Anda di halaman 1dari 58

Skripsi

INTERVENSI DALAM MENURUNKAN MUAL DAN


MUNTAH PADA PASIEN KANKER PASCA KEMOTERAPI :
LITERATURE REVIEW

CITRA MEGA TAZMADI


21117028

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN, PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN
TAHUN 2021
Skripsi

INTERVENSI DALAM MENURUNKAN MUAL DAN


MUNTAH PADA PASIEN KANKER PASCA KEMOTERAPI :
LITERATURE REVIEW

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan

CITRA MEGA TAZMADI


21117028

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN, PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN
TAHUN 2021

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Citra Mega Tazmadi


NIM : 21117028
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Intervensi Dalam Menurunkan Mual dan Muntah Pada Pasien
Kanker Pasca Kemoterapi : Literature Review

Telah diperiksa dan telah sesui dengan ketentuan yang berlaku dan disetujui
untuk dilakukan proses ujian Proposal/Hasil/Komprehensif Skripsi.

Palembang, Januari 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Suratun, S.Kep., Ns., M.Kep Joko Tri Wahyudi, S.Kep., Ns., M.Kep
NBM. 1007142 NBM. 1295005

Disetujui
Ka. PSIK

Yudi Abdul Majid S.Kep., Ners., M.Kep


NBM. 1056216

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Citra Mega Tazmadi


NIM : 21117028
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Intervensi Dalam Menurunkan Mual dan Muntah Pada Pasien
Kanker Pasca Kemoterapi : Literature Review

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawtaan Institut Ilmu
Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Suratun, S.Kep., Ns., M.Kep ( )

Pembimbing : Joko Tri Wahyudi, S.Kep., Ns., M.Kep ( )

Penguji : Yulius Tiranda, S.Kep., Ns., M.Kep.,PhD ( )

Ditetapkan di : Palembang
Tanggal Januari 2020
Ketua IKesT MP

Heri Shatriadi CP, M.Kes


NIDN. 0213057502

iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Citra Mega Tazmadi

NIM : 21117028

Tanda Tangan :

Tanggal : Januari 2021

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik IKesT Muhammadiyah Palembang, saya yang bertanda


tangan di bawah ini:
Nama : Citra Mega Tazmadi

NIM : 21117028

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


IkesT Muhammadiyah Palembang Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Intervensi
Dalam Menurunkan Mual dan Muntah Pada Pasien Kanker Pasca Kemoterapi :
Literature Review. beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak
Bebas Royalti Noneksklusif ini IkesT Muhammadiyah Palembang berhak
menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di : Palembang
Pada Tanggal : Januari 2021
Yang Menyatakan

Materai 6000

(Citra Mega Tazmadi)


NIM. 21117024

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Biodata

Nama : Citra Mega Tazmadi


NIM : 21117028
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tgl Lahir : Palembang/27 Oktober 1999
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Nama Orang Tua
Ayah : Edi Susanto
Ibu : Maryani, SKM
No Telpon : 08995823924
Alamat Email : citramegatazmadi@gmail.com
Alamat : Jl. Anggkatan 66 Lrg. Jambu RT 08 RW 02 Kecamatan
Kemuning Kelurahan Pipa reja, Sekip Ujung, Palembang

Pendidikan
Tahun 2005 -2011 : SD Negeri 186 Palembang
Tahun 2011 - 2014 : Madrasah Tsanawiyah Muqimus Sunnah Palembang
Tahun 2014 - 2017 : SMK Kesehatan Athala Putra Palembang
Tahun 2017-2021 : Program Studi Ilmu Keperawatan IKesT Muhammadiyah
Palembang

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan di
Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Rektor IKesT Muhammadiyah Palembang, Bapak Heri Shatriadi CP,
M.Kes.
2. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ibu Maya Fadlilah, S.Kep., Ns., M.Kep.
3. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Bapak Yudi Abdul Majid S.Kep.,
Ns., M.Kep.
4. Dosen pembimbing I dalam penyusunan skripsi ini Ibu Suratun, S.Kep.,
Ns., M.Kep.
5. Dosen pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini Bapak Joko Tri
Wahyudi, S.Kep., Ns., M.Kep.
6. Dosen Program Studi dan IKesT Muhammadiyah Palembang yang
senantiasa memberikan ilmunya dalam proses belajar mengajar.
7. Orang tua dan kakak tercinta terimakasih telah membesarkan dan
menuntun saya serta selalu mendoakan yang terbaik untuk saya dan selalu
mendukung untuk terus maju menjadi orang yang sukses, yang selalu
mengatakan untuk selalu dekat dengan Allah SWT, karena hanya Allah
SWT-lah yang bisa menolong dan selalu ada bersama saya. Terimakasih
juga untuk keponakanku tersayang yang selalu mengibur.
Akhir kata, saya berharap ALLAH SWT, berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.
Palembang, Januari 2021

viii
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS............................................... v
HALAMAN PUBLIKASI................................................................................ vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... vii
KATA PENGANTAR...................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 7
A. KONSEP KANKER
1. Pengertian Kanker.......................................................................... 7
2. Etiologi dan Faktor Risiko.............................................................. 8
3. Bahan Penyebab Kanker (Karsinogen)........................................... 11
4. Karakteristik Neoplasma................................................................ 12
5. Manifestasi Klinis Kanker.............................................................. 13
6. Proses Terjadinya Kanker............................................................... 15
7. Cara Penyebaran Sel Kanker.......................................................... 17
8. Pengobatan Kanker......................................................................... 18
B. KONSEP KEMOTERAPI
1. Definisi Kemoterapi........................................................................ 19
2. Tujuan Kemoterapi......................................................................... 20
3. Cara Kerja Kemoterapi................................................................... 21
4. Jalur Pemberian Kemoterapi........................................................... 21
5. Efek Samping Kemoterapi.............................................................. 22

ix
C. KONSEP MUAL MUNTAH AKIBAT KEMOTERAPI
1. Definisi Mual Muntah..................................................................... 23
2. Faktor Risiko Mual Muntah............................................................ 23
3. Patofisiologi Mual Muntah............................................................. 24
4. Klasifikasi Mual Muntah Akibat Kemoterapi................................ 25
D. KONSEP INTERVENSI MUAL MUNTAH KEMOTERAPI
1. Terapi Akupresur............................................................................ 27
a. Definisi Akupresur.................................................................... 27
b. Tujuan Akupresur..................................................................... 27
c. Meridian ................................................................................... 28
d. Akupresur Untuk Mual Muntah................................................ 29
2. Relaksasi Otot Progresif................................................................. 31
a. Definisi Relaksasi Otot Progresif............................................. 31
b. Tujuan Relaksasi Otot Progresif............................................... 32
c. Manfaat Relaksasi Otot Progresif............................................. 32
d. Langkah – langkah Relaksasi Otot Progresif............................ 33
e. Relaksasi Otot Progresif Untuk Mual Muntah......................... 35
3. Aromaterapi jahe............................................................................ 36
a. Definisi Aromaterapi jahe ........................................................ 36
b. Manfaat Aromaterapi jahe........................................................ 36
c. Penggunaan Aromaterapi jahe.................................................. 36
d. Aromaterapi jahe Untuk Mual Muntah .................................... 37
E. KERANGKA TEORI........................................................................... 39
BAB III METODE LITERATURE RIVIEW.............................................. 40
A. Strategi Penelusuran Literature............................................................. 40
1. Database elektronik........................................................................ 40
2. Kata kunci....................................................................................... 40
3. Kriteria inklusi dan eksklusi........................................................... 40
B. Proses Seleksi Literature....................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 42

x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Mual muntah akibat kemoterapi..................................... 25

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pembagian Karsinogen................................................................. 12
Gambar 2.2 Pertumbuhan Sel Kanker.............................................................. 16
Gambar 2.3 Penyebaran Sel Kanker................................................................. 18
Gambar 2.4 Titik P6......................................................................................... 30
Gambar 2.5 ST36 ............................................................................................. 31
Gambar 3.1 Proses Literature Review.............................................................. 41

xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia saat ini menghadapi permasalahan kesehatan masyarakat dengan
adanya transisi epidemiologi, yaitu bergesernya masalah kesehatan dari
penyakit menular yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan
mikroorganisme lainnya menjadi penyakit tidak menular. Transisi ini
menimbulkan adanya beban ganda bagi seluruh negara di dunia. Negara harus
menghadapi permasalahan penyakit menular yang belum sepenuhnya berhasil
dikendalikan, kini juga harus mengerahkan sumber daya yang ada untuk
menurunkan penyakit menular yang menunjukkan kecenderungan
peningkatan kasus. Menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia (Infodatin) Penyakit kanker merupakan salah satu
penyakit tidak menular yang menjadi beban kesehatan diseluruh dunia
(Infodatin, 2019).
Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya sel yang
abnormal yang bisa berkembang tanpa terkendali dan memiliki kemampuan
untuk menyerang dan berpindah antar sel dan jaringan tubuh. Badan
kesehatan dunia atau World Health Organization menyebutkan kanker
sebagai salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia (Infodatin,
2019). Menurut World Health Organization Salah satu ciri utama kanker
adalah pembentukan cepat sel abnormal yang tumbuh di luar batas biasanya,
dan yang kemudian dapat menyerang bagian tubuh yang berdekatan dan
menyebar ke organ lain, proses terakhir ini disebut sebagai metastasis (World
Health Organization, 2018)
The International Agency for Research on Cancer (IARC) atau Badan
Internasional untuk Penelitian Kanker merilis perkiraan terbaru pada 15
Desember 2020 tentang Beban kanker global diperkirakan meningkat menjadi
19,3 juta kasus baru dan 10,0 juta kematian pada tahun 2020. Satu dari 5
orang di seluruh dunia mengidap kanker selama hidup mereka, dan satu dari 8
pria dan satu dari 11 wanita meninggal karena penyakit tersebut. Untuk
pertama kalinya, kanker payudara wanita diperkirakan menjadi kanker yang
paling sering terjadi di seluruh dunia, Diperkirakan 2,3 juta kasus baru
menunjukkan bahwa satu dari setiap 8 kanker yang didiagnosis pada tahun
2020 adalah kanker payudara disusul kanker paru-paru, kanker kolorektal,
kanker prostat, dan kanker perut (International Agency for Research On
Cancer, 2021).
Berdasarkan Kementrian kesehatan Republik Indonesia Angka kejadian
penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8
di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian tertinggi
di Indonesia untuk laki laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000
penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk, yang diikuti
dengan kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata
kematian 7,6 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka kejadian untuk
perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per
100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk yang
diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-
rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk (Kemenkes, 2019).
Data hasil Riset Kesehatan dasar atau Riskesdas tahun 2013 dan tahun
2018 menunjukkan adanya peningkatan prevalensi kanker di Indonesia dari
1,4‰ menjadi 1,49‰. Provinsi Gorontalo memiliki peningkatan tertinggi
dari 0,2‰ pada Riskesdas 2013 menjadi 2,44‰ pada Riskesdas 2018.
Peningkatan signifikan juga terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah, dan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Prevalensi kanker di Indonesia berdasarkan kelompok
umur menunjukkan bahwa peningkatan signifikan mulai terjadi pada umur di
atas 35 tahun. Terdapat pergeseran puncak prevalensi antara Riskesdas 2013
dengan Riskesdas 2018. Prevalensi kanker tertinggi terdapat pada kelompok
umur 75 tahun keatas pada tahun 2013 sebesar 5‰, sedangkan hasil
Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa kelompok umur 55-64 tahun memiliki
prevalensi tertinggi sebesar 4,62‰ (Infodatin, 2019).
Di Sumatera Selatan sendiri terjadi peningkatan terhadap jumlah penderita
kanker pada tahun 2018 dibanding 2013. (Kemenkes, 2018), Jumlah
masyarakat di sumetera selatan yang terdiagnosa mengidap penyakit kanker
memang belum bisa dipastikan, namun jumlahnya sudah mencapai ribuan.
Menurut ketua Cancer Information and Support Centre (CISC) sumsel, Leni

