( PENELITIAN KORELASI )
DISUSUN
OLEH :
NAMA : SELMI APRINATI
NIM : 2016.C.08A.0813
SKRIPSI
i
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN
KEKAMBUHAN PASIEN GANGGUAN JIWA
HALUSINASI PENDENGARAN
( PENELITIAN KORELASI )
Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Ujian Sidang Proposal Skripsi Dan
Melanjutkan Penelitian Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Stikes Eka Harap Palangka Raya
DISUSUN
OLEH :
/
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ii
ii
Nama : Selmi Aprinati
Tempat, Tanggal Lahir : Tumbang Saan 27 April 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. G.obos XVI Blok E
No. Hp : 0821-5845-1721
E-mail : selmiaprinatie@gmail.com
SURAT PERNYATAAN
iii
iii
KEASLIAN KARYA TULIS BEBAS PLAGIASI
SELMI APRINATI
LEMBAR PERSETUJUAN
iv
JUDUL : Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Kekambuhan
Pasien Gangguan Jiwa halusinasi pendengaran
NAMA : Selmi Aprinati
NIM : 2016.C.08a.0813
v
JUDUL : Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Kekambuhan
Pasien Gangguan Jiwa halusinasi pendengaran
NAMA : Selmi Aprinati
NIM : 2016.C.08a.0813
TIM PENGUJI :
Mengetahui,
Ketua unit pelaksana
Studi Sarjana Keperawatan,
PENGESAHAN PROPOSAL
vi
Judul: Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Kekambuhan
Pasien Gangguan Jiwa halusinasi pendengaran
Nama : Selmi Aprinati
NIM : 2016.C.08a.0813
TIM PENGUJI :
Ketua : Dra. Mariaty Darmawan, MM (…………………….)
Mengetahui,
MOTTO
vii
buktikan kemampuan mu’’
KATA PENGANTAR
viii
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien Gangguan Jiwa
halusinasi pendengaran”. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dan membimbing dalam pembuatan
proposal ini, yaitu kepada:
1) Dr. Ardiansyah Arifin, MPH dan seluruh ketua yayasan Eka Harap Palangka
Raya yang telah menyediakan sarana dan prasarana kepada saya dalam
mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap
Palangka Raya.
2) Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes. selaku ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
3) Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. selaku ketua unit pelaksana Sarjana
Keperawatan yang memberikan dukungan dalam menyelesaikan proposal
ini
4) Vina Agustina Ners,. M.Kep pembimbing I yang telah membimbing
dengan sabar dan memberi saran dalam menyelesaikan proposal ini.
5) Wenna Araya,. S.Psi., M.Pd Pembimbing II yang telah membimbing dengan
sabar dan memberi saran dalam menyelesaikan proposal ini.
6) Dra. Mariaty Darmawan, MM selaku ketua penguji Proposal yang telah
meluangkan waktu dalam memberi saran-sarannya.
7) Seluruh pengajar dan pegawai yang tidak bisa disebut nama nya satu persatu
yang telah bersedia memberikan ilmu,membimbing,mendidik,dan
membantu penulis selama pembelajaran di Stikes Eka Harap Palangka
Raya.
8) Kedua Orang Tua beserta kedua saudara saya yang selalu memberikan doa
dan dukungan selama penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu
kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
9) Kedua sahabat saya yang selalu memberikan doa dan dukungan selama
proses penelitian dan penyusunan proposal ini.
ix
10) Seluruh teman–teman Program Studi Sarjana Keperawatan tingkat IV-B
yang telah memberi dukungan, serta semangat kepada penulis dalam
penyelesaian Proposal ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Proposal ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu diharapkan kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih. Semoga
penulisan Proposal ini dapat berguna bagi pembaca khususnya untuk mahasiswa
keperawatan.
