Anda di halaman 1dari 62

Studi Kasus

PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DALAM


PEMBERIAN OBAT OLEH PERAWAT

HIKMAH PUJIARTI
NIM. 212.20.022

INSTITUTE KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM PROFESI NERS
2021
Studi Kasus

PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DALAM


PEMBERIAN OBAT OLEH PERAWAT

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ners

HIKMAH PUJIARTI
NIM. 212.20.022

INSTITUTE KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM PROFESI NERS
2021
i
HALAMAN PERSETUJUAN

Studi Kasus ini diajukan oleh:

Nama : Hikmah Pujiarti


NIM : 21220022
Program Studi : Profesi Ners
Judul Proposal : Penerapan Keselamatan Pasien Dalam Pemberian Obat
Oleh Perawat

Telah diperiksa dan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
disetujui untuk dilakukan proses Ujian Seminar Proposal Studi Kasus.

Palembang, Februari 2021

Pembimbing Ketua Program Studi

(Efroliza, S.Kep.,Ns.,M.Kep) (Yudi Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep)


NBM : NBM : 1056216
ii
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Hikmah Pujiarti S.Kep


NIM : 21220022
Program Studi : Profesi Ners
Judul Skripsi : Penerapan Keselamatan Pasien Dalam Pemberian Obat
Oleh Perawat

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program
Pendidikan Ners Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Efroliza, S.Kep.,Ns.,M.Kep (................................)

Penguji I : Romiko, S.Kep., Ns., MNS. (................................)

Ditetapkan di : Palembang
Tanggal :………........
Ketua STIKes MP

Heri Shatriadi CP, M.Kes


NBM. 884664

iii
HALAMAN ORISINILITAS

Studi Kasus ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Hikmah Pujiarti

NIM : 21220022

Tanda Tangan : materai

Tanggal : Februari 2021

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik STIKes Muhammadiyah Palembang, saya yang bertanda


tangan dibawah ini:
Nama : Hikmah Pujiarti S.Kep
NIM : 21220022
Program Studi : Program Pendidikan Ners
Jenis Karya : Studi Kasus
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada IKesT
Muhammadiyah Palembang Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non Exclusive
Royalty- Free Right) atas Studi Kasus saya yang berjudul Penerapan Keselamatan
Pasien Dalam Pemberian Obat Oleh Perawat beserta perangkat yang ada (jika
diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Eksklusif ini IKesT Muhammadiyah
Palembang, berhak menyimpan, mengalih media/ formatkan, mengelola dalam
perangkat data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Palembang
Pada Tanggal : Februari 2021
Yang menyatakan

Hikmah Pujiarti
NIM. 21220015
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PENULIS
Nama : Hikmah Pujiarti S.Kep
NIM : 21220022
Tempat/Tanggal lahir : Tanjung Lalang / 07 November 1998
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Nama Ayah : Sudarman
Nama Ibu : Rusnawati
Alamat : Dusun II RT 003 Desa Tanjung Lalang
Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir
Email : pujiartisr@gmail.com
II. Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 04 Payaraman (2004-2010)
2. SMP Negeri 02 Payaraman (2010-2013).
3. SMA Negeri 1 Tanjung Batu 2013-2016)
4. Program SI Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang (2016-2020).
5. Program Pendidikan Ners Institut Ilmu Kesehatan Dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang (2020-2021)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan penyusunan study kasus dengan
judul “Penerapan Keselamatan Pasien Dalam Pemberian Obat Oleh Perawat”
Penyususnan studi kasus adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan
pada Institut Ilmu Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah Palembang. P
enyusunan studi kasus ini dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti mengcapakan banyak terima kasih
kepada :

1. Bapak Heri Shatriadi Candra Putra, M.Kes selaku Ketua STIKes


Muhammadiyah palembang
2. Ibu Maya Fadila, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
3. Bapak Yudi Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.kep selaku Ka. Prodi PSIK dan
program Ners STIKes Muhammadiyah
4. Efroliza, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing saya yang telah
banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi motivasi
dalam penulisan studi kasus ini
5. Romiko, S.Kep.,Ns., M.Ns selaku dosen penguji saya yang telah berperan serta
dalam penyusunan studi kasus ini
6. Seluruh dosen program studi dan saff STIKes Muhammadiyah Palembang

7. Orang tua saya tercinta, Bapak Sudarman dan Ibu Rusnawati, terima kasih
telah membesarkan dan mendidik saya serta selalu mendoakan dan
mendukung untuk terus maju menjadi orang yang sukses. Terimakasih kalian
telah mengantarkan saya ke gerbang keberhasilan, ini adalah jawaban dari
doa-doa kalian yang selalu kalian panjatkan untuk saya

vii
8. Saudara-saudara saya, nok green, sumenyuu, dan human ila, terima kasih telah
mensupport saya selama menjalani kuliah ini sampai saya menyelesaikan
kuliah ini
9. Teman- teman seperjuangan yang telah berjuang bersama-sama, terima kasih
telah mensupport atas kelancaran dalam penyusunan studi kasus ini.

Walaupun demikian, dalam pembuatan ini belum sempurna. Oleh karena itu,
saya mengaharapkan saran kritik demi kesempuranaan penelitian ini. Namun
demikian adanya, semoga Studi Kasus ini dapat dijadikan acuan tindak lanjut penelitian
selanjutnya dan bermanfaat bagi kita semua, khususnya bidang ilmu keperawatan.
Akhir kata, s aya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga literature review ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu. Aamiin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palembang, Februari 2021

Hikmah Pujiarti, S.Kep

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
HALAMAN ORISINILITAS.................................................................................iv
HALAMAN PUBLIKASI.......................................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
Konsep Teori...........................................................................................................6
A. MANAJEMEN KEPERAWATAN...........................................................6
1. Definisi.................................................................................................6
2. Fungsi Manajemen...............................................................................6
3. Prinsip-prinsip Manajemen ...............................................................10
4. Proses manejemen keperawatan.........................................................11
B. KESELAMATAN PASIEN (patient safety)............................................13
1. Definisi...............................................................................................13
2. Standar Keselamatan Pasien .............................................................13
3. Sasaran keselamatan pasien .............................................................14
4. Langkah-langkah keselamatan pasien ..............................................18

ix
5. Tujuan keselamatan pasien.............................................................19
6. Insiden keselamatan pasien ...........................................................19
C. MEDICATION ERROR...........................................................................20
1. Definisi .............................................................................................20
2. Prinsip pemberian obat.....................................................................23
3. Faktor –faktor yang mempengaruhi pemberian obat....................24
4. Akibat kesalahan pemberian obat..................................................26
5. Peran perawat dalam pemberian obat...............................................27
D. Telaah Jurnal............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Referensi Artikel.........................................................................33
Tabel 2.2 Daftar Telaah Jurnal Metode VIA........................................................36

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penandaan obat bebas ........................................................................


Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas ..........................................................
Gambar 2.3 Tanda peringatan nomor-6 untuk obat bebas terbatas..........................

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan pasien (patient safety) menurut World Health
Organization (WHO) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Penelitian oleh Harrison menunjukkan
tingkat keselamatan pasien di negara-negara dengan penghasilan rendah
seperti India dan Indonesia lebih rendah dibanding negara-negara dengan
penghasilan tinggi seperti Inggris dan Amerika Serikat. (KKPRS) Dalam
Solagracia.AG, 2017 )
Keselamatan pasien sangat penting diterapkan dirumah sakit, karena
kalau tidak diterapkan akan berdampak pada penurunan kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Upaya peningkatan keselamatan
pasien telah diatur di dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor
308/Menkes/Per/VIII/2017 yang menjelaskan bahwa rumah sakit yang ada di
Indonesia wajib untuk menerapkan keselamatan pasien (Kemenkes, 2017).
Penerapan keselamatan pasien di rumah sakit ada 6 sasaran yaitu,
mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi yang efektif,
meningkatkan keamanan obat – obat yang harus diwaspadai (High Alert
Medications), memastikan lokasi pembedahan yang benar proseduer, benar
pembedahan pada pasien yang benar, mengurangi risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan, dan mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh (SNARS,
2018).
Obat obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien,
manajemen RS harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan
pasien. Nama Obat, rupa dan ucapan mirip (NORUM), yang membingungkan
staf pelaksana merupakan salah satu penyebab yang paling sering dalam

1
kesalahan obat (medication error). Oleh karena itu, kewaspadaan terhadap
obat-obat yang tingkat bahayanya tinggi harus ditunjukkan dengan