2
Mardiani mengatakan, “khusus di wilayah sumsel mayoritas penyakit kanker
yang diderita masyarakat yaitu, kanker otak, kanker serviks dan kanker
payudara” (Agustin, 2019).
Tingginya angka kejadian kanker menyebabkan meningkatnya kebutuhan
pengobatan untuk mengatasi berbagai efek yang ditimbulkan oleh kanker.
Salah satu pengobatan yang paling sering digunakan untuk mengobati kanker
adalah kemoterapi. Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan kanker
dengan obat-obatan kimia yang berfungsi untuk membunuh serta
menghambat pertumbuhan abnormal dari sel kanker (Mulyaningrat &
Wulandari, 2019). Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan
senyawa kimia atau obat yang disebut sitostatika. Sitostatika adalah
segolongan obat yang menghambat pertumbuhan kanker atau membunuh sel
kanker. Kemoterapi digunakan untuk terapi definitif maupun terapi adjuvan
pada kanker terutama untuk penyakit kanker stadium lanjut. Pemberian
kemoterapi ini bertujuan untuk menyembuhkan kanker. Pengobatan
kemoterapi dengan tujuan ini biasanya jarang tercapai dikarenakan pasien
membutuhkan waktu lama agar sembuh dari penyakit (Afrianti & Pertiwi,
2020).
Efek samping kemoterapi dapat mempengaruhi kondisi biologis, fisik,
psikologis, dan sosial pasien,adapun efek samping dari kemoterapi ialah mual
dan muntah, rambut rontok, rendahnya jumlah darah, masalah mulut dan
reaksi kekebalan (American cancer society, 2020). Frekuensi efek samping
paling sering adalah mual muntah. Keluhan mual muntah dapat menurunkan
kualitas hidup pasien dan terkadang membuat pasien berhenti menjalani
kemoterapi. Mual dan muntah merupakan salah satu efek samping yang
paling sering ditimbulkan oleh kemoterapi. Gejala mual dan muntah pasca
kemoterapi sering disebut sebagai Chemotherapy Induced Nausea and
Vomiting (CINV). Sekitar 20 sampai 30 persen pasien mengalami mual
muntah akibat proses sekunder pemberian obat-obatan kemoterapi (R &
Surarso, 2016).
Hasil penelitian (Escobar et al., 2015) pada 19 Rumah Sakit di Spanyol
terdapat 42% pasien yang mengeluh mual dan 20,8% mengeluh muntah saat

3
menerima kemoterapi. Hasil penelitian (Kottschade et al., 2016) di Amerika
terdapat 35% pasien mengeluh mual dan 19% mengeluh muntah saat
menerima kemoterapi. Hasil penelitian (Al Qadire, 2017) di Jordan
menunjukkan bahwa walaupun pasien menggunakan terapi antiemetik,
insiden mual dan muntah secara keseluruhan masih tinggi yaitu 71,4% dan
57,3%. Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting atau Terapi CINV
melalui pendekatan kompehensif yang meliputi pemberian anti emetik,
suplementasi herbal (Aromaterapi Jahe) ,metode akupunktur (Akupresur),
dan intervensi biopsychobehavioral yang merupakan progressive muscle
relaxation atau relaksasi otot progresif, Terapi non farmakologi sangat
bermanfaat apabila dikombinasikan dengan antiemetik (R & Surarso, 2016).
Penanganan nonfarmakologi mual muntah pada pasien yang menerima
kemoterapi salah satunya adalah akupresur. Akupresur adalah suatu terapi
yang menggunakan jari atau benda tumpul untuk merangsang titik-titik pada
bagian tubuh untuk menyeimbangkan energi, Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh (Abusaad & Ali, 2015) Terjadi penurunan skor total mual
muntah pada kelompok studi dibandingkan dengan kelompok control dengan
perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua kelompok mengenai
frekuensi, tingkat keparahan dan durasi. (40%) melihat bahwa akupresur P6
cukup efektif, 33,3% dari mereka menunjukkan efektif dalam hanya 26,7%
yang menyatakan sedikit efektif.
Penatalaksanaan Mual dan muntah pada pasien kemoterapi juga dapat
dilakukan dengan intervensi biopsychobehavioral yang meliputi progressive
muscle relaxation atau relaksasi otot progresif. Progressive muscle
relaxation merupakan latihan terfokus untuk mempertahankan kondisi
relaksasi yang dalam. Pernafasan terfokus dengan seluruh perhatian berpusat
pada sensasi pernafasan, meliputi irama dan naik turunnya dada, digunakan
sepanjang latihan relaksasi ini. Pada dasarnya, latihan Relaksasi otot progresif
melibatkan kontraksi dan relaksasi berbagai kelompok otot mulai dari kaki ke
arah atas atau dari kepala ke arah bawah (Utami, 2016). Berdasarkan Hasil
penelitian (Gupta & Kaur, 2020) terjadi penurunan mual dan muntah pada
pasien yang dilakukan Relaksasi otot progresif dari 77% pasien yang

4
mengalami mual/muntah sedang turun menjadi 66% setelah dilakukan
Relaksasi Otot progresif.
Penanganan mual dan muntah dengan menggunakan terapi
nonfarmakologi yang efektif salah satunya dengan aromaterapi. Aromaterapi
merupakan tindakan terapeutik dengan menggunakan minyak essensial yang
bermanfaat untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologi sehingga
menjadi lebih baik. Setiap minyak essensial memiliki efek farmakologis yang
unik, seperti antibakteri, antivirus, diuretik, vasodilator, penenang, dan
merangsang adrenal. Ketika minyak essensial dihirup, molekul masukke
rongga hidung dan merangsang sistem limbik di otak (Wiryani et al., 2019).
Salah satu jenis aromaterapi yang bisa digunakan untuk mengurangi atau
menghilakan mual dan muntah adalah jahe Keungulan pertama jahe adalah
kandungan minyak atsiri yang mempunyai efek menyegarkan dan memblokir
reflek muntah, sedang gingerol dapat melancarkan darah dan saraf-saraf
bekerja dengan baik. Hasilnya ketegangan bisa dicairkan, kepala jadi segar,
mual muntah pun ditekan. Aroma harum jahe dihasilkan oleh minyak arsiri,
sedang oleoresisnya menyebabkan rasa pedas yang menghangatkan tubuh dan
mengeluarkan keringat (Wiryani et al., 2019). Hasil penelitian (Astrilita et
al., 2016) menunjukkan sebelum pemberian aromaterapi jahe pada pasien
paska kemoterapi di RS Telogorejo Semarang sebagian besar mual sedang
sebanyak 28 (87,5%) responden sedangkan sesudah pemberian aromaterapi
jahe sebagian besar mual ringan sebanyak 28 (87,5%) responden.
Peran perawat dalam menyelenggarakan praktik keperawatan yaitu sebagai
Pemberi Asuhan Keperawatan, Penyuluh dan konselor bagi klien, Pengelola
Pelayanan Keperawatan, Peneliti Keperawatan, Pelaksana tugas berdasarkan
pelimpahan wewenang dan Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan
tertentu. Berdasarkan Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
26 tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang nomor 38
tahun 2014 tentang Keperawatan dalam pasal 37 ayat 4 bahwa dalam
memberikan Asuhan Keperawatan Perawat dapat melakukan penatalaksanaan
Keperawatan komplementer dan alternatif sesuai dengan kompetensi. Terapi
Komplementer merupakan cara penanggulangan penyakit yang dilakukan

5
sebagai pendukung pengobatan konvensional atau sebagai pengobatan pilihan
lain diluar pengobatan medis yang konvensional (Widaryanti & Riska, 2019).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian Intervensi
dalam menurunkan mual dan muntah pada pasien kanker Pasca kemoterapi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan
masalah sebagai berikut “ Bagaimanakah Intervensi dalam menurunkan mual
dan muntah pada pasien kanker Pasca kemoterapi ? ”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah Menganalisis Intervensi
dalam menurunkan mual dan muntah pada pasien kanker Pasca
kemoterapi.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis Terapi Akupresur menurunkan mual dan muntah pasien
kanker pasca kemoterapi.
b. Menganalisis Relaksasi Otot Progresif menurunkan mual dan muntah
pasien kanker pasca kemoterapi.
c. Menganalisis Aromaterapi Jahe menurunkan mual dan muntah pasien
kanker pasca kemoterapi.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP KANKER
1. Pengertian Kanker
Penyakit Kanker merupakan penyakit tidak menular yang ditandai
dengan adanya sel/jaringan abnormal yang bersifat ganas, tumbuh cepat
tidak terkendali dan dapat menyebar ke tempat lain dalam tubuh
penderita. Sel kanker bersifat ganas dan dapat menginvasi serta merusak
fungsi jaringan tersebut. Penyebaran (metastasis) sel kanker dapat melalui
pembuluh darah maupun pembuluh getah bening. Sel penyakit kanker
dapat berasal dari semua unsur yang membentuk suatu organ, dalam
perjalanan selanjutnya tumbuh dan menggandakan diri sehingga
membentuk massa tumor (Kemenkes, 2019).
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di
seluruh dunia. Kanker di Indonesia menempati urutan kelima tertinggi
penyebab kematian, disebabkan meningkatnya jumlah pasien kanker dari
tahun ke tahun dan peningkatan angka harapan hidup wanita Indonesia.
Lebih dari 40% keganasan pada wanita Indonesia merupakan kanker
ginekologi (Amin et al., 2015).
Kanker adalah nama yang diberikan untuk kumpulan penyakit
terkait. Pada semua jenis kanker, beberapa sel tubuh mulai membelah
tanpa henti dan menyebar ke jaringan sekitarnya. Kanker dapat dimulai
hampir di mana saja di tubuh manusia, yang terdiri dari triliunan
sel. Biasanya, sel manusia tumbuh dan membelah untuk membentuk sel
baru sesuai kebutuhan tubuh. Ketika sel menjadi tua atau rusak, mereka
mati, dan sel-sel baru menggantikannya (National Cancer Institute,
2015).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian

7
utama di dunia, dimana terdapat pertumbuhan sel yang tidak normal,
membelah tanpa henti dan menyebar ke jaringan sekitarnya serta bersifat
ganas.

2. Etiologi dan Faktor Risiko Kanker


Biasanya penyebab kanker tidak dapat diketahui secara pasti akan
tetapi ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan risiko terjadinya
kanker.
a. Genetik
Faktor genetik menyebabkan beberapa keluarga memiliki risiko
lebih tinggi untuk menderita kanker tertentu dibanding keluarga
lainnya jenis kanker yang cenderung diturunkan dalam keluarga adalah
kanker payudara kanker indung telur kanker kulit dan kanker usus
besar resiko perempuan untuk menderita kanker misalnya 1,5 sampai 3
kali jika ibunya atau saudara perempuannya menderita kanker
payudara. Beberapa kanker payudara berhubungan dengan suatu
mutase genetic yang khas, yang sering ditemukan pada kelompok etnik
dan keluarga. Wanita dengan mutase gen ini memiliki peluang sebesar
80-90% untuk menderita kanker payudara, dan 40-50% untuk
menderita kanker indung telur. Kanker lainya yang cenderung
diturunkan dalam keluarga adalah kanker kulit dan kanker usus besar
(Junaidi, 2014).
b. Lingkungan
Sinar matahari pagi baik untuk kesehatan titik akan tetapi, sinar
matahari siang yang banyak mengandung Ultraviolet dapat
menyebabkan kanker kulit. Gunakan payung, topi lebar, dan pakaian
yang menutup tubuh untuk melindungi diri dari sinar ultraviolet. Kulit
yang tidak terlindungi sebaiknya diolesi dengan tabir surya yang
mengandung sun protection faktor paling sedikit lima belas. Sinar
ultraviolet dapat menembus kaca pakaian yang tipis dan dapat

8
dipantulkan oleh pasir, air salju dan es. Perlu diingat bahwa lampu
lampu ultraviolet yang banyak dijual di toko juga dapat menyebabkan
kanker (Ghofar, 2020).
Factor lingkungan banyak terkait dengan kondisi fisik maupun social
di sekitar kita seperti pekerjaan, tempat tinggal, dan gaya hidup
1) Pekerjaan
a) Petugas radiologi yang terpapar radiasi
b) Pekerja tambang dan industry karena paparan arsinogen
kimiawi seperti minyak tanah, cat, dan plastic.
c) Nelayan dan petani yang terpapar sinar UV
2) Tempat tinggal
a) Daerah dengan kadar karsinogen tinggi seperti daerah industry
b) Daerah endemis gondok mempunyai insiden kanker tiroid
folikular (Ardhiansyah, 2019).
c. Nutrisi dan gaya hidup
Nutrisi dan gaya hidup yang dapat menimbulkan risiko kanker
sebagai berikut :
1) Kandungan karbohidrat atau gula darah yang tinggi seperti pada
penderita diabetes melitus merupakan factor risiko karena kanker
lebih banyak memanfaatkan energi yang berasal dari glukosa atau
gula
2) Lemak tinggi dapat menyebabkan kanker kolon dan payudara
3) Alcohol dapat menyebabkan kanker mulut, faring, laring, esofagus,
paru, hati, kolorektal dan payudara, karena alcohol bersifat sinergis
dengan tembakau.
4) Makanan asin, makanan yang diasap, dan dipanggang dapat
menyebabkan kanker esofagus, dan lambung.
5) Terik matahari dapat menyebabkan kanker kulit.
6) Hubungan seksual di usia dini
7) Sering berganti-ganti pasangan (Ardhiansyah, 2019).
d. Organisme atau makhluk hidup
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker antara lain

