Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL

TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI


TENTANG KONTRASEPSI PADA PRIA

(PENELITIAN DESKRIPTIF)

OLEH :
JOVI LESMANA
NIM : 2017.B.18.0475

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
EKA HARAP PALANGKA RAYA
TAHUN 2020

xi
PROPOSAL

TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI


TENTANG KONTRASEPSI PADA PRIA

(PENELITIAN DESKRIPTIF)

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Ujian Sidang Proposal Dan Melanjutkan
Penelitian Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap
Palangka Raya

OLEH :
JOVI LESMANA
NIM : 2017.B.18.0475

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
EKA HARAP PALANGKA RAYA
TAHUN 2020

xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Foto Berwarna
Menggunakan
Seragam
Almamater
Ukuran 3 X 4

Boleh di scan

Nama : Rahmadianoor
Tempat, Tanggal Lahir : Palangka Raya, 16 Juni 1999
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat Rumah : Desa Pilang
No. Hp : 081255457564
Email : Rahmadianoor1999@Gmail.com
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2006-2011 : SDN 2, Jabiren Raya, Kecamatan Jabiren Raya.
2. Tahun 2011-2014 : SMPN 1, Jabiren Raya, Kecamatan Jabiren Raya.
3. Tahun 2014-2016 : SMAN1, Jabiren Raya, Kecamatan Jabiren Raya.
4. Tahun 2016-2020 : STIKES Eka Harap Palangka Raya Program
Studi Sarjana Keperawatan

Identitas Orang Tua


Ayah : MIHING
Pekerjaan : PNS (Pengawas SMP-SMA)
Ibu : NURMAH
Pekerjaan : PNS (Kepala Sekolah SMP)

xiii
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN PROPOSAL BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Jovi Lesmana

NIM : 2017.B.18.0475

Program Studi : Diploma Tiga Keperawatan

Judul Proposal : Tingkat Pengetahuan Suami Tentang Kontrasepsi Pada

Pria

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis tersebut secara


keseluruhan adalah murni karya saya sendiri, bukan dibuat oleh orang lain,
baik sebagian maupun keseluruhan, bukan plagiasi sebagian atau
keseluruhan dari karya tulis orang lain, kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sebagai sumber pustaka sesuai dengan aturan penulisan yang berlaku.
Apabila di kemudian hari didapatkan bukti bahwa karya tulis saya tersebut
merupakan hasil karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan dan atau
plagiasi karya tulis orang lain, saya sanggup menerima sanksi peninjauan
kembali kelulusan saya, pembatalan kelulusan, pembatalan dan penarikan
ijazah saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh dan tanpa
paksaan dari pihak manapun. Atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Palangka Raya, 29 Januari 2020

Tanda Tangan di
atas matrei,
kemudian di scan

JOVI LESMANA

xiv
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Tingkat Pengetahuan Suami Tentang Kontrasepsi Pada Pria

Nama : Jovi Lesmana

NIM : 2017.B.18.0475

Proposal ini telah disetujui untuk diuji


Tanggal, 29 Januari 2020

Pembimbing

Dewi Apriliyanti, Ners, M.Kep

xv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI PROPOSAL

Judul : Tingkat Pengetahuan Suami Tentang Kontrasepsi Pada Pria

Nama : Jovi Lesmana

NIM : 2017.B.18.0475

Proposal Ini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji


Pada Tanggal, 29 Januari 2020

PANITIA PENGUJI

Ketua : Septian Mugi Rahayu, Ners,M.Kep (……………..)

Anggota : Dewi Apriliyanti, Ners, M.Kep (……………..)

Mengetahui,
Ketua Unit Pengelola
Program Studi Diploma Tiga Keperawatan,

Dewi Apriliyanti, Ners, M.Kep

xvi
PENGESAHAN PROPOSAL

Judul : Tingkat Pengetahuan Suami Tentang Kontrasepsi Pada Pria

Nama : Jovi Lesmana

NIM : 2017.B.18.0475

Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji
Pada Tanggal, 06 Febuari 2020

PANITIA PENGUJI

Ketua : Septian Mugi Rahayu, Ners,M.Kep (……………..)

Anggota : Dewi Apriliyanti, Ners, M.Kep (……………..)

Mengetahui,

Ketua STIKES Eka Harap Ketua Unit Pengelola


Palangka Raya, Diploma Tiga Keperawatan,

Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes Dewi Apriliyanti, Ners, M.Kep

xvii
MOTTO

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, Tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah
Dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Damai sejahtera Allah, yang melampaui
segala akal, akan memelihara
hati dan pikiranmu dalam
Kristus Yesus
( Filipi 4:6-7 )

xviii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah

ini. Penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya. Penulis menyadari bahwa,

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini, maka peneliti tidak dapat menyelesaikan laporan ini

dengan sempurna. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. DR. dr. Andryansah Arifin MPH Sebagai Ketua Yayasan Eka Harap yang telah

menyediakan sarana dan prasarana kepada penulis dalam mengikuti pendidikan

di STIKES Eka Harap Palangka Raya.

2. Maria Adelheid Ensia, S,Pd., M.Kes selaku ketua STIKES Eka Harap Palangka

Raya atas dukungannya kepada penulis dalam menuntut Ilmu Keperawatan dan

perkembangannya.

3. Dewi Apriliyanti, Ners, M.Kep selaku Ketua Unit Pengelola Program Studi

Diploma Tiga Keperawatan di STIKES Eka Harap Palangka Raya dan sebagai

dosen pembimbing Proposal Karya Tulis Ilmiah yang telah menyediakan

waktu, tenaga, serta pikiran dalam membimbing penulis untuk menyusun

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Septian Mugi Rahayu, Ners, M.Kep selaku penguji yang telah menyediakan

waktu dan memberi masukkan dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah

ini.

xix
5. Mardiono, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang sudah banyak

memberikan saran serta semangat kepada penulis selama menempuh

pendidikan di STIKES Eka Harap Palangka Raya.

6. Para dosen dan Staf STIKES Eka Harap Palangka Raya yang tidak dapat di

sebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis dalam menuntut ilmu.

7. Kedua orang tua, saudara, keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu

mendukung, mendoakan, dan memberikan kasih sayang serta semangat kepada

penulis selama ini.

