(PENELITIAN DESKRIPTIF)
OLEH :
JOVI LESMANA
NIM : 2017.B.18.0475
xi
PROPOSAL
(PENELITIAN DESKRIPTIF)
Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Ujian Sidang Proposal Dan Melanjutkan
Penelitian Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap
Palangka Raya
OLEH :
JOVI LESMANA
NIM : 2017.B.18.0475
xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Foto Berwarna
Menggunakan
Seragam
Almamater
Ukuran 3 X 4
Boleh di scan
Nama : Rahmadianoor
Tempat, Tanggal Lahir : Palangka Raya, 16 Juni 1999
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat Rumah : Desa Pilang
No. Hp : 081255457564
Email : Rahmadianoor1999@Gmail.com
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2006-2011 : SDN 2, Jabiren Raya, Kecamatan Jabiren Raya.
2. Tahun 2011-2014 : SMPN 1, Jabiren Raya, Kecamatan Jabiren Raya.
3. Tahun 2014-2016 : SMAN1, Jabiren Raya, Kecamatan Jabiren Raya.
4. Tahun 2016-2020 : STIKES Eka Harap Palangka Raya Program
Studi Sarjana Keperawatan
xiii
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN PROPOSAL BEBAS PLAGIASI
NIM : 2017.B.18.0475
Pria
Tanda Tangan di
atas matrei,
kemudian di scan
JOVI LESMANA
xiv
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : 2017.B.18.0475
Pembimbing
xv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI PROPOSAL
NIM : 2017.B.18.0475
PANITIA PENGUJI
Mengetahui,
Ketua Unit Pengelola
Program Studi Diploma Tiga Keperawatan,
xvi
PENGESAHAN PROPOSAL
NIM : 2017.B.18.0475
Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji
Pada Tanggal, 06 Febuari 2020
PANITIA PENGUJI
Mengetahui,
xvii
MOTTO
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, Tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah
Dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Damai sejahtera Allah, yang melampaui
segala akal, akan memelihara
hati dan pikiranmu dalam
Kristus Yesus
( Filipi 4:6-7 )
xviii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini. Penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya. Penulis menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini, maka peneliti tidak dapat menyelesaikan laporan ini
dengan sempurna. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. DR. dr. Andryansah Arifin MPH Sebagai Ketua Yayasan Eka Harap yang telah
2. Maria Adelheid Ensia, S,Pd., M.Kes selaku ketua STIKES Eka Harap Palangka
Raya atas dukungannya kepada penulis dalam menuntut Ilmu Keperawatan dan
perkembangannya.
3. Dewi Apriliyanti, Ners, M.Kep selaku Ketua Unit Pengelola Program Studi
Diploma Tiga Keperawatan di STIKES Eka Harap Palangka Raya dan sebagai
4. Septian Mugi Rahayu, Ners, M.Kep selaku penguji yang telah menyediakan
waktu dan memberi masukkan dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini.
xix
5. Mardiono, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang sudah banyak
6. Para dosen dan Staf STIKES Eka Harap Palangka Raya yang tidak dapat di
7. Kedua orang tua, saudara, keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu
XVIII dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Proposal
Semoga bantuan serta budi baik yang telah diberikan kepada penulis,
mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Besar harapan penulis agar
Proposal Karya Tulis Ilmiah akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
xx
HALAMAN JUDUL
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iv
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................v
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................vii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI..................................................................viii
KATA PENGANTAR...........................................................................................ix
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR BAGAN...............................................................................................xiv
DAFTAR DIAGRAM..........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan penelitian............................................................................................4
1.4 Manfaat penelitian..........................................................................................4
1.4.1 Manfaat teoritis...............................................................................................4
1.4.2 Manfaat praktik...............................................................................................4
xxi
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Perancangan Penelitian.................................................................................22
3.2 Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................23
3.3 Teknik Analisis Data ...................................................................................24
3.4 Keterbatasan ................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xxii
DAFTAR TABEL
xxiii
DAFTAR BAGAN
Halaman
2.1 Kerangka konsep Pengaruh Terapi Huruf Vokal Terhadap
Kemampuan Komunikasi Verbal Klien Dengan Stroke................
.......................................................................................................18
xxiv
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
4.1 Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin.....................
.......................................................................................................43
xxv
DAFTAR LAMPIRAN
26
BAB 1
PENDAHULUAN
27
1
Palangka Raya masih banyak suami yang mengatakan jarang menggunakan
alat kontrasepsi dan masih belum memahaminya.