9
1) Papilloma virus ini menyebabkan kutil alat kelamin atau genitalis
dan dicurigai sebagai salah satu penyebab kanker leher rahim
pada perempuan
2) Sitomegalo virus ini menyebabkan sarkoma kaposi kanker
sistem pembuluh darah yang ditandai oleh lesi kulit berwarna
merah
3) Hepatitis b virus ini dapat menyebabkan kanker hati
4) Epstein-barr di Afrika virus ini menyebabkan limfoma burkitt
sedangkan di Tiongkok virus ini menyebabkan kanker hidung
dan tenggorokan ini terjadi karena faktor lingkungan dan
genetik
5) Retro virus pada manusia ini misalnya HIV yang menyebabkan
limfoma dan kanker darah lainnya (Junaidi, 2014).
e. Gangguan keseimbangan hormonal
Hormon estrogen yang berlebihan dalam tubuh dapat
meningkatkan kemungkinan terjangkitnya kanker kandungan dan
kanker payudara titik sedang hormon progesteron dapat mencegah
timbulnya kanker kandungan dan endometrium tetapi penggunaan
jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker payudara dan kanker
liver. Kedua jenis hormon tersebut banyak digunakan sebagai bahan pil
KB maupun terapi sulih hormon pada wanita menopause (Ghofar,
2020).
Estrogen, yang merupakan hormone wanita dikenal sebagai
karsinogen bagi manusia, meskipun hormone ini memiliki peran
fisiologis penting dan baik pada wanita maupun pria, tetapi juga
dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker tertentu. Misalnya,
menggunakan terapi hormone menoupase gabungan (estrogen plus
progestin, yang merupakan versi sintesis dari hormone progesterone
wanita) dapat meningkatkan risiko kanker payudara (National Cancer
Institute, 2015).
f. Psikis

10
Beberapa gengguan emosi dapat menyebabkan atau mempengaruhi
kanker seperti stress, dendam, kebencian yang mendalam, atau sakit
hati. Peranan factor kejiawaan pada kanker dapat melalui beberapa
cara seperti stress, dendam mempengaruhi perkembangan sel T dan sel
NK, sehingga tidak mampu melenyapkan sel kanker yang membentuk.
Stress juga menyebabkan gangguan keseimbangan tingkat sel
(seluler) tubuh. Keadaan tegang terus menerus mempengaruhi sel,
dimana sel jadi hiperaktif dan berubah sifat menjadi ganas sehingga
menyebabkan kanker. Stres juga mempengaruhi dan menganggu
keseimbangan system kekebalan tubuh, dimana perkembangan sel T
dan sel natural killer (NK) tertekan. Gangguan yang melemahkan sel
tubuh yang berfungsi mengenali dan membunuh sel kanker ini dapat
menyebaban tubuh rentan terhadap serangan berbagai penyakit,
termasuk kanker (Junaidi, 2014).
g. Radikal bebas
Radikal bebas adalah suatu atom,gugus atom atau molekul yang
mempunyai electron bebas yang tidak berpasangan di lingkaran
luarnya misalnya
1) Radikal bebas yang terbentuk sebagai produk sampingan dari
proses metabolisme
2) Radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh dalam bentuk racun
racun kimiawi dari makanan, minuman, udara yang terpolusi, sinar
ultraviolet dari matahari.
3) Radikal bebas yang terproduksi pada waktu kita makan berlebihan
maupun dalam keadaan stres berlebihan, baik stres secara fisik,
psikologis maupun biologis (Ariani, 2015).

3. Bahan penyebab kanker (karsinogen)


Bahan bahan atau zat zat penyebab kanker karsinogen sebagian
sudah dibahas pada bagian bab penyebab kanker akan tetapi untuk
menuliskan secara rinci berikut kita bahas secara lengkap bahan-bahan
yang dapat memicu dan penyebab terbentuknya kanker

11
a. Karsinogen biologis karsinogen ini merupakan karsinogen yang
berasal dari makhluk hidup karsinogen ini biasanya berupa virus dan
bakteri contoh spesies karsinogen biologis adalah virus Papiloma
(human papilloma virus) virus Sitomegalo (sitomegalo virus) virus
Hepatitis B virus Epstein-barr, virus HIV (human immunodeficiency
virus) parasit Schistosoma, Mikroba clonorchis, Helicobacter pylori
dan berbagai macam mikroorganisme jenis lainnya (Sholihin, 2017).
b. Bahan kimia tertentu yang digunakan di rumah atau tempat kerja
dapat menyebabkan kanker. Misalnya asbes  dalam isolasi dapat
menyebabkan kanker paru-paru  dan mesothelioma . Banyak orang
merasa bahwa jika bahan kimia dapat menyebabkan kanker, itu tidak
diizinkan di rumah kita (Eldrigde, 2019).
c. Karsinogen fisik termasuk sinar ultraviolet dari sinar
matahari dan radiasi pengion dari sinar-X dan dari bahan radioaktif di
industri dan di lingkungan umum. Cedera lokal yang berulang seperti
Melukai atau iritasi berulang seperti Peradangan kronis pada bagian
tubuh adalah contoh lain dari karsinogen fisik yang potensial (The
Editors of Encyclopaedia Britannica, 2019).

Gambar 2.1 Pembagian karsinogen


Sumber : (Ardhiansyah, 2019)

12
4. Karakteristik dari Neoplasma
Menurut (Padila, 2013) Secara harfiah neoplasia berarti
pertumbuhan baru, dan pertumbuhan baru ini disebut neoplasma. Menurut
Sir Rupert Wilis seorang onkolog dari Inggris, neoplasma adalah massa
jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan, tidak terkoordinasi dengan
jaringan normal dan tumbuh terus menerus meskipun rangsang yang
menimbulkannya telah hilang.
Klasifikasi tumor (neoplasma) Klasifikasi neoplasma ialah
pengelompokan neoplasma yan mempunyai sifat hampir sama dan
memisahkan yang tidak sama sehingga dapat ditentukan prognosis dan
pengobatannya. Klasifika neoplasma biasanya berdasarkan:
a. Tumor jinak (benigna)
Tumor jinak tumbuhnya lambat dan biasanya mempunyai simpai
(kapsul), tidak tumbuh infiltratif, tidak merusak jaringan sekitamva
dan tidak menyebar pada tempat yang jauh. Tumor jinak pada
umumnya dapat disembuhkan dengan sempurna kecuali yang
mensekresi hormon atau ynag terletak pada tempat yang sangat
penting, misalnya di sumsum tulang belakang yang dapat
menimbulkan paraplegia atau pada saraf otak yang menekan jaringan
otak.
b. Tumor ganas (malignan)
Pada umumnya tumor ini tumbuh cepat, infiltratif dan merusak
jaringan disekitarnya. Disamping itu dapat menyebar keseluruh tubuh
melalui aliran limfe atau aliran darah. Tumor ini sering menyebabkan
kematian.
c. Intermediet
Diantara 2 kelompok tumor jinak dan tumor ganas terdapat
segolongan kecil tumor yang mempunyai invasive local, teta
kemampuan metastatisnya kecil. Tumor ini disebut tumor yang agresif
lokal atau tumor ganas derajat rendah.

13
5. Manifestasi Kanker
Menurut (Sholihin, 2017) Dalam menentukan suatu penyakit sebelum
dilakukan pemeriksaan secara intensif oleh para medis ada kalanya kita
harus mengetahui gejala-gejala penyakit yang terjadi begitu pula dengan
penyakit kanker berikut gejala-gejala yang terjadi dari penyakit kanker
a. Kelelahan secara terus-menerus kelelahan tubuh pasca beraktifitas
memang umum terjadi begitu pula saat kita sedang sakit tubuh kita
merasa lelah lesu lemah letih dan loyo tak terkecuali dengan penyakit
kanker penderita kanker merasakan kelelahan ini secara terus-menerus
di awal masa terjangkitnya penyakit ini.
b. Penurunan nafsu makan yang disertai penurunan berat badan yang
signifikan perubahan berat badan ini tentu saja tidak dengan sengaja
bukan diet penurunan berat badan ini juga merupakan gejala awal dari
terjangkitnya penyakit kanker
c. Demam kebanyakan penderita kanker tubuhnya mengalami demam
pada suatu saat tertentu hal ini mungkin disebabkan karena penyakit
kanker tersebut mempengaruhi sistem pertahanan tubuh atau sebagian
respon dari pengobatan demam berlangsung saat kanker sudah diderita
pasien
d. Perubahan pada kulit tubuh perubahan yang terjadi bisa berupa kulit
yang menjadi kuning atau kulit yang menjadi gelap kemerahan dan
gatal pada kulit juga bisa menjadi indikasi adanya kanker jenis
tertentu selain itu pertumbuhan rambut juga menjadi tidak normal
e. Timbulnya rasa sakit rasa sakit ini biasanya dirasakan saat penyakit
kanker sudah berlangsung akan tetapi pada kanker tulang rasa sakit
merupakan indikasi di awal terjadinya kanker
f. Pembengkakan pada organ tubuh tertentu misalnya benjolan di
payudara di perut atau tempat-tempat lainnya
g. Batuk kronis yang terus-menerus batu ini merupakan penanda dari
adanya kanker paru-paru atau kanker di leher
h. Terjadinya perubahan pada sistem pencernaan atau kandung kemih
misal perubahan pola buang air kecil buang air besar buang air besar

14
berdarah hal ini menjadi penanda dari adanya kanker usus besar atau
kanker kandung kemih
i. Keluarnya cairan atau darah tidak normal misal keluar cairan
abnormal dari puting payudara
Menurut (American cancer society, 2020) Kanker adalah sekelompok
penyakit yang dapat menyebabkan hampir semua tanda atau gejala. Tanda
dan gejala akan bergantung pada di mana kanker itu, seberapa besar, dan
seberapa besar pengaruhnya terhadap organ atau jaringan. Jika kanker
telah menyebar ( bermetastasis ), tanda atau gejala dapat muncul di
berbagai bagian tubuh.Saat kanker tumbuh, kanker dapat mulai menekan
organ, pembuluh darah, dan saraf di dekatnya. Tekanan ini menyebabkan
beberapa tanda dan gejala kanker. Jika kanker berada di area kritis, seperti
bagian otak tertentu, tumor terkecil sekalipun bisa menimbulkan gejala
C : Change in bowel or bladder habit
A : A sore death does not heal
U : A unsual soal bleding or discharge
T : Thickening or lump in the Breast or else where
I : Indication or difficulty in swallowing
O : Obvious change in wart or mole
N : Nanging rough or hoarsenes

6. Proses terjadinya kanker


Sel-sel kanker terbentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses
panjang dan rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap
inisiasi dan promosi.
Pada tahap inisiasi atau pengenalan, terjadi perangsangan sel menuju
perubahan menetap tertentu dalam bahan genetik sel, yang lalu memicu
sel normal menjadi bakal sel ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel
ini disebabkan oleh suatu zat yang disebut karsinogen, yang bisa berupa
bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar ultraviolet matahari,
lingkungan. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama
terhadap suatu karsinogen. Promosi merupakan proses induksi tumor pada

15
sel yang sebelumnya telah diinisiasi atau diinduksi oleh zat karsinogen.
Bahkan gangguan fisik dan psikis menahun pun bisa membuat sel
menjadi lebih peka untuk menjadi ganas (Junaidi, 2014).
Setelah itu, masuk ke tahap promosi. Di sini sel yang telah mengalami
inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap
inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan
beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka
dan zat karsinogen). Saat tumor membesar, sel kanker dapat menyebar ke
jaringan dan struktur di sekitarnya dengan mendorong jaringan normal di
samping tumor. Sel kanker juga membuat enzim yang memecah sel dan
jaringan normal saat mereka tumbuh. Kanker yang tumbuh ke jaringan
terdekat disebut invasi lokal atau kanker invasif (Canadian Cancer
Society, 2021).
Mutasi gen pada sel kanker mengganggu instruksi normal dalam sel
dan dapat menyebabkannya tumbuh di luar kendali atau tidak mati pada
saat yang seharusnya. Kanker dapat terus tumbuh karena sel kanker
bertindak berbeda dari sel normal. Sel kanker berbeda dari sel normal
karena: membagi di luar kendali, belum matang dan tidak berkembang
menjadi sel matang dengan pekerjaan tertentu, hindari sistem imun,
abaikan sinyal yang memberi tahu mereka untuk berhenti membelah atau
mati pada saat yang seharusnya, tidak saling menempel dengan baik dan
dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh melalui darah atau sistem
limfatik, tumbuh menjadi dan merusak jaringan dan organ. Saat sel
kanker membelah, tumor akan berkembang dan tumbuh. Sel kanker
memiliki kebutuhan yang sama dengan sel normal. Mereka membutuhkan
suplai darah untuk membawa oksigen dan nutrisi untuk tumbuh dan
bertahan hidup. Tumor yang sangat kecil dapat dengan mudah tumbuh,
dan mendapat oksigen serta nutrisi dari pembuluh darah di dekatnya
(Canadian Cancer Society, 2021).