2
2

menyimpannya di tempat khusus dan tidak di setiap ruangan. Obat obatan lain
harus dibawah pengawasan apoteker, sehingga kalau ada dosis yang berlebihan
dapat disarankan ke dokternya untuk meninjau kembali terapinya (Kemenkes,
2011).
Medical error merupakan kejadian yang menyebabkan atau
berakibat pada pelayanan kesehatan yang tidak tepat atau membahayakan
pasien yang sebenarnya dapat dihindari. Konsep medication safety mulai
menjadi perhatian dunia setelah Institute of Medication (IOM) melaporkan
adanya kejadian yang tidak diharapkan (KTD) pada pasien rawat inap di
Amerika sebanyak 44.000 bahkan 98.000 orang meninggal karena medical
error (kesalahan dalam pelayanan medis) dan 7.000 kasus karena medication
error (ME). Terjadi atau tidaknya suatu kesalahan dalam pelayanan
pengobatan terhadap pasien telah menjadi indikator penting dalam
keselamatan pasien. Medication error merupakan jenis medical error yang
paling sering dan banyak terjadi. Kesalahan pengobatan (medication error)
dapat terjadi pada 4 fase, yaitu kesalahan peresepan (prescribing error),
kesalahan penerjemahan resep (transcribing erorr), kesalahan menyiapkan
dan meracik obat (dispensing erorr), dan kesalahan penyerahan obat kepada
pasien (administration error) (Adrini TM, 2015).
Di Indonesia, prevalensi medication error berdasarkan data nasional
kesalahan pemberian obat menduduki peringkat pertama sebesar 24,8% dari
10 besar insiden di rumah sakit yang pernah dilaporkan. Tahap dispensing
menempati urutan pertama pada kesalahan dalam proses penggunaan obat.
Pada penelitian di ruang perawatan pasien di RS Charitas Palembang
(Simamora, 2011). Kejadian Tidak Diinginkan yang berhubungan dengan
penggunaan obat (medication error) sebanyak 76 kasus (26%) dan dari seluruh
kejadian ini medication error yang paling sering terjadi adalah pada fase
administration 81,32%, fase prescribing 15,88 % dan fase transcribing 2,8%.
(Dalam Riski RY, 2019).
Berdasarkan penelitian kualitatif Rahmawati dan Oetari penyebab
kesalahan pemberian obat antara lain : Kurangnya pengetahuan, terutama para
3

dokter yang merupakan 22% penyebab kesalahan, Tidak cukupnya informasi


mengenai pasien seperti halnya data uji laboratorium, Sebanyak 10% kesalahan
dosis yang kemungkinan disebabkan tidak diikutinya SOP pengobatan 9%
karena lupa , Ada 9% kesalahan dalam membaca resep seperti tulisan tidak
terbaca, interpretasi perintah dalam resep dan singkatan dalam resep, Salah
mengerti perintah lisan, Pelabelan dan kemasan nomenklatur yang
membingungkan, Blok dari penyimpanan obat yang tidak baik, Masalah dengan
standar dan distribusi, Asesmen alat penyampai obat yang tidak baik saat
membeli dan penggunaan misalnya pada alat infus obat anti kanker,
Kegagalan komunikasi atau salah interpretasi antara dokter penulis resep
dengan pembaca resep yaitu petugas farmas ( Dalam Ferdian Nugraha F,
2019).
Hasil penelitian Supriyadi dkk pada tahun 2016 tentang Penerapan
Keselamatan Pasien Dalam Pemberian Obat Oleh Perawat Di Rsjd Propinsi
Jawa Tengah mengatakan bahwa rencana implementasi keselamatan pasien
dilakukan dengan berbagai cara seperti melakukan setiap tindakan sesuai
dengan SOP, mengikuti pelatihan-pelatihan tentang keselamatan pasien.
Implementasi keselamatan pasien di RSJD Amino Gondohutomo saat ini s
udah bagus, karena disini telah dibuat Tim mutu untuk keselamatan pasien,
dimana semua bekerja sudah sesuai dengan standar-standar yang ada yaitu SPO.
Penelitian Lediana Tampubolon (2018) yang meneliti tentang Analisis
Penerapan Prinsip Keselamatan Pasien Dalam Pemberian Obat Terhadap
Terjadinya Medication Error di Rawat Inap Rumah Sakit X Tahun 2018 ,
penelitian yang bertujuan untuk menganalisa faktor faktor apakah yang
mempengaruhi penerapan prinsip keselamatan pasien dalam proses pemberian
obat oleh perawat di rawat inap rumah sakit X. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa faktor yang mempengaruhi penerapan prinsip keselamatan pasien dalam
pemberian obat antara lain kurangnya supervisi dari pimpinan, kurangnya
jumlah SDM perawat, tingginya turnover perawat, tidak tersedianya SPO
pemberian obat dengan prinsip 7 benar, sosialisasi yang tidak dilakukan secara
kontinyu dan tidak adanya program diklat atau pelatihan di rumah sakit X.
4

Penelitian Farida Esmianti(2015) yang meneliti tentang Faktor –


Faktor Yang Berhubungan Dengan Penerapan Prinsip Enam Tepat Pemberian
Obat, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur, pendidikan dan
pengetahuan dengan penerapan prinsip “Enam Tepat” pemberian obat di RSUD
Curup, tetapi ada hubungan antara lama kerja dengan penerapan prinsip “En-
am Tepat” pemberian obat di RSUD Curup.
Penelitian di ruang perawatan pasien di RS Charitas Palembang
ditemukan Kejadian Tidak Diinginkan yang berhubungan dengan penggunaan
obat (medication error) sebanyak 76 kasus (26%) dan dari seluruh kejadian ini
medication error yang paling sering terjadi adalah pada fase administration
81,32%, fase prescribing 15,88 % dan fase transcribing 2,8%. (Dalam Ferdian
Nugraha F, 2019). Berdasarkan dari penjelasan dan hasil dari jurnal yang
dianalisis peneliti tertarik untuk menganalisa Penerapan Keselamatan Pasien
Dalam Pemberian Obat Oleh Perawat Di Rumah Sakit Kota Palembang.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka rumusan masalah
dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana Penerapan Keselamatan Pemberian
Obat Oleh Perawat”

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan
bagaimana penerapan keselamatan pasien dalam pemberian obat oleh
perawat di rumah sakit X.
2. Tujuan Khusus
a. untuk mengetahui apakah perawat melakukan tindakan sesuai standar
operasional prosedur (SOP)
b. untuk mengetahui apakah perawat mengikuti pelatihan pelatihan
tentang keselamatan pasien
5

c. untuk mengetahui apakah perawat sudah menerap kan prinsip 6


benar pemberian obat
d. untuk memahami masalah dalam Penerapan Keselamatan
Pemberian Obat Oleh Perawat di rumah sakit X.

D. MANFAAT STUDY KASUS


1. Manfaat Akademis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Secara umum Manfaat studi kasus ini dapat digunakan sebagai referensi
dalam perkembangan manajemen keperawatan. Secara khusus
menjadi bahan kepustakaan dan informasi bagi mahasiswa Institut
Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang dalam
pelaksanaan atau Penerapan Keselamatan Pemberian Obat Oleh
Perawat di rumah sakit X.

b. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan
Penerapan Keselamatan Pemberian Obat Oleh Perawat di rumah
sakit X. Serta sebagai informasi dan masukan dalam melaksanakan
Penerapan Keselamatan Pemberian Obat Oleh Perawat di rumah
sakit X.
2. Manfaat praktis
a. Bagi rumah sakit
Menjadi masukan dan referensi dalam mempersiapkan kajian lebih
mendalam terhadap Penerapan Keselamatan Pemberian Obat Oleh
Perawat di rumah sakit X.
b. Bagi perawat
Menambah pengetahuan dan wawasan perawat dalam melakukan
praktik keperawatan yang efektif dalam Penerapan Keselamatan
Pemberian Obat Oleh Perawat di rumah sakit X..
6

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. DEFINISI
Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan atau usaha
untuk mencapai tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain
(Raymon, 2012). Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja,
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok kearah tujuan
yang baik (Terry, 2006). Manajemen keperawatan menurut Nursalam
(2002) dalam Bakri (2017) Merupakan suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan
bantuan terhadap pasien (Gilles dalam Mugiarti, 2016). Menurut (Asmuji,
2014) manajemen keperawatan merupakan suatu proses menyelesaikan
suatu pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya yang efektif.
Menurut Mugianti (2016) manajemen keperawatan merupakan suatu
proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan,
pengobatan, dan bantuan terhadap para pasien. Manajemen keperawatan
merupakan suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara professional (Bakri, 2017).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, Manajemen merupakan suatu
pengelolan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
7

2. FUNGSI MANAJEMEN
Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang
industrialis Perancis bernama Henry Fayol yang menyebutkan, bahwa ada
lima fungsi manajemen yaitu, merancang, mengorganisir, memerintah,
mengordinasi, dan mengendalikan (Setiadi, 2016). Kelima fungsi tersebut
Menurut Sitorus dan Panjaitan (2011) secara ringkas menjadi empat fungsi
manajemen yaitu sebagai berikut :
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen.
Perencanaan adalah koordinasi dan integrasi sumber daya
keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
asuhan keperawatan dan tujuan layanan keperawatan (Huber, 2000).
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan
oleh kepala ruang.
Menurut Nursalam (2013) tugas kepala ruangan dalam hal
perencanaan :
1. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan masing
masing
2. Mengikuti serah terima pasien pada shif sebelumnya
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi,
dan persiapan pulan, bersama ketua tim
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan pasien bersama katim, mengatur
penugasan serta penjadwalan
5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien
7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk
kegiatan membimbing pelasakanaan askep, membimbing
8

penerapan proses keperawatan untuk menilai askep,


mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah serta
memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru
masuk
8. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9. Membantu membimbing peserta didik keperawatan
10. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dirumah sakit
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian dilakukan setelah perencanaan. Fungsi
pengorganisasian meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaan menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk
mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam
organisasi dan menggunakan kekuatan serta wewenang dengan tepat.
Perencanaan kegiatan keperawatan diruang rawat inap akan memberi
petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien
(Maquies dan Huston, 2010).
Tugas dalam pengorganisasian :
1. Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan
diruang rawat
2. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawat dan tenaga
lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan/peraturan yang
berlaku (bulanan, mingguan, atau harian)
3. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu
atau tenaga lain yang bekerja diruang rawat
4. Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan
untuk melaksanakan asuhan perawatan sesuai standar.
5. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara
bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan
ruang rawat
9

6. Mengenal jenis dan kegunaan barang peralayan serta


mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapainya pelayanan optimal
7. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan
bahan lain yang diperlukan diruang rawat
8. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar
selalu dalam keadaan siap pakai
9. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan inventaris peralatan
10. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya
meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan,
fasilitas yang ada dan cara penggunaannya, dll.
c. Penggerak (Actuating)
Penggerak merupakan kegiatan menggerakkan orang-orang agar
mau / suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena
perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara
interval (Sitorus dan Panjaitan, 2011).
Tugas dalam penggerak :
1. Melalui komunikasi yaitu mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan perawat primer mengenai asuhan keperawatan
yang diberikan kepada klien.
2. Melalui supervisi :
a. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan – kelemahan yang ada
saat ini.
b. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan sesuai proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentaskan), mendengar laporan dari
perawat primer.
c.
10

d. Pengendalian (Controling)
Pengendalian merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat
tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya, cara dan
waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat
segera diperbaiki (Sitorus dan Pajaitan, 2011).
1. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang
telah ditentukan
2. Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan
dan keterampilan dibidang keperawatan
3. Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar
Penilaian Pelasakaan Pekerjaan Pegawai (DP3) bagi pelaksana
keperawatan dan tenaga lain diruang yang berada dibawah
tanggung jawabnya untuk berbagai kepentiangan (naik
pangkat/golongan, dan melanjutkan sekolah)
4. Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat – obatan secara efektif dan efisien,
mengawani pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain diruang
rawat.