Penulis
x
ABSTRAK
Latar Belakang : Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh
terganggunya emosi, proses pikir, perilaku, dan persepsi penangkapan panca
indra. Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita
Gejala dan tanda yang ditunjukkan oleh penderita gangguan jiwa antara lain
gangguan kognitif, gangguan proses pikir, gangguan kesadaran, gangguan emosi,
kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh. ( Stuart, 2017 )
Fenomena yang sering terjadi klien gangguan jiwa sering mengalami kekambuhan
karna kurangnya perhatian dari keluarga dan sering dikucilkan oleh masyarakat.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan keluarga dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa halusinasi
pendengaran
Metode Penelitian: Metode perancangan pada penelitian ini adalah penelitian
korelasional. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data
sekunder.
Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil dari 3 penelitian didapatkan bahwa ada
hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan kekambuhan pasien gangguan
jiwa halusinasi pendengaran.
Diskusi : Bagi responden diharapkan keluarga dapat membantu pasien agar tidak
terjadi kekambuhan pada gangguan jiwa halusinasi pendengaran
Kata Kunci: keluarga,kekambuhan,halusinasi pendengaran
Pustaka 29 ( 2017-2018 )
xi
ABSTRACT
xii
DAFTAR ISI
xiii
2.1.1.3 Cara-cara memperoleh pengetahuan............................................................6
2.1.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan .........................................8
2.1.1.5 Pengukuran pengetahuan............................................................................12
2.2..Konsep Dasar keluarga ..................................................................................13
2.2.1 Definis keluarga ...........................................................................................13
2.2.2 Fungsi Dasar Keluarga..................................................................................13
2.2.3 Peran keluarga ..............................................................................................15
2.2.4 Dukungan Keluarga .....................................................................................15
2.3 Konsep dasar Kekambuhan pasien...................................................................16
2.3.1 Pengertian Kekambuhan Pasien....................................................................16
2.3.2 Faktor Penyebab Kekambuhan ....................................................................16
2.3.3 Angka Kejadian Kekambuhan......................................................................17
2.3.4 Keluarga Dalam Mencegah Klien Kambuhan..............................................17
2.4 Konsep Dasar ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa)....................................18
2.4.1 Definisi ODGJ...............................................................................................18
2.4.2 Penyebab gangguan Jiwa..............................................................................19
2.4.3 Klasifikasi gangguan Jiwa.............................................................................19
2.5 Konsep Dasar Halusinasi ................................................................................20
2.5.1 Definis Halusinasi ........................................................................................20
2.5.2 Jenis – Jenis Halusinasi ................................................................................20
2.5.3 Etiologi Halusinasi .......................................................................................21
2.5.4 Tanda dan gejala halusinasi .........................................................................22
2.6 Kerangka Konsep.............................................................................................23
2.7 Hipotesis...........................................................................................................24
xiv
3.4 Keterbatasan.....................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Hubungan pengetahuan dengan sikap keluarga merawat klien
Dalam mengendalikan halusinasi di unit poliklinik jiwa................27
xvi
DAFTAR GAMBAR Hal
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
xix
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
1) Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
bentuk pengalaman seseorang berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata,
seperti keyakinan pribadi, persfektif dan prinsip. Biasanya pengalaman seseorang
sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan
implisit sering kali berisi kebisaan dan budaya bahkan bisa tidak didasari. Contoh
seseorang mengetahui tentang bahaya merokok bagi kesehatan, namun ternyata ia
merokok ( Fitriani, 2017 )
2) Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan
atau tersimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.
Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan. Contoh seseorang yang telah mengetahui bahaya merokok bagi
kesehatan dan ia tidak merokok ( Fitriani, 2017 )
2.1.2.1 Cara-cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2017) terdapat beberapa cara memperoleh
pengetahuan, yaitu:
a. Cara kuno atau non modern
Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau metode penemuan
statistik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini meliputi:
(1) Cara coba salah (trial and error)
Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak bisa dicoba kemungkinan
yang lain. Caranya coba salah ini dilakukan dengan menggunakan berbagai
kemungkinan dalam memecahkan masalah hingga masalah tersebut dapat
dipecahkan
(2) Cara kekuasan atau otoritas
Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan
oleh orang yang mempunyai aktifitas tanpa terlebih dahulu menguji atau
membuktikan kebenaran, baik berdasarkan fakta empiris ataupun penalaran
sendiri .Sumber pengetahuan dengan cara ini didapat dari pemimpin. Prinsip
8
cara ini adalah orang lain atau rakyat menerima pendapat yang dikemukakan
oleh orang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau
membuktikan kebenarannya .