8. Seluruh teman khususnya Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Angkatan

XVIII dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga bantuan serta budi baik yang telah diberikan kepada penulis,

mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Besar harapan penulis agar

Proposal Karya Tulis Ilmiah akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 27 Januari 2020

Penulis

DAFTAR ISI

xx
HALAMAN JUDUL
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iv
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................v
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................vii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI..................................................................viii
KATA PENGANTAR...........................................................................................ix
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR BAGAN...............................................................................................xiv
DAFTAR DIAGRAM..........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan penelitian............................................................................................4
1.4 Manfaat penelitian..........................................................................................4
1.4.1 Manfaat teoritis...............................................................................................4
1.4.2 Manfaat praktik...............................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep dasar stroke........................................................................................6
2.1.1 Defenisi Stroke...............................................................................................6
2.1.2 Jenis- Jenis Stroke...........................................................................................6
2.1.3 Etiologi...........................................................................................................6
2.1.4 Tanda Dan Gejala...........................................................................................7
2.1.5 Penatalaksanaan Medis...................................................................................7
2.1.6 Patofisiologi Stroke........................................................................................8
2.2 Konsep dasar Kerusakan Komunikasi Verbal (Afasia)..................................9
2.2.1 Defenisi Kerusakan Komunikasi Verbal........................................................9
2.2.2 Tanda dan gejala kerusakan komunikasi verbal atau afasia...........................9
2.2.3 Terapi yang dapat digunakan untuk penderita afasia....................................10
2.2.4 Etiologi pada pasien afasia...........................................................................10
2.2.5 Klasifikasi kerusakan komunuikasi verbal atau afasia.................................10
2.3 Konsep Dasar Terapi Huruf Vokal...............................................................12
2.3.1 Defenisi Terapi Huruf Vokal atau terapi AIUEO.........................................12
2.3.2 Teknik terapi AIUEO...................................................................................12
2.3.3 Prosedur Tindakan Terapi AIUEO...............................................................12
2.3.4 Tujuan Terapi AIUEO..................................................................................13
2.3.5 Indikasi Terapi AIUEO.................................................................................13
2.3.6 Skala komunikasi fungsional Derby............................................................13
2.3.7 Langkah-Langkah Kerja...............................................................................16
2.4 Kerangka Konsep .........................................................................................16
2.5 Penelitian Terkait .........................................................................................17

xxi
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Perancangan Penelitian.................................................................................22
3.2 Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................23
3.3 Teknik Analisis Data ...................................................................................24
3.4 Keterbatasan ................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xxii
DAFTAR TABEL

2.1 Penelitian Terkait..................................................................................17

xxiii
DAFTAR BAGAN

Halaman
2.1 Kerangka konsep Pengaruh Terapi Huruf Vokal Terhadap
Kemampuan Komunikasi Verbal Klien Dengan Stroke................
.......................................................................................................18

3.1 Kerangka Kerja Pengaruh Terapi Huruf Vokal Terhadap


Kemampuan Komunikasi Verbal Klien Dengan Stroke................
.......................................................................................................21

xxiv
DAFTAR DIAGRAM

Halaman
4.1 Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin.....................
.......................................................................................................43

4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan...........................


.......................................................................................................44

xxv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keterangan Pengajuan Judul Penelitian Mahasiswa


Lampiran 2 : Surat Ijin Melakukan Survey Pendahuluan Dan Pengumpulan Data
Di Rekam Medik Dan Ruang Nusa Indah.
Lampiran 3 : Lembar Konsultasi

26
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan jumlah penduduk diseluruh dunia masih berlangsung
hingga saat ini, terutama di Indonesia mendapati urutan ke 4 negara yang
penduduknya lebih banyak didunia dengan jumlah 249 juta penduduk (Badan
Pusat Statistik, 2012). Program Keluarga Berencana (KB) merupakan
program untuk pengendalian penduduk melalui pengaturan kelahiran.
Kontrasepsi yang ideal untuk program KB tersebut adalah kontrasepsi yang
berdayaguna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan
motivasi terus-menerus, dan efek samping minimal. Pada saat ini telah
banyak beredar berbagai macam alat kontrasepsi, dimana kontrasepsi tersebut
antara lain; Intra Uterine Device (IUD), Implant, kondom, suntik, metode
operatif untuk wanita (MOW), metode operatif untuk pria (MOP) dan
kontrasepsi pil alat kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat yaitu aman
pemakaiannya dan dapat dipercaya, tidak ada efek samping yang merugikan,
lama kerjanya dapat diatur keinginan, tidak mengganggu hubungan seksual,
harganya murah dan dapat diterima oleh pasangan suami istri (BKKBN,
2011). Kontrasepsi pada pria, hingga saat ini masih menjadi masalah utama
yang hambatannya antara lain; masih banyak Pasangan Usia Subur (PUS)
yang masih belum menggunakan alat kontrasepsi karena kurang memahami
manfaat dari alat kontrasepsi tersebut. Tingkat pengetahuan menjadi masalah
utama pada pasangan suami dan istri yang berdampak pada penyebab suami
tidak bersedia menggunakan alat kontrasepsi tersebut, hal ini dapat ditinjau
dari berbagai segi yaitu pelayanan KB, kesediaan alat kontrasepsi,
penyampaian konseling, informasi, edukasi dan hambatan budaya. Hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 sampai 2018
menunjukan alasan terbanyak yang dikemukakan pria tidak menggunakan
alat kontrasepsi adalah fertilitas. Alasan lain yang banyak dikemukakan
selain fertilitas adalah efek samping, dimana pasangan yang menolak dan
berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi. Di UPT Puskesmas Menteng

27
1
Palangka Raya masih banyak suami yang mengatakan jarang menggunakan
alat kontrasepsi dan masih belum memahaminya.
Menurut World Health Organisation (WHO) menyebutkan jumlah
dewasa hampir 380 juta pasangan menjalankan program Keluarga Berencana
dan 66 –75 juta diantaranya, terutama di Negara berkembang, menggunakan
kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal yang digunakan untuk
mencegah terjadi kehamilan dapat memiliki pengaruh positif maupun negatif
terhadap berbagai organ tubuh, baik organ genitalia maupun non genitalia
(Baziad, 2008). Laki-laki yang memakai alat kontrasepsi jumlah pada tahun
2015 sejumlah 248,4 juta orang. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
bahwa pada tahun 2016, sebanyak 28,55 juta (11,47). Secara nasional,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2017 sebesar 73,29
masih masuk kategori sedang (50-80). Sementara di negara berkembang
khususnya di Indonesia, laki–laki yang memakai alat kontrasepsi masih
sangat rendah, terlihat dari keikutsertaan yang baru mencapai sekitar 1,1%
kontrasepsi modern dan 1,8% kontrasepsi alamiah. Dan hasil SDKI tahun
2017 kesertaan Kontrasepsi pria 1,8% dan hasil SDKI tahun 2018 sebesar
1,9% (BKKBN, 2018). Dan sebesar 16% perempuan kawin tidak
menggunakan alat metode kontrasepsi karena suami tidak setuju. Sementara
diketahui jumlah istri sebagai akseptor KB dengan rincian IUD 8,1%, Pil
15,4%, Suntik 21,1%, Implant 6% dan MOW 3% (BKKBN, 2018). Di
Indonesia tercatat orang yang memakai alat kontrasepsi hampir 41% yang
hanya tahu akan kegunaan dan manfaat alat kontrasepsi tersebut. Hasil survei
pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Desember 2019 di UPT
Puskesmas Menteng diperoleh dari 5 orang pria, didapatkan 4 orang tidak
pernah menggunakan alat kontrasepsi bagi pria dan tidak tahu manfaatnya,
sedangkan satu orang lainnya kadang menggunakan alat kontarsepsi berupa
kondom.
Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan setelah hubungan
intim, yang bertujuan untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi
kehamilan. Di negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki jumlah
penduduk besar mendukung alat kontrasepsi untuk mengendalikan