3. PRINSIP PRINSIP MANAJEMEN


Menurut Mugiarti (2016) ada 7 prinsip manajemen yang harus dipahami
untuk mencapai tujuan organisasi yang sesuai harapan, yaitu :
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses mental
untuk membuat keputusan. Perencanaan harus berorientasi ke masa
depan dan memastikan kemungkinan hasil yang diharapkan
(Swansburg 1999) dalam (Mugiarti, 2016).
b. Penggunaan waktu efektif (Effective utilization of time)
11

Penggunaan waktu yang efektif berhubungan dengan pola


pengaturan dan pemanfaatan waktu yang tepat dan memungkinkan
roda organisasi dan tercapainya tujuan organisasi.
c. Pengambilan keputusan (Decision making)
Suatu hasil dari proses mental yang membawa pada pemilihan
diantara beberapa alternative yang tersedia yang dilakukan oleh orang
yang membuat keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan
melalui pelaksanaan/implementasi.
d. Pengelola/Pemimpin (Manager/Leader)
Manager yang bertugas mengatur manajemen memerlukan
keahlian dan tindakan agar staf lainnya menjalankan tugas dan
wewenang dengan baik. Manager mampu memberikan semangat,
mengontrol. Dan mengajak mencapai tujuan yang baik.
e. Tujuan sosial (Sosial goal)
Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan ditetapkan
dalam bentuk visi, misi, dan tujuan organisasi.
f. Pengorganisasian (Organizing)
Pengelompokan sejumlah aktivitas untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Penugasan masing – masing kelompok dilakukan
berdasarkan supervise, ada koordinasi dengan unit lain baik secara
horizontal maupun secara vertical (Swansburg 1999) dalam (Mugiarti,
2016).
g. Perubahan (Change)
Proses pergantian dari satu hal dengan hal yang berbeda
sebelumnya. Perubahan didalam manajemen keperawatan perubahan
dijadikan prinsip karena sifat layanan yang dinamis mengikuti
karakteristik pasien yang akan dilayani (Douglas, 1988) dalam
(Mugiarti, 2016).
12

4. PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN


Menurut Bakri (2017) proses keperawatan dan manajemen
keperawatan merupakan suatu bagian alur kerja yang sistematis. Jika kedua
proses bisa berlangsung dengan baik, akan tercipta alur organisasi yang
efektif dan efisien. Berikut rincian dari masing-masing proses atau tahapan
manajemen keperawatan:
a. Pengkajian (pengumpulan data)
Didalam proses ini, manajer diharapkan mampu mnegumpulkan
informasi tentang keadaan pasien dan institusi atau rumah sakit.
Sehingga, seorang manajer bisa mnegumpulkan informasi baik
tentang tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian serta fungsi
organisasi keperawatan secara keseluruhan.
b. Perencanaan
Tahap ini dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan
yang benar-benar strategis dalam mencapai target organisasi yang
telah ditetapkan bersama. Fungsi dari tahapan perencanaan adalan
menentukan kebutuhan dalam praktik keperawatan kepada semua
pasien, mencapai tujuan, mengalokasikan anggaran belanja institusi.
Selain itu tahapan perencanaan juga sangat penting untuk manajer
dalam mengambil peranan memutuskan standar dan tipe tenaga
keperawatan yang dibutuhkan institusi sekaligus membuat pola
struktur yang dapat mengoptimalkan efektivitas dan prosedur
operasional kerja.
c. Pelaksanaan
Dalam tahapan ini manajer keperawatan memerlukan sumber
daya manusia untuk menjalankannya, yang terbagi menjadi staf-staf
dan pegawai institusi dengan tanggung jawab dan kewenangannya
masing-masing. Sehingga diharapakan manajer dapat memimpin
jalannya pelaksanaan sistem manajemen keperawatan pada sebuah
institusi rumah sakit atau puskesmas.
d. Pengendalian/pengawasan
13

Tahap ini berfungsi untuk mengendalikan seluruh kegiatan yang


telah dilksanakan. Tujuannya menilai seberapa jauh SDM mampu
melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai peran untuk
mencapai tujuan institusi. Jika ada hambatan-hambatan yang
mennjadi suatu kendala selama proses pelaksanaan, maka seberapa
mungkin hambatan tersebut bisa diatasi dan tidak terulang kembali
pada pelaksanaan berikutnya

B. KES ELAMATAN PASI EN


1. DEFINISI KESELAMATAN PASIEN
Konsep keselamatan pasien (patient safety) secara mendasar
diartikan sebagai “freedom from accidental injury” oleh Institute Of
Medicine (IOM). Sejalan dengan batasan tersebut, Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) mendefinisikan keselamatan pasien sebagai
bebas dari cedera (harm) yang seharusnya tidak terjadi atau potensial
cedera akibat dari pelayanan kesehatan yang disebabkan error yang
meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah
dalam mencapai tujuan (Wardhani, 2017 : 2).
Keselamatan pasien rumah sakit (Hospital Patient Safety) adalah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengolahan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden, dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkna timbulnya risiko (SNARS, 2018).
Menurut Vincent dalam Tutiany dkk, 2017) menyatakan bahwa
Keselamatan Pasien didefinisikan sebagai penghindaran, pencegahan dan
perbaikan dari hasil tindakan yang buruk atau injuri yang berasal dari
proses perawatan kesehatan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien, keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen risiko,
14

identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,


kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

2. STANDAR KESELAMATAN PASIEN


Menurut Kemenkes RI (2015), standar keselamatan pasien terdiri dari
tujuh standar, yaitu :
a. Hak pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk
kemungkinan terjadinya kejadian tidak diharapkan.
b. Mendidik pasien dan keluarga
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja
Untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien Rumah sakit harus mendesain proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif kejadian tidak
diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
serta keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan d alam meningkatkan keselamatan pasien
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
g. Komunikasi
Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien .Rumah sakit merencanakan dan mendesaian
15

proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk memenuhi


kebutuhan infromasi internal dan eksternal.

3. SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)


Dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1
tahun 2018 ada 6 sasaran keselamatan pasien, yaitu :
1) Sasaran I : Mengidentifikasi pasien dengan benar
Identifikasi pasien yang benar merupakan landasan keselamatan
pasien dalam pengaturan kesehatan. Identifikasi yang diakui untuk
pengidentifikasi pasien adalah nama, nomor rekam medis, dan tanggal
lahir. Mengidentifikasi pasien penting saat pemberian obat dan
transfuse darah, pemeriksaan laboratorium, prosedur/tindakan
diagnostic dan operasi, Identifikasi gelang nama (tangan/kaki) warna
dan barcode/label nama. Perawat harus verifikasi gelang nama dan
warna setiap serah terima pasien (Hadi, 2017).
Kesalahan identifikasi pasien dapat terjadi di semua aspek
diagnosis dan tindakan. Keadaan yang dapat membuat
identifikasi tidak benar adalah jika pasien dalam keadaan terbius,
mengalami disorientasi, tidak sepenuhnya sadar, dalam keadaan koma,
saat pasien berpindah tempat tidur, berpindah kamar tidur,
berpindah lokasi di dalam lingkungan rumah sakit, terjadi disfungsi
sensoris, lupa identitas diri, atau mengalami situasi lainnya.
2) Sasaran II : Meningkatkan komunikasi yang efektif
Komunikasi yang buruk merupakan penyebab yang paling
sering menimbulkan efek samping disemua aspek pelayanan
kesehatan, sehingga menimbulkan permasalahan dalam
pengidentifikasian pasien, kesalahan pengobatan dan transfuse serta
alergi diabaikan, salah prosedur operasi, salah sisi bagian yang
dioperasi, semua hal tersebut berpotensi terhadap terjadinya insiden
keselamatan pasien dan dapat dicegah dengan meningkatkan
komunikasi yang efektif (Hadi, 2017). Tujuan serah terima
16

menyediakan informasi secara akurat, tepat waktu, tentang rencana


keperawatan, pengobatan, kondisi terkini dan perubahan kondisi
pasien yang baru saja terjadi ataupun yang dapat diantisipasi. Serah
terima informasi pasien dilakukan perawat saat pergantian shift,
pengalihan tanggung jawab dari dokter ke perawat, pengalihan
tanggung jawab sementara (saat istirahat makan) antar perawat per
ruangan.
3) Sasaran III: Meningkatkan keamanan obat – obatan yang harus
diwaspadai
Kesalahan pengobatan adalah pristiwa yang dapat menyebabkan
atau membahayakan pasien (Choo, dkk. (2010) dalam Hadi (2017)).
Perilaku perawat dalam melakukan peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai yaitu melakukan pemberian pengobatan dengan
prinsip lima benar yaitu benar obat, benar dosis, benar rute, benar
waktu dan benar pasien. Perawat mengecek alergi obat, menjelaskan
tujuan dan kemungkinan efek obat, mendokumentasi, bekerja sesuai
SOP, mengecek reaksi obat. Pisahkan obat yang mirip, kemasan obat
yang mirip.
Obat yang perlu diwaspadai terdiri: a) Obat risiko tinggi yaitu
obat yang bila terjadinya kesalahan (error) dapat menimbulkan
kematian atau kecacatan, seperti, insulin, heparin, atau kemoteraputik.
b) Obat, yang namanya, kemasannya, dan labelnya, penggunaan
kliniknya, tampak/kelihatan sama (look/alike), bunyi ucapan sama
(sound alike), seperti Xanax dan Zantac atau Hydralazine dan
hydroxyzine. c) Elektrolit konsentrat sepert kalium/potassium klorida
[sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih pekat] kalium/potassium
fosfat] [sama dengan atau lebih besar dari 3 mmol/ml],
natrium/sodium klorida [lebih pekat dari 0.9%] dan magnesium sulfat
[sama dengan 50% atau lebih pekat].
Penyebab terjadinya medication error ini adalah: 1) pengetahuan
tentang nama obat yang tidak memadai 2) tersedia produk baru 3)
17

