Anda di halaman 1dari 47

Studi Kasus

Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kualitas Tidur Lansia

Diana Novita.S.Kep

22221033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG TAHUN

2021/2022
Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kualitas Tidur Lansia

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

Diana Novita

22221033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG TAHUN

2020/2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Studi Kasus ini diajukan oleh:

Nama : Diana Novita

NIM : 22221033

Program Studi : Profesi Ners

Judul Studi Kasus : Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap


Kualitas Tidur Lansia

Telah diperiksa dan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
disetujui untuk dilakukan proses Ujian Komprehensif.

Palembang, Januari 2021

Pembimbing I Pembimbing II

(Puji Setyarini., S.Kep., Ns., M.kes) (SeptiArdianty.,S.kep.,Ns.,M.Kep)

NBM: 1085012 NBM: 085015

Disetujui,

Ketua Program Studi

(Yudi Abdul Majid, S.Kep.,Ns.,M.Kep)

NBM: 1056216
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Diana Novita

Nim : 22221033

Program Sudi : Profesi Ners

Judul Studi : Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap


Kualitas Tidur Lansia

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memproleh gelar Ners pada
Program Profesi Ners, Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Puji Setya Rini, S.Kep., Ns., M.Kes ( )

Pembimbing II : Septi Ardianty.,S.kep.,Ns.,M.Kep ( )

Ditetapkan di : Palembang
Tanggal : Januari 2021

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Maya Fadlilah, S.Kep., Ns., M.Kes.

NBM. 999587
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Seminar Komprehensif ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Diana Novita

NIM : 22221033

Tanda Tangan :

Tanggal : Januari 2021


HALAMAN PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik IKesT Muhammadiyah Palembang, saya yang


bertanda tangan di bawahini:

Nama : Diana Novita


NIM : 22221033
ProgramStudi : Pendidikan Profesi Ners
JenisKarya : Studi Kasus

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Ikes Muhammadiyah Palembang Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Non- exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kualitas Tidur Lansia.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini IKesT Muhammadiyah Palembang berhak menyimpan,
mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat : Palembang

Pada Tanggal : Januari 2021

Yang Menyatakan

(Diana Novita)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Biodata

Nama : Diana Novita

NIM : 22221033

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tgl Lahir : Bingin Rupit Ilir, 25 Maret 1998

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Nama Orang Tua

Ayah : H.M.Asdi.DH

Ibu : HJ.Nuraida/Ida lala

No Telpon : 081290848933

Alamat Email : dn6531422@gmail.com

Alamat : Ds.Beringin jaya.Kec.Muara Rupit. Kab.Musirawas Utara

Pendidikan

Tahun 2004 -2009 : SD Negeri Bingin Rupit Ilir

Tahun 2010 - 2012 : SMP Arrahamniya (ARMY 485) Depok Jawa Barat

Tahun 2012 - 2015 : SMA Negeri 1 Muara Rupit


Tahun 2017-2021 : Program Studi Ilmu Keperawatan IKesT Muhammadiyah

Palembang

Tahun 2021 -2022 : Progrma Profesi Ners IkesT Muhammadiyah Palembang


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan studi kasus ini. Penulisan ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners di Institut
Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang. Saya menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan studi kasus ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan studi kasus ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Heri Shatriadi Cp., M.Kes. selaku Ketua IKest Muhammadiyah
Palembang

2. Ibu Maya Fadlilah, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku Dekan Ilmu Kesehatan IKesT
Muhammadiyah Palembang

3. Ibu Puji Setya Rini, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Sektretaris Profesi Ners IKesT
Muhammadiyah Palembang

4. Bapak Yudi Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan

5. Bapak Yudi Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu membimbing dan memberikan dukungan dalam
penyelesaian Studi Kasus ini.

6. Ibu Puji Setya Rini, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Penguji dalam penyusunan
Studi Kasus

7. Kepada seluruh Dosen yang ada di IKest Muhammadiyah Palembang,


khususnya Bapak/Ibu Dosen Profesi Ners yang membantu menyelesaikan Studi
Kasus ini
8. Kepada kedua Orang Tua saya Ibu dan Ayah tercinta yang selalu mendoakan
dan mendukung dalam proses belajar saya hingga penyusunan studi kasus ini
selesai.

9. Kepada sahabat saya yang membantu dan menemani via onlen dalam
penyusunan Studi Kasus ini

10. Kepada teman-teman seperjuangan Pendidikan Profesi Ners angkatan XV


yang selama ini menemani dan memberi kenangan selama perkuliahan.
Sesungguhnya masih banyak lagi pihak yang membantu, namun tidak dapat
disebutkan satu-persatu disini. Untuk itu, saya mohon maaf dan menyampaikan
terima kasih atas segala bantuan dan kebaikannya. Akhirnya, Allah Azza Wajalla
Jualah Yang Maha Sempurna untuk membalas segala kebaikan yang
diberikan.Semoga limpahan Rahmat Allah tercurahkan kepada kita semua, dan
semoga Allah Ridha sehingga studi kasus ini dapat bermanfaat.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT. Berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Studi Kasus ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.

Palembang, Januari 2021

Diana Novita
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................................

HALAMAN PENESAHAN.................................................................................................

HALAMAN ORISINALITAS............................................................................................

HALAMAN PUBLIKASI...................................................................................................

RIWAYAT HIDUP..............................................................................................................

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

DAFTAR TABEL................................................................................................................

DAFTAR GAMBAR............................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................
D. Manfaat Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................

A. Konsep Teori..............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia merupakan seorang yang sudah berumur 60 tahun ke atas.


Mencapai usia lansia merupakan proses alamiah dan tidak bisa
dihindari, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan
yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara
biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua akan diiringi
kemunduran siklus dalam tubuh lansia, misalnya kemunduran fisik
yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk, gerak lambat, dan fungsi tubuh yang tidak proporsional
(Artinawati,2016).

Batasan Lansia menurut WHO adalah usia pertengahan (middle


age) kelompok usia 45 sampai 59 tahun, kemudian lanjut usia (elderly)
usia antara 60 sampai 74 tahun, kemudian lanjut usia tua (old) usia 75
sampai 90 tahun. Pada tahun 2017 populasi lansia mencapai 962 juta
lansia di dunia, dan pada tahun 2018 di Indonesia terdapat 9,27% atau
sekitar 24,49 juta lansia dari seluruh penduduk. Angka ini meningkat
dibanding tahun 2017 sebelumnya yang hanya terdapat 8,97% ( sekitar
23,4 juta) lansia di Indonesia (Badan Pusat Statistik,2018). Menurut
WHO pada tahun 2020 di kawasan Asia Tenggara populasi lansia
sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa, sedangkan di Indonesia jumlah
lansia mencapai 80 juta. Pada tahun 2035 diperkirakan jumlah lansia di
Indonesia akan terus meningkat mencapai 148,2 juta jiwa.

