Anda di halaman 1dari 69

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian
dan gangguan kardiovaskuler. Selain itu hipertensi dapat pula menimbulkan
komplikasi pada organ jantung, otak dan ginjal. Hipertensi dikenal oleh orang awam
sebagai ”penyakit darah tinggi”, yang terkadang tidak disadari penderitanya sebelum
memeriksakan tekanan darahnya. Keluhan juga tidak dirasakan mengganggu, hanya
pusing-pusing sedikit. Namun setelah diukur tekanan darahnya ternyata sudah
melewati batas normal. (Karyadi, E, 2006)
Hipertensi atau darah tinggi atau tekanan darah tinggi sering diberi gelar The
Silent Killer yang mirip judul sebuah film, karena hipertensi merupakan pembunuh
tersembunyi dan merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Penyakit ini banyak
terdapat di negara maju, seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan pola
dan gaya hidup. Di negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara lainnya
hipertensi terjadi pada satu dari empat orang dewasa di antara umur 18 tahun dan satu
dari dua orang diatas 50 tahun. (Asnur, 2007)
Prevalensi hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai 8-18 % seperti di
Hongkong, prevalensi hipertensi pada pria sekitar 17% dan pada wanita 5 %.
Sedangkan di Malaysia, menurut laporan prevalensi hipertensi kelompok umur 25
tahun keatas ialah 14,4 %. Di Indonesia berkisar antara 0,65 %. Di Sumatera Selatan
dari penelitian menunjukkan angka 6,3 % sampai 9,17 %. Sedangkan kejadian
hipertensi di Sulawesi Selatan berdasarkan laporan dari 23 rumah sakit sebanyak 827
orang atau CFR = 1,33 % data ini diambil dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi
Selatan. (Rosdianah, 2006)
Angka kejadian hipertensi terus meningkat setiap tahun. Ada banyak faktor
yang menyebabkan tingginya kejadian hipertensi dikalangan masyarakat, salah satu
faktor yang paling dominan adalah obesitas. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi

1
2

pada Staf dan Pegawai di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar”.Dari


penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh depertemen kesahatan RI angka
kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu
di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar
46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan Pontianak
31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat (Nurlina, 2012).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut : “Bagaimana Asuhan Keperawatan keluarga Tn.S dengan masalah
Hipertensi di UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya?”
1.3 Tujuan Studi Kasus
1.3.1 Tujuan Umum
Dari penulisan proposal seminar adalah mengetahui Asuhan Keperawatan
keluarga Tn.S dengan masalah Hipertensi di UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada keluarga Tn.S dengan
Diagnosa Hipertensi di UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya
2) Mahasiswa mampu melaksanakan diagnosa pada keluarga Tn.S dengan
Diagnosa Hipertensi di UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya
3) Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi pada pada keluarga Tn.S dengan
Diagnosa Hipertensi di UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya
4) Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada keluarga Tn.S dengan
Diagnosa Hipertensi di UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya
5) Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi pada keluarga Tn.S dengan
Diagnosa Hipertensi di UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Teoritis
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat untuk meningkatkan mutu
profesi keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga Tn.S
dengan Diagnosa Hipertensi di UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya
3

1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Mahasiswa
Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam mempelajari
pada keluarga Tn.S dengan Diagnosa Hipertensi di UPT PKM Jekan Raya Palangka
Raya Serta sebagai acuan atau referensi mahasiswa dalam penulisan laporan proposal
seminar selanjutnya.
1.4.2.2 UPT PKM Jekan Raya
Untuk UPT PKM Jekan Raya Palangka Raya khususnya ruang poli umum,
penulisan laporan proposal seminar ini di dapat sebagai referensi bagi perawat dalam
melakukan Asuhan Keperawatan keluarga Tn.S dengan masalah Hipertensi serta
sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik, khususnya
pada pasien dengan gastritis.
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka Raya
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan datang
serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan terhadap ilmu
keperawatan keluarga mulai dari proses keperawatan sampai pendokumentasiaan.

BAB 2
4

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keluarga


2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu memiliki peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Friedmandalam Hernilawati, 2013) Sedangkan
menurut pakar konseling keluarga, Sayektidalam Hernilawati (2013) menulis bahwa
keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
prempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak baik anaknya sendiri atau
adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang berkumpul serta
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Herlinawati, 2013).
2.1.2 Tipe Keluarga
Menurut Friedman, 1998 dalam Ali, Zaidin (2010) pembagian tipe keluarga
bergantung pada konteks kelimuan dan orang yang mengelompokkan. Secara
tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Keluarga inti ( nucler family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang di peroleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti yang ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek,bibi,
paman).
Namun dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain dua diatas berkembang sebagai
berikut :
1) Keluarga bentukan kembali (dyatic family) adalah keluarga baru yang
terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
4
5

2) Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari
salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya.
3) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
4) Orang dewasa (laki-laki atau prempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult livingalone)
5) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital
heterosexual cohabiting family).
6) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama(gay and
lesbian family).
2.1.3 Peran dan Fungsi Keluarga
Menurut Ali, Z (2010) keluarga memiliki peran formal dalam keluarga tersebut,
yaitu:
1. Peran sebagai ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, prlindung, dan pemberi rasa aman.
Juga sebagai kepala keluarga, anggota kelompok social, serta anggota
masyarakat dan lingkungan.
2. Peran sebagai ibu. Ibu sebagai istri dari suami dan sebagai ibu dari anak-
anaknya berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok social,
serta sebagai anggota kelompok masyarakat dan lingkungan disamping dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.
3. Peran sebagai anak. Anak melaksanakan peran psikososial sesuai tingkat
perkembangan, baik fisik,social, dan spiritual. Adapun fungsi keluarga
menurut Friedman, 1998 dalam Hernilawati (2013) adalah sebagai berikut:
a. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain.
6

b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melihat anak


untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi adalah fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkat
kemampuan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemilihan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan
kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
f. Fungsi pendidikan adalah keluarga mempunyai peran dan tanggung jawan
yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan
dewasanya.
g. Fungsi religious adalah keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran agama.
h. Fungsi rekreasi adalah keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan
yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada diluar rumah.
2.1.4 Tahap dan Tugas Perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada
system keluarga meliputi : perubahan pola interaksi dan berhubungan antara
anggotanya sepanjang waktu. Adapun tahapan perkembangan keluarga menurut
Mubarrak, dkk (2011), yaitu:
1. Tahap I Pasangan baru atau keluarga baru Keluarga baru dimuali pada saat
masing-masing individu yaitu suami dan istri membentu keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, dalam artian
secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru. Adapun
tugas perkembangan pada tahap ini :
a. Membina hubungan intim dan Kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, atau kelompok social.
7

d. Merencanakan anak KB.


e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi
orangtua.
2. Tahap II keluarga kelahiran anak pertamaKeluarga yang menantikan kelahiran
dimulai dengan kelahiran sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
anak pertama berusia 30 bulan (3,2 tahun). Adapun tugas perkembangan pada
tahap ini :
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Membagi peran dan tanggungjawab.
c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan.
d. Mempersiapkan biaya untuk kelahiran anak pertama.
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
3. Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah Tahap ini dimuali saat kelahiran
anak berusia 2,tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun.Adapun tugas
perkembangan pada tahap ini :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anank
yang juga harus dipenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar
keluarga.
e. Dapat membagi waktu antara individu, pasangan dan anak.
f. Pembagian keluarga tangguang jawab anggota
g. Kegiatan dan waktu untuk simulasi tumbuh dan berkembang.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah Tahap ini dimulai saat anak tertua
mulai memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.
Tugas perkembangan pada tahap ini :
8