kemasan dan label sama 4) indikasi klinik sama 5) bentuk, dosis,


aturan pakai sama 6) terjadi salah pengertian waktu memberikan
perintah
4) Sasaran IV : Ketepatan Lokasi, Proseduer dan Pasien Operasi
Lima tahapan proses untuk meningkatkan keselamatan bedah
menurut NPSA (2010) yaitu briefing, sign in (sebelum induksi
anestesi), time out (sebelum insisi), sign out (sebelum meninggalkan
kamar operasi), dan debriefing. Time out memberikan kesempatan
untuk mengidentifikasi pasien untuk meningkatkan keselamatan
pasien dengan mengkonfirmasi identitas pasien, benar prosedur, benar
sisi dan pemeriksaan alergi atau penyakit menular (Nilsson, dkk
(2010) dalam Hadi (2017).
Rumah sakit diminta untuk menetapkan prosedur yang seragam
sebagai berikut : 1. Beri tanda di tempat operasi 2. Dilakukan
verifikasi pra-operasi 3. Melakukan Time Out sebelum insisi kulit
dimulai 4. Melakukan verifikasi pasca operasi. Tujuan dari proses
verifikasi pra-operasi adalah untuk: 1) memastikan ketepatan tempat,
prosedur dan pasien 2) memastikan bahwa semua dokumen yang
terkait, foto (imajing), dan hasil pemeriksaan yang relevan, diberi
label dengan benar dan tersaji 3) memastikan tersedianya peralatan
medik khusus dan atau implant yang dibutuhkan (SNARS,2018)
5) Sasaran V : Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan
kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan
terbesar dalam tatanan pelayana kesehatan, dan peningkatan biaya
untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para
professional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam
semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih,
infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia
(sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis) Infeksi
18

nosokomial diperoleh pasien saat dilakukan perawatan di rumah sakit,


tanpa adanya tanda-tanda infeksi sebelumnya, biasanya terjadi dalam
waktu 3x24 jam sesudah masuk kuman. Jenis infeksi yang sering
diderita oleh pasien adalah Infeksi Luka Operasi, Infeksi Saluran
Kemih, dan infeksi Saluran pernapasan bawah (pneumonia) Cara
penularan infeksi nosokomial bisa ditularkan melalui kontak langsung
(menyentuh pasien) dan tidak langsung (benda terkontaminasi),
droplet (batuk, bersin dan bicara), airbone (udara), food (makanan),
dan Blood borne (darah). Terdapat beberapa tindakan pencegahan
infeksi nosokomial yaitu melakukan cuci tangan untuk menghindari
infeksi silang; memakai sarung tangan bila kontak dengan cairan,
darah dan bahan terkontaminasi; menggunakan alat pelindung diri
seperti memakai apron, masker, pelindung mata; manajemen benda
tajam secara benar; dan menjaga sanitasi lingkungan.
6) Sasaran VI : Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
Perawat harus melakukan pengkajian ulang secara berkala
mengenai risiko pasien jatuh, termasuk risiko potensial yang
berhubungan dengan jadwal pemberian obat serta mengambil tindakan
untuk mengurangi semua risiko yang telah diidentifikasikan.
berdasarkan hasil penelitian Geoene, dkk (2007) dalam Hadi (2017)
faktor risiko pasien jatuh adalah usia, jenis kelamin, efek-efek
obat-obat tertentu, status mental, penyakit kronis, dan faktor
lingkungan, keseimbangan, kekuatan, mobilitas, dan ketinggian
tempat tidur.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko jatuh menurut
Badan Nasional Keselamatan Pasien (NPSA) adalah, permukaan
lantai yang licin, dan pola yang dapat menimbulkan ilusi atau
gangguan penglihatan, pencahayaan, kebisingan, desain pintu, jarak
antara pegangan rel tangan, tempat tidur, kursi, dan toilet.
19

4. LANGKAH-LANGKAH KESELAMATAN PASIEN


Menurut Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Kemenkes RI, 2015), dalam menerapkan standar keselamatan pasien
maka rumah sakit harus melaksanakan tujuh langkah menuju
keselamatan pasien. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien yaitu
sebagai berikut.
a. Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien
b. Pimpinan dan Dukung Staf Anda
c. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
d. Kembangkan Sistem Pelaporan
e. Libatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien
f. Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien
g. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien

5. TUJUAN KESELAMATAN PASIEN


Menurut Hadi (2017) tujuan keselamatan pasien diantaranya adalah :
a) Terciptanya budaya keselamatan pasien
b) Menurunnya kejadian yang tidak aman bagi pasien (menurunnya
KTD, KNC, Kejadian Sentinel)
c) Memberikan kepuasan bagi pasien maupun pihak internal rumah sakit
d) Mutu pelayanan kesehatan menjadi lebih baik

6. INSIDEN KESELAMATAN PASIEN


Menurut PMK No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien,
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja
dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera
yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari kejadian tidak diharapkan,
kejadian nyaris cedera, kejadian tidak cedera, dan kejadian potensial cedera.
Adapun jenis-jenis insiden yang ditetapkan dalam PMK No. 11 Tahun
2017 adalah sebagai berikut.
20

a. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat


berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Contohnya obat-obatan LASA (look a like sound a like) disimpan
berdekatan.
b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah suatu kejadian insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien. Contohnya suatu obat dengan
overdosis lethal akan diberikan kepada pasien, tetapi staf lain
megetahui dan membatalkannya sebelum obat tersebut diberikan
kepada pasien.
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil
tindakan yang seluruhnya diambil (omission) yang dapat mencederai
pasien tetapi cedera tidak terjadi karena keberuntungan dan
peringatan.
d. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah kejadian yang
mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu
tindakan (comission) atau tidak mengambil tindakan (omission) dan
bukan karena penyakit dasarnya (underlying disease) atau kondisi
pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan
kesalahan medis. Contoh KTD yaitu pasien yang diberikan obat A
dengan dosis lebih kareba kesalahan saat membaca dosis obat pada
resep sehingga pasien mengeluhkan efek samping dari obat tersebut.
e. Kejadian Sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan
kematian, cedera permanen, atau cedera berat yang temporer dan
membutuhkan intervensi untuk mempertahankan kehidupan, baik
fisik maupun psikis, yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit
atau keadaan pasien. Kejadian sentinel biasanya dipakai untuk
kejadian tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi
pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata sentinel terkait
dengan keseriusan cedera yang terjadi misalnya amputasi pada
lokasi yang salah, dll, sehingga pencarian fakta-fakta terhadap
21

kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada


kebijakan dan prosedur yang berlaku.

C. Medication Error
1. DEFINISI
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi
yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan , dan peningkatan kesehatan ( PMK RI No.73,
2016).
Obat yaitu zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologi
pada organ tubuh manusia (Batubara, 2011). Definisi lain menjelaskan
obat merupakan sejenis subtansi yang digunakan dalam proses diagnosis,
pengobatan, penyembuhan dan perbaikan maupun pencegahan terhadap
gangguan kesehatan tubuh. Obat adalah sejenis terapi primer yang
memiliki hubungan erat dengan proses penyembuhan sebuah penyakit
(Potter & Perry, 2012). Obat adalah suatu bahan yang dimaksudkan
untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejalah penyakit,luka atau
kelainan badania dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok
badan atau bagian badan manusia (Anief, 2006). Besarnya efektifitas obat
tergantung pada biosis dan kepekaan organ tubuh. Setiap orang berbeda
kepekaan dan kebutuhan biosis obatnnya.Tetapi secara umum dapat
dikelompokan, yaitu dosis bayi, anak-anak, dewasa dan orang tua (Djas,
dalam kasibu, 2017).
Medication error (ME) atau kesalahan pemberian obat menurut
National Coordinating Council (NCC) yaitu setiap kejadian yang dapat
dihindari yang menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang
tidak tepat atau membahayakan pasien sementara obat berada dalam
pengawasan tenaga kesehatan atau pasien. Medication error dapat
terjadi dimana saja dalam rantai pelayanan obat kepada pasien mulai dari
22

produksi dalam peresepan, pembacaan resep, peracikan, penyerahan, dan


monitoring pasien. Di dalam setiap mata rantai ada beberapa tindakan,
sebab tindakan mempunyai potensi sebagai sumber kesalahan. Setiap
tenaga kesehatan dalam mata rantai ini dapat memberikan kontribusi
terhadap kesalahan (Dalam Solagracia.AG, 2017 ).
Medication error adalah kejadian yang idealnya dapat dicegah
pada waktu pengobatan yang dapat menyebabkan atau mengarah pada
penggunaan obat yang tidak sesuai atau membahayakan bagi pasien saat
pengobatan berada di bawah pengawasan profesi pelayanan kesehatan, atau
pasien sendiri. (NCCMERP, 2017).