Angka terjadinya masalah gangguan tidur pada lansia sangat


tinggi, berdasarkan informasi diketahui bahwa terdapat 50% dari lansia
pada usia 65 tahun lebih yang mengalami masalah istirahat. Di
indonesia angka kejadian masalah tidur pada usia 60 tahun lebih
terdapat angka kasus yang sangat tinggi berkisar 67%, Angka ini
didapat dari jumlah penduduk yang berumur 65 tahun lebih.
Berdasarkan gander, ditemukan bahwa insmonia dapat terjadi pada
wanita pada usia 60- 74 tahun sebanyak 78,1% (Ariana, 2020).

Kualitas tidur merupakan suatu kondisi tidur yang mampu


dilakukan oleh seseorang dalam mewujudkan kebugaran ketika
digerakkan Kebutuhan tidur juga akan berkurang seiring bertambahnya
usia. Pada usia muda, persyaratan tidur bisa mencapai 8-9 jam, pada
usia 40 tahun kebutuhan istirahat adalah sekitar 7 jam, dan 6 jam pada
usia diatas 80 tahun (Amalia Senja, 2019). Insomnia dapat diartikan
sebagai kondisi sulitnya untuk mengawali atau mempertahankan pola
tidur yang terjadi dalam waktu kurang dari tujuh hari. Insomnia bisa
terjadi pada semua kalangan usia akan tetapi dapat sering dialami pada
umur 60 tahun ke atas. (Hartono, 2019).

Hasil survey awal penelitian pada bulan November 2020 di


dapatkan data bahwasannya lansia di UPT.Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Binjai pada tahun 2021 sebanyak 140 orang terdiri dari
perempuan sebanyak 82 lansia dan lakilaki sebanyak 58 lansia. Lansia
terdapat 25 orang yang mengalami masalah gangguan tidur disebabkan
oleh lansia mengalami stess yang merindukan keluarganya, dantidak
dapat melakukan kegiatan saat masi muda. Pada lansia banyak yang
tidakmengomsumsi terapi farmakologi saat tidak bisa tidur.Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh terapi relaksasi
otot progresif terhadap peningkatan kualitas pada lansia dengan
insomnia di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun 2021.
(Muhith, 2020)

Perawat memiliki peranan penting dalam mengatasi masalah tidur


pasien melalui intervensi keperawatan yang diberikan. Intervensi
keperawatan untuk mengatasi masalah tidur diantaranya mengontrol
lingkungan, meningkatkan kenyamananan dan relaksasi, dan
melakukan promosi kesehatan. Intervensi keperawatan ini dianggap
cukup efektif dalam mengatasi masalah tidur. (Tombokan, M.2013)

Salah satu penatalaksanaan yang bisa kita berikan sebagai perawat


pada penderita insomnia pada lansia baik secara farmakologi d dan
non farmakologi . Penatalaksanaan farmakologi bisa dilakukan
dengan mengunakan obat obatan dari dokter. Sedangkan
penatalaksanaan insomnia pada lansia bisa dengan terapi non
farmakologi Terapi relaksasi otot progresif. (Indrawati, 2018).

Terapi relaksasi otot progresif merupakan terapi pikiran tubuh yang


tidak membutuhkan imajinasi, dorongan, tidak memiliki dampak
reaksi, dan bisa dilakukan kapanpun. Selain itu terapi relakasi otot
progresif mampu meningkatkan perasaan nyaman,dan relaksasi
psikologis dengan meningkatkan kualitas tidur pada lansia maka akan
memberikan efek rileks pada tubuh. Selain itu Pengaruh dari
dilakukannya latihan relaksasi otot Progresif yang mampu mengatasi
kelelahan otot, tekanan darah menjadi lebih stabil, mengumpulkan
perasaan positif untuk mengontrol tekanan, Membuat tubuh menjadi
lebih sehat, fokus, dan untuk menigkatkan kualitas tidur yang lebih
baik (Muhith, 2020).

Berdasarkan hasil penelitian didapati adanya dampak dari


intervensi yang diterapkan pada lansia dengan insomnia dari 25 lansia
yang mengalami kesulitan kualitas tidur ditemukan hasil perhitungan
Uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan nilai 0,000, dengan demikian
berdasarkan kesimpulan tersebut terdapat dampak pengaruh intervensi
relaksasi otot pada meningkatkan kualitas tidur pada lanjut usia.
Menurut nilai hasil total penelitian sebelumnya (Kemala, 2020)

B. Rumusan masalah
Lansia merupakan seorang yang sudah berumur 60 tahun ke atas.
Mencapai usia lansia merupakan proses alamiah dan tidak bisa
dihindari, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan
yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara
biologis maupun psikologis. Angka terjadinya masalah gangguan tidur
pada lansia sangat tinggi, berdasarkan informasi diketahui bahwa
terdapat 50% dari lansia pada usia 65 tahun lebih yang mengalami
masalah istirahat. Perawat sebagai petugas kesehatan berperan penting
dalam mengatasi insomnia pada lansia dengan memberika
penatalaksaan farmakologi bisa dilakukan dengan pemberian obat dan
penatalaksanaan non farmakologi dengan memberikan terapi relaksasi
otot progresif penderita insomnia pada lansia.
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum : Menjelaskan asuhan keperawatan pada lansia
dengan memberikan intervensi nonfarmakologi terapi relaksasi otot
progresif untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansai
2. Tujuan khusus : Tujuan dari penelitian ini yang akan dilakukan
pada lansia untuk mengetahui apakah ada pengaruh terapi relaksasi
otot progresif terhadapa kalitas tidur lansia
D. Menfaat penulisan
a. Bagi institusi pendidikan
Dapat menjadi bahan referensi serta bahan acuan dan bahan
megajar dan sumber informasi untuk mahasiswa/i dalam
pembelajaran studi kasus yang akan datang
b. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga mampu mengetahui adanya pengaruh pada
terapi relaksasi otot progresif untuk mengatasi pola tidur pada
lansia, mulai dari mengenal atau mengetahui masalah kesehatan,
mengambil keputusan yang tepat, melakukan perawatan,
modifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
c. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah suatu penerapan
ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang sudah
didapatkan dan diaplikasikan dilapangan dalam memberikan
asuhan keperawatan Gerontik
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau sumber bacaan dan
bisa dijadikan data awal bagi penelitian berikutnya terkait asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah kecanduan sosial media

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori
1. Konsep Lansia

a.Pengertian Lansia

Menurut unang-undang no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan


lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia
(lansia) adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas
(Azizah, 2011). Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan dari infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Nugroho, 2012).