a. Memberikan perhatikan tentang kegiatansocial anak, pendidikan, dan


semangat belajar.
b. Mempertahankan keharmonisan keluarga
c. Mendorong anak untuk mencapaipengembangan daya intelektual.
d. Menyediakan aktifitas untuk anak.
e. Menyesuaikan dengan aktifitas komuniti dengan mengikutsertakan anak.
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja Tahap ini dimulai pada dasar anak
pertama mulai berusia 13 tahun dan berakhir pada usia 19/20 tahun. Adapun
tugas perkembangan pada tahap ini :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja sudah tumbuh dewasa.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka dengan anak dan orgtua.
d. Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang anak.
6. Tahap VI dengan Anak Dewasa atau Pelepasan Tahap ini dimulai pada saat
anak terkhir meninggalkan rumah.Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah
anak pada keluarga atau jika anak belum memiliki keluarga atau tetap tinggal
bersama orang tua. Tugas perkembangantahap ini :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan. Membantu orangtua suami dan
istri yang sedang sakit dan memasuki usia tua.
c. Mempersiapkan anak untuk mandiri dan menerima kepergian anaknya.
d. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
e. Berperan suami-istri atau kakek-nenek
f. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan Tahap ini dimulai saat anak yang terakhir
meninggalkan tumah dan berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal. Tugas perkembangan pada tahap ini :
a. Mempertahankan kesehatan.
9

b. Mempunyai lebih banyak waktu kebebasan dalam artian mengelolah


minat social dan waktu santai.
c. Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.
d. Keakraban dalam pasangan.
e. Memelihara hubungan dengan anak dan keluarga.
f. Persiapan masa tua atau pensiun dan meningkatkan keakraban pasangan.
8. Tahap VIII Keluarga Lanjut Usia Tahap ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai keduanya
meninggal. Tugas perkembangan pada tahap ini :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
pendapatan.
c. Mempetahankan keakraban pasangan suamiistri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan social masyarakat.
e. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
2.1.5 Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi
keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam (Hernilawati,
2013), yaitu :
a) Patrilineal Adalah keluarga sedarahyang terdiri dari sanak saudara yang
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun dari jalur garis
keturunan ayah.
b) Matrilineal Adalah keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak saudara yang
sedarah dalam beberapa generasi, dimanahubungan itu disusun dari jalur garis
keturunan ibu.
c) Matrilokal Sepasang suami istri yang tinggal bersama dengan
keluarga sedarah istri.
d) Patrilokal Sepasang suami istri yang tinggal bersama dengan keluarga sedarah
suami.
10

e) Keluarga Kawin Adalah hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan


keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.1.6 Keluarga Sejahtera
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas dasar perkawinan yang sah
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak. Tahapan
keluarga sejahtera (Mubarrak, 2011) adalah sebagai berikut :
1. Keluarga pra sejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, yaitu kebutuhan pengajaran, agama, pangan, sandang, papan, dan
kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhisalah satu atau lebih
indicator keluarga sejahtera tahap I.
2. Keluarga sejahtera tahap II
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan social psikologinya, yaitu
kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam keluarga,
interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
3. Keluarga sejahtera tahap III
Adalah keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal serta telah dapat memenuhi kebutuhan social
psikologinya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya,
seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4. Keluarga sejahtera tahap III
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
social psikologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat
secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk : material dan keuangan
untuksocial kemasyarakatan, dan juga berperan aktif dalamkegiatan
kemasyarakatan.
5. Keluarga sejahtera tahap III plus
11

Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,


social psikologis dan pengembangan telah terpenuhi serta memiliki
keperdulian yang tinggi pada masyarakat.
2.1.7 Tugas Kesehatan Keluarga
Adapun tugas keluarga menurut Bailon dan Maglaya, 1998 dalam Muhlisin
(2012), yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang
tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang di alami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua.
2. Membantu keputusan tindakan kesehatan yangtepat. Sebelum keluarga dapat
membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang dialaminya.
Perawat harus mampu mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat
memfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.
3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Ketika memberikan
perawatan pada anggota keluarganya yang sakit, keluarga harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : keadaan penyakitnya, sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, dan sikap keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. Ketika
memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut : sumbersumber keluarga
yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, upaya
pencegahan penyakit, dan kekompakan antar anggota keluarga.
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat. Ketika merujuk anggota
keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai
berikut : keberadaan fasilitas keluarga, keuntungan-keuntungan yang dapat
12

diperoleh dari fasilitas kesehatan dan fasilitas kesehatan yang ada terjangkau
oleh keluarga.
2.2 Konsep Dasar Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik
yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau
lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden
hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan
tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan
ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999) :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan /
atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
13

Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)

Tekanan Tekanan
Tigkat sistolik diastolik Jadwal kontrol
(mmHg) (mmHg)
Tingkat I 140-159 90-99
Tingkat II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat III 180-209 110-119 1 minggu sekali
Tingkat IV 210 satau lebih 120 atau lebuh Dirawat RS

1.2.3 Penyebab Hipertensi


Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
 Elastisitas dinding aorta menurun
 Katub jantung menebal dan menjadi kaku
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
 Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
 Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
 Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
 Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
14

 Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti
Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular,
Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis,
Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke,
Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi
oral Kortikosteroid.
1.2.4 Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
15

epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol


dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
1.2.5 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
16

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi


nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan,
Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
1.2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes
mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan
katekolamin (meningkatkan hipertensi)
3. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
4. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan
plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
6. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
7. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
8. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
17

9. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
10. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
11. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter
12. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
13. CT scan
14. Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
15. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
1.2.7 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
 Penurunan berat badan
 Penurunan asupan etanol
 Menghentikan merokok
18

b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-
87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan
berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan
sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
 Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik
seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
 Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat
belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
 Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
19

dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur


hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( joint
national committee on detection, evaluation and treatment of high blood pressure,
usa, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
o Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
o Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
o Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain
o Step 4
Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter )
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
20

2.2 Konsep Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku,
Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
5. Makanan dan cairan
a. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-
gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
b. Mual, muntah.
c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
21

Pengkajian Persistem
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup
dan penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi
a. Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok
2.2.2 Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi
4. Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kebutuhan metabolic
5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang
tidak adekuat
6. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau
keterbatasan kognitif
22

2.2.3 Intervensi
 Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
1. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2. Intervensi : Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit
kmepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang,
redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang
memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan komplikasinya
3. Intervensi : Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang,
membungkuk
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral

 Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


1. Intervensi : kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frequency nadi
lebih dari 20 kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan darah
yang nyata selama atau sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg
atau tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada :
kelemahan dan keletihan yang belebihan :pusing atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi
terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja
yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2. Intervensi : instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya
menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau menyikat
gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
23

 Dx 3 : Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan


dengan peningkatan afterload, vasokontriksi
1. Intervensi: pantau TD.ukur pad kedua tangan atau paha untuk evaluasi
awal.gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.
Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular. Hipertensi berat
diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolic
sampai 130, hasil pengukuran diastolic diatas 130 dipertimbangkan sebagai
penigkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensi sistolik juga merupakan
faktor resiko yang di tentukan untuk penyakit cerebrovaskular dan penyakit
iskemi jantung bila tekanan diastolic 90-115.
 Dx 4 : Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kebutuhan metabolic
1. Intervensi : kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi
dan kegemukan.
Rasional : kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi
karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jangtung
berkaitan dengan peningkatan masa tubuh.
2. Intervensi : bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan membatasi
masukan lemak,garam,dan sesuai indikasi.
Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya ateroskelorosis
dan kegemukan yang merupakan predesposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya misalnya stroke,penyakit ginjal,gagal jantung. Kelebihan
memasukkan garam memperbanyak volume cairan intravascular dan dpat
merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
 Dx 5 : Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system
pendukung yang tidak adekuat
1. Intervensi : Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan
24

Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang,


mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke
dalam kehidupan sehari-hari
2. Intervensi : Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan
kemungkinan strategi untuk mengatasinya
Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam
mengubah respons seseorang terhadap stressor
3. Intervensi : Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan
partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan
Rasional : Keterlibatan memberikan pasien perasaan control diri yang
berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerja
sama dalam regimen terapeutik
4. Intervensi : Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala ketidakmampuan
untuk mengatasi/menyelesaikan masalah
Rasional : Menifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan
indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD
diastolic
 Dx 6 : Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau
keterbatasan kognitif
1. Intervensi : Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang terdekat
Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena perasaan
sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang
terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan, dan prognosis. Bila pasien tidak
menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan
perilaku tidak akan dipertahankan.
2. Intervensi : Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi
dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak
Rasional : Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan
mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan. Pemahaman bahwa TD
25

tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien
melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat
3. Intervensi : Hindari mengatakan TD “normal” dan gunakan istilah “terkontrol
dengan baik” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan
Rasional : Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan,
maka dengan penyampaian ide “terkontrol” akan membantu pasien untuk
memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi
4. Intervensi : Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko
kardiovaskular yang dapat diubah misalnya obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan
kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol( lebih dari
60cc/hari dengan teratur), pola hidup penuh stress.
Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam
menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.
2.2.4 Evaluasi
1. Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
2. Pasien berpartisupasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
3. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau
beban kerja jantung.
4. Menunjukkan perubahan pola makan ( misalnya pilihan makan, kuantitas,dan
sebagainya), mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan
pemeliharaan kesehatan optimal.
5. Mengidentivikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
6. Pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
pengobatan
26

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Identitas klien / keluarga


Nama KK : Tn. S
(Ditulis nama kepala keluarga dengan nama lengkap atau inisial misalnya
Tn.ambang di tulis Tn.A)
Umur : 49 tahun
(Tanyakan pada kk tanggal lahir serta tahun lahirnya selanjutnya hitung
berapa usianya.)
Agama : Islam
(Tanyakan agama apa yang dianut oleh kk tersebut.)
Jenis Kelamin : Laki-laki
(Tulis jenis kelamin apakah laki-laki atau perempuan.)
Suku : Banjarmasin
(Tanyakan suku dan bangsa kk berasal darimana.)
Pendidikan : SD
(Tanyakan pada kk pendidikan terakhirnya).
Pekerjaan : Swasta
(Tanyakan pada kk pekerjaan yang dimiliki keluarga tersebut.)
Alamat : jl. Tjilik Riwut KM. 3.5
(Tulis alamt tempat tinggal sekarang sesuai dengan KTP.)
No.Telp : 085349479916
(Tanyakan nomor handphone yang bias dihubungi dalam keluarga tersebut.)

26
27

Komposisi Keluraga

Hubunga
Nama Gender
No Umur n Pendidikan Pekerjaan
(Inisial) (L / P)
Dg KK
1 Ny. R 48 Tahun P Istri SMP IRT
2 An. R 20 Tahun L Anak SMA Swasta
3 An. A 6 Tahun L Anak TK Pelajar

(Tanyakan dan isi komposisi keluarga sesuai kartu keluarga dengan nama
inisial,tanggal lahir lalu hitung,tanyakan jenis kelamin,dan hubungan dengan
keluarga,tanyakan pendidikan terakhir dan pekerjaan.)

Tipe Keluarga :
Keluarga Inti Terdiri dari ayah, ibu dan anak
Keluarga Besar
Keluarga Campuran ……………………
Single Parent …………………….
Lain-lain ……………………
(Tanyakan keluarga didalam rumahnya ada berapa anggota keluarga yang
tinggal dan tentukan termasuk tipe keluarga seperti apa.)
B. Riwayat Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan (8 tahap perkembangan) keluarga saat ini :

Keterangan
No Tahap perkembangan keluarga
Terpenuhi Sebagian Tidak
1 Pasangan baru atau keluarga baru
(berginning family), meliputi :
a. Membina hubungan intim dan
kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan
28

keluarga lain, teman dan kelompok


social.
d. Merencanakan anak ( KB).
e. Menyesuaikan diri dengan
kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orang tua.
2 Keluarga dengan kelahiran anak
pertama (child bearing family)
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Membagi peran dan tanggung
jawab
c. Menata ruangan untuk anak atau
mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan
d. Mempersiapakan biaya atau dana
child bearing.
e. Memfasilitasi role learning anggota
keluarga
f. Mengadakan kebiasaan keagamaan
secara rutin
3 Keluarga dengan anak prasekolah
family with preschool)
a. Memenuhi kebutuhan anggota
keluarga seperti tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk
bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru
lahir sementara kebutuhan anak
yang lain harus dipenuhi
29

d. Mempertahankan hubungan yang


sehat, baik di dalam maupun diluar
keluarga.
e. Pembagian waktu untuk individu
pasangan dan anak
f. Pembagian tanggungjawab
g. Kegiatan dan waktu stimulasi
untuk tumbuh dan kembang anak.
4 Keluarga dengan anak usia sekolah
(family with school children)
a. Memberikan perhatian tentang
kegiatan social anak, pendidikan,
dan semangat belajar
b. Tetap mempertahankan hubungan
yang harmonis dalam perkawainan
c. Mendorong anak untuk mencapai
pengembangan daya intelektual
d. Menyediakan aktivitas untuk anak
e. Menyesuaikan pada aktivitas
komunitas dengan
mengikutsertakan anak
5 Keluarga dengan anak remaja (family
with teenagers)
a. Memberikan kebebasan yang
seimbang dengan tanggungjawab
mengingat remaja yang sudah
bertambah dewasa dan meningkat
otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang
intim dengan keluarga
30

c. Mempertahankan komunikasi yang


terbuka antara anak dan orangtua,
hindari perdebatan, kecurigaan, dan
permusuhan.
6 Keluarga dengan anak dewasa atau
pelepasan
a. Memperluas keluarga inti menjadi √
keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman √
keluarga √
c. Membantu orang tua suami atau
istri yang sakit memasuki masa tua √
d. Mempersiapakan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian
anaknya √
e. Menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada pada keluarga √
f. Berperan suami, istri, kakek dan
nenek
7 Keluarga usia pertengahan (middle age
family)
a. Pertahankan kesehatan √
b. Mempunyai lebih banyak waktu √
dan kebebasan dalam arti
mengelola minat social dan waktu
santai √
c. Memulihkan hubungan antar
generasi muda dengan generasi tua √
d. Keakraban dengan pasangan √
e. Memelihara hubungan/kontak
31

dengan keluarga dengan anak √


f. Persiapkan masa tua atau pensiun
dan meningkan keakraban
pasangan
8 Kelurga usia lanjut
a. Mempertahnkan suasana rumah
yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan
kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban
suamiistri dan salingmerawat
d. Mempertahankan hubungan
dengan anak dansosialmasyarakat
e. Menerimakematian pasangan,
kawan, dan mempersiapkan
kematian

(Tanyakan sesuai format dalam table dan centang bagian terpenuhi, sebagian, dan
tidak. Sesuai dengan yang dikatakan keluarga dan dialami oleh keluarga
tersebut.biasanya di lihat dari anak tertua dalam keluarga)

Tugas Perkembangan Keluarga :


Dapat dijalankan sebagian dapat dijalankan Tidak dapat dijalankan

Jelaskan:
Pada tahap keluarga Tn. S saat ini adalah keluarga dengan anak dewasa
atau pelepasan Mempersiapakan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya, Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada
keluarga, Pertahankan kesehatan, Mempunyai lebih banyak waktu dan
32

kebebasan dalam arti mengelola minat social dan waktu santai dan Persiapkan
masa tua atau pensiun dan meningkan keakraban pasangan

*Genogram (3 generasi):

Keterangan :

: Laki –laki

: Perempuan

: Garis keturunan

: Sudah meninggal

: Klien

(Tulis berdasarkan tiga generasi dimulai dari keluarga kakek dan nenek,
ayah dan ibu, serta anak.yang tertua di mulai dari kiri Buatlah keterangan
dan golongan jenis kelamin, meninggal atau masih hidup, dan tinggal
serumah atau tidak.)

C. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi: Baik Disfungsional
33

Peran dalam keluarga : Tidak Ada masalah


Ada masalah

Nilai / norma keluarga :Tidak ada konflik nilai


Ada konflik
(Centang struktur keluarga sesuai dengan yang diamati.)

D. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif : Berfungsi Tidak berfungsi
Fungsi Sosial : Berfungsi Tidak berfungsi
Fungsi Ekonomi : Baik Kurang Baik
Fungsi Perawatan Kesehatan :
 Pengetahuan Tentang Masalah Kesehatan: Baik Tidak
 Pencegahan Penyakit : Baik  Tidak
 Perawatan Penyakit : Baik Tidak
 Pemanfaatan Layanan Kesehatan : Baik
Tidak
(Centang fungsi keluarga sesuai dengan yang diamati.)

E. Pola Koping Keluarga


Efektif Tidak efektif
Stressor yang dihadapi keluarga : Karena keluarga mampu menjelaskan dan
memutuskan jalan keluar jika ada permasalahan di dalam keluarga.
(Centang pola koping keluarga apakah efektif atau tidak dan berikan
alasannya.)

F. Spiritual
Taat beribadah: Ya Tidak
Keluarga selalu melakukan sholat lima waktu sesuai dengan syariat islam
34

Kepercayaan yang berlawanan dengan kesehatan Ya/Tidak


“Tidak ada yang berlawanan dengan pelayanan kesehatan”
Distress Spiritual Ya/Tidak
“Tidak mengalami distress spiritual”
(Tanyakan pada keluarga tentang kepercayaan yang dianutnya apakah
berlawanan dengan pelayanan kesehatan dan ketaatan ibadahnya.)
G. Pola Aktivitas sehari-hari
Pola makan Baik / Kurang : 3 x sehri
Pola Minum Baik /Kurang : 8
Gelas
Istirahat Baik / Kurang : siang kurang lebih 1 jam
,malam kurang lebih 4 jam
Pola BAK Baik / Kurang : 1-2 kali
Pola BAB Baik / Kurang : Mandiri
Pola Kebersihan diri Baik / Kurang : Cukup bersih
Olahraga Baik / Kurang : lari pagi
Tingkat kemandirian Baik / Kurang : mampu melakukan
perannya masing-masing
(Tanyakan pada keluarga tentang pola aktifitas sehari-hari dan tulis apa
alasannya sesuai yang dikatakan keluarga.)

H. Psikososial
Keadaan emosi pada saat ini:

Keadaan emosi Ya/ Tidak Keterangan (siapa, mengapa)


 Marah Tidak Apa yang harus kita marahin tidak
35

 Sedih Tidak ada


 Ketakutan Tidak Tidak ada gunanya bersedih

 Putus asa Tidak Tidak ada yang ditakutkan

 Stress Tidak Tidak ada kata putus asa dihidup saya


Kalau tress berdoa dan berzikir

Kurang interaksi dengan orang lain Ya/Tidak


: Selalu berinteraksi seperti dengan tetangga di sekitar rumah.
Menarik diri dengan lingkungan Ya/Tidak
: Sellu bergaul jika ada kegiatan seperti pengajian
Konflik dengan keluarga Ya/Tidak
: Tidak ada konflik
Penurunan harga diri Ya/Tidak
: Tidak ada penurunan harga diri
Gangguan gambaran diri Ya/Tidak
: Tidak ada gangguan gambaran diri
(Amati dalam keluarga, bagaimana keadaan emosi dalam keluarga dan tulis
alas an sesuai yang dikatakan keluarga.)
I. Faktor resiko masalah kesehatan
Tidak pernah / jarang periksa kes.
Ya/Tidak : jarang periksa kesehatan Social ekonomi kurang
Ya / Tidak : Keluarga mengatakan cukup terpenuhi
Total pendapatan kelurga per bulan:
Di bawah Rp. 600.000,-
Rp. 1.000.000,- s/d 2.000.000,-
Diatas 2.000.000,-
Rumah / lingkungan tidak sehat
Ya / Tidak : Rumah cukup bersih beserta lingkungan sekitar rumah
Hubungan klg tidak harmonis
Ya / Tidak : Hubungan keluarga yang baik
36

Ya / Tidak : berat badan terjaga


Ya / Tidak : baik gizi terpenuhi
(Tanyakan resiko masalah kesehatan meliputi social ekonomi dan
pendapatan sehari-hari serta status gizi dalam keluarga.)
37

VITAL SIGN
Tanggal
Nama BB/TB
pemeriksaa Lain- lain
(Inisial)
n
TD N RR S

Tn. S 160/100 82 20 36, 68/160 29/01/2020


2
Ny. R 120/90 80 19 36, 56/155 29/01/2020
1
An. R 120/80 82 20 36, 60/167 29/01/2020
6
An. A - 90 20 36, 20/120 29/01/2020
7

J. Pemeriksaan Fisik
Status mental:
Bingung Bingung dengan penyakit yang dialami
Cemas Tidak ada
Disorientasi Tidak ada
Depresi Tidak ada
Menarik diri Tidak ada
(Centang status mental keluarga sesuai yang diamati.)
Sistem Kardiovaskuler :
Aritmia Tidak ada
Nyeri dada Tidak ada
Distensi vena jugularis Tidak ada
Jantung berdebar Tidak ada
(Centang sistem kardiovaskular keluarga sesuai yang ditanyakan.)
Nyeri spesifik :nyeri kepala
Lokasi : bagian tengkuk
Tipe : Tidak ada
Durasi : Tidak ada
Intensitas : Tidak ada

(Tentukan nyeri sfesifik yang dialami keluarga.)


Sistem pernafasan :
Stridor Tidak ada
Wheezing Tidak ada
Ronchi Tidak ada
Akumulasi Sputum Tidak ada

(Centang sistem pernafasan sesuai hasil pemeriksaan yang


dilakukan.)

38
Sistem Integumen :

Ciasonis     Tidak ada


Akral Dingin                  Tidak ada
Diaporesis Tidak ada
Juandice Tidak ada
Luka Tidak ada
.
Mukosa Mulut
Kapiler refil time :
Lebih 2 detik
Kurang dari 2 detik
(Centang sistem integument sesuai hasil pemeriksaan yang
dilakukan.)

Sistem Muskuloskeletal :
Tonus otot kurang Tidak ada
Paralisis Tidak ada
Hemiparesis Tidak ada
ROM kurang Tidak ada
Gangguan keseimbangan Tidak ada

(Centang sistem musculoskeletal sesuai hasil pemeriksaan.)


Sistem Persarafan :
Nyeri kepala Pada bagian tengkuk
Pusing Tidak ada
Tremor Tidak ada
Reflek pupil anisokor Tidak ada

39
Paralisis : lengan kiri/ lengan kanan/ kaki kiri/ kaki kanan

Anestesi daerah perifer Tidak ada

(Centang sistem persarafan sesuai hasil pemeriksaan dan


tanyakan apa yang dirasakan keluarga.)

Sistem Perkemihan :
Disuria Tidak ada
Hematuria Tidak ada
Frekuensi 2-3 kali sehari
Retensi Tidak ada
Inkontinensia Tidak ada
(Centang sistem perkemihan sesuai yang ditanyakan pada
keluarga.)

Sistem Pencernaan :
Intake cairan kurang Tidak ada
Mual/ muntah Tidak ada
Nyeri perut Ada
Muntah darah Tidak ada
Flatus Ada
Distensi abdomen Tidak ada
Colostomy Tidak ada
Diare Tidak ada
Konstipasi Tidak ada
Bising usus Baik, 7x / Menit
Terpasang sonde Tidak ada
(Centang sistem pencernaan sesuai yang ditanyakan pada keluarga dan
hasil pemeriksaan.)

Riwayat Pengobatan :

40
Alergi obat Sebutkan : Tidak ada
Jenis obat yang dikonsumsi : Tidak ada
(Tanyakan pada keluarga apakah memiliki riwayat alergi pada obat-
obatan. Jika ya, conteng dan sebutkan jenis obat apa yang bias membuat
alergi.)

K. Pengkajian Lingkungan:
1. Ventilasi : (1) < 10% luas lantai (2) 10% luas lantai
: (2) 10% luas lantai

2. Pencahayaan : (1) Baik (2) kurang


: (1) Baik
3. Lantai : (1) semen (2) keramik

(3) tanah (4)lainnya,Kayu ulin

4. Kebersihan rumah : (1) baik (2) kurang


: Baik cukup bersih dan rapi
5. Jenis bangunan : (1) permanen (2)semi permanen
: (1) permanen
(Amati tempat tinggal keluarga, centang sesuai dengan criteria yang ditentukan.)