16
Gambar 2.2 Pertumbuhan Sel Kanker
Sumber : (Canadian Cancer Society, 2021)
Tapi seiring pertumbuhan tumor, dibutuhkan lebih banyak darah
untuk membawa oksigen dan nutrisi lain ke sel kanker jadi mereka
mengirimkan sinyal yang disebut fakttor angiogenik yang mendorong
pembuluh darah baru untuk tumbuh menjadi tumor Tapi seiring
pertumbuhan tumor, dibutuhkan lebih banyak darah untuk membawa
oksigen dan nutrisi lain ke sel kanker. Jadi sel kanker mengirim sinyal
tumor untuk membuat pembuluh darah baru (Cancer Research UK,
2020).

7. Cara penyebaran sel-sel kanker


Sel kanker dapat menyebar ke bagian tubuh melalui aliran darah dan
sistem limfatik. Sel kanker bisa masuk ke pembuluh darah kecil dan
kemudian masuk ke aliran darah, darah yang bersirkulasi menyapu sel
kanker sampai mereka tersangkut di suatu tempat sering kali sel kanker
tersangkut di pembuluh darah yang sangat kecil seperti kapiler, kemudian
sel kanker bergerak melalui dinding kapiler dan masuk ke jaringan orga di
dekatnya. Selain melalui pembuluh darah, sel kanker dapat masuk ke
pembuluh getah bening kecil di dekat tumor primer dan bergerak ke
kelenjar getah bening, di kelenjar getah bening sel kanker bisa mati. Tetapi
beberapa mungkin bertahan dan tumbuh membentuk tumor di satu atau
lebih kelenjar getah bening (Cancer Research UK, 2020).
Jenis tumor ini mulai membuat pembuluh darahnya sendiri sehingga
bisa terus berkembang. Pembuluh darah mensuplai mereka dengan

17
oksigen ekstra, glukosa (gula) dan hormon. Proses pengembangan sistem
suplai darah ini disebut angiogenesis (pertumbuhan pembuluh darah
baru). Begitu tumor melakukan ini, ia dapat mulai menyerang jaringan di
sekitarnya. Ini disebut kanker invasif, Sel kanker aktif dapat memasuki
aliran darah atau sistem limfatik dan melakukan perjalanan ke bagian
tubuh lainnya. Di sana mereka memulai proses pembentukan tumor lagi di
tempat lain (metastasis atau kanker sekunder) (National Centre for
Biotechnology Information, 2019).

Gambar 2.3 Penyebaran Sel Kanker


Sumber : (National Centre for Biotechnology Information, 2019).

8. Pengobatan Kanker
Pengobatan untuk kanker tergantung pada jenis dan stadium kanker
tertentu dan faktor individu, kemungkinan efek samping.
a. Pembedahan
Ketika kanker padat terdeteksi pada tahap awal, pembedahan dapat
digunakan sebagai upaya untuk menyembuhkan kanker. Terapi ini
dapat diikuti dengan perawatan lain seperti kemoterapi atau terapi
radiasi untuk mencapai sel kanker yang tidak diangkat pada saat
operasi, adapun risiko dan efek samping tergantung pada jenis tumor
dan lokasi nya yang mungkin terjadi pendarahan, infeksi dan
komplikasi anestesi (Eldrigde, 2019).
b. Kemoterapi

18
Kemoterapi merupakan bentuk ahresif dari terapi obat kimia yang
dimaksudkan untuk menghanvurkan sel-sel yang tumbuh dengan
cepat di dalam tubuh, kemoterapi efektif menyerang sel kanker tetapi
dapat menyebabkan efek samping yang serius yang dapat berdampang
parah pada kualitas hidup (Krans, 2021).
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi menggunakan gelombang energi, seperti cahaya atau
panas untuk mengobati kanker, bentuk radiasi yang digunakan dalah
terapi kanker adalah jenis berenergi tinggi yang dikenal sebagai
radiasi pengion. Ilmuan masih belum tahu persis bagaimana radiasi
bekerja sebagai pengobatan kanker, bagaimanapun terapi radiasi dapat
memecah DNA sel kanker yang mengalami pertumbuhan dan
pembelahan (MacGill, 2019).
d. Imunoterapi
Imunoterapi menggunakan system kekebalan kita untuk melawan
kanker, yang bekerja dengan membantu sistem kekebalan mengenali
dan menyerang sel kanker. Jenis imunoterapi yaitu Antibodi
monoclonal (MAB) yang memicu sistem kekebalan dengan
menempelkan diri pada protein sel kanker, Vaksin dibuat untuk
mengenali protein yang ada pada sel kanker sehingga membantu
sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melakukan serangan
terhadap sel kanker, Sitokin adalah molekul protein yang membantu
mengatur dan mengarahkan sistem kekebalan, sel melepaskan sitokin
yang bertindak sebagai pembawa pesan memberi tahu kapan harus
mengaktifkan respon imun (Cancer Research UK, 2017).

B. KONSEP KEMOTERAPI
1. Definisi Kemoterapi
Kemoterapi (juga disebut kemo) merupakan jenis pengobatan kanker
yang menggunakan obat – obatan untuk membunuh sel kanker (National
Cancer Institute, 2015)

19
Kemoterapi (kadang hanya disebut "kemo") adalah penggunaan obat
untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker. Obatnya
disebut juga sitotoksik, yang artinya toksik bagi sel (cyto). Beberapa obat
berasal dari sumber alam seperti tumbuhan, sedangkan lainnya
sepenuhnya dibuat di laboratorium (Council, 2020).
Kemoterapi menggunakan obat anti kanker (sitotoksik) untuk
menghancurkan sel kanker. Sitotoksik berarti racun bagi sel. Obat
kemoterapi sitotoksik mengganggu cara sel kanker  tumbuh dan
membelah. Kebanyakan obat kemoterapi dibawa dalam darah. Ini berarti
mereka dapat mencapai sel kanker di mana saja di tubuh. Obat kemoterapi
juga mempengaruhi beberapa sel sehat di tubuh . Sel-sel sehat ini
biasanya dapat pulih dari kerusakan akibat kemoterapi. Tetapi sel kanker
tidak dapat pulih, dan akhirnya mati (Macmillan Cancer Support, 2018).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kemoterapi merupakan pengobatan kanker menggunakan obat sitotoksik
yang bertujuan mengahncurkan sel kanker.

2. Tujuan Kemoterapi
Menurut (Council, 2020) Kemoterapi dapat digunakan untuk berbagai
alasan:  
a. Untuk mencapai remisi atau penyembuhan (kemoterapi kuratif)
Kemoterapi dapat diberikan sebagai pengobatan utama dengan tujuan
agar tanda dan gejala kanker berkurang atau hilang (sering disebut
remisi atau respon lengkap).  
b. Untuk membantu pengobatan lain
Kemoterapi dapat diberikan sebelum atau sesudah pengobatan lain
seperti pembedahan atau terapi radiasi. Jika digunakan sebelumnya
(terapi neoadjuvan), tujuannya adalah untuk mengecilkan kanker
sehingga pengobatan lain (biasanya pembedahan) lebih efektif. Jika
diberikan setelahnya (terapi adjuvan), tujuannya adalah untuk
menghilangkan sel kanker yang tersisa. Kemoterapi sering diberikan
dengan terapi radiasi agar terapi radiasi lebih efektif (kemoradiasi).  

20
c. Untuk mengontrol kanker
Bahkan jika kemoterapi tidak dapat mencapai remisi atau respon
lengkap (lihat di atas), ini dapat digunakan untuk mengontrol
bagaimana kanker tumbuh dan menghentikan penyebarannya untuk
jangka waktu tertentu. Ini dikenal sebagai kemoterapi paliatif.  
d. Untuk meredakan gejala
Dengan mengecilkan kanker yang menyebabkan rasa sakit dan gejala
lainnya, kemoterapi dapat meningkatkan kualitas hidup. Ini juga
disebut kemoterapi paliatif.  

e. Untuk menghentikan kambuhnya kanker


Kemoterapi mungkin berlanjut selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun setelah remisi. Ini disebut kemoterapi pemeliharaan dan dapat
diberikan dengan terapi obat lain. Ini bertujuan untuk mencegah atau
menunda kembalinya kanker.

3. Cara Kerja Kemoterapi


Kemoterapi bekerja paling baik pada sel-sel yang tumbuh dan
membelah secara aktif. Sel kanker cenderung tumbuh dan
membelah dengan cepat sehingga menjadikannya target yang baik
untuk kemoterapi. Tetapi kemoterapi tidak dapat membedakan
antara sel kanker dan sel normal. Beberapa sel normal, seperti yang
ada di folikel rambut dan lapisan sistem pencernaan, juga
cenderung tumbuh dan membelah lebih cepat daripada sel lain di
tubuh. Kemoterapi juga dapat memengaruhi sel-sel ini. Inilah
sebabnya mengapa beberapa orang kehilangan rambut atau
muntahnya dan mengalami diare. Sel normal biasanya dapat
memperbaiki kerusakan dari waktu ke waktu, dan efek samping ini
cenderung hilang setelah Anda menyelesaikan perawatan
kemoterapi (Canadian Cancer Society, 2021)

4. Jalur Pemberian Kemoterapi

21
Kebanyakan obat kemo diberikan dengan salah satu cara berikut:
a. Kadang kemo adalah pil atau cairan yang diberikan melalui mulut
(disebut kemo oral).
b. Beberapa kemoterapi mungkin diberikan seperti suntikan di lengan,
kaki, atau perut Anda (disebut suntikan).
c. Kebanyakan obat kemo diberikan melalui IV (intravena). IV berarti
mereka dimasukkan ke dalam darah melalui tabung plastik kecil yang
disebut kateter yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah
menggunakan jarum. Jenis kemoterapi lainnya dapat diberikan
melalui kateter, selang, atau jarum ke area tubuh yang dekat atau di
sekitar tumor.
d. Kadang-kadang kemo dapat dioleskan pada kulit (disebut kemo
topikal). (American cancer society, 2020).

5. Efek Samping Kemoterapi


(American cancer society, 2020), menjelaskan beberapa efek samping
dari kemoterapi, yaitu:
a. Mual dan muntah, Beberapa obat kemo dapat menyebabkan mual
(merasa mual) dan muntah (muntah). Ini mungkin dimulai beberapa
jam setelah perawatan dan berlangsung dalam waktu singkat. Dalam
beberapa kasus, ini mungkin berlangsung selama beberapa hari
b. Rambut rontok, Beberapa kemo bisa membuat rambut rontok. Jika ini
terjadi, mungkin kehilangan rambut di kepala, wajah, lengan, ketiak,
dan selangkangan, kehilangan rambut secara perlahan atau hampir
semalaman. Tidak semua obat kemo memiliki efek ini,beberapa hanya
menyebabkan.
c. Jumlah darah rendah, Sumsum tulang adalah cairan bagian dalam
beberapa tulang. Sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru ke
seluruh bagian tubuh. Selama kemo, sumsum tulang mungkin tidak
dapat menghasilkan cukup sel darah merah. Kekurangan sel darah
merah disebut anemia. Ini bisa membuat Anda merasa sesak, lemas,
dan lelah. Itu juga bisa membuat kulit, mulut, atau gusi Anda terlihat

22
pucat. Sel darah putih (leukosit) melawan infeksi. Kemo menurunkan
jumlah sel darah putih Anda, yang membuat Anda kurang mampu
melawan infeksi. Trombosit membentuk gumpalan darah yang
membantu menghentikan luka akibat perdarahan memar agar tidak
menjadi terlalu besar. Jika sumsum tulang tidak dapat menghasilkan
cukup trombosit, mungkin mengalami pendarahan lebih banyak,
bahkan dari luka kecil.
d. Masalah mulut, Beberapa obat kemo dapat menyebabkan luka di
mulut dan tenggorokan. Perubahan kulit Beberapa orang mengalami
masalah kulit saat menjalani kemoterapi - seperti kemerahan, gatal,
mengelupas, kekeringan, dan jerawat.
Kemoterapi merusak sel yang membelah dengan cepat, seperti sel
kanker. Namun, beberapa sel normal - seperti sel darah, folikel rambut,
dan sel di dalam mulut, usus, dan organ reproduksi - juga membelah
dengan cepat.  Efek samping terjadi ketika kemoterapi merusak sel-sel
normal ini. Karena tubuh terus-menerus membuat sel-sel baru, sebagian
besar efek samping bersifat sementara. Obat-obatan yang digunakan
untuk kemoterapi terus ditingkatkan untuk memberikan hasil terbaik dan
untuk mengurangi potensi efek samping (Council, 2020).