Dengan bertambahnya usia, waktu tidur seseorang


cendrung berkurang. Semakin banyak umur, waktu terjaga
semakin banyak. Pola terbangun dini hari lebih sering ditemukan
pada usia lanjut. Beberapa orang tertidur secara normal, tetapi
terbangun beberapa jam kemudian dan sulit untuk tertidur
kembali, kadang mereka tidur dengan keadaan gelisah dan merasa
belum puas tidur, terbangun pada dini hari, pada usia berapapun,
merupakan tanda depresi. orang yang memiliki pola tidur
terganggu dapat mengalami irama tidur yang terbaik, mereka
tertidur bukan pada waktunya tidur dan bangun pada saatnya tidur
(Susilo & Wulandari, 2011).
b. Batasan Lansia
Di Indonesia, dikatakan lansia apabila sudah berusia 60 tahun ke
atas menurut World Health Organisation (WHO) dalam Nugroho
(2008), ada empat tahap lansia meliputi:
1. Usia pertengahan (Middle Age): Kelompok usia 45-59 tahun.
2. Lanjut usia (Elderly) : Antara 60-74 tahun.
3. Lanjut usia tua (Old) : Antara 75-90 tahun.
4. Lanjut sangat tua (Very Old) : Diatas 90 tahun.
c. Proses Menua
Menua didefinisikan sebagai penurunan seiring waktu yang juga
terjadi pada sebagian besar makhluk hidup, yang berupa kelemahan,
meningkatnya kerentanan terhadap penyakit, dan perubahan
lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan
fisiologis (Sudayao A, et al, 2006). Menjadi tua merupakan suatu
proses natural dan kadang-kadang tidak tampak mencolok. Penuaan
akan terjadi pada semua organ tubuh manusia dan tidak semua organ
akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama (Hardiywinoto,
2007).
2. Konsep Insomnia

a. Pengertian Insomnia

Insomnia dapat diartikan sebagai kondisi sulitnya untuk mengawali


atau mempertahankan pola tidur yang terjadi dalam waktu kurang
dari tujuh hari. Insomnia bisa terjadi pada semua kalangan usia
akan tetapi dapat sering dialami pada umur 60 tahun ke atas.
(Hartono, 2019).

b. Etilogi

1. Berdasarkan faktor psikologis

Hal ini membuktikan bahwa setres yang berkepanjangan paling


sering menjadi penyebab insomnia kronis

2 problem psikiatri
Hal ini membuktikan bahwa prasaan yang berlebihan, neorosa
( gangguan jiwa) dengan gangguan psikologi lainya juga sering
menjadi penyebab dari gangguan tidur
3.Berdasarkan sakit fisik
Hal ini merupakan bahwa orang yang mengalami sakit fisik
seperti sesak nafas pada orang yang terangsang asma,sinustis,
maupun flu yang menyebabkan hidung tersumbat dapat menjadi
peyebab gangguan tidur.

4.Berdasarkan faktor lingkungan

Lingkungan berperan besar terhadap terjadinya insomnia


seseorang. lingkungan yang bising.

5.Berdasarkan gaya hidup

Gaya hidup yang tidak sehat juga dapa menyeabakan gangguan


pada tidur, kebiasaan rokok, mengkonsumsi alkohol,kopi(kafein)
dan jam kerja yang tidak beraturan juga dapat menjadi pemicu
terjadinya insomnia

( Susilo & Wulandari,2011)

d. Manifestasi klinis

Tanda gejala insomnia kesulitan memulai tidur, kesulitan untuk


mempertahankan tidur sehingga sering bangun dimalam hari,
Penyebab dari insomnia sering dikaitkan dengan tingkat
kecemasan, keadaan depresi, kekhawatiran/ beban pikiran, penyakit
fisik/ ketidaknyamanan, Selain itu, kehadiran permasalahan
lingkungan, permasalahan ekonomi, dan kualitas hidup menjadi
penyebab dari insomnia (Al-Smadi dkk., 2017)
2. Kerangka Konsep

Usia lanjut

Sering Pola tidur


terbangun di yang tidak Setres
malam hari baik

Adanya gangguan pada pusat tidur


sehingga hormone katekolamin melakukan
peningkatan aktivitas dan terus terjaga

Insomnia

4.Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang
meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat,
agama, tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah kaki kesemutan, mati rasa, kelelahan/keletihan, penglihatan
yang mulai kabur.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Gejala dan keluhan yang sering dialami pasien saat ini.
Kemungkinan pasien merasa kesemutan pada kakinya dan sudah
mati rasa namun pasien tidak menyadari.
4. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Perjalanan penyakit yang dialami pasien dari awal terdiagnosa
Rheumatoid Arthritis. Pernah atau tidaknya pasien dirawat di RS
karena keluhan yang dirasakan.
5. Genogram
Keturunan pasien dalam keluarga dan anggota keluarga yang tinggal
bersama pasien
6. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit Rheumatoid Arthritis pad keluarga
7. Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan yang pernah dijalani oleh klien
8. Riwayat Lingkungan Hidup
Klien selama hidupnya tinggal bersama siapa dan keadaan di dalam
rumah klien.
9. Riwayat rekreasi
Kegiatan yang dilakukan pasien untuk menghibur dan
menghilangkan stress
10. Sistem pendukung
Sistem pendukung yang menjadi sumber kehidupan bagi klien
11. Spiritual/Kultural
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan
ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan
terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah dan persepsi
individu tentang arti kehidupan
12. Keyakinan tentang kesehatan
Persepsi pasien terhadap penyakit yang dialami.
13. Pola Fungsi Gordon
a. Persepsi Kesehatan-Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga mengenai penyakit
yang dialami pasien
b. Pola Aktivitas/Latihan
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya
terjadi bilateral dan simetris.Limitasi fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan. Tanda : Malaise Keterbatasan rentang gerak; atrofi
otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
c. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum
warna kembali normal).
d. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan
dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan) Ancaman pada
konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya
ketergantungan pada orang lain).
e. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk
mengunyah Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada
membran mukosa.
f. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi. Ketergantungan
g. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan, pembengkakan sendi simetris h. Nyeri/
kenyamanan Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak
disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
h. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit,
ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/
pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan menetap Kekeringan
pada mata dan membran mukosa.
i. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.
j. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang
cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas
pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari
menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap
konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri
klien.
14. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tingkat kesadaran: Compos Mentis, apatis, delirium,
somnolen, coma
c. GCS: E4: V5: M6
d. Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
pasien
e. Antropometri:
1) Tinggi Badan: Pada pria: 64,19- (0,04 x Usia dalam tahun)
+ (2,02 x tinggi lutut (cm)) Pada wanita: 84,88 – (0,24 x
Usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut (cm))
2) Berat Badan: IMT
a. Pemeriksaan Head to Toe
5. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaa Keperawatan
Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Tidur
Menurut Aspiani (2014) pengkajian asuhan keperawatan
gerontik dengan gangguan tidur adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
b. Identitas penanggungjawab
c. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama Keluhan utama yang sering ditemukan pada


klien dengan gangguan istirahat tidur adalah klien mengeluh
kesulitan untuk memulai tidur atau sering terbangun pada
saat tidur.

2) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat kesehatan sekarang


berupa uraian mengenai keadaan klien saat ini, mulai
timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat dilakukan
pengkajian.
3)Riwayat kesehatan dahulu Riwayat kesehatan dahulu seperti
riwayat adanya masalah gangguan istirahat tidur sebelumnya
dan bagaimana penanganannya.
4) Riwayat kesehatan keluarga Apakah dalam keluarga ada
yang mengalami gangguan istirahat tidur seperti yang dialami
oleh klien, atau adanya penyakit genetik yang mempengaruhi
istirahat tidur.

d. Pola kesehatan fungsional

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Klien mengalami


gangguan persepsi, klien mengalami gangguan dalam
memelihara dan menangani masalah kesehatannya.
2) Pola nutrisi Klien dapat mengalami penurunan nafsu makan.
3) Pola eliminasi Klien tidak mengalami polyuria atau dysuria,
dan juga tidak mengalami konstipasi
4) Pola tidur dan istirahat Klien mengalami kesulitan memulai
tidur, terbangun dalam waktu yang lama.

5)Pola aktivitas dan istirahat Klien mengalami gangguan dalam


pemenuhan aktivitas sehari-hari karena kelemahan akibat
gangguan tidur. Pengkajian kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari dapat
menggunakan indeks KATZ.

6) Pola hubungan dan peran Menggambarkan dan mengetahui


hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga dan
masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah,
dan masalah keuangan.
7) Pola sensori dan kognitif Klien mengalami ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan minat dan motivasi. Untuk
mengetahui status mental klien dapat dilakukan pengkajian
menggunakan Tabel Short Portable Mental Status Quesionare
(SPMSQ).
8) Pola persepsi dan konsep diri Klien tidak mengalami
gangguan konsep diri. Untuk mengkaji tingkat depresi klien
dapat menggunakan Tabel Inventaris Depresi Beck (IDB)
atau Geriatric Depresion Scale (GDS)
9) Pola seksual dan reproduksi Klien mengalami penurunan
minat terhadap pemenuhan kebutuhan seksual.
10) Pola mekanisme koping Klien menggunakan mekanisme
koping yang tidak efektif dalam menangani stress yang
dialaminya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan Klien tidak mengalami
gangguan dalam spiritual.

e. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum Keadaan umum klien lansia yang mengalami


gangguan istirahat tidur biasanya lemah.
2) Kesadaran Kesadaran klien composmentis

3) Tanda-tanda vital Pada umumnya, lansia dengan gangguan tidur


mengalami peningkatan tekanan darah.

4) Pemeriksaan Review of System (ROS)

a) Sistem pernafasan (B1: Breathing) Dapat ditemukan


peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas normal.

b) System sirkulasi (B2: Bleeding) Kaji adanya penyakit


jantung, frekuensi nadi, sirkulasi perifer, warna dan
kehangatan
c) System persyarafan (B3: Brain) Kaji adanya hilang
gerakan/sensasi, spasme otot, terlihat kelemahan/hilang
fungsi. Pergerakan mata/kejelasan melihat, dilatasi pupil.
Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas).
d) System perkemihan (B4: Bladder) Perubahan pola berkemih,
seperti inkontinensia urin, disuria, distensi kandung kemih,
warna dan bau urin, dan kebersihannya.
e) System pencernaan (B5: Bowel) Konstipasi, konsistensi
feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising usus, anoreksia,
adanya distensi abdomen, nyeri tekan abdomen.
f) System musculoskeletal (B6: Bone) Kaji adanya nyeri berat
tiba-tiba/mungkin terlokalisasi pada area jaringan ringan,
dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan otot, kontraktur,
atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan warna.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor menua
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi
C. Prioritas Masalah
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor menua
ditandai dengan klien sering terbangun di malam hari
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan gangguan pola tidur tidak tejadi
Dengan Kriteria hasil : Nyaman dan rileks
Intervensi :
- Pengakajian masalah gangguan tidur klien
karakteristik dan penyebab kurang tidur
- Lakukan persiapan untuk tidur malam seperti jam 8
- Anjurkan makan yang cukup satu jam sebelu tidur
- Keadaan tepat tidur yang nyaman
- Lingkungan yang tidak berisik dari kebisingan
- Tingkat aktivitas sehari-hari dan kurangi aktivitas
seblum tidur.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidak


nyamanan ditandai dengan keadaan lingkungan yang
bising.
Tujuan : Klien dapat beristirahat tidur dengan baik
Kriteria Hasil :
a Klien dapat tidur 6-8 jam setiap malam
b Secara verbal mengatakan dapat lebih rileks dan lebih
segar
Intervensi :
- kaji masalah gangguan tidur pasien, dan penyebab
kurang tidur
- Menciptakan keadaan tempat tidur yang nyaman,
bersih dan bantal yang nyaman
- Lakukan masase pada daerah belakang, tutup
jendela/pintu jika perlu
- Pengetahuan kesehatan : jadwal tidur mengurangi
stres, cemas, dan latihan relaksasi
D. Telaah jurnal
Pada asuhan keperawatan dengan masalah kualitas tidur pada
lansia, didapatkan beberapa artikel penelitian yang dianalisis
dalam penulisan studi kasus ini. Berikut beberapa analisis
jurnal terkait masalah gangguan pola tidur pada lansia dengan
metode pencarian PICO dan analisis metode VIA . Berikut
merupakan tahapan yang menjelaskan tentang pencarian
artikel.
1. Pertanyaan klinis
Apakah intervensi yang tepat untuk mengatasi gangguan
pola tidur pada lansia ?
2. Kata kunci
P (problem/population) : gangguan pola tidur/ lansia
I (intervention) : terapi relaksasi otot progresif
C : tidak ada pembanding
O : pola tidur
3. Kriteria artikel
Terdapat beberapa kriteria inklusi dalam pemeliharaan
referensi studi kasus ini, yaitu :
a. Artikel memiliki judul da nisi yang relevan dengan
tujuan
b. Artikel terkait dengan masalah kecanduan sosial media
c. Artikel publikasi tahun 2015-2020
Adapun artikel yang tidak terpilih masuk dalam kriteria
eksklusi dalam pemilihan referensi studi kasus ini yakni
artikel yang tidak memiliki struktur lengkap dan artikel
yang tidak membahas mengenai intervensi relaksasi
ototprogresif
E. Searching literarure (journal)
Setelah dilakukan pencarian artikel melalui database elektronik
yaitu google scholar, didapatkan artikel penelitian yang sesuai
dengan kata kunci (keyword) sekitar 120 artikel yang
ditemukan, kemudian penulis memilih sendiri artikel yang
sesuai judul, abstrak, isi, tahun dan tujuan dari penulisan studi
kasus ini. Artikel yang dipilih harus sesuai dengan kriteria
inklusi. Artikel yang tidak terkait mengenai masalah gangguan
pola tidur pada lansia tidak di pilih. Sebanyak artikel 5 dipilih
telah dibaca dan dicermati melalui abstrak, tujuan dan data
analisis dari pertanyaan awal penulis dalam mengumpulkan
informasi mengenai Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Kualitas Tidur Lansia