28
pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Pemilihan alat kontrasepsi yang tepat dapat membantu wanita untuk
mencegah kehamilan kebanyakan metode kontrasepsi efektif. Jika digunakan
dengan tepat, jenis alat kontrasepsi ada dua, pertama alat kontrasepsi tanpa
alat bantu metode kontrasepsi efektif tanpa alat bantu juga disebut (KB)
sistem kelender atau abtinesia dengan alat bantu kontrasepsi memungkinkan
sperma dan sel telur tidak dapat bertemu. sementara yang kedua bisa
dilakukan dengan kondom banyak sekali varian kondom yang bisa
disesuaikan dengan pasangan salah satunya kondom yang lebih intens dengan
alat kontrasepsi ini. Pemakaian kontrasepsi bersifat permanen dan tidak
permanen, untuk jenis yang tidak permanen kontrasepsi ini memungkinkan
pasangan untuk mendapatkan kembali anak apabila diinginkan alat tersebut
berguna untuk menekan angka kelahiran yang dirancang untuk menjaga
kestabilan dan kesejahteraan ekonomi dan sosial setiap penduduknya selain
alat kontrasepsi ada juga program yang telah di atur dalam UU No 10 Tahun
1992 yaitu (KB) yang sering dikenal dengan seruan (dua anak lebih baik),
selain itu program (KB) Juga punya manfaat dari segi medis yaitu diantaranya
untuk menurunkan angka kematian ibu, mengurangi angka kematian bayi,
dan membantu mencegah penyakit HIV/AIDS karena itu penggunaan alat
kontrasepsi menjadi cara yang paling tepat untuk digunakan namun pria tidak
bisa memilih alat kontrasepsi secara sembarangan. Hal yang terjadi yang
terjadi pada tahun 2011-2012 banyak suami yang tidak menggunakan aseptor
kontrasepsi pada pria sehingga menggakibatkan kehamilan yang tidak
diinginkan terjadi dan menambah angka kelahiran akibat ketidaktahuan
mereka.
Untuk mengatasi hal tersebut suami dapat meningkatkan tingkat
pengetahuannya melalui pendidikan kesehatan dalam upaya mengontrol
angka kelahiran yang tidak diinginkan. Promosi kesehatan yang intensif
tentang faktor yang terkait dengan aseptor kontrasepsi perlu diberikan oleh
petugas kesehatan. Promosi kesehatan tersebut perlu dilakukan secara
berkesinambungan baik dalam bentuk penyuluhan langsung atau melalui
media lainnya, seperti pamflet atau leaflet agar dapat dilakukan pencegahan

29
dan terkait alat kontrasepsi. Melihat latar belakang di atas, peneliti tertarik
meneliti Tentang “Tingkat Pengetahuan Suami tentang Kontrasepsi pada
Pria.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik sebuah rumusan
masalah yaitu” Bagaimana tingkat pengetahuan suami tentang kontrasepsi
pada pria?”

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan suami
tentang Kontrasepsi pada Pria.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan
ilmu dibidang kesehatan dan pelayanan keperawatan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan dalam teknologi informasi agar
selalu update, sehingga perawat dapat menunjukkan sikap profesional
dalam melaksanakan penelitian.
1.4.2.2 Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan sebagai
pengalaman penulis dalam melaksanakan penelitian sekunder sehingga
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian atau informasi
tambahan untuk peneliti selanjutnya.

30
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan


2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah sesuatu yang
diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi
berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana
informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya. Pengetahuan adalah
informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang (Agus,
2013).

2.1.2 Proses terjadinya Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi
proses sebagai berikut:
1. Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (obyek).
2. Merasa (Interest), tertarik terhadap stimulasi atau obyek tersebut disini sikap
obyek mulai timbul.
3. Menimbang-nimbang (Evaluation), terhadap baik dan tidaknya stimulasi
tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (Trial), dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki.

6 31
5. Adaptasi (Adaption), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulasi.

2.1.3 Tingkat Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
2.1.3.1 Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima. Oleh
sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.
2.1.3.2 Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar tentang objek yang dilakukan dengan menjelaskan,
menyebutkan contoh dan lain-lain.
2.1.3.3 Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain.
2.1.3.4 Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
2.1.3.5 Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat

32
merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang
telah ada.
2.1.3.6 Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakuksan penilaian
terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Dari teori tingkat pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengetahauan memiliki 6 tingkatan pengetahuan dimana tingkat pengetahuan
tersebut diantaranya tingkat pertama tahu setelah mendapatkan pengetahuan,
tingkat kedua memahami pengetahuan yang didapatkan, tingkat ketiga dapat
mengaplikasikanpengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, tingkat keempat
mampu menjabarkan suatu materi atau menganalisis, tingkat kelima dapat
mensintesis atau menunjukan kemampuan untuk meringkas suatu materi, dan
tingkat pengetahuan yang keenam seseorang mempunyai kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi.

2.1.4 Jenis Pengetahuan


Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan
sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan.
Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut:
2.1.4.1 Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata,
seperti keyakinan pribadi, persfektif, dan prinsip. Biasanya pengalaman seseorang
sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.
Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa
tidak disadari. Contoh seseorang mengetahui tentang bahaya merokok bagi
kesehatan, namun ternyata ia merokok.
2.1.4.2 Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan
atau tersimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.
Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan

33
dengan kesehatan. Contoh seseorang yang telah mengetahui bahaya merokok bagi
kesehatan dan ia tidak merokok (Agus, 2013).

2.1.5 Cara Memperoleh Pengetahuan


Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal
dari berbagai macam sumber, misalnya: media massa, media elektronik, buku
petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya.
Menurut Notoatmodjo (2012), dari berbagai macam cara yang telah di
gunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat
dikelompokkan menjadi dua yakni:
2.1.5.1 Cara tradisional atau non ilmiah
Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :
1. Trial and Error
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang menghadapi persoalan
atau masalah, upaya yang dilakukan hanya dengan mencoba-coba saja. Cara coba-
coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka di coba
kemungkinan yang lain sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut dengan
metode Trial (coba) dan Error (gagal atau salah atau metode coba salah adalah
coba-coba).
2. Kekuasaaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan tradisi
yang dilakukan oleh orang, penalaran, dan tradisi-tradisi yang dilakukan itu baik
atau tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,
melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan - kebiasaan ini seolah-
olah diterima dari sumbernya berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber
pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal
maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya.
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik“. Pepatah
ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan

34
atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan.
4. Jalan pikiran
Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat manusia cara
berpikir umat manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain,
dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menjalankan jalan
pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada
dasarnya adalah cara melahirkan pemikiran secara tidaklangsung melalui
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.
2.1.5.2 Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis
dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir induktif bahwa
dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi
langsung, membuat catatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang
diamati (Notoatmodjo, 2012).

2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sebagai berikut:
2.1.6.1 Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun nonformal),
berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan semakin
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat mengenai kesehatan. Peningkatan pengetahuantidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan
nonformal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga mengandung dua

35
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek
positif dari objek yang diketahui, maka akan menumbuhkan sikap makin positif
terhadap objek tersebut.
2.1.6.2 Informasi/media massa
Informasi adalah adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang
menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu, informasi juga
dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi).
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Berkembang nya teknologi akan
menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sehingga sarana komunikasi,
berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-
lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan
orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, mediamassa juga
membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
2.1.6.3 Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik,
terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
2.1.6.4 Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang
akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk
kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.