2. PRINSIP PEMBERIAN OBAT


Menurut Peraturan  Direktur Rumah Sakit  Nomor : 294//dir-
sk/xii/2016 tentang kebijakan pemberian obat kepada pasien rumah
sakit, Pengecekan pemberian obat menggunakan prinsip 7 (tujuh) benar
dalam pemberian obat sebagai berikut :
a. Benar pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan
identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung
kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon
secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat
gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang
lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus
selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya. Perawat harus
memastikan sebelum memberikan obat apakah obat yang
diberikan benar sesuai dari catatan keperawatan dengan identitas
gelang klien. Identifikasi menggunakan dua identitas klien dan
penanda alergi klien (PMK RI No.72, 2016).
b. Benar obat
23

Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan
nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus
diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk
menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum
memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya
harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat
dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan
dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat.
Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya,
perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus
ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama
obat dan kerjanya (PMK RI No.72, 2016).
c. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika
ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep
atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien
meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada
beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda
tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya
berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg,
ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500
mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti (PMK RI No.72, 2016).
d. Benar Cara/Rute Pemberian
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor
yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan
umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan
fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan
peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi(PMK RI
No.72, 2016).
1) Oral
24

Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak


dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat
juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal)
seperti tablet ISDN.
2) Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping,
enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak
melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
3) Topikal
Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa.
Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata
4) Rektal
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau
supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian
rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi
(dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar /
kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek
yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk
oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam
bentuk supositoria.
5) Inhalasi
Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas
memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian
berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya,
misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotec untuk asma,
atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
e. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya
tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah
yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum
25

makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh


diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar
obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah
makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung
misalnya asam mefenamat (PMK RI No.72, 2016).
f. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute,
waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak
meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus
dicatat alasannya dan dilaporkan (PMK RI No.72, 2016).
g. Benar Informasi
Semua rencana tindakan/ pengobatan harus dikomunikasikan
pada pasien & atau keluarganya, termasuk pasien di ICU. Pasien
memiliki hak untuk mengetahui penyakitnya, tugas perawat untuk
memberikan informasi dan menjelaskan tujuan & cara
mengkonsumsi obat yang benar, Jelaskan efek samping yang
mungkin timbul, Rencana lama terapi juga dikomunikasikan
pada pasien (PMK RI No.72, 2016).

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN


OBAT
Menurut Harmiady (2014) dalam penelitiannya menyatakan ada
tiga faktor yang mempengaruhi perawat dalam pemberian obat
antara lain:
a. Tingkat pengetahuan perawat
Perawat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi cenderung
untuk mampu melaksanakan prinsip benar dalam pemberian obat
dengan tepat dibandingkan yang memiliki pengetahuan yang kurang
baik. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang baik akan
memiliki adab yang baik dan mengamalkan ilmu tersebut. Tanpa
pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
26

keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang


dihadapi oleh pasien. Pengetahuan diperlukan untuk mendapat
informasi misalnya hal-hal yang menunjang pengambilan tindakan
yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pengetahuan dapat mempengaruhi seseorang dalam pengambilan
keputusan sehingga nantinya akan memotivasi perawat untuk
bersikap dan berperan serta dalam peningkatan kesehatan pasien
dalam hal ini pemberian tindakan pemberian obat dengan tepat.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang telah dicapai oleh perawat dapat digunakan
sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan
masyarakat dan juga berperan dalam menurunkan angka kesakitan.
Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang dapat
membantu menekan/menurunkan tingginya angka kesakitan pada
pasien. Semakin tinggi tingkat pendidikan perawat maka semakin
baik kemampuan perawat dalam melaksanakan prinsip-prinsip dalam
pemberian obat. Hal ini disebabkan karena ukuran tingkat
pendidikan seseorang bisa menjadi tolak ukur sejauh mana
pemahaman perawat terhadap prosedur dan prinsip yang berlaku
dalam lingkup kerjanya (Nursalam, 2012).
c. Motivasi Kerja
Motivasi kerja perawat merupakan tingkah laku seseorang
yang mendorong kearah suatu tujuan tertentu karena adanya suatu
kebutuhan baik secara internal maupun eksternal dalam melaksanakan
perannya. Semakin baik motivasi kerja yang dimiliki perawat maka
cenderung mendorong diri mereka untuk melaksanakan prinsip dan
prosedur yang berkaitan dibandingkan yang memiliki motivasi yang
kurang. Timbulnya motivasi dalam diri seorang perawat dapat
disebabkan oleh adanya rasa tanggung jawab yang timbul dalam diri
seorang atau aspek internal perawat. Oleh sebab itu ketika perawat
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pasien maka
27

tentunya perawat akan berusaha semaksimal mungkin untuk


melakukan tindakan yang cepat, tepat dan terarah untuk mengatasi
masalah pasien termasuk ketepatan dalam pemberian obat.
Sedangkan aspek internal perawat berasal dari lingkup rumah sakit.
Rumah sakit akan memberikan rangsangan tersebut baik dalam
bentuk penghargaan yang diterima, insentif kerja serta pujian. Hal
inilah yang bisa menimbulkan suatu dorongan untuk selalu berbuat
yang lebih baik.

4. AKIBAT KESALAHAN PEMBERIAN OBAT


Menurut Kemenkes (2011) akibat kesalahan pemberian obat dibagi
menjadi dua yaitu
a. Adverse drug event adalah suatu insiden dalam pengobatan yang
dapat menyebabkan kerugian pada pasien. Adverse drug event
meliputi kerugian yang bersifat intrisik bagi individu/pasien contoh :
Meresepkan obat NSAID pada pasien dengan riwayat pad pasien
dengan riwayat penyakit ulkus peptik yang terdokumentasi di rekam
medis, yang dapat menyebabkan pasien menggalami perdarahan
saluran cerna, dan Memberikan terapi antiepilepsi yang salah, dapat
menyebabkan pasien menggalami kejang.
b. Adverse drug reaction merupakan respon obat yang dapat
membahayakan dan menimbulkan kesalahan dalam pemberian obat
seperti hipersensitivitas, reaksi alergi, toksisitas dan interaksi antar
obat berdasarkan penelitian Nurinasari (2014) sebagai berikut :
1) Hipersensitivitas
Reaksi yang muncul ketika klien sensitif terhadap efek
obat karena tubuh menerima dosis obat yang berlebihan.
hipersensitivitas obat biasanya terjadi sekitar 3 minggu hingga 3
bulan setelah pemberian obat, yang ditandai oleh demam dan
munculnya lesi pada kulit.
2) Alergi
28

Reaksi alergi obat adalah reaksi melalui mekanisme


imunologi terhadap masuknya obat yang dianggap sebagai
benda asing dalam tubuh dan tubuh akan membuat antibodi
untuk mengeluarkan benda asing dari dalam tubuh.
3) Toksisitas
Akibat dosis yang berlebihan sehingga terjadi penumpukan
zat di dalam darah karena gangguan metabolisme tubuh.
4) Interaksi antar obat
Reaksi suatu obat dipengaruhi oleh pemberian obat secara
bersamaan, sehingga terjadi interaksi obat yang kuat atau
bertentangan terhadap efek dari obat.

5. PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT


Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan (Hidayat, 2011)
terdiri dari tujuh peran yaitu :
a. Pemberi asuhan keperawatan
Perawat memperhatikan kebutuhan dasar manusia klien dengan
memberikan pelayanan keperawatan salah satunya memberikan obat
dengan benar untuk membantu dalam proses penyembuhan.
b. Advokat
Perawat berperan dalam memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh klien dan keluarga dan membantu klien dalam
pengambilan keputusan tindakan pengobatan yang akan diberikan, dan
juga berperan dalam melindungi hak pasien.
c. Edukator
Perawat berperan memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit,
gejala dan pengobatan yang akan diberikan bagi klien.
d. Koordinator
Perawat mengoordinasi aktivitas tim kesehatan dalam pemberian
obat saat mengatur perawatan pasien, serta waktu kerja dan
sumber daya yang ada di rumah sakit.
29

e. Kolaborator
Perawat berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter dan
farmasi yang bekerja di rumah sakit untuk menentukan pemberian
obat yang tepat untuk klien.
f. Konsultan
Perawat berkonsultasi dengan tim kesehatan dalam pemberian obat
terkait tindakan keperawatan yang akan diberikan sudah tepat.
g. Pembaharu
Peran ini perawat sebagai pembaharu dengan membuat
perencanaan pemberian obat dengan metode pelayanan keperawatan
yang sudah dikonsultasikan dengan tim kesehatan lain. Dalam hal ini
Perawat juga sangat berperan penting dalam proses pelaksanaan
pemberian obat. Perawat juga perlu pengetahuan dan keterampilan
serta pengetahuan yang sangat baik agar perawat mengerti mengapa
obat itu diberikan dan bagaimana kerja obat di dalam tubuh serta
tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat. (Potter & Perry, 2011).

