Oleh :
YOGA AFRISANDI 201402055
i
SKRIPSI
Oleh :
YOGA AFRISANDI
201402055
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
iii
PENGESAHAN
Dewan Penguji
Mengesahkan,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Yang utama dari segalanya, sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.
Atas rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar yang telah memberikan
kemudahan, kelancaran, dan kekuatan yang luar biasa kepada saya sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan, Sholawat serta salam selalu terlimpahkan
keharibaan Rasullah Muhammad SAW. Semoga keberhasilan ini menjadi satu
langkah awal bagi saya untuk meraih cita-cita saya. Amin-amin Ya
Rabbal’alamin. Kupersembahkan ini untuk ;
1. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan doa, semangat, nasehat dan kasih
sayang serta pengorbanan yang tak terkira sehingga aku selalu kuat dalam
menjalani segala rintangan. Kalian ikhlas demi hidupku tanpa kenal lelah,
dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga segalanya. Terima kasih telah
kau lahirkan aku dari rahim seorang perempuan yang begitu penyayang dan
tangguh serta seorang laki-laki yang begitu ikhlas menjagaku.
2. Bapak dan Ibu dosen pembimbing serta penguji ;
- Bapak H. Edy Bachrun, S.KM., M.Kes Selaku Penguji
- Bapak Priyoto,S.Kep.,Ns.,M.Kes Selaku Pembimbing I
- Ibu Retno Widiarini, S.KM., M.Kes Selaku Pembimbing II
Terima kasih telah sabar dalam memberikan bimbingan, nasehat dukungan,
mendengarkan keluh kesah kesulitan saya, menuntun, mengarahkan saya agar
menjadi lebih baik hingga terseleseikan ini. Terima kasih dosen pengajar
telah ikhlas memberikan pelajaran, dan pengetahuan tak ternilai harganya.
3. Semua dosen STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN terimakasih
telah mendidik dan membimbing selama ini. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan dan ilmu yang telah diajarkan.
4. Keluarga dan saudaraku yang telah tulus ikhlas memberikan doa nya
untukku, semangat dan dukunganya.
5. Teman-temanku yang telah bersama selama 4 tahun mengarungi perjuangan
kuliah Kelas A dan B Keperawatan Angkatan 2014. Terimakasih banyak
semuanya tanpa kalian kehidupan kampusku tidak akan berwarna,
terimakasih atas bantuan, doa, semangat, nasehat, dan hiburan yang selama
ini kalian berikan.
v
MOTTO
“Keep thinking the out of the box. Keep executing the inside of the box”
vi
LEMBAR PERNYATAAN
Yoga Afrisandi
NIM. 201402055
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi :
Agama : Islam
No. Hp : 085-377-775-412
Email : yogaafrisandi77@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
Sekarang
viii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................ 7
1.4.1 Manfaat Praktis .................................................................................. 8
1.5 Keaslian Penelitian ...................................................................................... 9
ix
2.2 Konsep Insomnia ........................................................................................ 28
2.2.1 Definisi Insomnia .............................................................................. 28
2.2.2 Etiologi Insomnia .............................................................................. 29
2.2.3 Jenis-Jenis Insomnia .......................................................................... 30
2.2.4 Faktor-Faktor Penyebab Insomnia ..................................................... 30
2.2.5 Gejala Pada Insomnia ........................................................................ 32
2.2.6 Dampak Dari Insomnia ...................................................................... 33
2.2.7 Penatalaksanaan Insomnia Pada Lansia ............................................ 33
2.2.8 Intervensi Keperawatan Penanganan Insomnia Pada Lansia ............ 34
2.2.9 Alat Ukur Insomnia ........................................................................... 36
2.3 Konsep Teknik Relaksasi Otot Progresif .................................................... 40
2.3.1 Definisi Teknik Relaksasi Otot Progresif .......................................... 40
2.3.2 Teori Terapi Relaksasi Otot Progresif ............................................... 40
2.3.3 Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif ............................................ 41
2.3.4 Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif ........................................... 41
2.3.5 Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif ................................ 42