C. KONSEP MUAL MUNTAH AKIBAT KEMOTERAPI


1. Definisi Mual Muntah
Mual muntah merupakan efek samping yang menakutkan bagi
penderita dan keluarga. Kondisi ini menyebabkan stres bagi penderita dan
keluarga yang terkadang membuat penderita dan keluarga memilih
menghentikan siklus terapi. Penghentian siklus terapi tersebut berpotensi
meningkatkan progesivitas kanker dan mengurangi harapan hidup pasien.
Mual muntah merupakan salah satu efek samping yang sering terjadi pada
penggunaan sitostatika. Mual muntah termasuk dalam efek samping dini
karena sering terjadi dalam satu sampai dua puluh empat jam setelah
pemberian sitostatika, meskipun juga dapat terjadi pada waktu lebih dari
dua puluh empat jam (R & Surarso, 2016). Efek dari Chemotherapy

23
Induced Nausea and Vomiting (CINV) jika tidak diatasi akan menglami
dehidrasi, malnutrisi, ketidakseimbangan elektrolit, penurunan status fisik
dan mental (Tilleman, 2018).

2. Factor Resiko Mual Muntah


Faktor resiko Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting (CINV)
termasuk jenis kelamin pasien dimana dari beberapa penelitian bahwa
menunjukan perempuan lebih beresiko mengalami mual muntah pasca
kemoterapi dibanding dengan laki-laki, umur lebih mudah lebih sering
terjadi mual muntah disbanding umur yang tua (< 3 tahun), riwayat CINV
sebelumnya, potensi emetogenit dari obat, dan jadwal pemberian
kemoterapi (Hariyanto et al., 2015).
Beberapa faktor risiko telah dikaitkan dengan perkembangan
tersebut dari CINV. Beberapa di antaranya terkait dengan pasien,
sedangkan yang lain terkait dengan pengobatan sitostatik yang diberikan.
Faktor risiko yang berhubungan dengan pasien termasuk riwayat
sebelumnya kontrol muntah yang buruk, karena tertunda dan antisipatif
muntah terjadi lebih sering pada pasien ini; asupan alkohol, karena
pecandu alkohol tingkat tinggi kronis kurang rentan untuk muntah; usia,
karena pada pasien yang lebih tua muntah lebih mudah dikendalikan;
jenis kelamin, karena wanita kurang memiliki kendali lebih mual dan
muntah; dan mabuk perjalanan, karena pasien dengan riwayat mabuk
perjalanan lebih rentan untuk menunjukkan Chemotherapy Induced
Nausea and Vomiting (CINV) (Bayo et al., 2012).

3. Patofisiologi Mual muntah


Dua mekanisme utama telah diusulkan dalam patofisiologi respon
emetik. Salah satunya adalah melalui jalur sentral yang
mencakup chemoreceptor trigger zone atau zona pemicu
kemoreseptor yang bereaksi terhadap bahan kimia atau obat dalam darah,
area yang terletak di luar sawar darah otak di medula oblongata. Yang
lainnya adalah melalui jalur perifer yang melibatkan saraf aferen vagal di

24
saluran gastrointestinal. Sinyal-sinyal ini ditransmisikan dengan bantuan
zat kimia yang disebut neurotransmiter yang berjalan melalui darah dan
saraf dan mencapai otak. Berbagai reseptor neurotransmitter termasuk
dopamin, 5-hidroksitriptamin tipe 3 (5-HT 3 , serotonin), neurokinin-1
(NK-1), dan kolesistokinin diaktifkan oleh kemoterapi menyebabkan
respons emetik. Berbagai jalur dianggap bertanggung jawab atas berbagai
jenis Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting CINV: emesis akut
dimediasi oleh rangsangan jalur perifer, sedangkan emesis tertunda
berasal dari rangsangan jalur pusat (Tilleman, 2018).
Setelah terpapar agen kemoterapi, sel-sel enterochromafin yang
rusak di saluran pencernaan melepaskan serotonin yang kemudian
berikatan dengan reseptor 5-HT3 pada aferen vagal terdekat di perut.
Serat saraf aferen mentransmisikan input sensorik dari saluran pencernaan
ke pusat emetik dari saluran pencernaan ke otak. Pusat emetik terdiri dari
jaringan neuron yang terorganisir secara longgar di batang otak yang
menerima sinyal tidak hanya dari saluran pencernaan tetapi juga dari
struktur lain, seperti zona pemicu kemoterapi di area postrema. Sinyal-
sinyal sensorik ini dikonsolidasikan di pusat emetik, yang mengarah ke
generasi sinyal eferen ke otot perut dan diafragma dan emesis selanjutnya.
Kemoreseptor daerah postrema terletak di luar sawar darah-otak dan dapat
langsung diaktifkan oleh agen kemoterapi juga, memicu emesis. Zat
neurotransmitter P, yang hadir dalam sistem saraf perifer dan sentral, juga
dilepaskan setelah terpapar kemoterapi dan mengikat reseptor NK-1.
Sementara serotonin adalah mediator utama dari sinyal emetik dari
saluran pencernaan, zat P tampaknya paling umum mengikat reseptor
NK-1 dalam sistem saraf pusat dan mendapatkan sinyal langsung ke zona
pemicu kemoterapi dan pusat emetik otak, yang mengarah ke emesis
tertunda. Zat P juga bertindak dalam saluran pencernaan, berpotensi
memainkan peran tambahan dalam CINV akut, Aktivasi salah satu
kemoreseptor ini dapat membuat peka saraf vagus terhadap stimulasi jalur
reseptor lainnya dan menghasilkan CINV yang berkepanjangan (Juartika
et al., 2019).

25
4. Klasifikasi Mual muntah akibat kemoterapi
Tabel 2.1 Klasifikasi Mual muntah akibat kemoterapi.
Klasifikasi CINV Deskripsi
Akut Mual dan muntah yang terjadi dalam waktu 24
jam pertama setelah pemberian kemoterapi.
Tertunda Mual dan muntah yang setidaknya terjadi
setelah 24 jam pertama setelah pemberian
kemoterapi, sering mencapai puncaknya antara
48 dan 72 jam (2 – 3 hari)
Terobosan Mual dan / atau muntah yang terjadi dalam 5
hari pasca kemoterapi meskipun obat anti-
regimen muntah digunakan; membutuhkan
terapi penyelamatan dengan antiemetik lainnya
Antisipatori Mual dan muntah yang dipicu oleh Antisipatif
rangsangan sensorik (misalnya bau, suara, rasa)
yang memicu mual dan muntah sebelum
pemberian rejimen kemoterapi selanjutnya
terkait dengan pemberian kemoterapi
Tahan api CINV refraktori dapat digambarkan sebagai
mual dan muntah yang secara konsisten terjadi
pada siklus kemoterapi berikutnya meskipun
telah menggunakan rejimen antiemetik yang
direkomendasikan oleh pedoman.
Sumber : (Adel, 2017).
Lima jenis CINV yang berbeda telah ditentukan dan termasuk CINV
akut, tertunda, terobosan, antisipatif, dan refrakter. CINV akut terjadi
dalam 24 jam pertama setelah pengobatan, dengan puncaknya sekitar jam
5 hingga 6. CINV yang tertunda bermanifestasi antara 1 dan 5 hari setelah
pemberian kemoterapi dan biasanya hasil dari penggunaan cisplatin,
karboplatin, dan siklofosfamid. Terobosan CINV terjadi ketika pasien
mengalami mual atau muntah meskipun telah menggunakan antiemetik
pencegahan yang direkomendasikan. CINV antisipatif terjadi sebelum
pengobatan dan berkembang sebagai respons terkondisi ketika pasien

26
telah mengalami CINV dari pengobatan sebelumnya. Pengkondisian
dapat mencakup rangsangan netral (misalnya bau, warna) yang terkait
dengan pengobatan dan terjadi pada hingga 45% pasien, dengan mual
lebih umum daripada muntah. CINV refraktori terjadi setelah kemoterapi
meskipun telah digunakan pengobatan profilaksis dan penyelamatan
antiemetik yang tepat (Tilleman, 2018).

D. KONSEP INTERVENSI MUAL MUNTAH AKIBAT KEMOTERAPI


1. TERAPI AKUPRESUR
a. Definisi Akupresur
Akupresure merupakan perkembangan terapi pijat yang
berlangsung seiring dengan perkembangan ilmu akupuntur karena
teknik pijat akupresure adalah turunan dari ilmu akupuntur. Teknik
dalam terapi ini menggunakan jari tangan sebagai pengganti jarum
tetapi dilakukan pada titik-titik yang sama seperti yang digunakan
pada terapi akupuntur (Renityas, 2019).
Akupresur adalah salah satu praktik Complementary and
Alternative Medicine atau CAM yang dikenal di seluruh dunia. Ini
didasarkan pada prinsip dasar aktivasi titik akupuntur melintasi
meridian. Aktivasi titik akupresur difasilitasi dengan menggunakan
jari atau berbagai perangkat akupresur genggam yang tersedia. Karena
terapi manual (hands-on) yang mudah dan aman, akupresur dilakukan
oleh sejumlah orang di seluruh dunia. Karena ini sering digunakan
pada orang untuk membangun kesehatan dan sebagai obat untuk
berbagai penyakit, penting untuk memiliki pengetahuan tentang teknik
akupresur saat ini bersama dengan penyelidikan ruang lingkup ilmiah
dan biomedisnya (Mehta et al., 2017).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa terapi akupresur merupakan terapi yang diturunkan oleh

27
akupuntur dengan tempat yang sama, tetapi akupresur menggunakan
jari tangan atau benda tumpul sebagai alat pemijatan.

b. Tujuan Akupresur
Penerapan permintaan akupresur tekanan fisik pada titik pemicu
titik akupresur / titik tekanan spesifik yang diposisikan di sepanjang
meridian. Meridian adalah saluran di dalam tubuh manusia yang
membantu menjaga Qi dan dengan demikian, kondisi kesehatan yang
stabil. Setiap meridian terhubung ke berbagai organ dan jaringan
tubuh manusia. Aktivasi titik tertentu pada meridian dengan tekanan
memfasilitasi pengurangan nyeri di situs lokal dan juga mengurangi
nyeri dari bagian tubuh lainnya. Ini adalah titik tekanan, teknik
penyembuhan energi yang dimediasi dengan tangan yang dianggap
sebagai strategi yang berguna untuk pengelolaan berbagai gejala,
bersama dengan kenyamanan fisik, kepuasan, dan penghematan yang
menguntungkan. Secara keseluruhan, akupresur adalah intervensi
penyembuhan yang dioperasikan secara manual, bebas jarum, non-
invasif, hemat biaya, dan non-farmakologis untuk meningkatkan
kesejahteraan pasien (Mehta et al., 2017).

c. Meridian
Meridian merupakan garis yang membujur dan melintang pada
globe atau peta dunia, selanjutnya istilah meridian digunakan dalam
ilmu akupunktur untuk jalur- jalur aliran energi vital (qi) yang ada
pada tubuh manusia yang menghubungkan masing-masing bagian
tubuh (Kemenkes, 2015).
Meridian umum digolongkan berdasarkan yin yang, organ tubuh
dan kaki tangan, yang jumlahnya ada 12 yaitu meridian jantung, paru,
perut, ginjal, usus besar, usus kecil, hati. Kandung kemih, kantung
empedu, limfa, pericardium, tiga hangat. Jalur meridian umum
melewati anggota gerak tangan dan kaki. Untuk selanjutnya meridian
yang melewati tangan disebut meridian tangan yang terdiri dari yin