D. TELAAH JURNAL
Pencarian artikel dilakukan dengan metode PICO dan dianalisis dengan
metode VIA. Berikut ini merupakan beberapa tahapan yang menjelaskan tentang
pencarian artikel.
1. Pertanyaan klinis
Bagaimana Penerapan Pemberian Obat Yang Dilakukan Oleh Perawat?
2. Kata kunci (Keyword)
P (Problem/Population) : Pemberian Obat
I (Intervention) : Penerapan Pemberian Obat
C (Comparison) :-
O (Outcome) : Keselamatan Pasien
3. Kriteria Artikel
Terdapat beberapa kriteria artikel dalam pemilihan referensi studi kasus
ini, yaitu:
30

a. Artikel yang memiliki judul dan isi yang relevan dengan tujuan
b. Artikel yang berbahasa Indonesia atau bahasa Inggris serta dalam
bentuk fulltext
c. Artikel terakit Penerapan Pemberian Obat
d. Artikel penelitian yang dipublikasikan sekitar tahun 2015 sampai
dengan 2021
Adapun beberapa kriteria ekslusi dalam pemilihan referensi studi
kasus ini, yakni artikel yang tidak memiliki struktur lengkap, review artikel,
dan artikel yang tidak membahas mengenai Penerapan Pemberian Obat.
4. Searching Literature (Journal)
Setelah dilakukan pencarian artikel melalui database elektronik yaitu
Google Scholar dan Pubmed didapatkan artikel penelitian yang sesuai
dengan kata kunci (keyword) sekitar 1.060 di Google Scholar dan 539 di
Pubmed artikel yang ditemukan. Kemudian penulis memilih sendiri artikel
yang sesuai dengan judul, abstrak, isi, dan tujuan dari penulisan studi kasus
ini.
Artikel yang terpilih harus sesuai dengan kriteria inklusi. Artikel yang
tidak terkait mengenai penerapan pemberian obat dikeluarkan sehingga
didapatkan artikel yang dipilih sebanyak 4 artikel di Google Scholar
dan 1 artikel di Pubmed yang telah dibaca dengan cermat melalui
abstrak, tujuan, dan data analisis dari pertanyaan awal penulis dalam
mengumpulkan informasi mengenai penerapan pemberian obat pada
keselamatan pasien.
Tabel 2.1 Daftar Referensi Artikel

No Population Intervensi Comparision Outcome Time Penulis Artikel

1. Sampel dalam Penelitian ini - Hasil penelitian menunjukan bahwa Penelitian ini Lediana
penelitian ini adalah menganalisa faktor faktor yang mempengaruhi dilaksanakan 1 Tampubolon1,
10 orang yang faktor apakah yang penerapan prinsip keselamatan bulan dari bulan Pujiyanto. 2018
terdiri dari Dokter mempengaruhi pasien dalam pemberian obat antara April–Mei 2018
DPJP, perawat penerapan prinsip lain kurangnya supervisi dari
penanggung jawab keselamatan pasien pimpinan, kurangnya jumlah SDM
shift, petugas farmasi dalam proses perawat, tingginya turnover
meliputi apoteker pemberian obat perawat, tidak tersedianya SPO
dan apoteker oleh perawat di pemberian obat dengan prinsip 7
pendamping, serta 2 rawat inap rumah benar, sosialisasi yang tidak
orang dari level sakit X. dilakukan secara kontinyu dan tidak
manajemen yaitu adanya program diklat atau
Kepala bidang pelatihan di rumah sakit X.
keperawatan dan
Direktur rumah sakit

31
2. Sampel penelitian ini Penelitian ini - Hasil menunjukka bahwa Penelitian ini Fatma Siti
adalah perawat menganalisis persentase perawat dalam dilakukan pada Fatimah, 2016.
pelaksana di ruang Bagaimana penerapan prinsip benar dalam tanggal 23 Juni
rawat inap bangsal gambaran kategori baik yaitu sebanyak 13 2016
Zaitun dan Wardah karakteristik perawat (40,6%) dan paling banyak
Rumah Sakit PKU responden dalam dalam kategori cukup yaitu
Muhammadiyah penerapan prinsip sebanyak 19 perawat (59,4%).
Yogyakarta Unit II benar pemberian kategori kurang.
serta memenuhi obat di Rumah
kriteria inklusi dan Sakit PKU
ekslusi yang Muhammadiyah
berjumlah 32 Yogyakarta Unit
perawat. II..

3. Sampel yang Penelitian ini - Hasil penelitian ini menunjukkan Penelitian Ariputra
digunakan dalam menganalisis bahwa tidak terdapat hubungan dilakukan pada Patintingan, dkk.
penelitian ini adalah hubungan antara antara tingkat pengetahuan perawat bulan Juli 2018 – 2016
seluruh populasi Hubungan tingkat dan penerapan enam benar Desember 2018
yaitu perawat pengetahuan pemberian obat di Satu Rumah
pelaksana di ruang perawat mengenai Sakit Swasta Indonesia Bagian
rawat inap di Rumah enam benar Barat.

32
Sakit Swasta di pemberian obat
Bagian Barat yang dengan
berjumlah 41 orang. penerapannya di
Rumah Sakit
Swasta Indonesia
Bagian Barat

4. Pengambilan sampel Penelitian ini - Hasil menunjukkan bahwa tidak Penelitian Sri Haryani,
pada penelitian ini meganalisa Faktor ada hubungan antara umur, dilakukan pada Farida Esmianti.
dengan – Faktor Yang pendidikan dan pengetahuan bulan April 2015, 2015
menggunakan teknik Berhubungan dengan penerapan prinsip “Enam
Total Sampling yaitu Dengan Penerapan Tepat” pemberian obat di RSUD
35 orang Prinsip Enam Tepat Curup, tetapi ada hubungan antara
Pemberian Obat lama kerja dengan penerapan
prinsip “En- am Tepat” pemberian
obat di RSUD Curup.
5. Sampel sebanyak 17 Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan 12 Penelitian Kevin Imanuel
orang dipilih meganalisa perawat tidak patuh (70,59%) dilakukan pada Cessar Diongano,
menggunakan teknik bagaimana dalam penerapan prinsip lima benar bulan Juni 2019. dkk. 2020
total sampling. Kepatuhan Perawat pemberian obat. Benar pasien
Dalam Penerapan terdapat 12 perawat tidak patuh

33
Lima Benar (70,59%). Benar obat terdapat 17
Pemberian Obat perawat patuh (100%). Benar dosis
terdapat sembilan perawat
(52,95%) tidak patuh. Benar waktu
terdapat 10 perawat patuh
(58,82%). Benar cara pemberian
terdapat 16 perawat patuh
(94,11%).

34
35

Tabel 2.2 Daftar Telaah Jurnal Metode VIA

No Judul Artikel VIA


Analisis Penerapan Validity
Prinsip Keselamatan a. Desain: Penelitian yang dilakukan merupakan jenis
Pasien Dalam penelitian kuantitatif. Penelitian ini dipilih dengan dasar
Pemberian Obat per2timbangan bahwa penelitian ini memerlukan data
Terhadap Terjadinya dan informasi lengkap, lebih mendalam dan bermakna
Medication Error di serta dapat mendeskripsikan secara komprehensif dengan
Rawat Inap Rumah konteks yang sebenarnya dan dapat menerangkan
Sakit X Tahun 2018 fenomena secara keseluruhan.
b. Sampel: penelitian ini mengacu pada prinsip kesesuaian
(appropriateness) dan kecukupan (adequacy) Kesesuaian
artinya sampel dipilih berdasarkan pengetahuan
mengenai input proses dan output dari penerapan prinsip
keselamatan pasien di rawat inap serta dianggap dapat
memberikan informasi yang sesuai dengan topik
penelitian. Kecukupan artinya jumlah sampel yang
dipilih disesuaikan dengan jenis dan kedalaman
informasi yang dibutuhkan peneliti.
c. Kriteria Inklusi dan Ekslusi: Kriteria inklusi pada
penelitian tersebut adalah perawat penanggung jawab sif,
dokter DPJP, petugas farmasi laksana dan kepala bidang
keperawatan dan Direktur Rumah Sakit . Adapun
kriteria ekslusi pada penelitian tersebut adalah selain
adalah perawat penanggung jawab sif, dokter DPJP,
petugas farmasi laksana dan kepala bidang keperawatan
dan Direktur Rumah Sakit .
d. Randomisasi: Pada artikel tersebut tidak dilakukan
randomisasi dalam pengambilan sampel
Important dalam Hasil
36

a. Karakteristik subjek: Leadership, Jumlah SDM


Pelayan Kesehatan, Beban Kerja, Lingkungan Tempat
Kerja, Kasus Komplek, SPO (Standar Prosedur
Operasional, Program Pelatihan, Komunikas, Sosialisasi,
dan Proses Observasi Pemberian Obat Kepada Pasien.
b. Beda proporsi: Persentase tingkat pengetahuan perawat
mengenai enam benar pemberian obat yang dilakukan
peneliti di Rumah Sakit Swasta Indonesia Bagian Barat
yaitu terdapat 30 responden (73,2%) berada pada
kategori baik. Berdasarkan hasil analisis menggunakan
chi-square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara pengetahuan perawat mengenai enam benar
pemberian obat dengan penerapannya di Satu Rumah
Sakit Swasta Indonesia Bagian Barat.
c. Beda mean: Beberapa faktor yang mempengaruhi
penerapan prinsip keselamatan pasien di rumah sakit X
antara lain adalah faktor leadership yaitu kurangya
supervisi dari pimpinan, kurangnya jumlah SDM pelayan
kesehatan baik perawat maupun tenaga farmasi,
tingginya turnover perawat, faktor lingkungan tempat
kerja yang kurang kondusif, tidak tersedianya SPO
pemberian obat dengan prinsip 7 benar, sosialisasi yang
tidak dilakukan secara konsisten dan kontinyu serta tidak
berjalannya program diklat atau pelatihan.
d. Nilai p value: penelitian ini tidak dilakukan uji korelasi.
Melainkan Faktor pengetahuan, beban kerja dan kasus
kompleks serta komunikasi dianggap tidak berpengaruh
terhadap penerapan prinsip keselamatan pasien di rumah
sakit X.
37