(3) Pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan pada masa yang
lalu. Tetapi tidak semua pengalaman dengan benar diperlukan berfikir kritis
dan logis.
(4) Melalui jalan pikiran
Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya manusia harus
menggunakan jalan pikirannya serta penalarannya. Banyak sekali kebiasaan-
kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan
seperti ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi
berikutnya. Kebiasaan-kebiasaan ini diterima dari sumbernya sebagai
kebenaran yang mutlak. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia
telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
Induksi adalah proses pembuatan kesimpulan melalui pernyataan-pernyataan
khusus pada umum. Deduktif adalah proses pembuatan kesimpulan dari
pernyataan umum ke khusus
b. Cara modern atau ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis,
logis dan alamiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan cara
mengadakan observasi lansung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta
sehubungan dengan objek penelitiannya. Cara ini disebut “metode penelitian
ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian, yaitu:
(1) Metode induktif
Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam
atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan atau diklasifikasikan,
akhirnya diambil kesimpulan umum.
(2) Metode deduktif
9
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tantang isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
5) Faktor keyakinan
Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa didapat secara
turun-temurun dan tidak dapat dibuktikan terlebih dahulu, keyakinan positif dan
keyakinan negatif dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.
6) Faktor sosial, budaya dan ekonomi
Kebudayaan berserta kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. Kebiasaan dan
tradisi yang bisa dilakukan orang-orang tidak melalui penalaran apakah yang
dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya siatu fasilitas yang diperlukan untuk kegitan tertentu
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang
7) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik atau tidak, yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
8) Usia
Usai mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya penyesuaian diri
menuju usia tua. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional
mengenai jalannya perkembangan selama hidup adalah sebagai berikut:
(1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai
semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.
12
(2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua
karena telah mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat
diperkirakan IQ (Intelligence Quotient) akan menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain, seperti
kosa kata dan pengetahuan umum.
(3) Beberapa teori berpendapat ternyata IQ (Intelligence Quotient) seseorang
akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
Menurut Daryanto (2017 ) , terdapat 8 hal yang mempengaruhi pengetahuan
yaitu:
(1) Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah proses pengubahan sikap dan tangkah laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita simpulkan bahwa
sebuah visi pendidikan yaitu untuk mencerdaskan manusia.
(2) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang mendapatkan pengalaman
dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
(3) Pengalaman
Pengalaman merupakan sebuah kejadian atau peristiwa yang pernah dialami
oleh seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
(4) Usia Umur
Seseorang yang bertambah dapat membuat perubahan pada aspek fisik
psikologis dan kejiwaan. Dalam aspek psikologis taraf berfikir seseorang
semakin matang dan dewasa.
(5) Kebudayaan
Kebudayaan tempat dimana kita dilahirkan dan dibesarkan mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap terbentuknya cara berfikir dan perilaku
kita.
(6) Minat
Minat merupakan suatu bentuk keinginan dan ketertarikan terhadap sesuatu.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan
pada akhirnya dapat diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
13
N=
Keterangan
N : Nilai pengetahuan
Sp : Jumlah nilai yang diperoleh (jawaban benar x 1)
Sm: jumlah nilai maksimal
2) Kategori tingkat pengetahuan
(1) Baik =76-100%
(2) Cukup = 56-75%
(3) Kurang = ≤ 55%
pengkuran tingkat pengetahuan dilakukan bila seseorang mampu me
njawab mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka
dikatakan seseorang tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan
jawaban yang diberikan tersebut dinamakan pengetahuan.