2.3.6 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan ...................................................... 42
2.3.7 Mekanisme Kerja Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Penurunan Insomnia .......................................................................... 42
2.3.8 Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif ............................................ 43
2.4 Kerangka Teori ........................................................................................... 50
x
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 70
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 71
5.1.2 Data Umum Responden ..................................................................... 71
5.1.3 Data Khusus Responden .................................................................... 73
5.2 Pembahasan ................................................................................................. 75
5.2.1 Identifikasi Tingkat Insomnia Sebelum Diberikan Terapi Relaksasi
Otot Progresif Terhadap Gangguan Tidur (Insomnia) Pada Lansia
Di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kecamatan Bendo Kabupaten
Magetan .............................................................................................75
5.2.2 Identifikasi Tingkat Insomnia Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi
Otot Progresif Terhadap Gangguan Tidur (Insomnia) Pada Lansia
Di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kecamatan Bendo Kabupaten
Magetan ............................................................................................. 76
5.2.3 Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Perubahan
Gangguan Tidur (Insomnia) Pada Lansia Di Posyandu Mawar Desa
Kledokan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan ............................ 78
5.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 85
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR ISTILAH
xv
One group : Satu kelompok.
Palpitasi : Detak jantung cepat.
Pembuluh darah perifer : Pembuluh darah tepi.
Peripheral vascular disease : Suatu kondisi di mana plak menumpuk di dalam
pembuluh darah.
Pigmen : Zat yang memberi warna pada jaringan kulit.
Refluks disease : Penyakit asam lambung.
Regenerasi : Menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak.
Residu : Segala pengendapat suatu zat.
Respiratori : Sistem pernafasan.
SA node : Sel yang ditempatkan dinding atrium kanan.
Saliva : Air liur.
Sekresi : Selepasan zat kimia oleh sel tubuh dan kalenjar.
Sel chief : Sel yang memproduksi pepsinogen.
Sel kalenjar : Organ tubuh yang mensintesa suatu zat untuk
dikeluarkan.
Sel pariental : Sel yang memproduksi asam lambung.
Selulosa : Senyawa organik.
Sensori : Rangsangan dari luar tubuh.
Sfingter pupil : Kumpulan serabut otot untuk menutup jalur atau
membuka alamiah pupil.
Sklerosis : Penyakit yang diakibatkan oleh penebalan
pembuluh nadi.
Sleep apnea obstruktif : Keadaan dimana berhentinya nafas saat tidur.
Spermatozoa : Sel dari sistem reproduksi laki-laki.
Ulkus peptikum : Luka pada lapisan mukosa.
xvi
DAFTAR SINGKATAN
xvii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan moral kepada penulis, untuk
Husada Mulia Madiun yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada
skrisi ini.
xviii
4. Bapak Priyoto, S.Kep.,Ns., M.Kes selaku Dosen Pembimbing 1 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan serta tulus dan ikhlas
5. Ibu Retno Widiarini, SKM., M.Kes selaku Dosen Pembimbing 2 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan serta tulus dan ikhlas
6. Seluruh Staf Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan dan selaku Ketua Kader
7. Kedua Orang tua saya Bapak Muhammad Saean dan Ibu Siti Ngaisah yang
Madiun angkatan 2014 yang telah memberi dorongan dan bantuan berupa
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
xix
Yoga Afrisandi
NIM. 201402055
ABSTRAK
YOGA AFRISANDI
201402055
xx
ABSTRACT
YOGA AFRISANDI
201402055
Insomnia is one of the main disorders in starting and sleep among elderly.
Insomnia is defined as a complaint about the lack of quality sleep caused by one
of the difficulty entering sleep, often awakening late night then difficulty getting
back to sleep, waking up too early, and not sleeping well. Poor quality of elderly
sleep is caused by increased sleep likelihood, reduced sleep efficiency and early
awakening due to aging process.
This type of research is one group pretest-posttest with pre-experimental.
