Oleh:
2123016
MALANG
2021
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus .....................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................5
1.4.1 Tempat Penelitian ................................................................5
1.4.2 Masyarakat Khususnya Lansia.............................................5
1.4.3 Profesi Keperawatan ............................................................5
1.5 Batasan Penelitian .........................................................................6
2
2.4.4 Model Pelayanan Keperawatan Gerontik.............................34
2.5 Kerangka Konsep ..........................................................................37
2.6 Penjelasan Kerangka Konsep ........................................................38
2.7 Hipotesa ........................................................................................38
3
DAFTAR TABEL
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR LAMPIRAN
6
BAB I
PENDAHULUAN
tekanan darah yang mempunyai factor resiko utama dari perkembangan penyakit
jantung dan stroke. Penyakit hipertensi ini juga disebut sebagai “the silent
disease“ karena gejala yang ditimbulkan tidak dilihat dari luar. Pada umunya
menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak
diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal,
penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal. Hipertensi sering
kematian nomor tiga setelah penyakit stroke dan tuberkulosis mencapai 6,7% dari
menyatakan bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6% tahun 2007
menjadi 9,5% pada tahun 2013. Berdasarkan data dinas kesehatan Kota malang
1
2
hipertensi sebanyak 50.612 jiwa. Prosentase penderita hipertensi masih tinggi dari
tahun 2012 sampai 2014. Prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%.
Pada kelompok umur 25 - 34 tahun sebesar 7% naik menjadi 16% pada kelompok
umur 35 - 44 tahun dan kelompok umur 65 tahun atau lebih menjadi 29%
kemajuan teknologi dan kondisi daerah (local area spesifik), memperkuat logistic
dan distribusi untuk deteksi dini factor resiko penyakit jantung dan hipertensi,
hal kesehatan akan pola hidupnya terutama dalam memotivasi untuk berperan
mendapat bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat melaksanakan pola hidup
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
menjadi tertarik untuk datang ke posyandu lansia. Salah satu cara untuk
memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam
kekurangan dari small group discusstion adalah diskusi ini biasanya memerlukan
persiapan yang lebih rumit, sehingga tidak sejalan dengan prinsip efisiensi dan
juga dapat menimbulkan ketergantungan pada kelompok sehingga dia tidak ikut
(Stiyoningsih, 2016).
jumlah penderita hipertensi sudah mencapai 70% kasus dari jumlah pasien di
Posyandu Lansia tersebut. Dan dari hasil survey peneliti yang didapatkan dari
4
mengetahui penyebab, tanda dan gejala dari hipertensi. Pasien juga menyatakan
merasakan keluhan seperti pusing dan mual ketika pasien melakukan aktivitas
yang berlebihan dan memikirkan suatu hal yang berat baginya. Pasien juga
merasa tidak perlu control dan enggan untuk memeriksakan keadaannya. Berbeda
pengertian, tanda dan gejala hipertensi ketiga lansia tersebut dapat menjawab,
lansia tentang hipertensi, tetapi secara one by one. Dan petugas kesehatan
kepada pasien yang mempunyai keluhan yang tidak hanya pada penyakit
hipertensi, tetapi juga kepada pasien yang mempunyai keluhan yang lain.
tentang hiprtensi
tentang hipertensi
tentang hipertensi
sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA
masyarakat agar dapat memperoleh kesehatan yang berkualitas. Selain itu juga,
dalam mencapai derajat kesehatan yang lebih baik, baik fisik maupun mental dan
bahwa pendidikan atau promosi kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau
upaya yang ditujukan pada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk
meningkatkan derajat kesehatan baik fisik maupun mental dan sosialnya sehingga
(Notoatmodjo, 2012).
7
8
(Maulana, 2013).
seperti halnya dimensi sasaran pendidikan, dapat juga di lihat juga dari dimensi
1. Dimensi sasaran,
sasaran murid.
9
dan sebagainya.
3) Pemeriksaan massal
tuntas.
e. Rehabilitasi (rehabilitation)
1. Advokasi (advocacy)
kesehatan, yaitu:
b. Wawancara(Interview)
perubahan.
2. Metode Kelompok
a. Kelompok besar
Kelompok besar yaitu kelompok yang apabila peserta itu lebih dari 15
orang. Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah ceramah dan
seminar, yaitu:
1) Ceramah
13
maupun rendah.