28
tangan dan yang tangan, demikian juga meridian yang melewati kaki
disebut meridian kaki yang terdiri dari yin kaki dan yang kaki
(Kirkham, 2015).
Meridian istimewa merupakan bagian penting dari sistem
meridian yang jumlahnya ada 8 (delapan), meridian ini tidak
berhubungan dengan organ tubuh. Fungsi dari meridian istimewa
adalah sebagai regulator dan reservoir dari energi vital (qi) meridian
umum. Dalam buku panduan ini yang dibahas hanyalah meridian
Konsepsi/Ren (bersifat yin) dan meridian Gubernur/Du (bersifat yang)
karena pada kedua meridian istimewa tersebut terdapat titik
akupunktur/akupresur tersendiri. Sedangkan meridian istimewa yang
lain memiliki titik akupunktur/akupresur yang sama dengan titik
akupunktur/akupresur pada meridian umum ketika berpotongan. Luo
merupakan jalur meridian yang melintang dan berasal dari meridian
umum, berfungsi untuk mempererat hubungan antar meridian
(Kemenkes, 2015).

d. Akupresur untuk mual dan muntah


Akupresur menggunakan teori dasar akupuntur sebagai landasan
teorinya, hanya saja dalam prakteknya tidak menggunakan jarum
melainkan menggunakan jari atau benda tumpul sebagai alat
penekan/perangsang titik-titik akupresur. Stimulasi yang diberikan
dengan penekanan pada titik-titik akupresur menghasilkan efek
terapeutik karena:
1) Konduksi dari sinyal elektromagnetik yang mampu mendorong
aliran zat- zat biokimia pencegah nyeri seperti endorpin dan sel-
sel sistem immun ke tempat khusus di tubuh yang mengalami
cedera atau rusak karena penyakit;
2) Mengaktivasi sistem opioid sehingga dapat menurunkan nyeri;
3) Perubahan pada zat kimia otak, sensasi dan respon involunter
dengan pengeluaran berbagai neurotransmitter dan neurohormon
yang mengenai lambung dan limpa, sehingga energi yang tidak

29
harmonis tersebut kembali ke dalam kondisi yang seimbang
(Lindquist et al., 2014).
Akupresur dapat menurunkan mual muntah akut akibat kemoterapi
melalui efek yang dihasilkan manipulasi pada titik akupresur tersebut.
Manipulasi pada istimewa titik P6 titik ini termasuk titik yang sering
di ambil, karena menguwasai lambung dan dada, khasiat dari titik ini
muntah muntah, nadi cepat, sakit lambung, kram. Istimewa titik St36
pengaruh saraf simpatis, saraf tulang belakang, titik ini sering di ambil
karena merupakan titik vitamin atau titik dewa, khasiat dari titik ini,
diare, sembelit, nyeri lambung, kembung, mual, masuk angin, nyeri
lutut, kelumpuhan dapat memberikan manfaat berupa perbaikan
energi yang ada di meridian limpa dan lambung, sehingga
memperkuat sel-sel saluran pencernaan terhadap efek kemoterapi
yang dapat menurunkan rangsang mual muntah ke pusat muntah.
Manipulasi tersebut juga dapat meningkatkan peningkatan beta
endorpin di hipofise yang dapat menjadi antiemetik alami melalui
kerjanya menurunkan impuls mual muntah di chemoreseptor trigger
zone (CTZ) dan pusat muntah Terapi ini dilakukan dengan cara
menekan secara manual pada P6 pada daerah pergelangan tangan
yaitu 3 jari dari daerah distal pergelangan tangan antara dua tendon,
Terapi ini menstimulasi sistem regulasi serta mengaktifkan
mekanisme endokrin dan neurologi, yang merupakan mekanisme
fisiologi dalam mempertahankan keseimbangan (Afrianti & Pertiwi,
2020).
Titik tekanan P6, juga disebut Neiguan, terletak di lengan bagian
dalam dekat pergelangan tangan Anda. Melakukan akupresur pada
titik ini dapat membantu meredakan mual dan muntah terkait
kemoterapi. Untuk menemukan titik tekan P6, letakkan 3 jari pertama
dari tangan yang berlawanan di pergelangan tangan Kemudian,
letakkan ibu jari di bagian dalam pergelangan tangan tepat di bawah
jari telunjuk seharusnya bisa merasakan 2 tendon besar (jaringan yang
menghubungkan otot ke tulang) di bawah ibu jari yang merupakan titk

30
tekan P6 (Memorial Sloan Kettering Cancer Center, 2019).

Gambar 2.4 Titik P6


Sumber : (Memorial Sloan Kettering Cancer Center, 2019).

Gambar 2.5 Titik ST36


Sumber : (Nam et al., 2011)
Titik P6 adalah titik yang terletak dijalur meridian selaput jantung.
Meridian selaput jantung memiliki dua cabang, sebuah cabangnya
masuk ke selaput jantung dan jantung, kemudian terus ke bawah
menembus diafragma, ke ruang tengah dan ruang bawah perut.
Meridian ini juga melintasi lambung dan usus besar. Akupresur
merupakan terapi yang dapat dilakukan dengan mudah dan efek
samping yang minimal. Akupresur tidak boleh dilakukan pada bagian
tubuh yang luka, bengkak, tulang retak atau patah dan kulit yang
terbakar (Farhadi et al., 2016).

2. RELAKSASI OTOT PROGRESIF


a. Definisi Relaksasi Otot Progresif

31
Teknik relaksasi otot progresif merupakan suatu terapi relaksasi
yang diberikan kepada pasien dengan menegangkan otot-otot tertentu
dan kemudian relaksasi. Relaksasi progresif adalah salah satu cara
dari teknik relaksasi yang mengkombinasikan latihan nafas dalam dan
serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot tertentu (Octaviani &
Wirawati, 2018).
Teknik relaksasi otot progresif adalah memfokuskan perhatian
pada suatu aktivitas otot, dengan mengidentifikasikan otot yang
tegang dilanjutkan dengan menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks
(Damanik & Ziraluo, 2018).
Relaksasi otot progresif adalah teknik pikiran-tubuh yang
melibatkan pengencangan perlahan dan kemudian mengendurkan
setiap kelompok otot di tubuh.  Biasanya digunakan untuk
memenangkan stres, relaksasi otot progresif dikatakan meningkatkan
kesadaran Anda tentang sensasi yang terkait dengan
ketegangan(Wong, 2020).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Teknik
relaksasi otot progresif merupakan terapi yang memusatkan pada
suatu aktivitas otot kemudian direlaksasikan dengan dihembuskan
nafas.

b. Tujuan Relaksasi Otot Progresif


Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk menurunkan tingkat
rangsangan seseorang dan membawa suatu keadaan yang lebih tenang
baik secara psikologis maupun fisiologis. Secara psikologis relaksasi
yang berhasil menghasilkan perasaan sehat, tenang dan damai, suatu
perasaan berada dalam kendali, serta penurunan dalam ketegangan
dan kegelisahan titik secara fisiologis relaksasi menghasilkan
penurunan tekanan darah, pernafasan dan detak jantung seharusnya
muncul. Teknik termasuk relaksasi latihan bernafas relaksasi otot, dan
beragam strategi mental, termasuk hal ayan dan visualisasi. Kondisi

32
yang kondusif untuk mencapai tingkat yang rileks seperti lingkungan
yang tenang, posisi fisik yang nyaman dan mata tertutup (Saleh et al.,
2019).

c. Manfaat Relaksasi Otot Progresif


1) Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari
reaksi yang berlebihan karena adanya stres.
2) Masalah-masalah yang berhubungan dengan stres seperti
hipertensi rumah sakit kepala, insomnia dapat dikurangi atau
diobati dengan relaksasi.
3) Mengurangi tingkat kecemasan.
4) Mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan
stres.
5) Mengontrol antisipatori and society sebelum situasi yang
menimbulkan kecemasan, seperti pada pertemuan penting,
wawancara atau sebagainya.
6) Penelitian menunjukkan bahwa perilaku tertentu dapat lebih sering
terjadi selama periode stress, misalnya naiknya jumlah rokok
yangdihisap, konsumsi alkohol, pemakaian obat-obatan, dan
makanan yang berlebihan.
7) Meningkatkan penampilan kerja, sosial, dan penampilan fisik.
8) Kelelahan, aktivitas mental dan latihan fisik yang tertunda dapat
diatasi dengan menggunakan keterampilan relaksasi (Saleh et al.,
2019).

d. Langkah – langkah Relaksasi Otot Progresif


Teknik relaksasi otot progresif dijelaskan oleh Edmund Jacobson
pada tahun 1930-an dan didasarkan pada premisnya bahwa ketenangan
mental adalah hasil alami dari relaksasi fisik. Relaksasi otot progresif
dapat dipelajari oleh hampir semua orang dan hanya membutuhkan 10
menit hingga 20 menit per hari untuk berlatih.

33
1) Sambil menarik napas, kontraksikan satu kelompok otot selama 5
detik hingga 10 detik, lalu buang napas dan tiba-tiba lepaskan
ketegangan pada kelompok otot tersebut.
2) Beri diri Anda 10 detik hingga 20 detik untuk rileks, lalu lanjutkan
ke kelompok otot berikutnya.
3) Saat melepaskan ketegangan, cobalah untuk fokus pada perubahan
yang Anda rasakan saat kelompok otot relaks. Perumpamaan
mungkin berguna dalam hubungannya dengan pelepasan
ketegangan, seperti membayangkan bahwa perasaan stres mengalir
keluar dari tubuh Anda saat Anda mengendurkan setiap kelompok
otot.
4) Secara bertahap tingkatkan tubuh Anda dengan kontraksi dan
rilekskan kelompok otot (Ambardekat, 2020).
Menurut (Cuncic, 2020) Pada saat melakukan Relaksasi otot progresif
perlunya menempatkan tempat yang tenang dan bebas dari
gangguan. Berbaring di lantai atau berbaring di kursi, kendurkan
pakaian ketat, dan lepaskan kacamata atau lensa kontak. Istirahatkan
tangan di pangkuan atau di lengan kursi. Tarik napas perlahan
beberapa kali. Jika belum melakukannya, luangkan beberapa menit
untuk melatih pernapasan diafragma .
1) Dahi : Peras otot di dahi Anda, tahan selama 15 detik. Rasakan otot
menjadi lebih kencang dan tegang. Kemudian, lepaskan
ketegangan di dahi Anda secara perlahan sambil menghitung
selama 30 detik. Perhatikan perbedaan perasaan otot saat Anda
rileks. Terus lepaskan ketegangan sampai dahi Anda terasa benar-
benar rileks. Bernapaslah dengan perlahan dan teratur.
2) Rahang : Kencangkan otot-otot di rahang Anda, tahan selama 15
detik. Kemudian lepaskan ketegangan secara perlahan sambil
menghitung selama 30 detik. Perhatikan perasaan rileks dan
lanjutkan bernapas dengan perlahan dan merata.
3) Leher dan bahu : Tingkatkan ketegangan di leher dan bahu Anda
dengan mengangkat bahu ke arah telinga dan tahan selama 15

34
detik. Lepaskan ketegangan secara perlahan saat Anda menghitung
selama 30 detik. Perhatikan ketegangan mencair.
4) Lengan dan tangan : Tarik kedua tangan secara perlahan. Tarik
kepalan tangan ke dada dan tahan selama 15 detik, remas
sekencang mungkin. Kemudian lepaskan secara perlahan sambil
menghitung selama 30 detik. Perhatikan perasaan rileks.
5) Bokong : Secara perlahan tingkatkan ketegangan di bokong Anda
selama 15 detik. Kemudian, lepaskan ketegangan secara perlahan
selama 30 detik. Perhatikan ketegangan mencair. Lanjutkan
bernapas perlahan dan merata.
6) Kaki : Secara perlahan tingkatkan ketegangan di paha depan dan
betis Anda selama 15 detik. Peras otot sekuat yang Anda
bisa. Kemudian, lepaskan ketegangan secara perlahan selama 30
detik. Perhatikan ketegangan yang mencair dan perasaan rileks
yang tertinggal.
7) Kaki : Secara perlahan tingkatkan ketegangan di kaki dan jari kaki
Anda. Kencangkan otot sebanyak yang Anda bisa. Kemudian,
lepaskan ketegangan secara perlahan sambil menghitung selama 30
detik. Perhatikan semua ketegangan mencair. Lanjutkan bernapas
dengan perlahan dan merata.

e. Relaksasi Otot Progresif Pada Mual dan Muntah


Latihan relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri
yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Relaksasi otot akan menghambat jalur tersebut dengan
cara mengaktivasi kerja sistem saraf parasimpatis dan memanipulasi
hipotalamus melalui pemusatan pikiran untuk memperkuat sikap
positif sehingga rangsangan stres terhadap hipotalamus menjadi
minimal. Prinsip yang mendasari penurunan ketegangan oleh teknik
relaksasi terletak pada fisiologi sistem syaraf otonom yang merupakan
bagian dari sistem syaraf perifer yang mempertahankan homeostatis
lingkungan internal individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator

35
kimia seperti bradikinin, prostaglandin dan substansi, akan
merangsang syaraf simpatis sehingga menyebabkan vasokostriksi
yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai
efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh darah,
mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme
otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri akibat dari
ketegangan yang dirasakan. Terapi relaksasi otot progresif akan
merangsang pengeluaran zat kimia endorphin dan enkefalin serta
merangsang signal otak yang dapat menyebabkan otot rileks dan
meningkatkan aliran darah ke otak sehingga dapat membuat pikiran
terasa tenang dan rileks (Wulandari et al., 2015).