6. Air untuk keperluan sehari-hari


1) Sumber air untuk keperluan minum:
PDAM umur
Sungai Air mineral
(Tanyakan kepada keluarga, air yang dikonsumsi berasal darimana
dan centang dengan criteria yang ditentukan.)

2) Sumber air untuk keperluan mandi dan cuci:


PDAM Sumur
Sungai Air mineral

41
(Tanyakan pada keluarga, air untuk mandi dan cuci berasal
darimana. Conteng sesuai dengan criteria yang ditentukan.)

3) Jarak sumber air dengan pembuangan limbah keluarga/septic tank:


<10 meter >10 meter

(Tanyakan pada keluarga, seberapa jauh air yang dikonsumsi


dari tempat pembuangan limbah keluarga dan centang.)

4) Tempat penampungan air sementara:


Bak Ember
Gentong Lain-lain..........
(Tanyakan pada keluarga tempat penampungan air sementara dan
centang sesuai criteria yang ditentukan.)

5) Kondisi tempat penampungan air:


Tertutup Terbuka
(Tanyakan pada keluarga tempat penampungan air tertutup atau
terbuka dan conteng sesuai criteria yang ditentukan.)
6) Kondisi air:
Berasa Berwarna
Berbau Ada endapan
Tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna
(Tanyakan pada keluarga bagaimana kondisi air nya. Conteng sesuai
dengan criteria yang ditentukan.)

7. Sampah Keluarga
1) Pembuangan sampah:
TPU Sungai
Ditimbun
Dibakar Sembarang tempat

42
(Tanyakan pada keluarga tempat membuang sampah dimana dan
conteng.)

2) Apakah rumah memiliki tempat penampungan sampah sementara ?


Ya Tida Tidak
(Amati apakah rumah keluarga ada tempat penampungan sampah
sementaradan centang.)

3) Bila ya bagaiman kondisisnya ?


Tertutup Terbuka
(Amati bagaimana kondisi tempat pembuangan sampah dan centang.)

4) jarak tempat penampungan sampah dengan rumah ?


<5 meter >5meter
(Amati jarak rumah dengan penampungan sampah dan centang.)

8. Sistem pembuangan kotoran :


1) Tempat Keluarga buang hajat (BAK/BAB) :
Jamban (WC) Sungai
Sembarang tempat

2) Apabila memiliki jamban,jenisnya apa :


Cemplung Leher angsa Plengseran

3) Pembuangan air limbah :


Resapan Got
Sembarang tempat
(Tanyakan pada keluarga tempat pembuangan kotoran nya seperti
apa dan centang.)

9. Hewan peliharaan / ternak


1) Apakah memiliki hewan peliharan/ ternak ?

43
Ya Tidak tidak

2) apabila memiliki ,apakah termasuk hewan ternak/ peliharaan ?


Ya Tidak

3) bila ya, apakah hewan ternak ada kandangnya ?


Ada Tidak ada

4) bila ada, dimana letaknya ?


Didalam rumah Diluar rumah

5) bila diluar rumah, berapa jauh jaraknya ?


<1meter >1 meter tetapi < 10 meter

6) kondisi kandang :
Terawat Tidak terawatt
(Tanyakan pada keluarga apakah memiliki hewan ternak atau
peliharaan,jika ya, dimana letaknya dan seberapa jauh dari rumah serta
bagaimana kondisi kandangnya. Centang sesuai dengan yang diamati.)

Perawat yang mengkaji

Nama : Sahril .S Tgl : 29 Januari 2020 Pkl : 08.45 WIB

(Tulis nama yang melakukan pengkajian,tanggal dan jam pengkajian)

44
Catatan Keperawatan Keluarga

II. Analisa Data


No Data Penunjang Masalah Penyebab
1. DS : Tn.S mengatakan Ketidak mampuan Kurangnya
tidak tahu jika ia keluarga Tn. S mengenal terpapar informasi
masalah kesehatan
menderita hipertansi, tentang masalah
keluarga.
bahkan tidak mengerti apa kesehatan pada
itu hipertensi karena baru keluarga Tn.S.
memeriksa kesehatannya.

DO :
-Tn. S terlihat tidak
mengerti apa itu hipertensi
-Tn. S terlihat bingung
saat ditanya tentang
mengidap hipertensi
- Tn.S tidak padah apa itu
Hipertensi
- TD :160/100 mmHg
- N : 82 x/m
- RR : 20 x/m
- S : 36’5 ºC

45
DS : Tn. S mengtakan Ketidak mampuan Kurangnya
tidak tau makanan yang keluarga Tn. S mengenal terpapar informasi
Diet sebagian salah satu
harus dikonsumsi agar tentang diet
penyebab terjadinya
tekanan darah tidak hipertensi hipertensi pada
naik/terkendali keluarga Tn.S.

DO :
- Tn. S terlihat
bingung saat
ditanya makanan
yang memicu
tekanan darah
naik.
- Tn. S tidak tau
makanan yang
dapat memicu
naiknya tekanan
darah
- TD :160/100
mmHg
- N : 82 x/m
- RR : 20 x/m
- S : 36’5 ºC

46
DS : Tn. S mengtakan Ketidak mampuan Kurangnya
Tidak pernah berobat ke keluarga Tn. S terpapar informasi
memanfatkan fasilitas
puskesmas/rumah sakit tentang fasilitas
kesehatan
jika sedang sakit, ia dan pelayanan
keluarga lebih memilih kesehatan pada
membeli obat di apotik keluarga Tn.S.
terdekat, seperti
paracetamol, paramex,
mixagrib, bodrex.

DO :
- Tn. S terlihat
bingung saat
ditanya kapan
terakhir berobat ke
fasilitas kesehatan.
- Tn. S tidak dapat
menjawab saat
ditanya keadaan
tekanan darah
darahnya/kesehtan
sekarang.
- Tn.S tidak
memahami apa itu
hipertensi.
- Tn. S mempunyai
kartu berobat BPJS
- Jarak tempuh
rumah ke fasilitas
kesehatan ± 7 km.

47
III. Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga
Kriteria Skore Pembenaran
Sifat Masalah (Bobot 1) Tn.S mengatakan tidak
Skala: tahu jika ia menderita
3 : Aktual 3/3 x 1 = 1 hipertansi, bahkan tidak
2 : Resiko mengerti apa itu hipertensi
1 : Sejahtera karena baru memeriksa
kesehatannya.
Kemungkinan Masalah Kondisi klien dengan usia
Dapat Diubah (Bobot 2) produktif dengan pedidikan
Skala: SD mempengaruhi
2 : Mudah 2/2 x 2 = 2 penyerapan informasi
1 : Sebagian
0 : Rendah
Pontensial Masalah Untuk Keluarga Tn. S mau diajak
Dicegah (Bobot 1) kerja sama. (keoperatif)
Skala :
3 : Tinggi 3/3 x 1 = 1
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah Bila tidak segera
(Bobot 1) ditanganai kemungkinan
2 : Berat, Segera 2/2 x 1 = 1 penyembuhan lama dan
ditangani terjadi kompikasi yang
1 : Tidak Perlu Segera lebih lanjut.
ditangani
0 : Tidak Dirasakan
TOTAL 5

III. Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga

48
Kriteria Skore Pembenaran
Sifat Masalah (Bobot 1) Tn. S mengtakan tidak tau
Skala: makanan yang harus
3 : Aktual 3/3 x 1 = 1 dikonsumsi agar tekanan
2 : Resiko darah tidak naik/terkendali
1 : Sejahtera
Kemungkinan Masalah Kondisi klien dengan usia
Dapat Diubah (Bobot 2) produktif dengan pedidikan
Skala: SD mempengaruhi
2 : Mudah 2/2 x 2 = 2 penyerapan informasi
1 : Sebagian
0 : Rendah
Pontensial Masalah Untuk Keluarga Tn. S mau diajak
Dicegah (Bobot 1) kerja sama.(keoperatif)
Skala:
3 : Tinggi 3/3 x 1 = 1
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah Bila tidak segera
(Bobot 1) ditanganai kemungkinan
2 : Berat, Segera 2/2 x 1 = 1 penyembuhan lama dan
ditangani terjadi kompikasi yang
1 : Tidak Perlu Segera lebih lanjut.
ditangani
0 : Tidak Dirasakan
TOTAL 5

III. Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga


Kriteria Skore Pembenaran

49
Sifat Masalah (Bobot 1) Tn. S mengtakan Tidak
Skala: pernah berobat ke
3 : Aktual 3/3 x 1 = 1 puskesmas/rumah sakit jika
2 : Resiko sedang sakit, ia dan
1 : Sejahtera keluarga lebih memilih
membeli obat di apotik
terdekat, seperti
paracetamol, paramex,
mixagrib, bodrex.
Kemungkinan Masalah Kondisi klien dengan usia
Dapat Diubah (Bobot 2) produktif dengan pedidikan
Skala: SD mempengaruhi
2 : Mudah 2/2 x 2 = 2 penyerapan informasi
1 : Sebagian
0 : Rendah
Pontensial Masalah Untuk Keluarga Tn. S mau diajak
Dicegah (Bobot 1) kerja sama.(keoperatif)
Skala:
3 : Tinggi 3/3 x 1 = 1
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah Bila tidak segera
(Bobot 1) ditanganai kemungkinan
2 : Berat, Segera 2/2 x 1 = 1 penyembuhan lama dan
ditangani terjadi kompikasi yang
1 : Tidak Perlu Segera lebih lanjut.
ditangani
0 : Tidak Dirasakan
TOTAL 5

IV. Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga


Prioritas Diagnosa Keperawatan Skore
1. Ketidak mampuan

50
keluarga Tn. S mengenal
1 masalah kesehatan 5
keluarga.
2. keluarga Tn. S mengenal
Diet sebagian salah satu 5
2 penyebab terjadinya
hipertensi
3. Ketidak mampuan
3 keluarga Tn. S 5
memanfatkan fasilitas
kesehatan

V. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Diagnosa Keperawatan :
Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi
Keperawatan
Setelah dilakukan Verbal 1) Keluarga 1) Observasi
1x kunjunga rumah pengetahua mengetahui apa itu pengetahuan

51
diharapkan n pengertian keluarga
keluarga mampu penyakit 2) Anjurkan keluarga
mengidetifikasi Hipertensi untuk memberikan
masalah Hipertensi 2) Keluarga makanan yang
pada Tn. S mengetahui rendah garam,
penyebab rendah lemak pada
Hipertensi Tn. S
3) Keluarga 3) Beri informasi
mengetahui tanda tentang Hipertensi
dan gejala dan komplikasinya
Hipertensi 4) Beri pendidikan
4) Keluarga kesehatan tentang
mengetahui Hipertensi pada
komplikasi kelaurga Tn. S
Hipertensi
5) Keluarga
mengetahui
penatalaksnaaan
Hipertensi
Setelah dilakukan Verbal 1) Keluarga 1) Observasi
1x kunjunga rumah pengetahua mampu pengetahuan
diharapkan n mengenal keluarga
keluarga Tn. S pengaturan diet 2) Berikan
mampu bagi penderita penjelasan
mengidentifikasi hipertensi tentang obat
masalah diet 2) Keluarga herbal yang
hipertensi pada Tn. mengetahui mampu
S diet yang tepat menurunkan
pada Tn. S tekanan darah
3) Keluarga dapat 3) Anjurkan
mengenal keluarga
masalah diet memberikan
yang memicu serut mentimun

52
meningkatnya secukupnya.
tekanan darah 4) Anjurkan
4) Keluarga dapat keluarga untuk
mmengontrol mengkonsumsi
makanan yang makanan rendah
memicu garam, rendah
hipertensi. lemak terutama
pada Tn. S

Setelah dilakuakan Verbal 1) Keluarga 1) Observasi


kunjungan rumah pengetahua mengetahui pengetahuan
1x diharapkan n pentingnya keluarga.
keluarga Tn. S menggunakan 2) Anjurkan
mampu dan pelyanan keluarga ke
mau menggunakan kesehatan. pelayanan
Fasilitas kesehatan 2) Keluarga kesehatan bila
seperti puskesmas. memahami mengalami sakit
manfaat seperti ke
pelayanan puskesmas atau
kesehatan. rumah sakit dan
3) Keluarga dapat klinik.
menggunakan 3) Memberikan
fasilitas informasi
kesehatan menggunakan
seperti fasilitas
puskesmas kesehatan bila
keliling dan mengalami sakit
rumah sakit. berat /ringan.
4) Keluarga Tn. S 4) Anjurkan
menggunakan keluarga
BPJS yang ada. menggunakan
BPJS yang ada.

53
VI. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga
Hari/Tangga Pukul Implementasi Evaluasi
l
Rabu, 29 18.00 1. Mengobservasi S: Keluarga Tn. S
Januari 2020 wib pengetahuan keluarga mengatakan sudah
2. Menganjurkan keluarga mengetahui dan
untuk memberikan memahami tentang
makanan yang rendah hipertensi dan
garam, rendah lemak komplikasinya.

54
pada Tn. S O:
3. Memberi informasi 1) Keluarga tampak
tentang Hipertensi dan koperatif
komplikasinya 2) Keluarga Tn. S
4. Memberi pendidikan dapat menjawab
kesehatan tentang pertanyaan yang di
Hipertensi pada ajukan.
keluarga Tn. S 3) Tn. S dapat
memahami dan
mengetahui
penyebab dan
komplikasi
hipertensi.
4) TD: 130/90mmHg
N : 82 x/menit
RR: 20 x/menit
S : 36,2 ºC
A : Masalah teratasi
P : HentikanIntervensi

55
Rabu, 29 18.00 1. Memberikan penjelasan S: Keluarga Tn. S
Januari 2020 wib kepada keluarga jenis mengetahui makanan
diet yang dapat yang dapat memicu
meningkatkan tekanan naiknya tekanan darah
darah dan pengaturan diet
2. Memberikan penjelasan pada hipertensi serta
tentang obat herbal cara menurunkan
yang mampu tekanan darah dengan
menurunkan tekannan mentimun.
darah O:
3. Menganjurkan keluarga 1) Keluarga tampak
memberikan serut koperatif
mentimun secukupnya 2) Keluarga Tn. S
pada Tn. S mengetahui
4. Mengeanjurkan makanan pada
keluarga untuk penderita
mengkonsumsi hipertensi
makanan rendah garam, 3) Keluarga dapat
rendah lemak, pada mengatur
penderita Hipertensi makanan yang
terutam pada Tn. S harus dikonsumsi
Tn. S
4) Keluarga
mengetahui cara
menurunkan
tekanan darah
dengan
mengkonsumsi
mentimun.
5) TD:130/90mmHg
N : 80 x/menit
RR: 20 x/menit

56
S : 36,2 ºC
A : Masalah teratasi
P : Hentikanintervensi

Rabu, 29 18.00 1. Mengobservasi S : Keluarga Tn.S


Januari 2020 wib pengetahuan keluarga. mengatakan
2. Menganjurkan keluarga mengetahui dan
ke pelayanan kesehatan memahami tentang
bila mengalami sakit manfaat pelayanan
seperti ke puskesmas kesehatan dan mau
atau rumah sakit. menggunakan BPJS
3. Memberikan informasi yang ada.
pentingnya O:
menggunakan fasilitas 1) Keluarga Tn.S
kesehatan bila dapat bekerja
mengalami sakit ringan sama (koperatif)
ataupun berat. 2) Keluarga dapat
4. Menganjurkan keluarga menjawab saat
menggunakan BPJS ditanya
yang ada. 3) Keluarga Tn.S
mengerti
pentingnya
kepelayanan
kesehatan
4) Keluarga mau
memanfaatkan
Fasilitas
kesehatan dan
menggunakan
BPJS yang ada
5) TD:130/90mHg
N : 80x/menit