The sample size used in this research is 25 respondents. The sampling technique
used is purposive sampling. Methods of data collection using questionnaires.
Statistic test used in this research is Wilcoxon Sign Rank Test with α 0,05.
The results of this research known that there are differences before and
after therapy is given progressive muscle relaxation. Wilcoxon Sign Rank Test
analysis results obtained p value 0.000 <0.05 is there is the effect of progressive
muscle relaxation therapy on changes sleep disorders (insomnia) on elderly at
Posyandu Mawar, Kledokan Village, Bendo Subdistrict, Magetan District.
Thus can be expected sleep disorder sufferer (insomnia) should apply
progressive muscle relaxation therapy to reduce insomnia level. The purpose of
this study is to find out whether there is the effect of progressive muscle relaxation
therapy on changes sleep disorders (insomnia) on elderly at Posyandu Mawar,
Kledokan Village, Bendo Subdistrict, Magetan District.
xxi
BAB 1
PENDAHULUAN
keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh satu dari sulit
memasuki tidur, sering terbangun malam kemudian kesulitan untuk kembali tidur,
bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak (Joewana dalam Triyadini,
2010). Kondisi ini membutuhkan perhatian yang serius. Buruknya kualitas tidur
dan terbangun lebih awal karena proses penuaan. Proses penuaan tersebut
sirkadian, dimana terjadi perubahan tidur lansia pada fase NREM 3 dan 4.
Sehingga lansia hampir tidak memiliki fase 4 atau tidur dalam (Stanley, 2006,
Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk
dapat berfungsi dengan baik. Masyarakat awam belum begitu mengenal gangguan
tidak ada orang yang meninggal karena tidak tidur adalah tidak benar. Beberapa
gangguan tidur dapat mengancam jiwa baik secara langsung (misalnya insomnia
yang bersifat keturunan dan fatal dan apnea tidur obstruktif) atau secara tidak
1
langsung misalnya kecelakaan akibat gangguan tidur. Di Amerika Serikat, biaya
kecelakaan yang berhubungan dengan gangguan tidur pertahun sekitar seratus juta
dolar. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Setiap
tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Sedangkan
gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%. Walaupun demikian,
hanya satu dari delapan kasus yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah
didiagnosis oleh dokter (Stuart dan Sundeen, 2003 dalam Priyoto, 2015).
orang yang lebih tua sekitar 65 tahun ke atas melaporkan sekitar 67% dari 1.508
lanjut usia di Amerika mengalami insomnia dan sebanyak 7,3% lanjut usia
pasangan atau teman dekat, peningkatan obat-obatan, dan penyakit yang dialami
proyeksi penduduk tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di
Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta),
tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta) (UN,
Menurut profil kesehatan kabupaten ponorogo tahun 2012 total jumlah lansia
40.814 lansia, dengan rincian laki-laki sebanyak 20.368 lansia dan perempuan
2
tahun 2012 total jumlah lansia 4.834 lansia dengan rincian laki-laki sebanyak
bulan Januari 2018 diperoleh data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan 2017
lansia terdiri dari laki-laki 52.580 lansia dan perempuan 64.559 lansia, di
lansia terdiri dari laki-laki 3.049 lansia dan perempuan 3.921 lansia, sedangkan
jumlah lansia di Desa Kledokan 376 lansia, dengan rincian lansia terdiri dari laki-
laki 166 lansia dan perempuan 210 lansia (Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan,
2017). Dari hasil survei lapangan yang di fokuskan di Posyandu Mawar Desa
menunjukkan sejumlah 45 lansia yang aktif ikut serta dalam kegiatan posyandu.