Tabel 2.1 Daftar Referensi Artikel


N Populatio Interventio Compera Outcome Time Penulis
o. n n tion Artikel
1. Populasi Penelitian - Didapatkan hasil Penelitia Rostina
: ini penelitian n ini manurun
Sebanyak menganalisi dengan uji dilaksana g (2017)
30 statistic kan pada
s
populasi Mc.Nemar, bulan
pada mengetahui didapatkan dari april
penelitian pengaruh hasil uji statistic 2017.
ini dan di terapi rotot p value = 0,003
pilih progresif ( V<0,05),
menggun terhadap menunjukan
akan kualitas bahwa ada
teknik
tidur pada pengaru terapi
purposife
sampling. lansia di relaksasi otot
panti jompo progresif
yayasan terhadap
guna budi kualitas tidur
bakti medan pada lansia di
tahun2017 panti jompo
yayasan guna
budi bakti
medan t

2. Populasi: Penelitian - Hasil penelitian Penelitia Isma


sebanyak ini bertujuan menunjukkan n daud
21 untuk bahwa dilakuka (2016)
responden teridentifika Berdasarkan uji n mulai
pada sinya statistic di tahun
penelitian pengaruh peroleh niali 2015-
ini terapi p=0,025 ( p 2016
menggun relaksasi value ≤ 0,05)
akan otot maka dapat di
teknik progresif simpulkan
purposipe pada bahwa relaksasi
sampling kualitas otot progresi
tidur pada mempunyai
lansia di pengaruh dalam
panti tresna masalah kualitas
werda budi tidur pada
sejatera lansian
martapura
3. Populasi: Tujuan nya - Tidak Eka dela
sebanyak unti Berdasar kan dijelaska muhanin
responden mengetahui hasil penelitian n syia
25 apakah ada dengan nilai 2021
pada dampak dari signifikan yaitu
penelitian pengaruh 0,000 melalu
ini erapi perhitungan uji
menggun relaksasi wilcoexonsainra
akan otot nktest, maka
metode progresif hasil nilainya
Quasy pada Z= -4.380
eksperime kualitas dengan p Velue
ntal tidur lansia 0,000 ≤ 0,05
sehingga Ha
diterima serta
Ho di tolak
dengan deikian
berdasarkan
esimpulan
tersebut terdapat
dampak
pengaruh
intervensi
relaksasi otot
untuk
meningkatkan
kualitas tidur
pada lanjut usia
4. Penelitian Penelitian - Hasil penelitian Sulidah
ini ini bertujuan menunjukkan (2016)
menggun untuk data Kelompok
akan mengidentifi intervensi
teknik kasi melakukan
prosesi pengaruh latihan relaksasi
sampling, relaksasi otot progresif
dengan otot selama empat
sample 51 progresif minggu.
responden erhadap Kualitas tidur
. kualitas diukur sebelum
tidur lansia dan sesudah
latihan relaksasi
otot progresif
menggunakan
instrumen PSQI.
Pengukuran
dilakukan empat
kali, yaitu
sebelum
intervensi (pre
test), dua
minggu setelah
intervensi (post
test 1), tiga
minggu setelah
intervensi (post
test 2), dan
empat minggu
setelah
intervensi (post
test 3). Data
dianalisis
menggunakan t
test dan
Repeated
Anova. Hasil
Uji t
berpasangan
kelompok
intervensi
menunjukkan
nilai t hitung > t
tabel, dengan p
= 0,000. Pada
kelompok
kontrol
diperoleh nilai t
hitung < t tabel,
dengan p > 0,05.
Uji Repeated
Anova
memeroleh nilai
F hitung
(71,415) > F
tabel (3,89)
dengan p=0,000.
Uji t tidak
berpasangan
didapatkan skor
pretest, posttest
1, posttest 2 dan
posttest 3
berbeda
signifikan antara
kelompok
intervensi dan
kelompok
kontrol dengan
p < 0,05. Rata-
rata skor PSQI
kelompok
intervensi
menunjukkan
kecenderungan
penurunan
setelah latihan
relaksasi otot
progresif,
sedang
kelompok
kontrol tidak
menunjukkan
perubahan skor
secara
bermakna. Hal
ini
dimungkinkan
karena latihan
relaksasi otot
progresif
bermanfaat
menimbulkan
respon tenang,
nyaman, dan
rileks.
Tabel 4. Telaah Jurnal Metode VIA