57
RR:20 x/menit
S : 36,2 ºC
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan mencoba membandingkan konsep teori
mengenai asuhan keperawatan pasien dengan Hipertensi di UPT PKM
jekan raya Palangka Raya.
Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam
praktek keperawatan. Hal ini disebutkan sebagai suatu pendekatan
problem yang memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal
dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien baik sebagai individu,
keluarga maupun masyarakat mengemukakan dalam proses keperawatan
terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi (Nursalam 2011).
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Nursalam, 2011).
Menurut teori beberapa hasil pengkajian dan observasi pada
keluaraga Tn .S dengan Hipertensi ditemukan data-data Tn.S merasa nyeri
pada bagian tengkuk.
Pada kasus keluarga Tn.S didapatkan data yaitu keluarga Tn.S
mengatakan tidak tahu bahwa Tn.S menderita hipertensi juga tidak
mengetahui penyebab, tanda, gejala dan komplikasi dari tekanan darah
tinggi ( Hipertensi).
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia dan individu atau kelompok dimana perawatan secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara

58
pasti untuk menjaga status kesehatan, membatasi, mencegah dan merubah
(Carpenito, 2009).
Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus keluarga Tn.S yaitu
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Hipertensi pada Tn.S berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Hipertensi, Ketidak
mampuan keluarga Tn. S mengenal diet sebagian salah satu penyebab terjadinya
hipertensi pada Tn. S berhubungan dengan Kurangnya terpapar informasi pada
keluarga tentang diet hipertensi dan Ketidak mampuan keluarga Tn. S
memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik berhubungan dengan kurang
pengetahuan keluarga menggunakan pelayanan kesehatan.
4.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah langkah ketiga dalam proses keperawatan (Doengoes,
2009). Perencanaan terhadap keluaraga Tn.S disusun berdasarakan perioritas
masalah, konsep dan teori yang telah di susun disesuaikan dengan literature yang
ada, tetapi tidak semua dimasukan dalam kasus pasien ini. pada kasus ini rencana
keperawatan yang akan dilaksanakan pada klien keluaraga Tn.S adalah
4.3.1 ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Hipertensi pada Tn.S
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
Hipertensi
perencanaan untuk diagnosa pertama sesuai dengan teori adalah
Observasi pengetahuan keluarga, Anjurkan keluarga untuk memberikan
diet yang rendah garam, rendah lemak, Beri informasi tentang Hipertensi
beserta komplikasinya dan Beri pendidikan kesehatan tentang Hipertensi
pada kelaurga Tn. S
Dari intervensi teori dan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
Tn.K terdapat kesamaan yaitu Observasi pengetahuan keluarga, Anjurkan
keluarga untuk memberikan diet yang rendah garam, rendah lemak, Beri
informasi tentang Hipertensi beserta komplikasinya dan Beri pendidikan
kesehatan tentang Hipertensi pada kelaurga Tn. S
4.3.2 ketidak mampuan keluarga Tn. S mengenal diet sebagian penyebab
terjadinya hipertensi berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
diet hipertensi

59
Perencanaan untuk diagnosa kedua sesuai dengan teori adalah Beri
penjelasan ke pada keluarga jenis makanan yang dapat meningkatkan
tekanan darah,  Berikan penjelasan tentang obat herbal yang mampu
menurunkan tekanan darah, Anjurkan keluarga memberikan serut mentimun
secukupnya, Anjurkan keluarga untuk mengkonsumsi makanan rendah
garam, rendah lemak pada penderita hipertensi terutama pada Tn. S.
Dari intervensi teori dan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
Tn.S terdapat kesamaan yaitu Beri penjelasan ke pada keluarga jenis
makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah,  Berikan penjelasan
tentang obat herbal yang mampu menurunkan tekanan darah, Anjurkan
keluarga memberikan serut mentimun secukupnya, Anjurkan keluarga
untuk mengkonsumsi makanan rendah garam, rendah lemak pada
penderita hipertensi terutama pada Tn. S.
4.3.3 Ketidakmauan keluarga Tn. K untuk memanfaatkan pasilitas kesehatan
untuk memelihara kesehatan Tn. S berhungan dengan kurang
penngetahuan keluarga menggunakan pelayanan kesehatan
Perencanaan untuk diagnosa ketiga sesuai dengan teori adalah
Observasi pengetahuan keluarga, Anjurkan keluarga kepelayanan
kesehatan bila mengalami sakit seperti puskesmas, rumah sakit, klinik dan
lain-lain, Memberikan informasi pentingnya menggunakan fasilitas
kesehatan bila mengalami sakit terdekat
Dari intervensi teori dan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn.S
terdapat kesamaan yaitu Observasi pengetahuan keluarga, Anjurkan
keluarga kepelayanan kesehatan bila mengalami sakit seperti puskesmas,
rumah sakit, klinik dan lain-lain, Memberikan informasi pentingnya
menggunakan fasilitas kesehatan bila mengalami sakit terdekat.
4.4 Implementasi Keperawatan

Menurut (Doengoes, 2009) implementasi merupakan pengelolaan dan


perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan-tindakan
yang mengacu kepada prencanaan yang telah di susun sebelumnya oleh
perawat. Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga yang harus dilalui yaitu :
persiapan, perencanaan, dan pendekumentasian (Nusalam, 2011)

60
4.4.1 ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Hipertensi pada An.W
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
Hipertensi
Implementasi untuk diagnosa yang pertama sesuai dengan teori adalah
Mengobservasi pengetahuan keluarga, Menganjurkan keluarga untuk
memberikan diet yang rendah garam, rendah lemak, Memberi informasi
tentang Hipertensi beserta komplikasinya dan Memberi pendidikan
kesehatan tentang Hipertensi pada kelaurga Tn. S
Dari implementasi di atas antara teori dan kasus pada kelaurga Tn. K
terdapat kesamaan Mengobservasi pengetahuan keluarga, Menganjurkan
keluarga untuk memberikan diet yang rendah garam, rendah
lemak, Memberi informasi tentang Hipertensi beserta komplikasinya dan
Memberi pendidikan kesehatan tentang Hipertensi pada kelaurga Tn. S
4.4.2 ketidak mampuan keluarga Tn. S mengenal diet sebagian penyebab
terjadinya hipertensi berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
diet hipertensi
Implementasi untuk diagnosa kedua sesuai dengan teori adalah
Memberi penjelasan ke pada keluarga jenis makanan yang dapat
meningkatkan tekanan darah,  Memberikan penjelasan tentang obat herbal
yang mampu menurunkan tekanan darah, Menganjurkan keluarga
memberikan serut mentimun secukupnya, Menganjurkan keluarga
untuk mengkonsumsi makanan rendah garam, rendah lemak pada
penderita hipertensi terutama pada Tn.S
Dari Implementasi teori dan asuhan keperawatan keluarga pada
keluarga Tn.S terdapat kesamaan yaitu Memberi penjelasan ke pada
keluarga jenis makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah, 
Memberikan penjelasan tentang obat herbal yang mampu menurunkan
tekanan darah, Menganjurkan keluarga memberikan serut mentimun
secukupnya, Menganjurkan keluarga untuk mengkonsumsi makanan
rendah garam, rendah lemak pada penderita hipertensi terutama pada Tn.
S.