Menurut World Health Organisation (WHO) menyebutkan jumlah
dewasa hampir 380 juta pasangan menjalankan program Keluarga Berencana
dan 66 –75 juta diantaranya, terutama di Negara berkembang, menggunakan
kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal yang digunakan untuk
mencegah terjadi kehamilan dapat memiliki pengaruh positif maupun negatif
terhadap berbagai organ tubuh, baik organ genitalia maupun non genitalia
(Baziad, 2008). Laki-laki yang memakai alat kontrasepsi jumlah pada tahun
2015 sejumlah 248,4 juta orang. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
bahwa pada tahun 2016, sebanyak 28,55 juta (11,47). Secara nasional,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2017 sebesar 73,29
masih masuk kategori sedang (50-80). Sementara di negara berkembang
khususnya di Indonesia, laki–laki yang memakai alat kontrasepsi masih
sangat rendah, terlihat dari keikutsertaan yang baru mencapai sekitar 1,1%
kontrasepsi modern dan 1,8% kontrasepsi alamiah. Dan hasil SDKI tahun
2017 kesertaan Kontrasepsi pria 1,8% dan hasil SDKI tahun 2018 sebesar
1,9% (BKKBN, 2018). Dan sebesar 16% perempuan kawin tidak
menggunakan alat metode kontrasepsi karena suami tidak setuju. Sementara
diketahui jumlah istri sebagai akseptor KB dengan rincian IUD 8,1%, Pil
15,4%, Suntik 21,1%, Implant 6% dan MOW 3% (BKKBN, 2018). Di
Indonesia tercatat orang yang memakai alat kontrasepsi hampir 41% yang
hanya tahu akan kegunaan dan manfaat alat kontrasepsi tersebut. Hasil survei
pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Desember 2019 di UPT
Puskesmas Menteng diperoleh dari 5 orang pria, didapatkan 4 orang tidak
pernah menggunakan alat kontrasepsi bagi pria dan tidak tahu manfaatnya,
sedangkan satu orang lainnya kadang menggunakan alat kontarsepsi berupa
kondom.
Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan setelah hubungan
intim, yang bertujuan untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi
kehamilan. Di negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki jumlah
penduduk besar mendukung alat kontrasepsi untuk mengendalikan
28
pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Pemilihan alat kontrasepsi yang tepat dapat membantu wanita untuk
mencegah kehamilan kebanyakan metode kontrasepsi efektif. Jika digunakan
dengan tepat, jenis alat kontrasepsi ada dua, pertama alat kontrasepsi tanpa
alat bantu metode kontrasepsi efektif tanpa alat bantu juga disebut (KB)
sistem kelender atau abtinesia dengan alat bantu kontrasepsi memungkinkan
sperma dan sel telur tidak dapat bertemu. sementara yang kedua bisa
dilakukan dengan kondom banyak sekali varian kondom yang bisa
disesuaikan dengan pasangan salah satunya kondom yang lebih intens dengan
alat kontrasepsi ini. Pemakaian kontrasepsi bersifat permanen dan tidak
permanen, untuk jenis yang tidak permanen kontrasepsi ini memungkinkan
pasangan untuk mendapatkan kembali anak apabila diinginkan alat tersebut
berguna untuk menekan angka kelahiran yang dirancang untuk menjaga
kestabilan dan kesejahteraan ekonomi dan sosial setiap penduduknya selain
alat kontrasepsi ada juga program yang telah di atur dalam UU No 10 Tahun
1992 yaitu (KB) yang sering dikenal dengan seruan (dua anak lebih baik),
selain itu program (KB) Juga punya manfaat dari segi medis yaitu diantaranya
untuk menurunkan angka kematian ibu, mengurangi angka kematian bayi,
dan membantu mencegah penyakit HIV/AIDS karena itu penggunaan alat
kontrasepsi menjadi cara yang paling tepat untuk digunakan namun pria tidak
bisa memilih alat kontrasepsi secara sembarangan. Hal yang terjadi yang
terjadi pada tahun 2011-2012 banyak suami yang tidak menggunakan aseptor
kontrasepsi pada pria sehingga menggakibatkan kehamilan yang tidak
diinginkan terjadi dan menambah angka kelahiran akibat ketidaktahuan
mereka.