Applicability
Mengidentifikasi dari penelitian tersebut yang dilakukan
yaitu observasional (non-eksperimental) yang hanya
bersifat deskriptif dan juga merupakan studi analitik.
Penelitian ini dipilih dengan dasar pertimbangan bahwa
penelitian ini memerlukan data dan informasi lengkap,
lebih mendalam dan bermakna serta dapat
mendeskripsikan secara komprehensif dengan konteks
yang sebenarnya dan dapat menerangkan fenomena secara
keseluruhan.
Hubungan Tingkat Validity
Pengetahuan Perawat a. Desain: Penelitian yang dilakukan merupakan jenis
Mengenai Enam penelitian deskriptif kuantitatif.
Benar Pemberian b. Sampel: yang digunakan adalah seluruh perawat
Obat Dengan pelaksana di ruang rawat inap sebanyak 41 orang.
Penerapannya Di Sampel tersebut diambil menggunakan teknik sampel
Rumah Sakit Swasta jenuh.
Indonesia Bagian c. Kriteria Inklusi dan Ekslusi: Kriteria inklusi pada
Barat penelitian tersebut adalah perawat pelaksana dan
kepala ruang Rumah Sakit Swasta Indonesia Bagian
Barat. Adapun kriteria ekslusi pada penelitian tersebut
adalah selain adalah perawat pelaksana dan kepala
ruang di Rumah Sakit Swasta Indonesia Bagian
Barat
d. Randomisasi: Pada artikel tersebut tidak dilakukan
randomisasi dalam pengambilan sampel
Important dalam Hasil
e. Karakteristik subjek: Tingkat Pengetahuan Enam
Benar Pemberian Obat, Hubungan Tingkat
Pengetahuan Enam Benar dan Penerapan Pemberian
Obat
38

f. Beda proporsi: Persentase tingkat pengetahuan


perawat mengenai enam benar pemberian obat yang
dilakukan peneliti di Rumah Sakit Swasta Indonesia
Bagian Barat yaitu terdapat 30 responden (73,2%)
berada pada kategori baik. Berdasarkan hasil analisis
menggunakan chi-square didapatkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara pengetahuan perawat
mengenai enam benar pemberian obat dengan
penerapannya di Satu Rumah Sakit Swasta
Indonesia Bagian Barat.
g. Beda mean: Berdasarkan hasil analisis
menggunakan chi-square didapatkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara pengetahuan perawat
mengenai enam benar pemberian obat dengan
penerapannya di Satu Rumah Sakit Swasta Indonesia
Bagian Barat. Hasil ini serupa dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh (Pudjowati, Widodo, &
Wahidyanti, 2016) di Rumah Sakit PantiWaluya
Sawahan Malang bahwa tidak terdapat hubungan
antara pengetahuan perawat mengenai benar
pemberian obat dan penerapannya. Hal ini
disebabkan karena dari hasil uji statistik terdapat
empat responden dengan pengetahuan yang baik
namun tidak menerapkan enam benar pemberian
obat. Sebaliknya ada satu responden dengan tingkat
pengetahuan kurang namun dapat menerapkan enam
benar pemberian obat Penelitian yang dilakukan oleh
(Hamdi, 2017) di RSUD dr. Rasidin Padang
diketahui bahwa terdapat faktor lain yang
mempengaruhi penerapan enam benar, yaitu motivasi
perawat, dan supervisi dari kepala ruangan.
39

h. Nilai p value: Berdasarkan hasil analisis


menggunakan chi-square diperoleh hasil sebesar ρ
value = 0,752 (>0,05) artinya tidak terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan perawat
mengenai enam benar pemberian obat dan
penerapannya di satu Rumah Sakit Swasta Indonesia
Bagian Barat.
Applicability
Mengidentifikasi dari penelitian tersebut yang
dilakukan, Data yang telah dikumpulkan dianalisis
dengan analisis data univariat untuk menjelaskan
distribusi frekuensi atau menggambarkan karakteristik
masing masing variabel penelitian dan analisis data
bivariat untuk melihat hubungan antara 50 Nursing
Current Vol. 6 No. 2, Juli 2018 – Desember 2018
variabel independen (tingkat pengetahuan perawat)
dengan variabel dependen (penerapan 6 benar obat).
Uji yang digunakan adalah Chi-Square.
3. Gambaran Penerapan Validity
Prinsip Benar a. Desain: penelitian ini menggunakan Metode
Pemberian Obat di diskriptif kuantitatif.
Rumah Sakit b. Sampel: penelitian ini menggunakan teknik
PKU Muhammadiyah purposive sampling, yaitu sebanyak 32 orang perawat
Yogyakarta Unit II yang memenuhi kriteria inklusi.

c. Kriteria Inklusi dan Ekslusi : dalam penelitian ini


adalah kriteria inklusi: perawat pelaksana di ruang
rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II, pendidikan D3 Keperawatan dan
Ners serta bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
Kriteria ekslusi yaitu perawat pelaksana yang sedang
40

cuti, perawat yang mengikuti pendidikan lanjutan


yang meninggalkan tugasnya dirumah sakit.
d. Randomisasi: Pada artikel tersebut tidak dilakukan
randomisasi dalam pengambilan sampel
Important dalam Hasil
a. Karakteristik subjek: Umur, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, lama kerja
b. Beda proporsi : Pengetahuan yang dimiliki
pimpinan atau atasan di setiap ruang rawat inap
menurut informan sudah cukup paham mengenai
prinsip prinsip keselamatan pasien yang diterapkan di
rumah sakit X ini, begitu juga dengan peran dari
atasan baik atasan langsung maupun atasan tidak
langsung, Dari proses wawancara didapati bahwa
pengetahuan dan pemahaman mengenai prinsip
keselamatan pasien rata rata cukup baik, walaupun
tidak semua mengetahui persis 6 hal yang menjadi
standar utama keselamatan pasien yang sudah
ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien, Hampir
seluruh informan mulai dari pelaksana hingga level
tertinggi mengeluhkan hal yang sama yaitu
kurangnya jumlah sumber daya manusia terutama
keperawatan yang minim di rumah sakit X baik
jumlah maupun kualifikasi dari perawat yang kurang
memadai serta turnover perawat yang cukup tinggi,
Dari SPO yang diterapkan di rumah sakit X
mengenai pemberian obat terbagi ke dalam beberapa
kategori sesuai dengan cara pemberian obatnya,
antara lain SPO pemberian obat oral, SPO pemberian
obat intravena, SPO pemberian obat intramuscular,
41

subcutan dan intracutan serta juga SPO mengenai


perhitungan dosis obat namun belum ada SPO khusus
tentang proses 7 benar pemberian obat.
c. Beda mean: Penerapan prinsip benar pemberian
obat oleh perawat dikelompokkan menjadi dua
kategori yaitu cukup dan baik serta tidak ada perawat
yang kurang dalam penerapan prinsip ini. Di lihat
dari persentase perawat dalam penerapan prinsip
benar dalam kategori baik yaitu sebanyak 13 perawat
(40,6%) dan paling banyak dalam kategori cukup
yaitu sebanyak 19 perawat (59,4%).
Berdasarkan karakteristik responden dan hasil
observasi pelaksanaan prinsip benar pemberian obat
ini maka dapat diketahui bahwa rata rata responden
mempunyai karakteristik yang hampir sama.
Sehingga hal ini yang kemungkinan menyebabkan
persentase penerapan prinsip benar tidak ada yang
dalam kategori kurang.
d. Nilai p value: penelitian ini tidak dilakukan uji
korelasi terhadap prinsip pemberian obat
dikarenakan jumlah sampel yang minimal, namun
hasilnya dapat dijelaskan, hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berusia 25-35 tahun yaitu sebanyak 18 responden
(56,2%), dengan jenis kelamin perempuan sebanyak
29 responden (90,7%), rentang usia semua
responden masih dalam kategori dewasa muda.
Applicability
Mengidentifikasi dari penelitian tersebut yang dilakukan
yaitu observasional (non-eksperimental) yang hanya bersifat
deskriptif dan juga merupakan studi analitik. Analisa
42

data yang digunakan adalah univariat karena dianalisis


untuk satu variabel . Analisis univariat untuk mengetahui
karakteristik penelitian hanya satu variabel. Etika penelitian
yang dilakukan peneliti antara lain: Ijin di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, informed
consent, confi dentiality, anonimity dan justice.
4. Faktor – Faktor Yang Validity
Berhubungan Dengan a. Desain: Penelitian ini adalah penelitian Deskriptif
Penerapan Prinsip Analitik dengan pendekatan Cross Sectional.
Enam Tepat b. Sampel: Pengambilan sampel pada penelitian ini
Pemberian Obat dengan menggunakan teknik Total Sampling yaitu 35
orang.
c. Kriteria Inklusi dan Ekslusi : kriteria inklusi yaitu
perawat atau bidan yang bertugas di ruang kebidanan
dan perinatologi RSUD Curup. Kriteria ekslusi yaitu
selain perawat atau bidan yang bertugas di ruang
kebidanan dan perinatologi RSUD Curup.
d. Randomisasi: Pada artikel tersebut dilakukan
randomisasi dalam pengambilan sampel
Important dalam Hasil
a. Karakteristik subjek: umur, pendidikan dan lama
kerja dan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan.
b. Beda proporsi: Berdasarkan penelitian tersebut hampir
seluruh dari responden yaitu 31 orang (88,6%) berumur
≤ 40 tahun (usia produktif), hampir seluruh dari
responden 29 orang (82,9%) berpendidikan DIII
(rendah), ham- pir seluruh dari responden 27 orang
(77,1%) lama kerjanya > 8,6 tahun (baik), sebagian besar
dari responden 18 orang (51,4%) memiliki pengetahuan
yang cukup tentang prinsip “Enam Tepat” pemberian
obat, sebagian besar dari responden 19 orang (54,3%)
43

memiliki pengetahuan yang baik tentang prinsip “Enam


Tepat” pem- berian obat, dan sebagian besar dari re-
sponden 23 orang (65,7%) menerapkan prinsip “Enam
Tepat” pemberian obat di Ruang Kebidanan dan Ruang
Anak RSUD Curup Kabupaten Rejang Lebong Tahun
2014 dengan tepat.
c. Beda mean: berdasarkan hasil penelitian hampir seluruh
dari responden berusia produktif, berpendidikan rendah
dan lama kerjanya baik serta sebagian besar dari
responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang
prinsip “Enam Tepat” pemberian obat. Tidak ada
hubungan antara umur, pendidikan dan
pengetahuan dengan penerapan prinsip “Enam Tepat”
pemberian obat di RSUD Curup, tetapi ada hubungan
antara lama kerja dengan penerapan prinsip “Enam
Tepat” pemberian obat di RSUD Curup.
d. Nilai p value: Tidak ada hubungan antara
umur, pendidikan dan pengetahuan dengan penerapan
prinsip “Enam Tepat” pemberian obat di RSUD Curup,
tetapi ada hubungan antara lama kerja dengan penerapan
prinsip “Enam Tepat” pemberian obat di RSUD Curup.
Applicability
Mengidentifikasi dari penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif analitik dengan pen- dekatan
cross sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah faktor internal meliputi karakteristik responden
(umur, pendidikan dan lama kerja) dan tingkat
pengetahuan tenaga kesehatan. Variabel Variabel
dependen adalah penerapan prinsip enam tepat
pemberian obat. Alat pengumpulan data yang
digunakan adalah kuisioner dan lembar observasi.
44