No Judul Artikel VIA


1. Pengaruh terapi  Validaty
relaksasi otot - Desain :
progresif terhadap Penelitian ini menggunakan desain Quasi
kualitas tidur pada Eksperiment pendekatan pre test-post test one
lansia di panti group only design.
jompo yayasan - Sampel :
guna budi bakti Sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang
medan - Kriteria Inklusi dan Ekslusi :
2017  Kriteria Inklusi :
(Rostinah) 1) Subyek yang mengalami gangguan
tidur. Lansia dengan usia 60 ± 85 tahun.
2) Dapat mendengar dan melihat
3) Tinggal di Panti Jompo yayasan Guna
budi bakti Medan dan bersedia menjadi
responden.
Kriteria Ekslusi :
1) Lansia yang tidak kooperatif
2) Lansia yang mengkonsumsi obat tidur
dalam 1 minggu terakhir
3) Lansia yang memiliki keterebatasan/
kelumpuhan
Randomisasi :
Pada penelitian ini dilakukan dengan analisis
pengaruh terapi relasasi otot progresif terhadap
kualias tidur pada lansia dengan menggunakan
penelitian dengan uji statistic Mc. Nemar,
menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi
relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur
pada lansia
 Importance dalam Hasil
- Karakteristik Subjek :
Pekerjaan, sebelu dilakukan terapi dan setelah
di dilakukan terapi
- Beda Proporsi :
Berdasarkan hasil penelitian jumlah lansia
seluruhnya di panti jompo yayasan guna budi
bakti medan 62 orang. Dengan wawancara
kepada 62 orang lansia yang dilakukan peneliti
di Panti jompo yayasan guna budi bakti medan
Tahun 2017, 35 orang diantaranya mengatakan
sering terbangun pada tengah malam dan susah
untuk tidur kembali
- Beda Mean :
Berdasarkan hasil penelitian di Panti Jompo
Yayasan Guna Budi Bakti M edan Tahun 2017,
mayoritas responden memiliki kualitas tidur
baik sesudah dilakukan intervensi sebanyak
70,0%. Hal ini disebabkan efek dari terapi
relaksasi membuat semua otot-otot lansia
menjadi rileks sehingga keadaan ini membuat
lansia semakin nyaman dan mudah tertidur.
- Nilai p value :
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa
dari hasil uji statistik yang didapatkan bahwa
terdapat pengaruh terapi relaksasi otot progresif
dengan uji statistic Mc. Nemar, didapatkan
dari hasil uji statistik p value = 0,003 (P<0,05)
menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi
relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur
pada lansia di Panti Jompo Yayasan Guna Budi
Bakti Tahun 2017.
 Applicability
Hasil penelitian didapatkan bahwa terapi
relaksasi otot progresif pada lansia dapat
membantu mengatasi kesulitan tidur pada lansia
di malam hari karena perubahan usia,
mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan
jasmani, fungsi melindungi yaitu memperbaiki
tenaga cadangan dalam fungsinya, meningkatkan
fungsi organ tubuh dan imunitas dalam tubuh,.
2. Pengaruh terapi  Validaty
relaksasi otot - Desain :
progresif terhadap - kuasi eksperimen dengan pre and post test
kualitas tidur pada design
lansia di panti iat dan bivariate
tresna werdha budi - . Sampel :
sejahtera jumlah sampel sebanyak 21 responden.
martapura dianalisis secara Univar
Kriteria Inklusi dan Ekslusi :
Tahun 2018  Kriteria Inklusi :
(Izma Daud) 1) lansia yang mengalami kualitas tidur
buruk
2) Bersedia menjadi responden
 Kriteria Ekslusi :
1) meminum obat tidur untuk membantu
tidurnya
2) Memiliki riwayat penyakit jantung
dan hipertensi
3) Lansia yang menggunakan alat bantu
4) Tidak mampu berkomunikasi dengan
baik.
- Randomisasi :
Pada penelitian ini dilakukan Sebelum
intervensi diberikan kuesioner yang telah
ditetapkan yaitu pretest dan sesudah intervensi
diberikan post test. Setelah intervensi selesai
dilakukan, maka dilihat perubahan pemenuhan
kebutuhan tidur yang dialami responden.
Populasi berjumlah 58 orang lansia.
Pengambilan sampel dengan Purposive
Sampling. Untuk mengetahui apakah ada
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap
kualitas tidur pada lansia pre dan post
pemberian intervensi maka uji statistik
nonparametrik yaitu uji wilcoxon.
Importance dalam Hasil
- Karakteristik Subjek :
sebelum didilakukan terapi dan sesudah
dilakukan terapi
Beda Proporsi :
Terdapat perubahan Berdasarkan uji statistik
diperoleh nilai p=0,025 (p value ≤ 0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa relaksasi otot
progresif mempunyai pengaruh dalam masalah
kualitas tidur pada lansia 5
- Beda Mean :
Hasil penelitian menunjukan Hasil penelitian
berupa perbandingan antara sebelum dan
sesudah diberikan intervensi menunjukan
adanya pengaruh yaitu perubahan pada kategori
buruk yang berjumlah 16 orang (76,2%)
menjadi 11 orang (52,4%), dan kategori baik
berjumlah 5 orang (23,8%) menjadi 10 orang
(47,6%). Tabel diatas menunjukkan adanya
efektifitas terapi otot progresif terhadap
kualitas tidur. Dari hasil uji
Wilcoxonmenunjukkan nilai signifikan
p=0,025 (p value < 0,05). Berdasarkan
penjelasan tersebut di ambil kesimpulan
bahwaada pengaruh pemberian terapi otot
progresif terhadap kualitas tidur pada lansiadi
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Martapura
- Nilai p value :
Penelitian ini menunjukkan bahwa Terapi
relaksasi otot progresif Berdasarkan uji
statistik diperoleh nilai p=0,025 (p value ≤
0,05) maka dapat disimpulkan bahwa relaksasi
otot progresif mempunyai pengaruh dalam
masalah kualitas tidur pada lansia.
 Applicability
Hasil penelitian menunjukkan pemberian Terapi
relaksasi otot progresif mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan tidur lansia yang
didasarkan pada cara kerja system saraf simpatis
dan parasimpatis yang bekerja saling timbal balik
mempengaruhi organorgan yang ada di dalam
tubuh sehingga mampu mengurangi ketegangan.
Relaksasi yang diberikan kepada lansia mampu
meningkatkan relaksasi otot-otot besar sehingga
dapat meningkatkan kenyamanan, terpenuhinya
kebutuhan tidur secara kuantitas dan kualitas
3. Peningkatan  Validaty
kualitas tidur - Desain :
lansia melalui - Jenis penelitian ini Desain yang diterapkan
terapi relaksasi yaitu metode quasi experimental malalui
otot progresif rancangan one group pre- test serta post-test
Tahun 2021 design
(Eka Della) - Sampel :
Jumlah responden penelitian ini adalah
25orang
- Randomisasi :
 Pada penelitian ini menggunakan perhitungan Uji
Wilcoxon Sign Rank Tes,
 Importance dalam Hasil
- Karakteristik Subjek :
Terdapat 25 lansia, jenis kelamin dan umur
lansia terbanyak adalah perempuan sebanyak
22 lansia, usia lansia berkisar antara 70-79
tahun. Sedangkan jenis kelamin dan usia
terendah adalah laki-laki sejumlah 3 lansia, dan
usia berkisar >90 tahun. Tabel 2 didapati
kualitas tidur sebelum terapi sangat baik tidak
ditemukan dan kualitas tidur sangat buruk 2
lansia (8%). Sedangkan sesudah melakukan
terapi kualitas tidur sangat baik berjumlah 4
lansia dan kualitas tidur sangat buruk tidak
ditemukan
- Beda Proporsi :
Dari 25 lansia dengan nilai signifikan 0,000
(5%), melalui perhitungan Uji Wilcoxon Sign
Rank Test, maka nilai Z=-4.380ᵇ dan nilai p
value 0,000
Beda Mean :
Berdasarkan hasil penelitian didapati adanya
dampak dari intervensi yang diterapkan pada
lansia dengan insomnia dari 25 lansia yang
mengalami kesulitan kualitas tidur ditemukan
hasil perhitungan Uji Wilcoxon Sign Rank Test
dengan nilai 0,000, dengan demikian
berdasarkan kesimpulan didapati hasil setelah
dilakukan tindakan mayoritas lansia memiliki
kualitas tidur yang baik berjumlah 12 orang,
serta lansia yang memiliki kualitas tidur cukup
berjumlah 59 orang, dan kualitas tidur kurang 0
orang dari 73 orang.
- Nilai p value :
Berdasarkan sample dari 25 orang lansia
dengan nilai signifikansi yaitu 0,000. melalui
perhitungan Uji Wilcoxon Sign Rank Test,
maka hasil nilainya Z = -4.380ᵇ dengan nilai p
value 0,000 < 0,05 sehingga Ha diterima serta
Ho ditolak dengan demikian berdasarkan
kesimpulan tersebut terdapat dampak pengaruh
intevensi relaksasi otot untuk meningkatan
kualitas tidur pada lanjut usia.
- Applicability
Berdasarkan penelitian yang diberi saat
penelitian terdapat asumsi peneliti adanya
dampak yang sangat bagus pada terapi relaksasi
otot progresif memiliki pengaruh pada kualitas
tidur pada lansia dengan insomnia. Penelitian ini
memberikan solusi pengobatan secara non
farmakologi yang dapat dilakukan oleh perawat
maupun masyarakat dalam mengurangi kasus
insomnia pada lansia
4. Pengaruh Latihan  Validaty
Relaksasi Otot - Desain :
Progresif terhadap - Metode penelitian ini Quasi Experimental
Kualitas Tidur dengan pendekatan Pretest-Posttest Control
Lansia Group Design
Tahun 2020 Sampel :
(Sulidah,Ahmad Responden pada penelitian ini berjumlah 25
Yamin) orang lansia
- Randomisasi :
Pada penelitian ini menggunakan uji satistik
menggunakan uji Wilcoxon
 Importance dalam Hasil
- Karakteristik Subjek :
Kualitas tidur responden diukur sebelum dan
sesudah latihan relaksasi otot progresif
Beda Proporsi :
Berdasarkan penelitian ini menujukan bahwa
responden lansia Hasil perhitungan di peroleh
nilai F hitung lebih besar dari F tabel sehingga
Ho ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa paling tidak terdapat dua
kelompok pengukuran kualitas tidur yang
berbeda. Uji lanjut menggunakan LSD
diketahui bahwa kelompok pengukuran kualitas
tidur yang berbeda adalah kelompok pretest
terhadap posttest 1, pretest terhadap posttest 2,
pretest terhadap posttest 3 dan posttest 1
terhadap posttest 3. Adapun kelompok posttest
1 terhadap posttest 2, posttest 2 terhadap
posttest 3 menunjukkan perbedaan yang tidak
bermakna. Hal ini mengindikasikan kualitas
tidur lansia setelah relaksasi otot progresif lebih
baik dibanding sebelum latihan.
Beda Mean :
Berdasarkan penelitian ini menujukan bahwa
responden lansia kelompok perlakuan
menunjukkan peningkatan kualitas tidur setelah
latihan relaksasi otot progresif, sedang pada
kelompok kontrol tidak terjadi perubahan yang
bermakna. Tren peningkatan kualitas tidur
kelompok perlakuan terlihat dari peningkatan
frekuensi lansia dengan kualitas tidur baik dan
penurunan skor rata-rata PSQI. Hal ini
menunjukkan bahwa latihan relaksasi otot
progresif mempunyai dampak positif terhadap
peningkatan kualitas tidur lansia.
- Nilai p value :
Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa
hasil uji statistik menggunakan Data dianalisis
menggunakan t test dan Repeated Anova. Hasil
Uji t berpasangan kelompok intervensi
menunjukkan nilai t hitung > t tabel, dengan p
= 0,000. Pada kelompok kontrol diperoleh nilai
t hitung < t tabel, dengan p > 0,05. Uji
Repeated Anova memeroleh nilai F hitung
(71,415) > F tabel (3,89) dengan p=0,000. Uji t
tidak berpasangan didapatkan skor pretest,
posttest 1, posttest 2 dan posttest 3 berbeda
signifikan antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol dengan p < 0,05. Rata-rata
skor PSQI kelompok intervensi menunjukkan
kecenderungan penurunan setelah latihan
relaksasi otot progresif, sedang kelompok
kontrol tidak menunjukkan perubahan skor
secara bermakna
 Applicability
Pemberian terapi relaksasi otot progresif pada
lansia efektif mengatasi kesulitan tidur di malam
hari.