14
berperan sebagai pencari nafkah. Selain itu ibu juga berperan sebagai salah
satu anggota kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota
masyarakat di lingkungan di mana dia tinggal.
3. Peran Anak
Peran anak yaitu melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental, sosial maupun spiritual.
2.2.4 Dukungan Keluarga
Dukungan sosial dari keluarga dapat berupa dukungan internal dan
eksternal. Keluarga memiliki berbagai dukungan suportif seperti dukungan
emosional, informatif, penghargaan dan instrumental mendefinisikan dukungan
keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga. Dukungan keluarga
menagacu pada dukungan-dukungan yang dipandang oleh keluarga sebagai
sesuatu yang dapat dilakukan untuk keluarga tersebut. Dukungan keluarga dapat
berupa dukungan internal, yaitu seperti dukungan dari suami atau istri atau
dukungan dari saudara kandung dan dukungan eksternal, yaitu seperti dukungan
dari keluarga besar atau dukungan social.
2.3 Konsep dasar Kekambuhan pasien
2.3.1 Pengertian Kekambuhan Pasien
Pengertian Kekambuhan Kambuh didefinisikan sebagai berulangnya atau
kambuhnya gejala penyakit status mental serupa dengan apa yang telah dialami
sebelumnya The Free Dictionary ( Tlhowe, et al. 2018)
Mencegah kekambuhan sangat penting karena mengurangi dampak negatif
dari penyakit mental pada individu, keluarga dan masyarakat. Mencegah
kambuh dapat meningkatkan kualitas hidup orang dengan penyakit mental, yang
memungkinkan mereka ikut berperan dalam kegiatan rekreasi, pekerjaan,
bersosialisasi, dan keluarga juga dapat menjadi pendekatan yang sangat
berharga dalam mencegah kekambuhan (Tlhowe, et all. 2018).
Kekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit setelah tampaknya
mereda. Pada gangguan jiwa kronis diperkirankan mengalami kekambuhan 50%
pada tahun pertama, dan 70% pada tahun kedua. Kekambuhan biasanya terjadi
karena adanya kejadian-kejadian buruk sebelum nya. (Darlond, 2018)
17
2. Halusinasi Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa yang
menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penciuman
Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses, parfum atau
bau yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke,
kejang atau dimensia.
4. Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
5. Halusinasi Perabaan
Merasa mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
2.5.3 Etiologi Halusinasi
a) Faktor prediposisi
1. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
2. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima oleh lingkungan nya sejak bayi
(unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetrytranferase
akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktifasinya neurotransmitter otak.
4. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penggunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
23
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depan nya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
2.5.4 Tanda dan gejala Halusinasi
1. berbicara dan tertawa sendiri
2. bersikap seperti mendengar sesuatu
3. berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengar kan sesuatu
4. merasa ada yang memangilkannya dan berbicara dengan nya
5. ingin memukul atau melempar barang
24
Kategori Pengetahuan:
1. Tingkat pengetahuan baik:
76-100%
2. Tingkat pengetahuan cukup:
56-75%
3. Tingkat pengetahuan
kurang: ≤ 55%
Keterangan:
: Tidak diteliti
: Di teliti
: Berhubungan
2.7 Hipotesis
Secara umum pengertian hipotesis berasal dari kata Hipo (lemah) dan
Tesis (pernyataan) yaitu suatu pernyataan yang masih lemah membutuhkan
pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau harus
ditolak berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam
penelitian. Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pernyataan penelitian. Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang
hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu
pertanyaan dalam penelitian (Nursalam, 2017).
Hipotesis dibagi menjadi dua jenis menurut Nursalam (2017) yang masing-
masing memiliki arti sebagai berikut:
1. Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran
statistik dan interprestasi hasil statistik. Hipotesis nol (H0) dapat sederhana
atau kompleks dan bersifat sebab atau akibat. Misalnya pengaruh teori
adaptasi terhadap perbaikan kinerja perawat. Maka dalam H0; tidak adanya
pengaruh penerapan teori adaptasi terhadap perbaikan tenaga kerja perawat.