3. AROMATERAPI JAHE
a. Definisi Jahe
Jahe adalah tanaman dengan sejuta khasiat yang telah dikenal sejak
lama. Jahe merupakan salah satu rempah penting. Rimpangnya sangat
banyak manfaatnya, antara lain sebagai bumbu masak, minuman, serta
permen dan juga digunakan dalam ramuan obat tradisianal (Putri et
al., 2017).

b. Manfaat Jahe
Keungulan pertama jahe adalah kandungan minyak atsiri yang
mempunyai efek menyegarkan dan memblokir reflek muntah, sedang
gingerol dapat melancarkan darah dan saraf-saraf bekerja dengan baik.
Hasilnya ketegangan bias dicairkan, kepala jadi segar, mual muntah
pun ditekan. Aroha harum jahe dihasilkan oleh minyak arsiri, sedang
oleoresisnya menyebabkan rasa pedas yang menghangatkan tubuh dan
mengeluarkan keringat (Putri et al., 2017).

36
c. Penggunaan Aromaterapi
Menurut (Schulman, 2019) Ada beberapa cara menghirup minyak
jahe untuk aromaterapi. Anda dapat memilih mana yang tepat untuk
Anda:
1) Penyebar
Diffuser adalah cara yang bagus untuk menambahkan aroma yang
menyenangkan ke ruangan. Dalam beberapa kasus, minyak
esensial mungkin perlu diencerkan dalam air. Selalu pastikan untuk
mengikuti petunjuk yang disertakan dengan diffuser Anda dengan
cermat.
2) Menghirup uap
Untuk menggunakan minyak jahe untuk menghirup uap, ikuti
langkah-langkah di bawah ini:
a) Panaskan air hingga mengukus dan taruh dalam mangkuk.
b) Tambahkan beberapa tetes minyak jahe ke dalam air
mendidih. Pusat Spiritualitas dan Penyembuhan Universitas
Minnesota (University of Minnesota Center for Spirituality and
Healing / CSH ) merekomendasikan hanya memulai dengan
satu hingga dua tetes.
c) Tutupi kepala Anda dengan handuk.
d) Dengan mata tertutup, letakkan kepala di atas mangkuk yang
mengepul dan tarik napas dalam-dalam.
3) Semprotan
Minyak jahe dalam semprotan bisa digunakan untuk menyegarkan
udara di dalam ruangan. Untuk membuat semprotan minyak jahe,
Anda bisa melakukan hal berikut:
a) Tambahkan minyak jahe ke air. Asosiasi Nasional untuk
Aromaterapi Holistik ( NAHA ) merekomendasikan penggunaan
10 hingga 15 tetes per ons air.
b) Tambahkan zat pendispersi seperti solubol jika Anda mau. Ini
dapat membantu mendistribusikan minyak esensial di dalam air.
c) Kocok dan semprotkan. Kocok sebelum setiap semprotan.

37
d. Aromaterapi Jahe terhadap Mual dan Muntah
Tindakan intervensi nonfarmakologi yaitu dengan pemberian
aromaterapi jahe ini merupakan bagian dari intervensi comfort yang
tujuan memberikan kenyamanan secara fisik pada pasien kanker yang
menjalani kemoterapi dengan mengurangi atau menghilangkan mual
muntah akibat kemoterapi. Teknis tindakan ini didesain untuk
membantu mempertahankan atau mengembalikan fungsi fisik dan
kenyamanan, serta mencegah komplikasi (Enikwati, 2015).
Aromaterapi mengacu pada penggunaan minyak esensial yang
diekstrak dari akar, bunga, daun dan batang tanaman, serta dari pohon
tertentu. Tehnik aromaterapi inhalasi dapat digunakan untuk
meningkatkan relaksasi dan kenyamanan, rambut getar yang terdapat
di dalamnya, yang berfungsi sebagai reseptor, akan menghantarkan
pesan elektrokimia ke susunan saraf pusat. Pesan ini akan
mengaktifkan pusat emosi dan daya ingat seseorang yang selanjutnya
akan mengantarkan pesan balik ke seluruh tubuh melalui sistem
sirkulasi, pesan yang diantar ke seluruh tubuh akan dikonversikan
menjadi suatu aksi dengan pelepasan substansi neurokimia berupa
perasaan senang, rileks, dan tenang. Aromaterapi jahe dapat menjadi
pilihan untuk meningkatkan kenyamanan pada pasien yang menjalani
kemoterapi dalam mengatasi efek dari kemoterapi. Kandungan
didalam jahe terdapat zingiberena (zingirona) , zingiberol, bisabilena,
kurkumen, zingirol, flandrena, vitamin A, yang dapat memblok
serotonin yaitu suatu neurotransmitter yang disintesiskan pada
neuron-neuron serotonergis dalam sistem saraf pusat dan sel-sel
enterokromafin yang dapat memberikan perasaan nyaman sehingga
dapat mengatasi mual muntah (Manurung & Adriani, 2018).

38
E. KERANGKA TEORI
Karsinogenn Genetic Nutrisi dan gaya hidup Radikal bebas Infeksi Lingkungan Gangguan hormone Masalah Psikis

Merangsang pembentukan KANKER


reseptor 5HT3

KEMOTERAPI
Merangsang nervus vagus
Efek samping :
1. Mual muntah
Merangsang pusat muntah
2. Rambut rontok
& CTZ 3. Jumlah darah rendah
4. Masalaah mulut
5. Reaksi kekebalan
Menstimulasi CTZ di area
prostrema Pada titik akupresur Memperkuat Peningkatan
Akupresur Menurunkan mual,
P6 & ST36 sel pencernaan beta edorpin muntah
Merangsang implus ke
vagus, otot perut Relaksasi otot Rangsangan Menurunkan denyut jantung, tonus
Menurunkan mual,
progresif parasimpatis otot, tekanan darah dan menaikan
muntah
aliran darah ke system Gasttrointestinal
Memicu mual, muntah sehingga tubuh menjadi rileks, nyaman

Aromaterapi Melancarkan darah Meningkatkan Serotin


Menurunkan mual,
Terapi Non-farmakologi : sehingga Meningkatkan
jahe dan saraf dengan baik muntah
(Intervensi keperawatan) rasa nyaman, rileks.
1. Terapi Akupresur
2. Terapi Biopsychobehavioral
(Relaksasi otot progresif) Sumber : (Afrianti & Pertiwi, 2020), (Manurung & Adriani, 2018), (American cancer society, 2020).
3. Aromaterapi jahe
(Ariani, 2015). (Ardhiansyah, 2019). (Junaidi, 2014). (Sholihin, 2017).

39
BAB III
METODE LITERATURE REVIEW
A. Strategi Penelusuran Literature
1. Database Elektronik.
Tipe studi literatur review ini adalah semua penelitian yang
menggunakan variabel Intervensi terhadap pengurangan mual dan muntah
pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Artikel yang digunakan
pada literature review ini disusun melalui penelusuran artikel
penelitian yang sudah terpublikasi dan full text. Semua populasi berhak
menjadi sampel jika memenuhi semua kriteria inklusi dan eksklusi yang
telah ditentukan oleh penulis. Database yang dapat digunakan untuk
mencari artikel antara lain: google scholar, Perpusnas , EBSCO, Proquest,
Science Direct Cochrane, Scopus, NCBI.
2. Kata kunci (Keyword)
Seberapa besar pengaruh Intervensi dalam menurunkan mual dan
muntah pada pasien kanker Pasca kemoterapi ? kata – kata kunci yang
digunakan antara lain :
1. Kata kunci dalam Bahasa Indonesia : Terapi Akupresur, Relaksasi otot
Progresif, Aromaterapi Jahe, Mual Muntah, Kanker, Kemoterapi.
2. Kata kunci dalam Bahasa Inggris : Acupressure Therapy, Progressive
Muscle Relaxation, Ginger Aromatherapy, Nausea Vomiting, Cancer,
Chemotherapy.
3. Kriteria inklusi dan eksluki
a. Kriteria inklusi
1) Artikel yang menjelaskan intervensi terkait mual muntah akibat
kemoterapi
2) Artikel yang memiliki kelompok intervensi dan kontrol
3) Artikel yang hanya mempunyai satu intervensi dan satu
pembahasan dalam artikelnya
4) Artikel Yang memiliki populasi Homogen
5) Artikel yang berbahasa Indonesia atau Inggris Full Text dan pdf.
6) Artikel penelitian yang dipublikasikan sekitar tahun 2015 sampai
tahun 2020.

40
b. Kriteria ekslusi
1) Artikel yang bukan tentang artikel penelitian.
2) Artikel yang mempunyai judul yang sama (ganda).
3) Artikel yang merupakan review (systematic review, literature
review).
4) Artikel yang membahas di luar intervensi mual muntah pasca
kemoterapi
5) Artikel tidak memenuhi suatu komponen struktur artikel yang
baik (abstrak, introduction, method, result, discussion,
implication and references).

Gambar 3.1 Proses Literatur Review

Article identified through database searching


(n=)
(Goggle Scholar; Pubmed; Proquest; Cochrane Library)
Step 1
Duplicated removed
(n=)

Step 2 Title/abstract
reviewed
(n=)

Article exluded

Full text article


reviewed
(n=)
Excluded by tittle
and abstrack
(n=)

Article include
review
(n=)

41
DAFTAR PUSTAKA
Abusaad, F. E. S., & Ali, W. G. M. (2015). Effect of point 6 acupressure on
chemotherapy associated nausea and vomiting among adolescents with
cancer. Journal of Nursing Education and Practice, 6(4).
https://doi.org/10.5430/jnep.v6n4p122
Adel, N. (2017). Overview of chemotherapy-induced nausea and vomiting and
evidence-based therapies. The American Journal of Managed Care, 23(14),
S259–S265.
Afrianti, N., & Pertiwi, E. R. (2020a). Penerapan Terapi Akupresur Dalam
Penanganan Mual Muntah Pasca Kemoterapi. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal
Ilmiah STIKES Kendal, 10(4), 461–470.
http://www.journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/download/910
/539
Afrianti, N., & Pertiwi, E. R. (2020b). PENERAPAN TERAPI AKUPRESUR
DALAM PENANGANAN MUAL MUNTAH THE APPLICATION OF
ACUPRESSURE THERAPY IN HANDLING POST- CHEMOTHERAPY
NAUSEA AND VOMITING PENDAHULUAN Kanker merupakan ancaman
serius kesehatan masyarakat karena insiden dan angka kematiannya terus m.
10(4), 461–470.
Agustin, F. M. (2019). Ribuan Penduduk Sumsel Terdeteksi Penyakit Kanker, Ini
Penyebabnya. IDN Times Sumsel. Ribuan Penduduk Sumsel Terdeteksi
Penyakit Kanker, Ini Penyebabnya
Al Qadire, M. (2018). Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting: Incidence
and Management in Jordan. Clinical Nursing Research, 27(6), 730–742.
https://doi.org/10.1177/1054773817704586
Ambardekat, N. (2020). Progressive Muscle Relaxation for Stress and Insomnia.
Www.Webmd.Com. https://www.webmd.com/sleep-disorders/muscle-
relaxation-for-stress-insomnia
American cancer society. (2020). Chemotherapy What It Is, How It Helps.
America Cancer Society, Inc.
Amin, Y., Mulawardhana, P., & Erawati, D. (2015). Demografi, Respon Terapi
dan Survival rate Pasien Kanker Serviks Stadium III-IVA yang Mendapat
Kemoterapi Dilanjutkan Radioterapi. Majalah Obstetri & Ginekologi, 23(3),
97. https://doi.org/10.20473/mog.v23i3.2074
Ardhiansyah, A. O. (2019). DETEKSI DINI KANKER. Airlangga University
Press.
Ariani, S. (2015). STOP! KANKER. Istana Media.
Astrilita, F., Hartoyo, M., & M, W. (2016). Pengaruh Aromaterapi Jahe Terhadap
Penurunan Mual Muntah Pada Pasien Paska Kemoterapi Di Rs Telogorejo.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), 1–14.
Bayo, J., Fonseca, P. J., Hernando, S., Servitja, S., Calvo, A., Falagan, S., García,
E., González, I., De Miguel, M. J., Pérez, Q., Milena, A., Ruiz, A., &
Barnadas, A. (2012). Chemotherapy-induced nausea and vomiting:
Pathophysiology and therapeutic principles. Clinical and Translational
Oncology, 14(6), 413–422. https://doi.org/10.1007/s12094-012-0818-y
Canadian Cancer Society. (2021a). Chemotherapy. Canadian Cancer Society.
https://www.cancer.ca/en/cancer-information/diagnosis-and-
treatment/chemotherapy-and-other-drug-therapies/chemotherapy/?region=on

