Tahun 2020.

Kemenkes RI. (2019). PANDUAN PRAKTIS UNTUK CAREGIVER DALAM


PERAWATAN JANGKA PANJANG BAGI LANJUT USIA. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.

Kholifah, N. (2016). KEPERAWATAN GERONTIK. Journal of Visual


Languages & Computing, 11(3), 55. Retrieved from https://www.m-
culture.go.th/mculture_th/download/king9/Glossary_about_HM_King_Bhum
ibol_Adulyadej’s_Funeral.pdf

Maghfiroh, Hikmatul, N. (2015). EFEKTIFITAS TERAPI RELAKSASI


MEDITASI DALAM MENURUNKAN TINGKAT STRES. Psikologi, 11.

National Safety Council. (2004). Manajemen Stres (D. Yulianti, ed.). Jakarta.

Notoatmojdo, S. (2014). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (3 ed). Jakarta:


Salemba Medika.

Rahman, S. (2016). Faktor-Faktor Yang Mendasari Stres Pada Lansia. Jurnal

75
Penelitian Pendidikan, 16(1).

Santosa, dkk, 2016. (2016). Pengaruh Teknik Manajemen STress Terhadap


Penurunan Tingkat Stress Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Puspakrma Mataram. Journal Prima, 2(2), 31–44.

Segarahayu, R. D. (2013). Pengaruh manajemen stres terhadap penurunan tingkat


stres pada narapidana di lpw malang. Universitas Negeri Malang, 1–16.
Retrieved from
http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelDEB288149FBAA98C9CB27
EB18035D95A.pdf

Siswanto, dkk. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran (4 ed).


Jogjakarta: Bursa Ilmu.

Sutioningsih, dkk, 2019. (2019). Pengaruh Terapi Meditasi ( Dzikir ) terhadap


Tingkat Stres pada Lansia. Jurnal Keperawatan Profesional (JKP), 7.

76
LAMPIRAN 1

Informed Consent
(PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ...............................
Umur : ...............................
Pekerjaan : ...............................
Alamat : ...............................
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai :
1. Penelitian yang berjudul Analisis Efektifitas Terapi Relaksasi Meditasi
Terhadap Manajemen Stress Pada Usia Lanjut (Elderly) Antara Usia 60 -
74 Tahun
2. Tujuan penelitian dan manfaat ikut sebagai subyek penelitian
3. Hak undur diri
4. Kerahasiaan data
5. Bahaya yang akan timbul
Responden mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya
(bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian
dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari
pihak manapun.

Malang, ... Juni 2022


Responden

77
(........................................)

Keterangan
*) Coret salah satu

LAMPIRAN 2
FORMAT PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Rizka Putri Ari Rahmadhani
NIM : 2130039

A. Identitas Klien
Nama : Tgl. :
Pengkajian
Usia : Sumber :
Informasi
Jenis : Nama :
Kelamin Keluarga
dekat yang
dapat
dihubungi
Alamat : Alamat :
Status : Status :
pernikahan
Agama : Pekerjaan :
Pendidika : Pendidika :
n n
Pekerjaan :

B. Status Kesehatan Saat Ini


1. Keluhan utama :
2. Keluhan Penyerta :
3. Diagnosa medis :

78
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini

D. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1. Penyakit yg pernah dialami:
b. Kecelakaan (jenis & waktu) :
c. Operasi (jenis & waktu) :
d. Penyakit :
e. Terakhir masuki RS :
1. Alergi (obat, makanan, plester, dll) :
2. Imunisasi :
( )BCG ( )Hepatitis
( ) Polio ( ) Campak
( ) DPT ( ) Imunisasi lengkap
3. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
Merokok
Kopi
Alkohol

E. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Pasien
------- : Tinggal serumah
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
F. Pola aktiftas latihan
Rumah
Makan/minum
Mandi

79
Berpakaian/berdandan
Toileting
Mobilitas di tempat
tidur
Berpindah
Berjalan
Naik tangga

Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 =


dibantu orang lain, 4 = tidak mampu
G. Pola makan dan minum
Rumah
Jenis diit/makakan
Frekuensi/pola
Porsi yang dihabiskan
Komposisi menu
Pantangan
Nafsu makan
Fluktusasi BB 6 bulan
terakhir
Jenis minuman
Frekuensi/pola minum
Berapa gelas yang
dihabiskan
Sukar menelan (padat/cair)
Pemakaian gigi palsu