2. Hipotesis alternatif (Ha/H1) adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini
menyatakan suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua atau lebih
variabel. Hubungan, pengaruh, dan perbedaan tersebut dapat sederhana atau
kompleks dan bersifat sebab akibat (Nursalam, 2017)
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah hipotesis alternatif
(H0/H1)yaitu:
H1 : Ada Hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan kekambuhan pasien
gangguan jiwa
26
27
BAB 3
METODE PENELITIAN
27
28
Tabel 3.1 Daftar Jurnal Penelitian Untuk Data Sekunder Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan kekambuhan pasien
gangguan jiwa
No. Judul Jurnal Penelitian Penerbit Tahun
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Analisis Data Sekunder ini disintesis menggunakan metode narative dengan
mengelompokkan data-data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil yang
diukur untuk menjawab tujuan. Jurnal penelitian yang sesuai dengan kriteria
inklusi kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama
peneliti, tahun terbit, judul, metode dan hasil penelitian serta database.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
didapatkan melalui penelusuran jurnal penelitian terkait melalui Database
Akademik Google Scholar
34
35
1 Dian 2018 Jurnal Vol. hubungan pengetahuan D: Cross Sectional Penelitian menunjukan Google scholar
XII. No.8, dengan sikap keluarga S: Accidental Sampling bahwa Dari 70 responden
Rahmi
2018 merawat V: Hubungan pengetahuan didapatkan hasil
klien dalam dengan sikap keluarga sebanyak 67,1% memiliki
mengendalikan halusinasi merawat klien dalam pengetahuan yang rendah
di unit poliklinik jiwa mengendalikan halusinasi tentang merawat klien
I:Menggunakan Kuesioner. halusinasi.
A: Uji chi-square
36
Jurnal, Metode
No. Author Tahun Volume, Judul (Desain, Sampel, Variabel, Hasil Penelitian Database
2 Chindy 2017 Jurnal Dukungan keluarga D: Cross Sectional Berdasarkan hasil Google scholar
vol.4 dengan S: purposive sampling penelitian dari
Maria
no.1, frekuensi kekambuhan V: Dukungan keluarga dukungan keluarga
Orizani pasien halusinasi didapatkan yang tertinggi
dengan frekuensi
pendengaran di rumah Kekambuhan pasien yaitu dukungan keluarga
sakit jiwa menur halusinasi pendengaran cukup sebanyak 18
surabaya I: menggunakan kuesioner. responden (45%) yang
A: Uji Spearman Rank artinya keluarga telah
mampu memberikan 2-3
dukungan keluarga
terhadap pasien (dukungan
keluarga penilaian,
instrumental, emosional,
dan informasional).
37
Jurnal, Metode
No. Author Tahun Volume, Judul (Desain, Sampel, Variabel, Hasil Penelitian Database
3 Elmiana 2017 Jurnal,Vol. faktor – faktor yang D: Cross Sectional Berdasarkan hasil penelitian Google scholar
IV, No.3 berhubungan dengan S: Purvosive Sampling dapat disimpulkan bahwa hasil
kekambuhan V: faktor – faktor yang berhubungan uji statistik dengan menggunakan
pada pasien halusinasi dengan kekambuhan uji Chi-Square tidak memenuhi
pendengaran pada pasien halusinasi pendengaran syarat karena terdapat 2 sel yang
di ruangan I: Kuesioner nilainya kurang dari 5 dan
nyiur rumah sakit A: Uji Chi-square jumlah sampel sebanyak 44
responden, maka diperoleh nilai
signifikansi dengan melihat nilai
continuity correction (p)=0,000
dengan ketetapan nilai α=0,05
artinya p<0,05 hal ini
menunjukkan bahwa Ha
diterima.
39
3 Pendidikan
SD 3 orang 7,5 %
SMP 3 orang 7,5 %
SMA 26 orang 6,5 %
D3/S1 8 orang 20 %
40 orang
2 Frekuensi kambuh
Rendah 15 37,5
Sedang 16 40
Tinggi 9 22,5
4.1 Pembahasan
42
.