Kepatuhan Perawat Validity


Dalam Penerapan a. Desain: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
Lima Benar kuantitatif.
Pemberian Obat b. Sampel: Sampel penelitian ini berjumlah 17 orang
dipilih dengan teknik total sampling.
c. Kriteria Inklusi dan Ekslusi : Kriteria Inklusi yaitu
perawat di ruang rawat inap di satu Rumah Sakit Swasta
Di Indonesia Tengah. Kriteria Ekslusi yaitu selain
perawat di ruang rawat inap di satu Rumah Sakit Swasta
Di Indonesia Tengah
d. Randomisasi: Pada artikel tersebut dilakukan
randomisasi dalam pengambilan sampel
Important dalam Hasil
a. Karakteristik subjek: kepatuhan perawat dalam
penerapan prinsip benar pasien, benar obat, benar, benar
waktu, dan benar cara pemberian,
b. Beda proporsi: Berdasarkan penelitian tersebut dalam
penerapan prinsip benar pasien menunjukkan 12 perawat
(70,59%) tidak patuh dalam menerapkan prinsip benar
pasien dalam pemberian obat sesuai dengan SPO, dalam
melakukan seluruh prinsip benar dosis dalam pemberian
obat sesuai dengan Standar Prosedur Operasional yang
berlaku yaitu sembilan perawat (52,95%), dalam
menerapkan prinsip benar waktu dalam pemberian obat
sesuai dengan SPO yaitu sebanyak 10 perawat (58,82%),
dalam menerapkan prinsip benar cara pemberian dalam
pemberian obat sesuai dengan SPO yang berlaku yaitu
16 perawat patuh (94,11%).

c. Beda mean: Hasil penelitian yang dilakukan


menunjukkan dalam penerapan prinsip lima benar
45

pemberian obat berdasarkan SPO di satu rumah sakit


swasta di Indonesia tengah masih kurang yaitu 70,59%
perawat masih tidak patuh
d. Nilai p value: Tidak dicantumkan pada artikel
Applicability
Mengidentifikasi dari penelitian tersebut yang
dilakukan yaitu menggunakan Instrumen penelitian
berupa lembar checklist observasi berdasarkan SPO yang
berlaku. Instrumen ini menggunakan skala nominal
dengan dua penilaian yaitu dilakukan atau tidak
dilakukan. Sebelum melakukan penelitian, dilakukan uji
Cohens Kappa untuk melihat tingkat kesepahaman antar
observer. Pemberian informed consent dan penjelasan
mengenai penelitian juga dilakukan kepada responden.
Observasi dilakukan sewaktu perawat melakukan
pemberian obat pada tiga pasien yang berbeda dan
melihat konsistensi yang dilakukan. Apabila perawat
tidak melakukan salah satu atau lebih dari item yang ada,
maka perawat dinilai tidak patuh dalam menerapkan
prinsip lima benar pemberian obat.
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. (2012). Sistem kesehatan (Cetakan ke-4). Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada
Aldhwaihi K, Schifano F, Pezzolesi C, and Umaru N. 2016. Systematic Review of the
Nature of Dispensing Errors in Hospital Pharmacies. Integrated Pharmacy
Research and Practice 5: 1-10.
Asmuji. 2014. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar Ruzz
Media.
Ba Bawelle, (2013). Jurnal Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan
Pelaksanaan Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang Rawat Inap RSUD
Liun Kandage Tahuna. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi, ejournal keperawatan (e-Kp), Manado.
Bakri, M. H. 2017. Manajemen keperawatan (konsep dan aplikasi dalam praktik
keperawatan profesional). Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Chintia Timbongol, Widya Astuty L, Sri Sudewi. 2016. Identifikasi Kesalahan
Pengobatan (Medication Error) pada Tahap Peresepan (Prescribing) Di Poli
Interna RSUD Bitung. Pharmacon 5(3):1-6 ISSN 2302 – 2493.
Endriani, S. (2012) Panduan identifikasi pasienhttps://www.academia.edu/keypass/
PANDUAN_IDENTIFIKASI_PASIEN. Diperoleh 14 Agustus 2017.
Esmianti F, 2015. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Penerapan Prinsip
Enam Tepat Pemberian Obat. Jurnal Media Kesehatan, Volume 8 Nomor 1, April
2015, hlm 01-99
Fatimah FS, 2016. Gambaran Penerapan Prinsip Benar Pemberian Obat di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. JNKI, Vol. 4, No. 2, Tahun 2016,
79-83
Harmiady, Rauf (2014). Faktor–faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan prinsip
6 benar dalam pemberian obat oleh perawat pelaksana di ruang interna dan
bedah Rumah Sakit Haji Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 4
Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721.

46
Hutagalung R, 2020. Kepatuhan Perawat Dalam Penerapan Lima Benar Pemberian
Obat. Volume 16 Nomor 1.
Istiningtyas, Anita. 2016. Hubungan Sumber Daya Dengan Pelaksanaan Handover
Sebagai Sasaran Keselamatan Pasien. Jurnal KesMaDasKa
Kassean, H. K., & Jagoo, Z. 2015. Managing change in the nursing handover from
traditional to bedside handover–a case study from Mauritius. Mauritius: BMC
Nurcing
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI
Khodir Abdul Jaelani, Findy Hindratni. 2017. Gambaran Skrining Resep Pasien Rawat
Jalan Di Puskesmas Kota Yogyakarta Tahun 2015. Journal Endurance 2 (1): 1-6.
Listianawati, R (2018). Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Keselamatan Pasien
(Patient Safety) Dengan Sikap Perawat Terhadap Pemberian Obat di Ruang
Rawat Inap Kelas III RSUD dr. Lokmono Hadi Kudus . Diakses pada tanggal 02
Agustus2019fromhttps://prosiding.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/pro
s/article/view/303/83
Marianna S, Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Terhadap Manajemen
Keselamatan Pasien Dalam Pemberian Obat Kewaspadaan Tinggi Di Rumah
Sakit Menteng Mitra Afia, Jakarta. Jurnal Online Keperawatan Indonesia Vol. 2
No. 1
Nilasari Putu, Delina Hasan, Wahyudi Uun H. 2017. Faktor-Faktor yang Berkaitan/
Berhubungan dengan Medication Error dan Pengaruhnya Terhadap Patient
Safety yang Rawat Inap di RS. Pondok Indah Jakarta Tahun 2012 – 2015. Social
Clinical Pharmacy Indonesia Journal 2 (1):1-9 ISSN 2502-8413.
Norisca Aliza Putriana dkk, 2017. Review : Medication Erorr Pada Tahap Prescribing,
Transcribing, Dispensing, dan Administration. Majalah Farmasetika, Vol.2 No.4
Nurdiana dan Sulistyani, D. Ed. (2016). Buku saku keperawatan. Jakarta: Bidang
Keperawatan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

47
Patintingan A, dkk, 2018. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Mengenai Enam
Benar Pemberian Obat Dengan Penerapannya Di Rumah Sakit Swasta Indonesia
Bagian Barat. Nursing Current Vol. 6 No. 2, Juli 2018 – Desember 2018
Supriyadi, dkk, Penerapan Keselamatan Pasien Dalam Pemberian Obat Oleh Perawat
Di Rsjd Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK)
Vol…No…
Persatuan Rumah Sakit Indonesia. 2007. Laporan Peta Nasional Keselamatan Pasien-
KonggresPERSI. Jakarta.
Rahmawati, F., dan Oetari, R.A, 2002. Kajian penulisan resep: “Tinjauan
AspekLegalitas dan Kelengkapan Resep di Apotek-apotek Kotamadya
Yogyakarta”. Majalah Farmasi Indonesia. 13:86-94. Yogyakarta.
Setiawan, A. dan saryono. (2011). Metodologi Penelitian kebidanan. Nuha Medika.
Jakarta
Simamora, R. H. (2019). Documentation of patient identification into the electronic
system to improve the quality of nursing services. International Journal Of
Scientific & Technology Research. 8(9) : 1884-1886.
Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tampubolon L,dkk, 2018. Analisis Penerapan Prinsip Keselamatan Pasien Dalam
Pemberian Obat Terhadap Terjadinya Medication Error di Rawat Inap Rumah
Sakit X. Jurnal ARSI/Juni 2018Volume 4 Nomor 3
Triwibowo. 2013. Manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit. Jakarta: TIM.
Wardhani, Viera. 2017. Buku Ajar Manajemen Keselamatan Pasien. Malang: UB Press.
World Health Organization. Medication Errors: Technical Series on Safer Primary
Care. 2016. ISBN 978-92-4-151164-3
WHO, (2011). WHO Patient safety curricullum guide:multi professional edition
Yuwono dkk, 2017. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Medication Error Pada
Pasien Kemoterapi Di RSUP DR.Mohammad Hoesin Palembang. Majalah
Kedokteran Sriwijaya, Th. 49 Nomor 4,
Zakiah Rasmi O, Zahra Wafiyatunisa. 2017. Kejadian Medication Error Pada Fase
Prescribing Di Poliklinik Pasien Rawat Jalan RSD Mayjend HM Ryacudu
Kotabumi. JK Unila 1 (3):540-545.

48

Anda mungkin juga menyukai