36
2.1.6.5 Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
2.1.6.6 Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional, serta dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manisfestasi dari keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang
kerja.
2.1.6.7 Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup
adalah sebagai berikut:
1. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai
semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.
2. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua
karena telah mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat
diperkirakan IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya
pada beberapa kemampuan yang lain, seperti kosa kata dan pengetahuan

37
umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun
cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Agus, 2013).

2.1.7 Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau
responden (Budiman, 2013:8). Pengukuran dapat dilakukan dengan memberikan
seperangkat alat tes atau kuesioner tentang objek pengetahuan yang akan diukur
dari subjek penelitian atau responden. Selanajutnya dilakukan penelitian dimana
setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan beri nilai 1 dan jika salah
diberi nilai 0.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban
dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya
berupa presentase dengan rumusan yang digunakan yang digunakan sebagai
berikut;
Nilai:
N=
Sp
x 100 %
Sm
Dimana: N = Niilai pengetahuan
Sp = Skor yang didapat
Sm = Skor tertinggi maksimum
Sedangkan penekanan kategori penelitian dinilai sebagai berikut:
1. Jika pertanyaan dijawab benar oleh responden termasuk kategori baik: ≥ 76-
100%
2. Jika pertanyaan dijawab benar oleh responden termasuk kategori cukup: 56-
75%
3. Jika pertanyaan dijawab benar oleh responden termasuk kategori kurang baik:
≤ 55%. (Sulistyaningsih, 2012:83).

38
2.2 Konsep Dasar Teori Suami
2.2.1 Pengertian Suami
Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami
terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri kepada
kebenaran, kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta
menyantuni dengan baik (Harymawan, 2012). Kamus besar bahasa Indonesia
mengartikan bahwa Suami adalah Pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang
wanita (istri) yg telah menikah. Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari
anak-anak), suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu
keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami
sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai
motivator dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk
merencanakan keluarga (chaniago, 2012). Peran adalah perangkat tingkah yg
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2008).
Peran juga merupakan suatu kumpulan norma untuk perilaku seseorang dalam
suatu posisi khusus, seperti seorang istri, suami, anak, guru, hakim, dokter,
perawat, rohanian, dan sebagainya (Marasmis, 2014). Jadi yang dimaksud dengan
peran Suami adalah perangkat tingkah yang dimiliki oleh seorang lelaki yang
telah menikah, baik dalam fungsinya di keluarga maupun di masyarakat. Menurut
BKKBN (2007). Peran dan Tanggung Jawab Pria dalam kesehatan reproduksi
khususnya pada Keluarga Berencana(KB), sangat berpengaruh terhadap
kesehatan.

2.2.2 Bentuk Peran Suami


1. Menyimak informasi tentang kehamilan dapat membantu suami dalam
mengontrol perubahan fisik dan psikologis ibu selama hamil. Jika suami
menginginkan jenis perawatan yang diinginkan selama hamil, suami perlu
mencari informasi dan mendiskusikan kehamilan dengan tenaga kesehatan.
Berbagai informasi mengenai kehamilan bisa didapat dari buku, majalah,
koran, tabloid, tenaga kesehatan, atau situs kehamilan di internet. Dengan
mengetahui akar masalah yang terjadi maka ibu bisa lebih tenang dalam
menjalani kehamilan yang sehat. Ibu jadi tahu mana yang sesuai dengan

39
kondisinya atau tidak. Sebaliknya, jika tidak berusaha mencari tahu tentang
kehamilan, tidak mustahil akan timbul berbagai perasaan yang mungkin saja
sangat mengganggu kondisi psikis (Nolan, 2014).
2. Kontrol bisa dilakukan pada dokter atau bidan. Saat konsultasi, ibu bisa
menanyakan tentang kondisi dirinya dan bayi dalam kandungan. Biasanya, bila
ibu perlu penanganan lebih serius, dokter atau bidan akan menganjurkan ibu
untuk menemui psikolog atau psikiater yang dapat membantu kestabilan emosi.
Mengantar ibu kontrol ke dokter, ini penting karena suami harus tahu apa yang
terjadi pada istri. Kalau ada keluhan-keluhan dan informasi-informasi penting
seputar kehamilan suami juga harus tahu, agar lebih memahami apa yang
dirasakan oleh sang istri. Antenatal care merupakan salah satu tindakan
skrining pada ibu hamil untuk mencegah komplikasi selama kehamilan dan
persalinan nanti (Yohana, 2012).
3. Perhatian Suami yang diberikan oleh Suami bisa membangun kestabilan emosi
Ibu. Misalnya, Ibu bisa saja meminta Suami untuk menemaninya berkonsultasi
ke dokter atau bidan agar merasa lebih nyaman karena ada perhatian dari
pasangan. Suami dapat memberikan perhatian terhadap keluhan-keluhan yang
dirasakan oleh ibu hamil. Perhatian suami dapat dilihat dari membantu ibu
dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, mengelus dan memijat
punggung ibu. Mengelus perut yang menunjukkan perhatian pada ibu dan bayi
yang dapat membangun kestabilan emosi (Yohana, 2013).
4. Jalin Komunikasi sangat dibutuhkan untuk membantu hubungan dengan ibu
hamil. Komunikasi yang baik yaitu dengan dua arah dimana Suami tidak
mendominan semua pembicaraan. Setiap ada masalah Suami meminta
pendapat ibu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jangan pernah menutupi
perubahan dan keluhan yang terjadi pada saat kehamilan, tetapi komunikasikan
dengan Suami. Dengan begitu diharapkan Suami bisa berempati dan mampu
memberi dukungan psikologis yang dibutuhkan. Dukungan dari lingkungan,
terutama suami, sangat berpengaruh terhadap kekhawatiran ibu dalam
menjalani kehamilan. Sebaliknya, perasaan ibu yang dipendam sendiri tidak
akan membawa perubahan. Suami tetap tidak acuh dan masalah ibu jadi
berkepanjangan (Nolan, 2013).

40
5. Perhatikan kesehatan Tubuh yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai
perubahan, termasuk perubahan psikis. Kondisi ini bisa terwujud dengan
berolahraga ringan dan memperhatikan asupan gizi. Suami siaga harus siap
ketika sewaktu-waktu istri mengalami keluhan sehubungan dengan
kehamilannya. Suami yang tenang bisa membuat istri jadi ikut tenang. Suami
siaga harus lebih perhatian mengingatkan dan membantu istrinya untuk kontrol
teratur, mengingatkan waktu untuk kunjungan ulang. (Yohana, 2012).

2.2.3 Peran Suami Sebagai Motivator


Dalam melaksanakan Keluarga Berencana, dukungan Suami sangat
diperlukan. Seperti diketahui bahwa di Indonesia, keputusan Suami dalam
mengizinkan istri adalah pedoman penting bagi si istri untuk menggunakan alat
kontrasepsi. Bila Suami tidak mengizinkan atau mendukung, hanya sedikit istri
yang berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi tersebut. Dukungan Suami
sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau tidak
dan Metode apa yang akan dipakai.