42
Canadian Cancer Society. (2021b). How cancer starts, grows and spreads.
Canadian Cancer Society. https://www.cancer.ca/en/cancer-
information/cancer-101/what-is-cancer/how-cancer-starts-grows-and-
spreads/?region=on
Cancer Research UK. (2017). What is immunotherapy? Cancer Research UK.
https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/cancer-in-
general/treatment/immunotherapy/what-is-immunotherapy
Cancer Research UK. (2020). How cancer can spread. Cancer Research UK.
https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/what-is-cancer/how-cancer-
can-spread
Council, C. (2020). Understanding Chemotherapy. Cancer Council Australia.
Cuncic, A. (2020). How to Practice Progressive Muscle Relaxation.
Www.Verywellmind.Com. https://www.verywellmind.com/how-do-i-
practice-progressive-muscle-relaxation-3024400
Damanik, H., & Ziraluo, A. A. W. (2018). PENGARUH TEKNIK RELAKSASI
OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSU IMELDA. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 1(2), 96–104.
Eldrigde, L. (2019). Carcinogen Types, Testing, and Examples. VeryWell Health.
https://www.verywellhealth.com/what-is-a-carcinogen-2249070
Enikwati, A. (2015). Pengaruh Aromaterapi Jahe Terhadap Mual Dan Muntah
Akibat Kemoterapi Pada Penderita Kanker Payudara Di Rs Pku
Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Kebidanan, 7(2), 115–130.
https://www.bertelsmann-
stiftung.de/fileadmin/files/BSt/Publikationen/GrauePublikationen/MT_Globa
lization_Report_2018.pdf
%0Ahttp://eprints.lse.ac.uk/43447/1/India_globalisation, society and
inequalities(lsero).pdf%0Ahttps://www.quora.com/What-is-the
Escobar, Y., Cajaraville, G., Virizuela, J. A., Álvarez, R., Muñoz, A., Olariaga,
O., Tamés, M. J., Muros, B., Lecumberri, M. J., Feliu, J., Martínez, P.,
Adansa, J. C., Martínez, M. J., López, R., Blasco, A., Gascón, P., Calvo, V.,
Luna, P., Montalar, J., … Tornamira, M. V. (2015). Incidence of
chemotherapy-induced nausea and vomiting with moderately emetogenic
chemotherapy: ADVICE (Actual Data of Vomiting Incidence by
Chemotherapy Evaluation) study. Supportive Care in Cancer, 23(9), 2833–
2840. https://doi.org/10.1007/s00520-015-2809-3
Farhadi, K., Choubsaz, M., Setayeshi, K., Kameli, M., Bazargan-hejazi, S., Zadie,
Z. H., & Ahmadi, A. (2016). The effectiveness of dry-cupping in preventing
post-operative nausea and vomiting by P6 acupoint stimulation.
38(September 2015), 0–5.
Ghofar, A. (2020). SEHAT TANPA KANKER. Desa Pustaka.
Gupta, B., & Kaur, A. (2020). Effectiveness of Progressive Muscle Relaxation
Technique on Physical Symptoms Among Patient Receiving Chemotherapy
in cancer unit of institute of Liver and Biliary Sciences, Delhi. The Research
Reservoir, 5(4), 221–232. https://doi.org/10.47211/trr.2020.v06i01.005
Hariyanto, B. E. P., Manatik, M. F. J., & Wahani, A. (2015). Kejadian Muntah
Pada Penderita Kanker Yang Menjalani Pengobatan Kemoterapi Di Rsup
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. E-CliniC, 3(3), 1–4.

43
https://doi.org/10.35790/ecl.3.3.2015.9506
Infodatin. (2019). BEBAN KANKER. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
International Agency for Research On Cancer. (2021). LATEST GLOBAL
CANCER DATA: CANCER BURDEN RISES TO 19.3 MILLION NEW
CASES AND 10.0 MILLION CANCER DEATHS IN 2020. International
Agency for Research On Cancer. https://www.iarc.who.int/news-
events/latest-global-cancer-data-cancer-burden-rises-to-19-3-million-new-
cases-and-10-0-million-cancer-deaths-in-2020/
Juartika, W., Harmi, P. K., & Fatmadona, R. (2019). Gambaran Skor INVR
(Index of Nausea, Vomiting and Retching) pada CINV (Chemotherapy
Induced Nausea and Vomiting) Kanker Payudara di RSUP M Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4), 209–214.
https://doi.org/10.25077/jka.v8i4.1142
Junaidi, I. (2014). Hidup Sehat Bebas kanker. Rapha Publishing.
Kemenkes. (2015). Panduan Akupresur Mandiri Bagi Pekerja di Tempat Kerja /
Kementerian Kesehatan RI. In Online Public Access Catalog - Perpusnas RI.
Kementerian Kesehatan RI.
http://perpustakaan.kemkes.go.id/inlislite3/opac/detail-opac?id=8301
Kemenkes. (2018). HASIL UTAMA RISKESDAS 2018. 51.
Kemenkes. (2019). Hari Kanker Sedunia 2019. Www.Kemkes.Go.Id.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19020100003/hari-kanker-sedunia-
2019.html#:~:text=Hari Kanker Sedunia diperingati setiap,mengurangi beban
akibat penyakit kanker.
Kirkham, D. (2015). Uncovering the 12 Meridians of Acupuncture.
Acupuncturistseattle.Com. https://acupuncturistseattle.com/the-12-meridians-
of-acupuncture/
Kottschade, L., Novotny, P., Lyss, A., Mazurczak, M., Loprinzi, C., Barton, D.,
Clinic, M., Baptist, M., Louis, S., Falls, S., & Arbor, A. (2016). HHS Public
Access. 24(6), 2661–2667. https://doi.org/10.1007/s00520-016-3080-
y.Chemotherapy-induced
Krans, B. (2021). No Title. Www.Healthline.Com.
https://www.healthline.com/health/chemotherapy
Lindquist, R., Snyder, M., & Tracy, M. F. (2014). COMPLEMENTARY &
ALTERNATIVE THERAPIES in NURSING SEVENTH EDITION. Springer
Publishing Company.
http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf
MacGill, M. (2019). What to know about radiation therapy?
Www.Medicalnewstoday.Com.
https://www.medicalnewstoday.com/articles/158513
Macmillan Cancer Support. (2018). Chemotherapy. Macmillan Cancer Support.
https://www.macmillan.org.uk/cancer-information-and-
support/treatment/types-of-
treatment/chemotherapy#side_effects_of_chemotherapy
Manurung, R., & Adriani, T. U. (2018). Pengaruh pemberian aromatherapi jahe
terhadap penurunan mual dan muntah pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi di rumah sakit umum imelda pekerja indonesia medan tahun
2017. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, 4(1), 373–382.
Mehta, P., Dhapte, V., Kadam, S., & Dhapte, V. (2017). Contemporary

44
acupressure therapy: Adroit cure for painless recovery of therapeutic
ailments. Journal of Traditional and Complementary Medicine, 7(2), 251–
263. https://doi.org/10.1016/j.jtcme.2016.06.004
Memorial Sloan Kettering Cancer Center. (2019). Acupressure for Nausea and
Vomiting. Www.Mskcc.Org. https://www.mskcc.org/pdf/cancer-care/patient-
education/acupressure-nausea-and-vomiting
Mulyaningrat, W., & Wulandari, A. T. (2019). Terapi Akupresur untuk
Menangani Mual dan Muntah pada Pasien Kanker : Literature Review. 1(2),
194.
Nam, M. H., Yin, C. S., Soh, K. S., & Choi, S. hoon. (2011). Adult Neurogenesis
and Acupuncture Stimulation at ST36. JAMS Journal of Acupuncture and
Meridian Studies, 4(3), 153–158. https://doi.org/10.1016/j.jams.2011.09.001
National Cancer Institute. (2015). What Is The Cancer? Www.Cancer.Gov.
https://www.cancer.gov/about-cancer/understanding/what-is-cancer
National Centre for Biotechnology Information. (2019). How do cancer cells
grow and spread? NCBI Bookshelf.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279410/
Octaviani, L., & Wirawati, M. K. (2018). Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Penurunan Intensitas Mual Muntah Pasien Kanker Dengan Kemoterapi.
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan, 2(1), 14–21.
https://doi.org/10.33655/mak.v2i1.30
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika.
Putri, A. D., Andiani, D., Haniarti, & Usman. (2017). Prosiding Seminar Nasional
IKAKESMADA “Peran Tenaga Kesehatan dalam Pelaksanaan SDGs”
EFEKTIFITAS PEMBERIAN JAHE HANGAT DALAM MENGURANGI
FREKUENSI MUAL MUNTAH PADA IBU HAMIL TRIMESTER I.
Prosiding Seminar Nasional, 99–105.
R, N. S., & Surarso, B. (2016). Terapi mual muntah pasca kemoterapi. Jurnal
THT - KL, 9(2), 74–83.
Renityas, N. N. (2019). Pengaruh Titik Nei Guan (P6) Terhadap Pengurangan
Keluhan Morning Sickness pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas
Sanwetan Blitar. Jurnal Kesehatan, 3(1), 46–49.
Saleh, L. M., Russeng, S. S., Rahim, M. R., Awaluddin, & Tadjudin, I. (2019).
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF PADA AIR TRAFFIC
CONTROLLER (ATR). Deepublish.
Schulman, J. S. (2019). About Ginger Oil. Www.Healthline.Com.
https://www.healthline.com/health/ginger-oil#uses
Sholihin, R. (2017). Mengenal, Mencegah, Mengatasi “Silent Killer” Kanker.
Romawi Pustaka.
The Editors of Encyclopaedia Britannica. (2019). Carcinogen pathology.
Encyclopædia Britannica. https://www.britannica.com/science/carcinogen
Tilleman, J. A. (2018). Mual dan Muntah Akibat Kemoterapi.
Utami, S. (2016). Efektifitas Latihan Progressive Muscle Relaxation(Pmr)
Terhadap Mual Muntah Kemoterapi Pasien Kanker Ovarium. Jurnal
Keperawatan, 4(2008), 83–90.
Widaryanti, R., & Riska, H. (2019). Terapi Komplementar Pelayanan Kebidanan
Berdasarkan Bukti Scientific Dan Empiris. Deepublish.
Wiryani, O., Herniyatun, & Kusumastuti. (2019). Efektivitas Aromaterapi Jahe

45
Terhadap Keluhan Mual dan Muntah Pada Pasien CA Serviks dengan
Kemoterapi di RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto. Proceeding of
The URECOL, 139–148.
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/594
Wong, C. (2020). The Benefits of Progressive Muscle Relaxation. Verywell Mind.
https://www.verywellmind.com/the-benefits-of-progressive-muscle-
relaxation-90014?print
World Health Organization. (2018). Cancer. Www.Who.Int.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cancer
Wulandari, N., Wihastuti, T. A., & Supriati, L. (2015). The Effect of Progressive
Muscle Relaxation on the Anxiety Decrease and Improving Quality of Sleep
Neurosa Patients in Health Center Area Kepanjen Kidul Blitar City. Jurnal
Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 2(2), 163–172.
https://doi.org/10.26699/jnk.v2i2.art.p154-163

46

Anda mungkin juga menyukai