46
47
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Hubungan dukungan keluarga dengan frekuensi kekambuhan pasien
Halusinasi pendengaran
Berdasarkan hasil penelitian jurnal Chindy Maria Orizani Tahun 2017
menunjukan responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah umur 50-60
tahun sebanyak 17 responden (42,5%), berdasarkan jenis kelamin yang paling
banyak adalah perempuan sebanyak 24 responden (24%), berdasarkan pendidikan
yang paling banyak adalah SMA sebanyak 26 responden (65%).
5.1.2 Hasil Analisis hubungan pengetahuan dengan sikap keluarga merawat
Klien dalam mengendalikan halusinasi
Berdasarkan Jurnal Dian Rahmi Tahun 2018 hasil data menunjukan dapat
terlihat bahwa lebih dari separoh (53,3%) responden berpengetahuan rendah,
sedangkan kurang dari separoh (46,7%) responden berpengetahuan tinggi. Dari
hasil penelitian yang telah diperoleh separoh responden memiliki pengetahuan
rendah merawat klien dalam mengendalikan halusinasi. Dalam hal ini dengan
pengetahuan rendah tersebut sehingga responden merasa kesulitan untuk merawat
klien dalam mengendalikan halusinasi. Berdasarkan Hasil data dapat dilihat
bahwa, dari 90 responden terdapat 48 responden berpengetahuan rendah, dan 35
orang (72,9%) keluarga bersikap negatif dalam merawat klien mengendalikan
halusinasi. Dibandingkan dari 42 responden berpengetahuan tinggi, terdapat 20
orang (47,6%) sikap keluarga positif dalam merawat klien mengendalikan
halusinasi. Dari hasil uji statistik diperoleh p=0,025 (p<0,05) berarti terdapat
hubungan yang bermakna antara pengetahuan keluarga dengan sikap keluarga
merawat klien mengendalikan halusinasi.
5.2 Saran
5.2.1 Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan perbandingan jika suatu saat
dilakukan penelitian dan dapat digunakan sebagai referensi dalam
pengembangaan pembelajaran serta bahan bacaan di perpustakaan.
46
48
5.2.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk meningkatkan
pemahaman keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa halusinasi
pedengaran
5.2.3 Untuk peneliti selanjutnya khususnya dalam keperawatan agar meneliti
Hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan kekambuhan pasien
gangguan jiwa Halusinasi pendengaran.
49
DAFTAR PUSTAKA
( )
51
Tanda Tangan
No Hari/Tgl/ Waktu Catatan Pembimbing
Mahasiswa Pembimbing
1 Kamis 06 Agustus 1. Perbaiki lampiran tambahkan
2020 jurnal terkaiti
2. Perbaiki latar belakang sesuai
saran Selmi Aprinati Vina Agustina, Ners.,
M.Kep
Tanda Tangan
No Hari/Tgl/ Waktu Catatan Pembimbing
Mahasiswa Pembimbing
52
jiwa
2. Cari Jurnal terkait Mengenai
Judul tersebut
3. Acc Judul Buat BAB 1 sampai
BAB 3
2 Senin 29 Juni 3. BAB 1 Perbaiki di bagian
2020 fenomena sesuai yang disaran
kan
4. Perbaiki Kerangka Konsep Selmi Aprinati Vina Agustina, Ners.,
M.Kep
Tanda Tangan
No Hari/Tgl/ Waktu Catatan Pembimbing
Mahasiswa Pembimbing
1 Kamis 2 juli 2020 1. Daftar pustaka diurutkan
53
sesuai abcd
2. Sertakan seluruh sumber
Wenna Araya, S.Psi.,
rujukan yang digunakan pada Selmi Aprinati
M.Pd
rancangan penelitian ini pada
daftar pustaka
3. Selamat belajar dan segera
perbaiki
2 Sabtu 4 juli 2020 1. Proposal Acc
2. Selamat belajar