Untuk mengatasi hal tersebut suami dapat meningkatkan tingkat
pengetahuannya melalui pendidikan kesehatan dalam upaya mengontrol
angka kelahiran yang tidak diinginkan. Promosi kesehatan yang intensif
tentang faktor yang terkait dengan aseptor kontrasepsi perlu diberikan oleh
petugas kesehatan. Promosi kesehatan tersebut perlu dilakukan secara
berkesinambungan baik dalam bentuk penyuluhan langsung atau melalui
media lainnya, seperti pamflet atau leaflet agar dapat dilakukan pencegahan
29
dan terkait alat kontrasepsi. Melihat latar belakang di atas, peneliti tertarik
meneliti Tentang “Tingkat Pengetahuan Suami tentang Kontrasepsi pada
Pria.
30
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6 31
5. Adaptasi (Adaption), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulasi.
32
merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang
telah ada.
2.1.3.6 Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakuksan penilaian
terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Dari teori tingkat pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengetahauan memiliki 6 tingkatan pengetahuan dimana tingkat pengetahuan
tersebut diantaranya tingkat pertama tahu setelah mendapatkan pengetahuan,
tingkat kedua memahami pengetahuan yang didapatkan, tingkat ketiga dapat
mengaplikasikanpengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, tingkat keempat
mampu menjabarkan suatu materi atau menganalisis, tingkat kelima dapat
mensintesis atau menunjukan kemampuan untuk meringkas suatu materi, dan
tingkat pengetahuan yang keenam seseorang mempunyai kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi.
33
dengan kesehatan. Contoh seseorang yang telah mengetahui bahaya merokok bagi
kesehatan dan ia tidak merokok (Agus, 2013).
34
atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan.
4. Jalan pikiran
Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat manusia cara
berpikir umat manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain,
dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menjalankan jalan
pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada
dasarnya adalah cara melahirkan pemikiran secara tidaklangsung melalui
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.
2.1.5.2 Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis
dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir induktif bahwa
dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi
langsung, membuat catatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang
diamati (Notoatmodjo, 2012).
35
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek
positif dari objek yang diketahui, maka akan menumbuhkan sikap makin positif
terhadap objek tersebut.
2.1.6.2 Informasi/media massa
Informasi adalah adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang
menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu, informasi juga
dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi).
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Berkembang nya teknologi akan
menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sehingga sarana komunikasi,
berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-
lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan
orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, mediamassa juga
membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
2.1.6.3 Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik,
terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
2.1.6.4 Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang
akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk
kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
36
2.1.6.5 Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
2.1.6.6 Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional, serta dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manisfestasi dari keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang
kerja.
2.1.6.7 Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup
adalah sebagai berikut:
1. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai
semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.
2. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua
karena telah mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat
diperkirakan IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya
pada beberapa kemampuan yang lain, seperti kosa kata dan pengetahuan
37
umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun
cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Agus, 2013).
38
2.2 Konsep Dasar Teori Suami
2.2.1 Pengertian Suami
Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami
terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri kepada
kebenaran, kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta
menyantuni dengan baik (Harymawan, 2012). Kamus besar bahasa Indonesia
mengartikan bahwa Suami adalah Pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang
wanita (istri) yg telah menikah. Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari
anak-anak), suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu
keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami
sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai
motivator dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk
merencanakan keluarga (chaniago, 2012). Peran adalah perangkat tingkah yg
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2008).
Peran juga merupakan suatu kumpulan norma untuk perilaku seseorang dalam
suatu posisi khusus, seperti seorang istri, suami, anak, guru, hakim, dokter,
perawat, rohanian, dan sebagainya (Marasmis, 2014). Jadi yang dimaksud dengan
peran Suami adalah perangkat tingkah yang dimiliki oleh seorang lelaki yang
telah menikah, baik dalam fungsinya di keluarga maupun di masyarakat. Menurut
BKKBN (2007). Peran dan Tanggung Jawab Pria dalam kesehatan reproduksi
khususnya pada Keluarga Berencana(KB), sangat berpengaruh terhadap
kesehatan.
39
kondisinya atau tidak. Sebaliknya, jika tidak berusaha mencari tahu tentang
kehamilan, tidak mustahil akan timbul berbagai perasaan yang mungkin saja
sangat mengganggu kondisi psikis (Nolan, 2014).