2.2.4 Peran Suami Sebagai Edukator


Selain peran penting dalam mendukung mengambil keputusan, peran Suami
dalam memberikan informasi juga sangat berpengaruh bagi istri. Peran seperti
ikut pada saat konsultasi pada tenaga kesehatan saat istri akan memakai alat
kontrasepsi, mengingatkan istri jadwal minum obat atau jadwal untuk kontrol,
mengingatkan istri hal yang tidak boleh dilakukan saat memakai alat kontrasepsi
dan sebagainya akan sangat berperan bagi isri saat akan atau telah memakai alat
kontrasepsi. Besarnya peran suami akan sangat membantunya dan suami akan
semakin menyadari bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya urusan
wanita (istri).

2.2.5  Peran Suami Sebagai Fasilitator


Peran lain suami adalah memfasilitasi (sebagai orang yang menyediakan
fasilitas), memberi semua kebutuhan istri saat akan memeriksakan masalah
kesehatan reproduksinya. Hal ini dapat terlihat saat suami menyediakan waktu

41
untuk mendampingi istri memasang alat kontasepsi atau kontrol, Suami bersedia
memberikan biaya khusus untuk memasang alat kontrasepsi, dan membantu istri
menentukan tempat pelayanan atau tenaga kesehatan yang sesuai.

2.2.6   Peran Suami Dalam Keluarga Berencana


Menurut BKKBN (2007), peran atau partisipasi Suami dalam Keluarga
Berencana (KB), antara lain menyangkut :
1. Pemakaian alat kontrasepsi.
2. Tempat mendapatkan pelayanan.
3. Lama pemakaian.
4. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi.
5. Siapa yang harus menggunakan kontrasepsi.

2.2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Peran Suami


Menurut Kurniawan (2008) menyangkut struktur kekuasaan keluarga, ada
faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peran Suami meliputi:
1. Kelas sosial
Fungsi dari peran suami tentu dipengaruhi oleh tuntutan kepentingan dan
kebutuhan yang ada dalam keluarga suami sebagai kepala rumah tangga
diwajibkan harus siap dengan Tanggung Jawab yang di embannya.
2. Bentuk keluarga
Keluarga dengan orang tua tunggal jelas berbeda dengan orang yang masih
lengkap, demikian juga antara keluarga inti dengan keluarga besar yang
beragam dalam pengambilan keputusan dan kepentingan akan rawan konflik
peran, semakin banyak keluarga semakin banyak pula yang membantu kita
dalm berfikir, keputusan keluarga lebih baik dari keputusan individu.
3. Latar belakang keluarga
1) Kesadaran dan kebiasaan keluarga
Kesadaran merupakan titik temu atau equilibrium dari berbagai
pertimbangan dan perbandingan yang menghasilkan keyakinan. Kebiasaan
yang meningkatkan kesehatan yaitu: tidur teratur, sarapan setiap hari, tidak
merokok, tidak minum-minuman keras, tidak makan sembarangan, olah

42
raga, pengontrolan berat badan, segala bentuk kegiatan keluarga dimulai dan
diikat oleh suatu kebiasaan dan tradisi oleh pendahulunya.
2) Sumber daya keluarga
Sumber daya atau pendapatan keluarga merupakan penerimaan seseorang
sebagai imbalan atas semua yang telah dilakukan dengan tenaga atau pikiran
seseorang terhadap orang lain atau organisasi lain. Dalam pendapatan ada 2
metode yang dilakukan yaitu: KFM (Kebutuhan Fisik Minimum) dan KHM
(Kebutuhan Hidup Minimum), segala sesuatu dalam keluarga akan dihargai
jika semua pelaksanaanya dimumulai dengan niat dan kerja keras demi
keluarganya pula.
3) Siklus keluarga
Sesuai dengan fungsi keluarga yang sedang dialami juga merupakan hal
yang dapat mempengaruhi peran karena perbedaan kebutuhan dan
kepentingan. Di dalam siklus keluarga peran anggota berbeda misalnya ibu
berperan sebagai asah, asuh dan asih, ayah sebagai pencari nafkah dan anak
tugasnya adalah belajar dan menuntut ilmu.

   2.2.8.  Partisipasi Pria


Partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi adalah Tanggung Jawab Pria
dalam kesehatan reproduksi terutama dalam pemeliharaan kesehatan dan
kelangsungan hidup ibu dan anak, serta berprilaku seksual yang sehat dan aman
bagi dirinya, istri, dan keluarganya.
2.2.8.1 Faktor-Faktor Rendahnya Kontrasepsi Pria
Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya peserta Kontrasepsi pria antara lain:
1. Kondisi lingkungan sosial budaya.
2. Pengetahuan, kesadaraan Pasangan Usia Subur (PUS) dan keluarga dalam KB
Pria rendah.
3. Keterbatasan jangkauan (aksesibilitas) dan kualitas pelayanan KB Pria.
4. Dukungan politis dan operasional masih rendah di semua tingkatan.

43
2.2.8.2 Bentuk Dukungan Suami Terhadap Istri Dalam Menggunakan Alat
Kontrasepsi
1. Memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan
keinginan dan kondisi istrinya.
2. Membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar seperti
mengingatkan saat minum pil KB dan mengingatkan istri untuk kontrol.
Membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun komplikasi
dari pemakaian alat kontraspsi.
3. Mengantar istri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan.
4. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti tidak
memuaskan.
5 Membantu menghitung waktu subur, apabila menggunakan metode pantang
berkala.
6 Menggunakan kontrasepsi bila keadaan kesehatan istri tidak membaik.

2.2.8.3 Konsep Kontrasepsi Pada Laki-Laki


Alat kontrasepsi adalah suatu cara atau metode yang bertujuan untuk
mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan. Negara berkembang
seperti Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar mendukung alat
kontrasepsi untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk dan untuk
meningkatkan Kesejahteraan Keluarga salah satunya yang sering dipakai para
suami adalah Kondom selama ini dipandang sebagai satu-satunya kontrasepsi
untuk Pria yang ampuh mencegah kehamilan.
2.2.8.4 Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Untuk Laki-Laki (Suami)
1. Ejakulasi di luar
Senggama terputus (coitus interruptus), atau yang lebih dikenal dengan metode
ejakulasi di luar atau “keluar di luar”, adalah bentuk kontrasepsi Pria yang
tertua di dunia dan masih sering dipraktikkan hingga saat ini. Sekitar 35 juta
pasangan di seluruh dunia bergantung pada teknik ini untuk pencegahan
kehamilan darurat. Saat berhubungan seks, pria akan menarik penisnya kelu ar
dari dalam vagina ketika ia merasa akan ejakulasi atau sebelum mencapainya.
Ejakulasi akan dilakukan terpisah, di luar dan menjauhi vagina, dengan sangat