BAB III

METODELOGI

A. Desain
Desain yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode
pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian kualitatif Case Study
Research (CSR) atau penelitian studi kasus. Menurut Prof. Dr. H. Mudjia
Rahardjo, M.Si Case study merupakan suatu rangkaian kegiatan ilmiah yang
dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program,
peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang,
lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetauan mendalam tentang
peristiwa tersebut. Pada umumnya target penelitian studi kasus adalah hal
yang aktual (Real Life) dan unik.
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang dilakukan dengan
paradigma ilmiah yang bersumber dari pandangan fenomenologis. Pilihan
pada pendekatan lebih banyak menggunakan analisis teori, dan hermenetik
yang kuat untuk sampai pada sebuah kesimpulan. Penelitian kualitatif banyak
menggunakan data bersifat deskritif seperti daftar wawancara, laporan hasil
pengamatan lapangan, dan catatan-catatan pengamatan. Laporan disusun dari
rangkuman semua sumber-sumber tersebut dengan dukungan teori yang ada,
menjadi uraian analisis. Tahap analisis dalam pendekatan ini sudah dimulai
sejak penelitian dan data pertama telah diperoleh. Penelitian kualitatif
dilakukan untuk memahami fenomena empiris, khususnya mencari gambaran
yang sebanyak-banyaknya tentang fenomena tersebut tanpa memerincinya
dalam hubungan antar variabel yang saling terkait (Zaluchu,2020).
B. Subjek Studi Kasus
Partisipasi atau responden dalam penelitian ini berjumlah 1 orang lansia
yang mengalami susah tidur di malam hari Insomnia.