2. Kontrol bisa dilakukan pada dokter atau bidan. Saat konsultasi, ibu bisa
menanyakan tentang kondisi dirinya dan bayi dalam kandungan. Biasanya, bila
ibu perlu penanganan lebih serius, dokter atau bidan akan menganjurkan ibu
untuk menemui psikolog atau psikiater yang dapat membantu kestabilan emosi.
Mengantar ibu kontrol ke dokter, ini penting karena suami harus tahu apa yang
terjadi pada istri. Kalau ada keluhan-keluhan dan informasi-informasi penting
seputar kehamilan suami juga harus tahu, agar lebih memahami apa yang
dirasakan oleh sang istri. Antenatal care merupakan salah satu tindakan
skrining pada ibu hamil untuk mencegah komplikasi selama kehamilan dan
persalinan nanti (Yohana, 2012).
3. Perhatian Suami yang diberikan oleh Suami bisa membangun kestabilan emosi
Ibu. Misalnya, Ibu bisa saja meminta Suami untuk menemaninya berkonsultasi
ke dokter atau bidan agar merasa lebih nyaman karena ada perhatian dari
pasangan. Suami dapat memberikan perhatian terhadap keluhan-keluhan yang
dirasakan oleh ibu hamil. Perhatian suami dapat dilihat dari membantu ibu
dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, mengelus dan memijat
punggung ibu. Mengelus perut yang menunjukkan perhatian pada ibu dan bayi
yang dapat membangun kestabilan emosi (Yohana, 2013).
4. Jalin Komunikasi sangat dibutuhkan untuk membantu hubungan dengan ibu
hamil. Komunikasi yang baik yaitu dengan dua arah dimana Suami tidak
mendominan semua pembicaraan. Setiap ada masalah Suami meminta
pendapat ibu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jangan pernah menutupi
perubahan dan keluhan yang terjadi pada saat kehamilan, tetapi komunikasikan
dengan Suami. Dengan begitu diharapkan Suami bisa berempati dan mampu
memberi dukungan psikologis yang dibutuhkan. Dukungan dari lingkungan,
terutama suami, sangat berpengaruh terhadap kekhawatiran ibu dalam
menjalani kehamilan. Sebaliknya, perasaan ibu yang dipendam sendiri tidak
akan membawa perubahan. Suami tetap tidak acuh dan masalah ibu jadi
berkepanjangan (Nolan, 2013).
40
5. Perhatikan kesehatan Tubuh yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai
perubahan, termasuk perubahan psikis. Kondisi ini bisa terwujud dengan
berolahraga ringan dan memperhatikan asupan gizi. Suami siaga harus siap
ketika sewaktu-waktu istri mengalami keluhan sehubungan dengan
kehamilannya. Suami yang tenang bisa membuat istri jadi ikut tenang. Suami
siaga harus lebih perhatian mengingatkan dan membantu istrinya untuk kontrol
teratur, mengingatkan waktu untuk kunjungan ulang. (Yohana, 2012).
41
untuk mendampingi istri memasang alat kontasepsi atau kontrol, Suami bersedia
memberikan biaya khusus untuk memasang alat kontrasepsi, dan membantu istri
menentukan tempat pelayanan atau tenaga kesehatan yang sesuai.
42
raga, pengontrolan berat badan, segala bentuk kegiatan keluarga dimulai dan
diikat oleh suatu kebiasaan dan tradisi oleh pendahulunya.
2) Sumber daya keluarga
Sumber daya atau pendapatan keluarga merupakan penerimaan seseorang
sebagai imbalan atas semua yang telah dilakukan dengan tenaga atau pikiran
seseorang terhadap orang lain atau organisasi lain. Dalam pendapatan ada 2
metode yang dilakukan yaitu: KFM (Kebutuhan Fisik Minimum) dan KHM
(Kebutuhan Hidup Minimum), segala sesuatu dalam keluarga akan dihargai
jika semua pelaksanaanya dimumulai dengan niat dan kerja keras demi
keluarganya pula.
3) Siklus keluarga
Sesuai dengan fungsi keluarga yang sedang dialami juga merupakan hal
yang dapat mempengaruhi peran karena perbedaan kebutuhan dan
kepentingan. Di dalam siklus keluarga peran anggota berbeda misalnya ibu
berperan sebagai asah, asuh dan asih, ayah sebagai pencari nafkah dan anak
tugasnya adalah belajar dan menuntut ilmu.
43
2.2.8.2 Bentuk Dukungan Suami Terhadap Istri Dalam Menggunakan Alat
Kontrasepsi
1. Memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan
keinginan dan kondisi istrinya.
2. Membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar seperti
mengingatkan saat minum pil KB dan mengingatkan istri untuk kontrol.
Membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun komplikasi
dari pemakaian alat kontraspsi.
3. Mengantar istri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan.
4. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti tidak
memuaskan.
5 Membantu menghitung waktu subur, apabila menggunakan metode pantang
berkala.
6 Menggunakan kontrasepsi bila keadaan kesehatan istri tidak membaik.
44
berhati-hati agar air mani tidak menetes atau tumpah ke vulva wanita.
Penerapan metode ini bebas hormon dan praktis, juga tidak membutuhkan
biaya sama sekali. Ejakulasi di luar efektif apabila ada komitmen bersama dari
kedua pihak. Menggunakan Metode senggama terputus membutuhkan
kemahiran pengendalian diri. Ejakulasi adalah refleks spontan dan tak ada pria
di dunia ini yang benar-benar bisa memastikan kapan ia akan orgasme dan
ejakulasi. Oleh karena itu, Anda tak benar-benar dapat memperkirakan secara
akurat di menit atau detik keberapa Anda harus tarik-keluar. Menurut Planned
Parenthood, 4 dari 100 wanita akan hamil dari Partner Pria yang selalu
menggunakan metode senggama terputus. Artinya, peluang hamil Anda adalah
empat persen dari metode ini. Persentase ini cukup tinggi dibandingkan dengan
tingkat kegagalan kondom yang hanya dua persen jika digunakan secara tepat.
Metode ini juga tidak mencegah penularan penyakit menular seksual meskipun
tidak terjadi kehamilan.
2. Kondom
Setelah ejakulasi di luar, kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi
modern yang tertua dalam sejarah. Catatan sejarah melaporkan bahwa kondom
tertua yang pernah ditemukan berasal dari tahun 1642, namun penggunaanya
itu sendiri sudah dimulai sejak 12.000 tahun lalu. Cara pakai kondom cukup
sederhana dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar. Kondom juga
banyak tersedia dan mudah dicari di pasaran. Jika digunakan dengan benar saat
melakukan hubungan seksual, efektivitas kondom mencapai 98 persen.
Selain mencegah kehamilan, kondom juga melindungi Anda dari penyakit
kelamin yang menular. Efektif tidaknya kondom untuk mencegah kehamilan
ditentukan dari ukuran yang pas dan cara pemakaianna (dan pelepasannya)
yang benar. Ukuran yang terlalu besar berisiko longgar dan terlepas, terlalu
sempit berisiko mudah sobek. Memakainya terlambat di tengah-tengah sesi
bercinta dapat meningkatkan risiko hamil di luar rencana, terlalu cepat juga
tidak akan efektif. Banyak pula kesimpangsiuran tentang cara pakai kondom
yang sebenarnya keliru, seperti memakai kondom doble atau kondom di pakai
untuk dua kali penetrasi, yang dapat meningkatkan risiko kehamilan dan
penularan penyakit.
45
3. Suntik Hormon
Suntik KB untuk Pria tergolong sebagai kontrasepsi modern yang baru digarap
dalam beberapa tahun belakangan ini. Suntik KB Pria ini berisi hormon
testosteron sintetis dan progestin (hormon wanita sintetis), untuk disuntikkan
setiap 8 minggu sekali. Tujuan dari suntik KB Pria adalah untuk menurunkan
kadar testosteron alami dalam tubuh Pria untuk menekan proses pematangan
sperma-sperma Muda. Terapi hormon adalah terapi yang dinilai cukup aman
dan efektif untuk dilakukan, karena bersifat sementara atau bisa kembali ke
keadaan semula, karena tidak menyebabkan kemandulan permanen seperti
pada vasektomi. Metode kontrasepsi ini akan menjadi jalan keluar bagi
pasangan di mana pihak perempuannya tidak bisa melakukan kontrasepsi
sendiri karena alasan kesehatan tertentu. Sampai sejauh ini, suntik KB untuk
pria masih bersifat eksperimental terbatas. Maka biaya untuk mendapatkannya
pun cukup mahal. Selain itu, layaknya pil KB wanita, suntik KB Pria
juga harus tepat waktu agar efektivitas kontrasepsi tetap terjaga. Beberapa
penelitian menyebutkan cara hormonal ini juga dapat memengaruhi nafsu seks
Pria. Metode kontrasepsi dengan hormon tidak bisa melindungi dari penularan
penyakit seksual.