44
berhati-hati agar air mani tidak menetes atau tumpah ke vulva wanita.
Penerapan metode ini bebas hormon dan praktis, juga tidak membutuhkan
biaya sama sekali. Ejakulasi di luar efektif apabila ada komitmen bersama dari
kedua pihak. Menggunakan Metode senggama terputus membutuhkan
kemahiran pengendalian diri. Ejakulasi adalah refleks spontan dan tak ada pria
di dunia ini yang benar-benar bisa memastikan kapan ia akan orgasme dan
ejakulasi. Oleh karena itu, Anda tak benar-benar dapat memperkirakan secara
akurat di menit atau detik keberapa Anda harus tarik-keluar. Menurut Planned
Parenthood, 4 dari 100 wanita akan hamil dari Partner Pria yang selalu
menggunakan metode senggama terputus. Artinya, peluang hamil Anda adalah
empat persen dari metode ini. Persentase ini cukup tinggi dibandingkan dengan
tingkat kegagalan kondom yang hanya dua persen jika digunakan secara tepat.
Metode ini juga tidak mencegah penularan penyakit menular seksual meskipun
tidak terjadi kehamilan.
2. Kondom
Setelah ejakulasi di luar, kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi
modern yang tertua dalam sejarah. Catatan sejarah melaporkan bahwa kondom
tertua yang pernah ditemukan berasal dari tahun 1642, namun penggunaanya
itu sendiri sudah dimulai sejak 12.000 tahun lalu. Cara pakai kondom cukup
sederhana dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar. Kondom juga
banyak tersedia dan mudah dicari di pasaran. Jika digunakan dengan benar saat
melakukan hubungan seksual, efektivitas kondom mencapai 98 persen.
Selain mencegah kehamilan, kondom juga melindungi Anda dari penyakit
kelamin yang menular. Efektif tidaknya kondom untuk mencegah kehamilan
ditentukan dari ukuran yang pas dan cara pemakaianna (dan pelepasannya)
yang benar. Ukuran yang terlalu besar berisiko longgar dan terlepas, terlalu
sempit berisiko mudah sobek. Memakainya terlambat di tengah-tengah sesi
bercinta dapat meningkatkan risiko hamil di luar rencana, terlalu cepat juga
tidak akan efektif. Banyak pula kesimpangsiuran tentang cara pakai kondom
yang sebenarnya keliru, seperti memakai kondom doble atau kondom di pakai
untuk dua kali penetrasi, yang dapat meningkatkan risiko kehamilan dan
penularan penyakit.

45
3. Suntik Hormon
Suntik KB untuk Pria tergolong sebagai kontrasepsi modern yang baru digarap
dalam beberapa tahun belakangan ini. Suntik KB Pria ini berisi hormon
testosteron sintetis dan progestin (hormon wanita sintetis), untuk disuntikkan
setiap 8 minggu sekali. Tujuan dari suntik KB Pria adalah untuk menurunkan
kadar testosteron alami dalam tubuh Pria untuk menekan proses pematangan
sperma-sperma Muda. Terapi hormon adalah terapi yang dinilai cukup aman
dan efektif untuk dilakukan, karena bersifat sementara atau bisa kembali ke
keadaan semula, karena tidak menyebabkan kemandulan permanen seperti
pada vasektomi. Metode kontrasepsi ini akan menjadi jalan keluar bagi
pasangan di mana pihak perempuannya tidak bisa melakukan kontrasepsi
sendiri karena alasan kesehatan tertentu. Sampai sejauh ini, suntik KB untuk
pria masih bersifat eksperimental terbatas. Maka biaya untuk mendapatkannya
pun cukup mahal. Selain itu, layaknya pil KB wanita, suntik KB Pria
juga harus tepat waktu agar efektivitas kontrasepsi tetap terjaga. Beberapa
penelitian menyebutkan cara hormonal ini juga dapat memengaruhi nafsu seks
Pria. Metode kontrasepsi dengan hormon tidak bisa melindungi dari penularan
penyakit seksual.
4. Vasektomi
Vasektomi adalah pilihan kontrasepsi Permanen. Untuk melakukan vasektomi,
dokter bedah akan melubangi buah zakar Anda untuk menarik saluran vas
(saluran penyalur sperma), memotongnya, dan kemudian mengikat kedua
ujungnya sebelum menutup kembali buah zakar Anda dengan jahitan. Proses
ini menyebabkan sperma tidak bisa bercampur lagi dengan Air Mani. Apabila
pasangan sudah yakin tidak ingin punya anak atau tidak ingin menambah
keturunan lagi, vasektomi merupakan cara paling efektif untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Lebih dari 99 persen kasus vasektomi terjamin efektif
untuk mencegah kehamilan. Vasektomi tidak akan menurunkan kadar
testosteron, mengganggu gairah seks, kemampuan untuk ereksi, orgasme,
maupun ejakulasi sehingga Anda masih bisa berhubungan seks seperti biasa
tanpa khawatir kebobolan Vasektomi adalah prosedur operasi, sehingga dapat
muncul beberapa komplikasi dan efek samping umum, misalnya perdarahan,

46
infeksi, dan rasa tidak nyaman setelah tindakan tersebut dilakukan. Namun hal
ini dapat ditangani dengan mudah. Anda juga harus tetap menggunakan metode
kontrasepsi lain sampai tiga bulan setelah vasektomi, karena masih mungkin
ada sisa-sisa sperma yang mengapung di sekitar ujung bukaan vas yang dapat
menyebabkan kehamilan (mungkin kecil peluangnya, namun tidak mustahil).
Vasektomi tidak dapat melindungi Anda dari penyakit seks menular.

2.3 Konsep Dasar Teori Aseptor Kontrasepsi


2.3.1 Pengertian Aseptor
Aseptor yaitu pasangan usia subur (PUS) yang salah seseorang dari
padanya menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi untuk tujuan
pencegahan kehamilan baik melalui program maupun non program
(Hartanto, 2004). Aseptor adalah peserta KB, pasangan usia subur (PUS)
yang menggunakan salah satu alat atau obat kontrasepsi (BKKBN, 2010).
Sedangkan menurut manuaba, dkk (2009) aseptor adalah proses yang
disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta
waktu kelahiran, Jadi dapat ditarik kesimpulan, menurut peneliti aseptor
adalah peserta KB, pasangan usia subur yang salah satunya diantaranya
menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan
kehamilan, memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran.

2.3.2 Jenis Aseptor Keluarga Berencana


1. Aseptor Baru
Pasangan subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu alat
kontrasepsi atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah
satu cara atau alat kontrasepsi setelah berakhir masa kehamilannya (baik
kelahiran yang berakhir dengan keguguran, lahir mati ataupun yang lahir
hidup) (Hartanto, 2004).
2. Aseptor Lama
Pasangan usia subur yang melakukan kunjungan ulang termasuk
pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi kemudian
pindah atau ganti ke cara atau alat yag lain atau mereka yang pindah

47
klinik baik dengan menggunakan cara yang sama maupun cara atau alat
yang berbeda (Hartanto, 2004).
3. Aseptor Aktif (Curent User-CU)
Pasangan usia subur yang pada saat ini masih menggunakan salah satu
cara atau alat kontrasepsi (Hartanto, 2004).
4. Aseptor Aktif Kembali
Pasangan usia subur yang telah berhenti menggunakan cara atau alat
kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi oleh suati
kehamilan dan kembali menggunakan alat kontrasepsi baik dengan cara
yang sama maupun terganti cara setelah berhenti atau istirahat paling
kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil (Hartanto,
2004).
2.3.3 Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang telah
matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan (Suratun, 2008).
Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2005). (Suratun, 2008), juga
mengemukakan bahwa KB adalah tindakan membantu pasangan suami dan
istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang sangat diinginkan mengatur interval antara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan umur ibu
serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah suatu cara untuk
mencegah terjadinya konsepsi dalam menggunakan alat atau obat-obatan
yang bertujuan untuk mengatur jumlah anak dan jarak waktu kelahiran
(Mochtar, 2002).