2) Seminar
b. Kelompok kecil
kritis.
menyenangkan.
setiap kelompok.
sudah diberikan.
15
pemecahan masalah.
ditentukan sebelumnya.
pemecahan masalah.
pembelajaran.
menyenangkan.
Menurut Smelttzer & Bare (2000) dalam Ode (2012) mengatakan bahwa
hipertensi merupakan tekanan darah yang menetap secara terus menerus sehingga
melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan
sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90mmHg (Dewi, 2013).
Hipertensi pada lanjut usia diartikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg ditemukan dua kali atau lebih
pada dua atau lebih pemeriksaan yang berbeda (JNC VI, 1997 dalam Ode, 2012).
tiga yaitu:
17
a. Hipertensi tingkat I
sistem kardiovaskuler.
b. Hipertensi tingkat II
Normal ≤ 120 ≤ 80
Faktor-faktor yang tidak dapat diubah yaitu jenis kelamin,usia dan genetic.
1) Faktor genetic
orang tua yang menderita hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih
2012).
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan pada wanita sama, akan
3) Faktor usia
1) Pola makan
2) Kebiasaan merokok
Individu yang lebih dari satu pak rokok perhari menjadi dua kali
21
3) Aktivitas fisik
merokok, dan individu yang aktif secara fisik memiliki resiko 30-
Wilson, 2012).
tumor otak,pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi, asupan garam yang
tinggi, kuarng olah raga, genetic, obesitas, ateroskleosis, kelainan ginjal, tetapi
dan relaksasi pembulu darah terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata
di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlajut ke bawah
korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke ganglia simpatik di torax dan
bergerak ke bawah melalui system syaraf simpatis. Pada titik ganglion ini neuron
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan
patologisnya tidak jelas didalam tubuh dan organ-organ. Terjadi secara perlahan
yang meluas dan mengambil tempat pada pembulu darahbesar dan pembulu darah
kecil pada organ-organ seperti jantung, ginjal, dan pembulu darah otak. Pembulu
seperti aorta, arteri coroner, arteri basiler yang ke otak damn pembulu darah
23
menjepit, aliran darah ke jantung menurun, begitu juga ke otak dan ekstremitas
bawah bias juga terjadi kerusakan pembuluh darah besar (Ode, 2012).
hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain: sakit kepala (rasa berat
tremor otot, nyeri dada, epitaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga
komplikasi yang berbahaya. Komplikasi yang paling umum terjadi yaitu stroke,
a. Serangan jantung
Serang jantung diakibatkan oleh aliran darah melalui arteri koroner yang
darah tinggi ini meningkatkan risiko keparahan serang jantung apabila sudah
terjadi.
b. Stroke
c. Kerusakan Ginjal
Ginjal memiliki pembuluh darah yang berukuran sangat kecil, yang sensitive
dalam waktu yang lama maka akan membuat kerusakan dipembuluh darah
d. Atrial Fibrilation
2011).
darah kearah yang lebih rendah. Strategi penurunan tekanan darah ditunjukkan
kelompok masyarakat ini termasuk mereka yang mengalami tekanan darah normal
dalam kisaran yang tinggi (TDS 130-139 mmHg atau TDD 85-89 mmHg),
riwayat keluarga ada yang menderita hipertensi, obesitas, tidak aktif secara fisik,
atau banyak minum alcohol dan garam. Berbagai cara yang terbukti mampu untuk
Ode (2012) yaitu dengan nonformakologis dan dengan farmakologis. Cara non
farmakologis dengan menurunkan berat badan pada penderita ynag gemuk, diet
rendah garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan hidup, olah raga secara
teratur dan control tekanan darah secara teratur. Sedangkan dengan cara
diuretic seperti HCT, Higroton, Lasix. Beta bloker seperti propranolol. Alfa
sehingga upaya dalam menemukan obat anti hipertensi yang memenuhi harapan
prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Pengetahuan
semakin luas pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti yang
peningkatan pengetahuan tidak mutlak didapat dari pendidikan formal saja, tetapi
1. Pengetahuan Implisit
2. Pengetahuan Eksplisit
1. Tahu (know).
dalam pengetahuan ingkat ini adalah sesuatu yang spesifik dari bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja bahwa orang tersebut tahu
28
2. Memahami (Comprehention)
secara benar. Orang yang paham terdapat objek atau materi dapat
3. Aplikasi (Application)
4. Analisis (Analysis)
komponen, tetapi dalam satu struktur organisasi, serta masih ada kaitanya
satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata
5. Sintesis (Synthesis)
bagian-bagian di dalam bentuk keseluruhan yang baru. Kata lain dari sistesis
6. Evaluasi (Evaluation)
sendiri.