4. Vasektomi
Vasektomi adalah pilihan kontrasepsi Permanen. Untuk melakukan vasektomi,
dokter bedah akan melubangi buah zakar Anda untuk menarik saluran vas
(saluran penyalur sperma), memotongnya, dan kemudian mengikat kedua
ujungnya sebelum menutup kembali buah zakar Anda dengan jahitan. Proses
ini menyebabkan sperma tidak bisa bercampur lagi dengan Air Mani. Apabila
pasangan sudah yakin tidak ingin punya anak atau tidak ingin menambah
keturunan lagi, vasektomi merupakan cara paling efektif untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Lebih dari 99 persen kasus vasektomi terjamin efektif
untuk mencegah kehamilan. Vasektomi tidak akan menurunkan kadar
testosteron, mengganggu gairah seks, kemampuan untuk ereksi, orgasme,
maupun ejakulasi sehingga Anda masih bisa berhubungan seks seperti biasa
tanpa khawatir kebobolan Vasektomi adalah prosedur operasi, sehingga dapat
muncul beberapa komplikasi dan efek samping umum, misalnya perdarahan,
46
infeksi, dan rasa tidak nyaman setelah tindakan tersebut dilakukan. Namun hal
ini dapat ditangani dengan mudah. Anda juga harus tetap menggunakan metode
kontrasepsi lain sampai tiga bulan setelah vasektomi, karena masih mungkin
ada sisa-sisa sperma yang mengapung di sekitar ujung bukaan vas yang dapat
menyebabkan kehamilan (mungkin kecil peluangnya, namun tidak mustahil).
Vasektomi tidak dapat melindungi Anda dari penyakit seks menular.
47
klinik baik dengan menggunakan cara yang sama maupun cara atau alat
yang berbeda (Hartanto, 2004).
3. Aseptor Aktif (Curent User-CU)
Pasangan usia subur yang pada saat ini masih menggunakan salah satu
cara atau alat kontrasepsi (Hartanto, 2004).
4. Aseptor Aktif Kembali
Pasangan usia subur yang telah berhenti menggunakan cara atau alat
kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi oleh suati
kehamilan dan kembali menggunakan alat kontrasepsi baik dengan cara
yang sama maupun terganti cara setelah berhenti atau istirahat paling
kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil (Hartanto,
2004).
2.3.3 Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang telah
matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan (Suratun, 2008).
Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2005). (Suratun, 2008), juga
mengemukakan bahwa KB adalah tindakan membantu pasangan suami dan
istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang sangat diinginkan mengatur interval antara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan umur ibu
serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah suatu cara untuk
mencegah terjadinya konsepsi dalam menggunakan alat atau obat-obatan
yang bertujuan untuk mengatur jumlah anak dan jarak waktu kelahiran
(Mochtar, 2002).
48
2.4 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2014: 41).
Tingkat pengetahuan
suami tentang
kontrasepsi pada pria
dalam kriteria
- Baik : 76-100%
- Cukup : 56-75%
Keterangan:
- Kurang : ≤ 55%
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berpengaruh
: Berhubungan
49
2.5 Penelitian Terkait
Tabel 2.1: Pengaruh Augmentative and Alternative Communication terhadap Komunikasi dan Depresi Pasien
Afasia Motorik.
Populasi Tindakan yang diberikan Hasil penelitian Desain penelitian
penelitian dan uji statistic
yang digunakan
Pasien Pemberian AAC dapat Hasil penelitian dengan Penelitian ini
stroke yang membantu pasien afasia menggunakan media gambar menggunakan desain
mengalami untuk berkomunikasi dengan (orientasi tugas menyeleksi penelitian kuasi
afasia dan perawat dan keluarga untuk gambar, penamaan objek, eksperimen dengan
depresi di mengekspresikan menjelaskan dan mengenalkan pendekatan post test
RSUD kebutuhannya, sehingga hubungan antara kedua item) pada non equivalent control
Tasik AAC dapat menjadi dua kelompok dengan durasi yang group, dengan jumlah
Malaya pengganti komunikasi berbeda (5 jam dan 2 jam) selama sampel 11 orang
verbal seseorang. AAC 12 minggu, menunjukkan kelompok kontrol dan
banyak memberikan perbedaan yang signifikan 10 orang kelompok
keuntungan, seperti terhadap kemampuan berbahasa intervensi yang
meningkatkan kemampuan pada kelompok standar dengan ditetapkan dengan
bahasa dan berkomunikasi. waktu 2 jam (p = 0.002 teknik consecutive
dibandingkan dengan kelompok sampling. Kriteria
intensif dengan waktu 5 jam (p > inklusi sampel
0.05). penelitian antara lain:
pasien yang
didiagnosa strok
hemoragik dan non
hemoragik yang
mengalami afasia
motorik
Sumber: Amila, Ratna Sitorus, Tuti Herawati pada tahun 2017.