H. Pola eliminasi
Rumah
BAB
Frekuensi pola
Konsistensi

80
Warna & bau
Kesulitan
Upaya mengatasi
BAK
Frekuensi pola
Konsistensi
Warna bau
Kesulitan
Upaya mengatasi

I. Pola toleransi – penganbilan keputusan


1. Pengambilan keputusan : ( ) sendiri ( ) dibantu orang lain, sebutkan istri
dan orang tua
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya,
perawatan diri, dll): BiayamenggunakanBPJS
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah:
4. Harapan setelah menjalani perawatan :
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit :

J. Pola nilai dan kepercayaan


1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi) :
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS :
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya:

K. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum :
a. Kesadaran : (spontan, membuka mata, mengikuti arahan)
b. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : mmHg Suhu: °c
Nadi : x/ menit
Pernafasan: x/ menit

81
SpO2:
2. Kepala dan Leher
a. Kepala :
Bentuk : Massa :
Warna kulit kepala : Ditsribusi rambut :

a.Mata : Bentuk : Konjungtiva :


Pupil : ( ) reaksi terhadap cahaya ( ) Isokor
Funsi penglihatan : ( ) Baik ( ) Kabur
Penggunaan alat bantu : ( ) Ya ( ) Tidak
Pemeriksaan mata terakhir : -
Riwayat Operasi : ( )
b. Hidung : Bentuk: Warna :
Pembengkakan : ( ) Nyeri tekan :()
Perdarahan :() Riw. Alergi :()
Penyakit yg pernah terjadi : ( )
c. Mulut dan Tenggorokan :
Warna bibir : coklat
Mukosa : Lesi :
Massa :() Warna Lidah :
Perdarahan gusi :() Karies : ( )
Kesulitan menelan :() Sakit tenggorok : ( )
Gangguan bicara :()
d. Telinga : Bentuk : Simetris Warna : Sawo matang
Lesi : ( ) Massa : ( ) Nyeri : ( )
Fs. Pendengaran : Alat bantu pendengaran : ( )
e. Leher : Kekakuan :() Nyeri/Nyeri tekan : ( )
Benjolan/massa : ( ) Keterbatasan gerak : ( )
3. Dada : Bentuk : Simetris
Pergerakan Dada :ekspansi dinding dada normal
Nyeri/nyeri tekan : ( ) Massa : ( ) Peradangan : ( )
Jantung : Perkusi :

82
Auskultasi :
Ictus Cordis :
Paru : Inspeksi :
Perkusi :
Palpasi :
Auskultasi :
Wheezig / Ronchie

4. Payudara Dan Ketiak :


Benjolan/massa : (-) Nyeri/nyeri tekan : (-)
Bengkak : (-) Kesimetrisan : (-)
Edema : (-) Lesi : (-)
5. Abdomen :
Inspeksi :
Auskultasi :
Palpasi :
Perkusi :
6. Genetalia :
7. Ekstremitas : Kekuatan otot :
- -
- -

Keterangan Kekuatan Otot :


1 : Paralisi, Tidak ada kontraksi otot sama sekali
2 : Teraba dan terlihat getaran kontraksi otot tetapi tidak ada gerakan
sama sekali
3 : Dapat menggerakkan anggota gerak tanpa gravitasi
4 : Dapat menggerakkan anggota gerak untuk menahan berat (gravitasi)
5 : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan tahanan
dengan minimal
6 : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan tahanan

83
dengan maksimal (kekuatan normal)
Kontraktur : (-) Pergerakan : normal
Deformitas : (-) Pembengkakan : (-)

Edema : - -
- -

Nyeri/nyeri tekan : (-) Pus : (-) Luka : (-)


8. Kulit dan kuku :
Kulit : warna : Jaringan parut : (-)
Lesi : (-) Suhu : ºC
Tekstur : Turgor : detik
Kuku : Warna : Lesi : (-)
Pengisian kapiler : detik Bentuk :
A. Hasil pemeriksaan penunjang
1. Hasil laboratorium
2. Hasil radiologi

84

Anda mungkin juga menyukai