dipecahkan.
b. Secara Keseluruhan
konteks pendidikan.
dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan
Cara ini disebut juga metode penelitian ilmiah (scientific research method),
1. Pendidikan
diberikan seseorang kepada orang lain untuk memahami suatu hal baik
2. Pekerjaan
32
3. Umur
daya tangkap dan pola pikir sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin
membaik.
4. Minat
5. Pengalaman
7. Informasi
cara menanyakan mengenai materi yang diukur dari subjek penelitian. Jika
seseorang mampu dalam menjawab mengenai materi yang diujikan baik tulisan
34
evaluasi
dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia menurut
pudjiastuti (2003) dalam Muhith & Siyoto (2016) mengatakan lansia merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan namun bukan merupakan penyakit yang
lingkungan.
Menurut Hawari (2001) dalam Muhith & Siyoto (2016), lansia adalah
individu.
yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun keatas”.
3. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikologi UI) membagi dalam empat fase yaitu:
age) >65 tahun atau 70 tahun. Masa lenjut usia itu sendiri dibagi menjadi
yang wajar akan dialami semua orang yang dikarunia umur panjang. Hanya cepat
bersangkutan. Adapun permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia antara lain
2. Lanjut usia tidak hanya ditandai dengan kemunduran fisik. Kondisi lanjut
seserang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang. Hal itu akan dapat
37
3. Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian dari para lanjut usia tersebut
4. Masih ada sebagian dari lanjut usia yang mengalami keadaan terlantar.
sehingga mereka masih dapat berperan yang berguna bagi masyarakat. Akan
early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan), (4)
1. Promotion (peningkatan)
mereka dan bergerak kea rah keadaan kesehatan yang optimal serta
2. Prevention (pencegahan)
gejala, dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak
Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas professional
5. Rehabilitation (pemulihan)
Keterangan:
Diteliti
Tidak diteliti
Hubungan
yang mempengaruhi pendidikan kesehatan antara lain faktor internal dan faktor
2.7 Hipotesa
dengan dengan fakta dari hasil penelitian yang telah dilakukan (Budiman , 2013).
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group
metode ini.
O1X O2
Keterangan:
39
40
09.00 WIB, dan tempat penelitian yang digunakan yaitu di posyandu lansia post 1
POPULASI
Semua peserta Posyandu Lansia Post 1 di Desa Womokerto Kecamatan Bantur
Kabupaten Malang, sebanyak 40 orang lansia
SAMPEL
Peserta Posyandu Lansia Post 1 di Desa Wonokerto Kecamatan Bantur
Kabupaten Malang, sebanyak 30 responden
TEKNIK SAMPLING
Teknik sampling dalam penilitian ini adalah menggunakan Puposive Sampling
DESAIN PENELITIAN
Menggunakan metode pendekatan One Group Pretest-Posttest
PRE TEST
Sebelum memberikan pendidikan kesehatan dengan metode small group
discusstion menggunakan kuesioner
PERLAKUAN
Dilakukan dengan menggunakan metode small group discusstion
POST TEST
Setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode small group discusstion
menggunakan kuesioner
PENARIKAN KESIMPULAN
Jika P> 0,05 maka H0diterima artinya tidak ada pengaruh
Jika P< 0,05 maka H0 ditolak artinya ada pengaruh
42
3.4.1 Populasi
kriteria maupun karakteristik yang sama yang sudah ditetapkan oleh peneliti
(Nursalam, 2014; Sugiyono, 2014). Pada penelitian ini populasinya adalah peserta
3.4.2 Sampel
sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2014). Besar sampling dalam penelitian ini
anggota dari populasi yang dipilih dengan prosedur tertentu dan diharapkan dapat
mewakili suatu populasi (Nursalam, 2014). Teknik sampling dalam penelitian ini
Teknik sampling yaitu suatu cara yang dapat digunakan agar sample dapat
2014), dan teknik penggunaan sampel ini penggunaan tehnik Purposif Sampling
beberapa kriteria yaitu inklusif dan eksklusi pada populasi yang menjadi
responden, yaitu:
1. Kriteria Inklusif
2. Kriteria Eksklusi
oleh anggota kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain
Kabupaten Malang.
mengukur suatu variabel. Kunci dari definisi operasional adalah karakteristik yang
kesehatan. Pengetahuan lansia dan pemahaman yang diukur sebelum dan sesudah
discusstion,
soal.