61
4.4.3 Ketidakmauan keluarga Tn. S untuk memanfaatkan pasilitas kesehatanunt
uk memelihara kesehatan An. S berhungan dengan kurang penngetahuan
keluarga menggunakan pelayanan kesehatan.
Implementasi untuk diagnosa yang ketiga sesuai dengan teori
adalah Mengobservasi pengetahuan keluarga, Menganjurkan keluarga
kepelayanan kesehatan bila mengalami sakit seperti puskesmas, rumah
sakit, klinik dan lain-lain, Memberikan informasi pentingnya
menggunakan fasilitas kesehatan bila mengalami sakit terdekat
Dari implementasi di atas antara teori dan kasus pada kelaurga Tn. S
terdapat kesamaan Mengobservasi pengetahuan keluarga, Menganjurkan
keluarga kepelayanan kesehatan bila mengalami sakit seperti puskesmas,
rumah sakit, klinik dan lain-lain, Memberikan informasi pentingnya
menggunakan fasilitas kesehatan bila mengalami sakit terdekat

4.5 Evaluasi Keperawatan


Menurut (Potter dan Perry, 2009) evaluasi adalah pengukuran keberhasilan
asuhan keperawatan dan kemajuan klien kea arah pencapaian tujuan.
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan keluarga dimana
tahap keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperwatan di nilai dan
kebutuhan untuk memodifikasi tujuan akan intervensi keperawatan di
tetapkan (Brooker, Christine, 2009)
Evaluasi dari tindakan pada keluarga Tn. S, yaitu sebagai berikut :
4.5.1 ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Hipertensi pada Tn.S
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
Hipertensi
S: Keluarga Tn. S mengatakan sudah mengetahui dan memahami tentang
hipertensi dan komplikasinya.
O:
1) Keluarga tampak koperatif
2) Keluarga Tn. S dapat menjawab pertanyaan yang di ajukan.
3) Tn. S dapat memahami dan mengetahui penyebab dan komplikasi
hipertensi.

62
4) TD: 130/90mmHg
N : 82 x/menit
RR: 20 x/menit
S : 36,2 ºC
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

1.5.2 ketidak mampuan keluarga Tn. S mengenal diet sebagian penyebab


terjadinya hipertensi berhubungan dengan kurangnya informasi tentang diet
hipertensi
S : Keluarga Tn. S mengetahui makanan yang dapat memicu naiknya tekanan
darah dan pengaturan diet pada hipertensi serta cara menurunkan tekanan darah
dengan mentimun.
O:
1) Keluarga tampak koperatif
2) Keluarga Tn. S mengetahui makanan pada penderita hipertensi
3) Keluarga dapat mengatur makanan yang harus dikonsumsi Tn. S
4) Keluarga mengetahui cara menurunkan tekanan darah dengan
mengkonsumsi mentimun.
5) TD:130/90mmHg
N : 80 x/menit
RR: 20 x/menit
S : 36,2 ºC
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
1.5.3 Ketidakmauan keluarga Tn. S untuk memanfaatkan pasilitas kesehata untuk
memelihara kesehatan Tn. S berhungan dengan kurang penngetahuan
keluarga menggunakan pelayanan kesehatan.
S : Keluarga Tn.S mengatakan mengetahui dan memahami tentang manfaat
pelayanan kesehatan dan mau menggunakan BPJS yang ada.
O:
1) Keluarga Tn.S dapat bekerja sama (koperatif)

63
2) Keluarga dapat menjawab saat ditanya
3) Keluarga Tn.S mengerti pentingnya kepelayanan kesehatan
4) Keluarga mau memanfaatkan Fasilitas kesehatan dan menggunakan BPJS
yang ada
5) TD:130/90mHg
N : 80x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,2 ºC
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervens

64
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan
sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95
mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan
hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas
140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Menurut teori beberapa hasil pengkajian dan observasi pada
keluaraga Tn.S didapatkan data yaitu keluarga Tn.S mengatakan tidak
tahu bahwa Tn.S menderita hipertensi juga tidak mengetahui penyebab,
tanda, gejala dan komplikasi dari tekanan darah tinggi ( Hipertensi).
Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus keluarga Tn.S yaitu
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Hipertensi pada Tn.S
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
Hipertensi. Ketidakmampuan keluarga Tn. S mengenal diet yang
sebagian sebagai penyebab terjadinya Hipertensi berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang diet
hipertensi.Ketidakmauan keluarga Tn. S untuk memanfaatkan pasilitas kes
ehatan untuk memelihara kesehatan Tn. S berhungan dengan kurang
penngetahuan keluarga menggunakan pelayanan kesehatan.
Dari intervensi teori dan asuhan keperawatan keluarga yang pertama pada
keluarga Tn.K terdapat kesamaan yaitu Observasi pengetahuan keluarga,

65
Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan rendah garam, rendah lemak Pada
Tn. S, Beri informasi tentang Hipertensi dan komplikasinya pada keluarga Tn. S
dan Beri pendidikan kesehatan tentang Hipertensi pada kelaurga Tn.S, intervensi
teori dan asuhan keperawatan keluarga yang kedua pada keluarga Tn. S terdapat
Memberi penjelasan ke pada keluarga jenis makanan yang dapat meningkatkan
tekanan darah, Memberikan penjelasan tentang obat herbal yang mampu
menurunkan tekanan darah, Menganjurkan keluarga memberikan serut mentimun
secukupnya, Menganjurkan keluarga untuk mengkonsumsi makanan rendah
garam, rendah lemak pada penderita hipertensi terutama pada Tn.S dan Dari
intervensi teori dan asuhan keperawatan keluarga yang ke tiga pada keluarga
Tn.S terdapat kesamaan yaitu Observasi pengetahuan keluarga, Anjurkan keluarga
kepelayanan kesehatan bila mengalami sakit seperti puskesmas, rumah sakit,
klinik dan lain-lain, Memberikan informasi pentingnya menggunakan fasilitas
kesehatan bila mengalami sakit terdekat.
Implementasi untuk diagnosa yang pertama sesuai dengan teori adalah
Observasi pengetahuan keluarga, Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan
yang rendah garam,rendah lemak Pada Tn.S, Beri informasi tentang hipertensi
dan komplikasinya pada keluarga Tn.S dan Beri pendidikan kesehatan tentang
gastritis pada kelaurga Tn.S, Implementasi untuk diagnosa yang kedua adalah
Memberi penjelasan ke pada keluarga jenis makanan yang dapat meningkatkan
tekanan darah, Memberikan penjelasan tentang obat herbal yang mampu
menurunkan tekanan darah, Menganjurkan keluarga memberikan serut mentimun
secukupnya, Menganjurkan keluarga untuk mengkonsumsi makanan rendah
garam, rendah lemak pada penderita hipertensi terutama pada Tn.S dan
Implementasi untuk diagnosa yang ketiga sesuai dengan teori adalah Observasi
pengetahuan keluarga, Anjurkan keluarga kepelayanan kesehatan bila
mengalami sakit seperti puskesmas, rumah sakit, klinik dan lain-lain,
Memberikan informasi pentingnya menggunakan fasilitas kesehatan bila
mengalami sakit terdekat.
Pada tahap evaluasi dari ketiga diagnosa teratasi , hal ini karena faktor
pendukung dari klien, keluarga klien, dan fasilitas kesehatan.

66
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Akademik
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKES Eka Harap Palangkaraya
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan
datang
5.2.2 Bagi UPT PKM Jekan Raya
Sebagai bahan masukan bagi perawat di UPT PKM jekan raya
Palangka Raya untuk mengambil langkah dalam meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan pada keluarga Tn.S
5.2.3 Bagi Klien Dan Keluarga
Dapat meningkatkan pengetahuan keluarga Tn.S tentang pengetahuan
keluarga mengenai pengertian Hipertensi, tanda, gejala, komplikasi dari
Hipertensi.
5.2.4 Bagi Tenaga Keperawatan
Sebagai suatu referensi dan sumber pengetahuan bagi tenaga keperawatan
untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan secara menyeluruh, sehingga
berimplikasi pada peningkatan kualitas kesehatan keluarga.

5.2.5 Bagi Penulis


Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga yang mengalami penyakit Hipertensi

67
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik


AnalisisData. Jakarta. Salemba Medika
Ali, Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Asmadi. (2013). Konsep Dasar Keperawatan Keluarg., Jakarta : EGC
Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. Buku Pertama. Bandung :
Refika
Doenges M. E. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta
:EGC
Friedman, Marilyn M. (2015). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta:
EGC
Gustin, Rahmi Kurnia, (2012). Faktor-faktor yang berhubungan
dengankejadian gastritis. Jakarta : EGC
Harnilawati (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.
SulawesiSelatan : Pustaka As Sulam
Misnadiarly (2016). Mengenal Penyakit Organ cerna : Gastritis
(Dyspepsia arau Maag. Jakarta : Pustaka Populer OBDA
Muhlisin A. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : GosyenPublising.
Muttaqin, (2013). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Selemba Medica

68
69

Anda mungkin juga menyukai