48
2.4 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2014: 41).

Faktor-Faktor yang 1. Tahu Tingkat pengetahuan


mempengaruhi pengetahuan : 2. Memahami suami tentang
1) Umur kontrasepsi :
2) Pekerjaan 3. Aplikasi 1. Pengertian
3) Pendidikan 4. Analisis Kontrasepsi
4) Lingkungan Pengalaman 5. Sintesis 2. Jenis Alat
5) Informasi atau media 6. Evaluasi Kontrasepsi Pria
massa 3. Faktor Penyebab
Rendahnya
Penggunaan
kontrasepsi pria

Tingkat pengetahuan
suami tentang
kontrasepsi pada pria
dalam kriteria
- Baik : 76-100%
- Cukup : 56-75%
Keterangan:
- Kurang : ≤ 55%
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berpengaruh
: Berhubungan

Bagan 2.1 Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Suami Tentang


kontrasepsi pada Pria

49
2.5 Penelitian Terkait

Tabel 2.1: Pengaruh Augmentative and Alternative Communication terhadap Komunikasi dan Depresi Pasien
Afasia Motorik.
Populasi Tindakan yang diberikan Hasil penelitian Desain penelitian
penelitian dan uji statistic
yang digunakan
Pasien Pemberian AAC dapat Hasil penelitian dengan Penelitian ini
stroke yang membantu pasien afasia menggunakan media gambar menggunakan desain
mengalami untuk berkomunikasi dengan (orientasi tugas menyeleksi penelitian kuasi
afasia dan perawat dan keluarga untuk gambar, penamaan objek, eksperimen dengan
depresi di mengekspresikan menjelaskan dan mengenalkan pendekatan post test
RSUD kebutuhannya, sehingga hubungan antara kedua item) pada non equivalent control
Tasik AAC dapat menjadi dua kelompok dengan durasi yang group, dengan jumlah
Malaya pengganti komunikasi berbeda (5 jam dan 2 jam) selama sampel 11 orang
verbal seseorang. AAC 12 minggu, menunjukkan kelompok kontrol dan
banyak memberikan perbedaan yang signifikan 10 orang kelompok
keuntungan, seperti terhadap kemampuan berbahasa intervensi yang
meningkatkan kemampuan pada kelompok standar dengan ditetapkan dengan
bahasa dan berkomunikasi. waktu 2 jam (p = 0.002 teknik consecutive
dibandingkan dengan kelompok sampling. Kriteria
intensif dengan waktu 5 jam (p > inklusi sampel
0.05). penelitian antara lain:
pasien yang
didiagnosa strok
hemoragik dan non
hemoragik yang
mengalami afasia
motorik
Sumber: Amila, Ratna Sitorus, Tuti Herawati pada tahun 2017.

17
17
Tabel 2.2: Pengaruh terapi aiueo terhadap kemampuan bicara pada pasien stroke yang mengalami afasia motorik.

Populasi Tindakan yang diberikan Hasil penelitian Desain penelitian dan


penelitian uji statistic yang
digunakan
Pasien Pemberian Terapi wicara Hasil penelitian ini Penelitian ini
stroke yang (speech therapy) merupakan menunjukkan bahwa menggunakan desain
mengalami suatu proses rehabilitasi pada kemampuan bicara mulai penelitian kuasi
afasia penderita gangguan komunikasi mengalami peningkatan pada eksperimen dengan
hari ke 3 setelah diberikan
motoric di sehingga penderita gangguan pendekatan post test non
terapi AIUEO, sedangkan
RSUD komunikasi mampu berinteraksi equivalent control group,
pengaruh terapi AIUEO
Turgerejo dengan lingkungan secara wajar menjadi bermakna dalam dengan jumlah sampel 11
Semarang dan tidak mengalami gangguan meningkatkan kemampuan orang kelompok kontrol
psikososial bicara (p value <0,05) dimulai dan 10 orang kelompok
Teknik yang diajarkan pasien pada hari ke 5 sampai dengan intervensi yang ditetapkan
afasia adalah menggerakkan hari ke 7. dengan teknik consecutive
otot bicara yang akan sampling. Kriteria inklusi
digunakan untuk mengucapkan sampel penelitian antara
lambang-lambang bunyi bahasa lain: pasien yang
yang sesuai dengan pola-pola didiagnosa strok
standar, sehingga dapat hemoragik dan non
dipahami oleh pasien. Hal ini hemoragik yang
disebut dengan artikulasi organ mengalami afasia motorik
bicara. Pengartikulasia
Sumber: Ghoffar Dwi Agus Haryanto pada tahun 2014.

18
Tabel 2.3: Efektifitas terapi aiueo dan terapi the token test terhadap kemampuan berbicara pasien stroke yang
mengalami afasia motoric 18

Populasi Tindakan yang diberikan Hasil penelitian Desain penelitian dan


penelitian uji statistic yang
digunakan
Pasien Terapi wicara merupakan Hasil penelitian menunjukkan Desainpenelitian adalah
stroke tindakan yang diberikan kepada kemampuan bicara sebelum Quasy Experiment
yang individu yang mengalami diberikan terapi AIUEO dari 20 (eksperimen semu).
mengalam gangguan komunikasi, responden, 4 responden (20%) Dalam penelitian ini
i afasia yang hanya mampu menggunakan rancangan
gangguan bahasa bicara,
motoric di berkomunikasi baik secara pasif Two Group Pre test and
RSUD
gangguan menelan. Terapi maupun aktif, 7 responden (35%) Post test Design yaitu
Mardi wicara ini berfokus pada pasien mampu berkomunikasi secara dengan cara melakukan
Rahayu dengan masalah-masalah pasif, 9 responden (45%) yang observasi sebelum dan
Kudus neurologis, di antaranya pasien mampu berkomunikasi dengan sesudah dilakukan
pasca stroke (Hearing Speech konteks yang sederhana dan intervensi tanpa kelompok
& Deafness Center, 2006, terbatas, setelah diberikan terapi kontrol. Penerapan dalam
dalam Sunardi, 2006, hlm.1). AIUEO menjadi 2 responden penelitan ini yaitu
Hasil penelitian Meinzer, et al., (10%) mampu berkomunikasi dilakukan observasi
(2005) menunjukkan bahwa dengan konteks yang sederhana efektifitas terapi AIUEO
85% pasien stroke mengalami dan terbatas, 11 responden (11%) dan terapi the token test
yang mampu berkomunikasi terhadap kemampuan
peningkatan kemampuan
dengan konteks yang rutin, 7 berbicara pada pasien
bahasa secara signifikan setelah responden (35%) yang stroke iskemik yang
menjalani terapi wicara yang mengalami kesulitan ekspresi. mengalami afasia
intensif. motorik.
Sumber: Ita Sofiatun dkk pada tahun 2014