1. Uji Validitas
2014). Validitas adalah suatu media yang menunjukan alat ukur yang
juga dengan kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang diukur.
apa yang hendak diukur maka perlu dilakukan pengukuran uji korelasi
antara skors (nilai tiap pertanyaan) dengan skors total kuesioner tersebut
yang ada di dalam kuesioner telah mengukur konsep yang kita ukur
valid apabila r hitung lebih besar dari r tabel dan dikatakan tidak valid
2. Uji Reabilitas
bahwa sejauh mana hasil pengukuran ini tetap konsisten atau tetap bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala atau masalah yang
sama. Dalam penelitian ini menggunakan tehnik tes ulang untuk menguji
dari kuesioner apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Dalam uji
manual. Kuesioner dikatakan reliable jika memiliki nilai alpha ≥0,777 dan r
table = 0.632.
3.9.1 Editing
48
3.9.2 Coding
2. Jenis Kelamin
Kode 1 : laki-laki
Kode 2 : perempuan
3. Umur
4. Pengetahuan
Kode P1 : baik
Kode P2 : cukup
Kode P3 : kurang
3.9.3 Scoring
49
Memberi skor pada item-item yang perlu diberi skor, memberikan kode
terhadap item-item yang tidak diberi skor. Pengolahan data selanjutnya ialah
dengan penilaian :
merupakan data mentah maupun table kerja yang digunakan untuk menghitung
data tertentu secara statistic. Peneliti diharuskan melakukan tabulasi data sesuai
Tabulasi data pada penelitian ini diolah dengan bantuan SPSS 16,0 menggunakan
Windows 2007.
Analisa data ialah data yang disarankan pada kualitas isi berdasarkan kode
atau kata kunci yang telah ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, 2014).
discusstion.
2. Analisa Bivariate
normalitas data dengan uji korelasi Wilcoxon Match Pair. Uji ini digunakan untuk
mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel berskala ordinal
dengan nilai α : 5% dimana nilai signifikan (p) > 0,05 H0 dan Ha diterima, jika
nilai signifikasi < 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Cara menghitung
dengan cara komputerisasi dengan bantuan program SPSS for Windows versi 16.
signifikansi adalah :
1. Jika P value >0,05 maka H0 diterima yang artinya tidak ada pengaruh
tahun.
51
2. Jika P value ≤ 0,05 maka H0 ditolak yang artinya ada pengaruh pendidikan
1. Informed consent
data. Apabila responden setuju menjadi objek peneliti maka responden harus
2. Anonimity
3. Confidentiality
Hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan pada penelitian dengan
2012).
52
DAFTAR PUSTAKA
Budiman & Riyanto, Agus. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Dewi, P. R., & Sudhana, I. W. (2013). Gambaran Kualitas Hidup pada Lansia
dengan Normotensi dan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Gianyar I
Periode Bulan November Tahun 2013. Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diakses melalui
www.litbang.depkes.go.id/rkd2013/Lapora n_Riskesdas2013.pdf
Nugroho, W. (2016). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. (M. Ester, & E. Tiar,
Eds.) Jakarta: EGC.
Ode, Sarif La. 2012. Asuhan Kerawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika
52
53
Smeltzer, S. C dan Bare B. G. 2013. Buku Ajar Medikal Bedah (Brunner &
Suddart Edisi 8). Jakarta : EGC
Soal
1. Pengertian Hipertensi
1. Pendidikan Kesehatan 2 1,2
,13
8. Penatalaksanaan 2 14,15
Hipertensi
Lampiran 2
LEMBAR KUESIONER
A. PETUNJUK PENGISIAN
Isilah biodata anda sebelum menjawab pertanyaan dan mohon mengisi
sejujurnya sehingga tidak bertentangan dengan hati nurani.
Berilah tanda silang (X) pada jawaban pertanyaan sesuai dengan
pengetahuan anda .