C. Lokasi dan Waktu


1. Tempat penelitian
Tempat praktik dan pengambilan kasus di lorong Setia Kawan
2. Waktu penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal

D. Fokus Studi Kasus


Penerapan pengaruh Terapi relaksasi otot progresif pada lansia yang
mengalami Insomnia
Definisi Operasional
Definisi operasional menurut Sugiyono (2015), adalah suatu atribut atau
sifat nilai dari objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Definisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan untuk menghindari
kesesatan dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, definisi
operasional variabelnya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Parameter


Terapi Latihan gerak tubuh SOP 0 = Tidak Langkah-
Progresif yang dilakukan 3 kali melakukan langkah
dalam seminggu untuk terapi terapi
meningkatkan kualitas progresif progresif
tdur lansia di malam 1 = Dengan
hari 15-30 menit atau Melakukan indikator:
sesuai dengan daya melakkan gerakan
tahan tubuh pasien terapi otot-otot
progresif
Tingkat Rasa yang Observasi Ranting yaitu Kualitas
kualita tidur menyebabkan dan Skala 0-3 , tidur diukur
kesulitan tidur interview Hasil dalam dengan
disebabkan oleh faktor pengukuran Rating
usia, keletihan dalam keseluruhan Scala
aktivitas dan 0-21 yang di
lingkungan yang tidak peroleh dari 7
nyaman komponen
penilain
Skor kualitas
tidur baik
nilai 1-5
Ringan skor
6-7, sedang
8-14
Kualitas tidur
buruk skor
nilai
mencapai 15-
21

E. Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dari pengkajian tersebut meliputi nama, jenis
kelamin, umur. Instrumen dalam studi kasus ini berupa : alat tulis, lembar
pencatatan, lembar pengkajian. Cara pengambilan data dengan melakukan
pengkajian langsung ke pasien dan keluarga pasien : membuat surat izin
penelitian di BAAK kemudian mengantarkan surat penelitian ke wilayah
Pengumpulan data pada penelitian berikut ini dilakukan dengan cara
observasi, pengukuran, wawancara mendalam atau anamnesa (pengkajian
dengan wawancara langsung dengan pasien atau keluarga), pemeriksaan fisik,
dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak (Sugiyono,
2014).

1. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi
dari pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu
juga mengobservasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada pasien,
misalnya pengaruh terapi progresif terhadap kualitas tidur pada lansia
Inomnia
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan
metode mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan seperti
melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan aktivitas sehari-hari.
3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalu tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2014).
Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan
kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin.
Meskipun dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara
tegas dan mengarah sesuai dengan format pengkajian. Jadi wawancara
ini mempunyai ciri yang fleksibelitas (keluwesan) tapi arahnya yang
jelas. Artinya, pewawancara diberi kebebasan untuk mengolah sendiri
pertanyaan sehingga memperoleh jawaban yang diharapkan dan
responden secara bebas dapat memberikan informasi selengkap
mungkin. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk
mengumpulkan data identitas, keluhan pasien, riwayat kesehatan, dan
aktivitas sehari-hari pasien.
4. Studi Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang.
F. Etika Studi Kasus
Untuk melakukan pengumpulan data perlu membawa rekomendasi dari
institut pendidikan Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang dengan cara mengajukan pemohonan izin pengumpulan data.
Setelah mendapat persetujuan, pengumpulan data perlu menekankan masalah
etika menurut Nursalam (2012) yang meliputi :
1. Lembar persetujuan pengumpulan data (Informed Consent)
Pasien harus mendapatkan informsi secara lengkap tentang tujuan
pengumpulan data yang akan dilaksanakan, mempunyai hak bebas untuk
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu pasien diberikan penjelasan
mengenai tindakan yang akan dilakukan hanya untuk kepentingan studi
kasus. Pasien diberikan kertas yang berisikan pernyataan kesediaan
menjadi responden dalam penelitian studi kasus secara suka rela.
2. Rahasia (Privacy)
Untuk menjaga kerahasiaan responden. Pengumpulan data tidak akan
mencantum nama responden. Pada saat penyusunan laporan asuhan
keperawatan, peneliti hanya mencantumkan kode huruf pertama pada
nama identitas klien, usia, jenis kelamin.
3. Kerahasiaan (Confidentialy)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, pengumpulan data
menyakinkan kepada klien bahwa partisipasinya dalam pengumpulan
data ini hanya untuk mengumpulkan data dan informasi yang telah
diberikan dan menyakinkan bahwa data atau informasi responden
dijamin hanya pengumpulan data dan pengetahuan. Pasien diberikan
informasi mengenai tujuan pengumpulan data, yaitu hanya untuk
keperluan studi kasus dan tidak menyebarluaskan mengenai informasi
yang telah di dapat.
4. Respect for Justice Inclusiveness
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk
memenuhi prinsip keterbukaan dalam pengumpulan data, maka harus
bekerja secara jujur, berhati-hati, profesional, berperikemanusiaan dan
akan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, intimita,
psikologis, serta perasaan subjek studi kasus. Lingkungan pengumpulan
data dikondisikan untuk memenuhi prinsip keterbukaan dengan membuat
prosedur studi kasus yang jelas, keadian dikonotasikan didistribusikan
yang sama terhadap keuntungan dan beban antara kelompok intervensi
dan perlakuan secara merata atau sesuai kebutuhan. Melakukan
pengkajian sampai discharge planning pada pasien dengan nyeri Artritis
Rheumatoid.
5. Respect for Privacy and Confidencetiality
Studi kasus pasti menjamin privasi dan hak asasi untuk informasu
yang dapat pengumpulkan data ini akan merahasiakan berbagai informasi
terhadap responden yaitu dengan pengkodean yang hanya diketahui oleh
studi kasus. Penelitian menjaga informasi yang telah diberikan dan
menjaga kerahasiaan identitas pasien akan penulisan studi kasus.
6. Balancing Harm and Benefit
Studi kasus ini telah dirancang sesuai standar prosedur pelaksanaan
oleh pengumpulan data guna mendapat hasil yang bermanfaat
semaksimal mungkin terhadap subjek pengumpulan data. Subjek
pengumpulan data dapat digeneralisasikan dalam populasi (benefience),
memaksimalkan uraian yang didapatkan subjek pengumpulan data (non
maleficence). Studi kasus ini dilaksanakan sesuai prosedur pemberian
asuhan keperawatan yang sudah memiliki Standar Operasional Prosedur.

Anda mungkin juga menyukai