19 19
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Perancangan Penelitian


Metode perancangan pada penelitian ini adalah deskritif. Dimana
penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
membuat uraian, gambaran dan penjelasan secara sistematis, faktual dan akurat
dari data sekunder yang di temukan. Sedangkan menurut Punaji (2010), penelitian
deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan suatu peristiwa, keadaan, objek apakah orang, atau segala
sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan baik
menggunakan angka-angka maupun kata-kata.
Pada penelitian ini, peneliti menguraikan dan menggambarkan tingkat
pengetahuan suami tentang aseptor kontrasepsi pada pria dengan penjelasan yang
sistematis dan akurat dari data sekunder yang ditemukan. Data sekunder pada
penelitian ini di peroleh dari Kepustakaan dan Dokumentasi penelitian
sebelumnya, sehingga peneliti dapat menjelaskan atau mendeskripsikan
pengetahuan suami terhadap aseptor kontrasepsi pada pria.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Sumber data pada penelitian ini menggunakan data sekunder, dimana data
yang didapatkan merupakan dari hasil penelitian terdahulu, kemudian peneliti
mencari data dokumenter yang sudah dikumpulkan oleh orang lain dan
didokumentasikan atau telah di publikasikan.
Tahap pengumpulan data dimulai dari menetapkan (mencari dan
menemukan) sumber data atau informasi data sekunder yang ada, seperti pada
penelitian ini melakukan survey pendahuluan untuk memperoleh data dari Dinas
Kesehatan Kota dan Puskesmas terkait pengetahuan mengenai kontrasepsi pada
pria terhadap laki-laki yang sudah menikah. Tahap selanjutnya peneliti
mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam dokumen. Kemudian peneliti
membuat data dari berbagai sumber sesetara mungkin agar menjadi satu bentuk

20
yang sama, dengan kata lain peneliti menormalisasikan data jika diperlukan dan
memungkinkan. Dan tahap terakhir adalah menganalisis data sekunder tersebut.
Sumber data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari website antara
lain;
https://kalteng.bps.go.id/publication.html
http://kesmas.kemkes.go.id/
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/
http://garuda.ristekdikti.go.id http://id.portalgaruda.org/?
ref=browse&mod=viewjournal&journal=422

3.3 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode analisis data
sekunder, dimana data sekunder merupakan salah satu metode penelitian yang
prosedurnya mengumpulkan data dan menganalisis data. Menurut Dinukil
Johnston, 2014:620 mengatakan bahwa data sekunder merupakan analisis lebih
lanjut dari himpunan data yang sudah ada, yang memunculkan tafsiran, simpulan
atau pengetahuan sebagai tambahan terhadap, atau yang berbeda dari, apa yang
telah disajikan dalam keseluruhan dan temuan utama penelitian terdahulu atau
semula.
Pada penelitian ini data sekunder merupakan kumpulan data dari jurnal-
jurnal penelitian tentang pengetahuan suami terhadap aseptor kontrasepsi pada
pria, sehingga peneliti dapat memunculkan penjelasan atau pendapatnya mengenai
pengetahuan seorang suami sebagai pasangan hidup dalam memahami atau
menggunakan aseptor kontrasepsi tersebut.
Analisis data sekunder pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Peneliti melakukan penyaringan data yang dapat digunakan sebagai acuan dan
membuang data yang tidak perlu. Seperti contoh pada Jurnal Penelitian ......
mengenai “Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Suami terhadap Alat
Kontrasepsi yang di khususkan pada Pria”. Dari penelitian tersebut data yang
disaring dan digunakan sebagai pola dasar penjelasan atau pendapat adalah
Tingkat Pengetahuan Suami terhadap Alat Kontrasepsi yang dikhususkan pada

21
Pria. Dimana Peneliti hanya memfokuskan pada 1 variabel yang berkaitan
dengan topik penelitiannya.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah kegiatan ketika beberapa informasi atau jurnal
penelitian terdahulu dapat disusun oleh peneliti untuk menggambarkan dalam
bentuk narasi lengkap, sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan untuk
penelitiannya. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk
catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan yang disusun
menggunakan Bahasa yang mudah dipahami.
Pada penelitian ini penyajian datanya dalam bentuk narasi dan grafik, yang
menjelaskan mengenai tingkat pengetahuan suami terhadap aseptor
kontrasepsi pada pria dari beberapa jurnal penelitian terdahulu dan data dari
profil kesehatan Kalimantan Tengah.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang memberikan penjelasan dari
sebuah rumusan masalah sehingga diketahui tindakan apa yang harus
dilakukan. Kesimpulan ini bersifat sementara karena akan terus berkembang
sejalan dengan penelitian baru dikedepannya.
Pada penelitian ini, akan menarik kesimpulan mengenai bagaimana tingkat
pengetahuan suami tentang kontrasepsi pada pria, sehingga peneliti akan
memberikan opininya terkait data sekunder yang diperoleh. Selanjutnya
peneliti akan dapat menyimpulkan pendapatnya pada kesimpulan dan saran.

3.4 Keterbatasan
Hambatan yang dirasakan oleh peneliti selama proses penyusunan
penelitian ini antara lain :
1. Terbatasnya jaringan internet di tempat peneliti mengumpulkan data sekunder.
2. Peneliti perlu lebih mendalami lagi mengenai pengumpulan data sekunder.
3. Kurangnya literatur buku-buku terkait topik penelitian yang ingin diteliti.
4. Peneliti perlu memahami kembali cara mencari data di website.

22
Bagian Akhir

Bagian Akhir terdiri dari :


1) Daftar Pustaka
2) Lampiran-lampiran (minimal terdiri dari sumber Jurnal penelitian terkait,
Fotocopy lembar topik dari buku literatur, bukti foto/ dokumentasi, dan
lainnya yang berkaitan dengan penelitian).
3) Lembar Konsultasi (diketik rapi)

23
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707

LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III KERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019-2020

Foto
3x4
Boleh di scan

NAMA :

NIM :

JUDUL PROPOSAL :

PEMBIMBING :

Lembar Konsultasi

24
KEGIATAN BIMBINGAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

N Tanda Tangan
Hari/Tgl/ Waktu Catatan Pembimbing Mahasiswa Pembimbing
o
1. Senin, 15 Juni 1. Jangan lupa nomor halaman di Jovi Dewi A.
2020 tambahkan
2. Tambahkan teori lagi tentang
Pukul : 17.00 wib 2.3.4 JENIS ALAT
KONTRASEPSI PADA PRIA
(Jelaskan kontrasepsi yang
diberikan pada suami antara
lain apa saja).
2.3.5 FAKTOR PENYEBAB
RENDAHNYA
PENGGUNAAN
KONTRASEPSI PRIA
3. Cari sumber terbaru, minimal
5 tahun terakhir (2016-2020)
4. Rapikan pengetikan anda.
5. Cari Jurnal Penelitian
terdahulu untuk data
sekundermu.
6. Segera revisi dalam waktu 3
hari kedepan, dan kimkan
kembali kepada pembimbing
untuk di koreksi.

25

Anda mungkin juga menyukai