17
17
Tabel 2.2: Pengaruh terapi aiueo terhadap kemampuan bicara pada pasien stroke yang mengalami afasia motorik.
18
Tabel 2.3: Efektifitas terapi aiueo dan terapi the token test terhadap kemampuan berbicara pasien stroke yang
mengalami afasia motoric 18
19 19
BAB 3
METODE PENELITIAN
20
yang sama, dengan kata lain peneliti menormalisasikan data jika diperlukan dan
memungkinkan. Dan tahap terakhir adalah menganalisis data sekunder tersebut.
Sumber data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari website antara
lain;
https://kalteng.bps.go.id/publication.html
http://kesmas.kemkes.go.id/
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/
http://garuda.ristekdikti.go.id http://id.portalgaruda.org/?
ref=browse&mod=viewjournal&journal=422
21
Pria. Dimana Peneliti hanya memfokuskan pada 1 variabel yang berkaitan
dengan topik penelitiannya.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah kegiatan ketika beberapa informasi atau jurnal
penelitian terdahulu dapat disusun oleh peneliti untuk menggambarkan dalam
bentuk narasi lengkap, sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan untuk
penelitiannya. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk
catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan yang disusun
menggunakan Bahasa yang mudah dipahami.
Pada penelitian ini penyajian datanya dalam bentuk narasi dan grafik, yang
menjelaskan mengenai tingkat pengetahuan suami terhadap aseptor
kontrasepsi pada pria dari beberapa jurnal penelitian terdahulu dan data dari
profil kesehatan Kalimantan Tengah.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang memberikan penjelasan dari
sebuah rumusan masalah sehingga diketahui tindakan apa yang harus
dilakukan. Kesimpulan ini bersifat sementara karena akan terus berkembang
sejalan dengan penelitian baru dikedepannya.
Pada penelitian ini, akan menarik kesimpulan mengenai bagaimana tingkat
pengetahuan suami tentang kontrasepsi pada pria, sehingga peneliti akan
memberikan opininya terkait data sekunder yang diperoleh. Selanjutnya
peneliti akan dapat menyimpulkan pendapatnya pada kesimpulan dan saran.
3.4 Keterbatasan
Hambatan yang dirasakan oleh peneliti selama proses penyusunan
penelitian ini antara lain :
1. Terbatasnya jaringan internet di tempat peneliti mengumpulkan data sekunder.
2. Peneliti perlu lebih mendalami lagi mengenai pengumpulan data sekunder.
3. Kurangnya literatur buku-buku terkait topik penelitian yang ingin diteliti.
4. Peneliti perlu memahami kembali cara mencari data di website.
22
Bagian Akhir
23
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707
Foto
3x4
Boleh di scan
NAMA :
NIM :
JUDUL PROPOSAL :
PEMBIMBING :
Lembar Konsultasi
24
KEGIATAN BIMBINGAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
N Tanda Tangan
Hari/Tgl/ Waktu Catatan Pembimbing Mahasiswa Pembimbing
o
1. Senin, 15 Juni 1. Jangan lupa nomor halaman di Jovi Dewi A.
2020 tambahkan
2. Tambahkan teori lagi tentang
Pukul : 17.00 wib 2.3.4 JENIS ALAT
KONTRASEPSI PADA PRIA
(Jelaskan kontrasepsi yang
diberikan pada suami antara
lain apa saja).
2.3.5 FAKTOR PENYEBAB
RENDAHNYA
PENGGUNAAN
KONTRASEPSI PRIA
3. Cari sumber terbaru, minimal
5 tahun terakhir (2016-2020)
4. Rapikan pengetikan anda.
5. Cari Jurnal Penelitian
terdahulu untuk data
sekundermu.
6. Segera revisi dalam waktu 3
hari kedepan, dan kimkan
kembali kepada pembimbing
untuk di koreksi.
25