Nama (Inisial) :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
15. Apa yang harus dilakukan pasien hipertensi agar tekanan darah tetap
terkontrol ?
a. Minum obat secara teratur
b. Memonitor tekanan darah setiap saat
c. Mengkonsumsi makanan tinggi garam
d. Mengkonsumsi obat-obatan
Lampiran 3
Jawaban
No Soal Skor
A B C D
1 Apa yang dimaksud dengan √ Benar : 1
Salah : 0
hipertensi ?
2 Berapakah hasil normal tekanan √
darah pada orang dewasa ?
3 Apakah penyebab dari hipertensi? √
4 Kebiasaan manakah yang √
menyebabkan hipertensi ?
5 Hipertensi yang berkelanjutan √
dapat menyebabkan ?
6 Apakah gejala akibat penyakit √
hipertensi?
7 Manakah komplikasi yang bukan √
disebabkan dari penyakit
hipertensi?
8 Manakah yang merupakan usaha √
pencegahan pada penyakit
hipertensi ?
9 Apakah tanda-tanda seseorang √
menderita hipertensi ?
10 Apa faktor risiko hipertensi yang √
tidak dapat diubah ?
11 Usia berapakah yang berisiko √
tinggi terkena penyakit
hipertensi ?
12 Faktor-faktor yang dapat √
meningkatkan resiko hipertensi?
13 Pada usia berapakah yang beresiko √
terkena hipertensi?
14 Makanan apakah yang dianjurkan √
untuk pasien hipertensi ?
15 Apa yang harus dilakukan pasien √
hipertensi agar tekanan darah tetap
terkontrol ?
Lampiran 4
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang Hipertensi pada lansia, sasaran dapat
mengetahui:
1. Pengertian Hipertensi
menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90mmHg
(Dewi, 2013). Hipertensi pada lanjut usia diartikan sebagai tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg ditemukan
dua kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang berbeda (JNC VI,
2. Klasifikasi Hipertensi
adalah WHO dalam Ode (2012) membagi klsifikasi hipertensi menjadi tiga
yaitu:
a. Hipertensi tingkat I
b. Hipertensi tingkat II
Normal ≤ 120 ≤ 80
3. Etiologi Hipertensi
menjadi dua,yaitu:
genetic.
1) Faktor genetic
Wilson, 2012).
3) Faktor usia
1) Pola makan
Pola makan tinggi gula akan menyebabkan penyakit diabetes
Makanan tinggi kalori, lemak total, lemak jenuh, gula, dan garam
akan oksigen, serta obesitas kan berperan dalam gaya hidup pasif
2) Kebiasaan merokok
Individu yang lebih dari satu pak rokok perhari menjadi dua kali
3) Aktivitas fisik
individu yang aktif secara fisik memiliki resiko 30-35% lebih besar
asupan garam yang tinggi, kuarng olah raga, genetic, obesitas, ateroskleosis,
2012).
4. Patofisiologi Hipertensi
medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik
yang berlajut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan
perlahan yang meluas dan mengambil tempat pada pembulu darahbesar dan
pembulu darah kecil pada organ-organ seperti jantung, ginjal, dan pembulu
darah otak. Pembulu seperti aorta, arteri coroner, arteri basiler yang ke otak
begitu juga ke otak dan ekstremitas bawah bias juga terjadi kerusakan
pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain: sakit
kabur atau ganda, tinnitus (telinga bordering), serta kesulitan tidur (Wahdah,
2011).
6. Komplikasi Hipertensi
a. Serangan jantung
Serang jantung diakibatkan oleh aliran darah melalui arteri koroner yang
b. Stroke
c. Kerusakan Ginjal
d. Atrial Fibrilation
(Wahdah, 2011).
139 mmHg atau TDD 85-89 mmHg), riwayat keluarga ada yang menderita
hipertensi, obesitas, tidak aktif secara fisik, atau banyak minum alcohol dan
kloride, aktifitas alcohol, pengendalian stress, suplementasi fish oil dan serat
(Wahdah, 2011).
8. Penatalaksanaan Hipertensi
Cara non farmakologis dengan menurunkan berat badan pada penderita ynag
gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan hidup,
olah raga secara teratur dan control tekanan darah secara teratur. Sedangkan
hipertensi seperti diuretic seperti HCT, Higroton, Lasix. Beta bloker seperti
hipertensi.