Dari 45 lansia tersebut saya berikan kuesioner dan dari hasil kuesioner didapatkan
60% lansia mengalami gangguan tidur (insomnia). Dan dari hasil wawancara
memulai tidur dan mempertahankan tidur, sering terbangun pada malam hari dan
sulit untuk tidur kembali serta terbangun lebih awal. Efek yang ditimbulkan
berupa pusing, lemas dan mengantuk disiang hari. Masalah inilah yang diangkat
gangguan tidur yaitu respon terhadap penyakit, stres emosi, depresi, pengaruh
3
lingkungan dan penggunaan obat-obatan. Penelitian (Khasanah dan Hidayati,
2012) mengidentifikasi tiga faktor utama penyebab gangguan tidur, yaitu keadaan
lingkungan yang berisik, merasakan nyeri, dan terbangun karena mimpi. Hasil
faktor pencahayaan dan inkontinensia urin sebagai penyebab gangguan tidur pada
lansia.
lain menurunnya daya tahan tubuh, menurunnya prestasi kerja, kelelahan, depresi,
keselamatan diri sendiri dan juga orang lain. Menurut (Malik, 2010),
tidur REM dapat menimbulkan keluhan pusing, kehilangan gairah, rasa malas,
(Syareef, 2008 sebagaimana dikutip Jesica, 2009), ditemukan 21,7% lansia yang
meningkatkan kualitas tidur lansia antara lain melakukan aktifitas fisik pendek,
rendam kaki dengan air hangat, minum-minuman hangat, membaca buku atau
kitab suci (Jesica, 2009); memadamkan lampu, latihan nafas dalam, atau
mengonsumsi obat tidur (Stevens, 2008). Menurut (Yang et al, 2012), latihan
meditasi, yoga dan self hypnosis dinilai cukup efektif untuk mengatasi gangguan
4
tidur, tetapi hal ini sulit diterapkan pada lansia. Selain itu, (Joshi, 2008) meyakini
bahwa efek rasa nyaman yang dihasilkan dari latihan relaksasi progresif juga
sebagai teknik terapi yang dapat membantu mengurangi kecemasan serta stres.
otot dalam suatu keadaan rileks. Teknik yang digunakan berdasarkan suatu
sekelompok otot dan kemudian rileks. Efek relaksasi otot progresif dapat
mengurangi nyeri akibat ketegangan, kondisi mental yang lebih baik, mengurangi
tekanan darah, meningkatkan kerja fisik dan memberi efek nyaman (Dhyani,
2015).
Berdasarkan hasil penelitian dari Nessma Putri dan Arif Widodo (2011),
pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap perubahan tingkat insomnia pada
lansia diposyandu lansia desa Gonilan Kartasura, menunjukkan hasil uji Mann
Whitney Test data post test skor insomnia diperoleh nilai Zhitung sebesar 2,993
dengan p-value lebih kecil dari 0,05 maka keputusan uji adalah Ho ditolak yang
artinya terdapat perbedaan post test insomnia antara kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol. Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis Wilcoxon Signed
Rank Test dan Mann Whitney Test adalah terdapat perubahan tingkat insomnia
pada lansia di posyandu lansia desa Gonilan Kartasura. Sedangkan hasil penelitian
5
Yuliana R. Kanender (2016), pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap
kualitas tidur lansia menunjukkan hasil dari analisa statistik dengan menggunakan
uji Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh Pvalue = 0,000 < α = 0,05 pada taraf
signifikan 95% atau tingkat kemaknaan 5%, artinya ada pengaruh terapi relaksasi
Manado. Oleh karena itu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk
Kabupaten Magetan.
6
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada
Kabupaten Magetan.
7
1.4.2 Manfaat Praktis
mahasiswa.
Diharapkan dari hasil penelitian ini berguna sebagai alternatif yang dapat
digunakan oleh lanjut usia dalam memelihara pola tidur yang baik.
3. Bagi Peneliti
selanjutnya.
8
1.5 Keaslian Penelitian
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas baik
Padila (2013), tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan
kebutuhan dalam hidup. Menua ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
yang memutih dan penurunan fungsi kognitif lainya secara alamiah. Lansia
digolongkan menjadi dua yakni lansia potensial dan tidak potensial. Lansia
potensial adalah orang yang masih mampu melakukan aktifitasnya dengan baik
dan melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan baik barang maupun jasa.
Sementara lansia yang tidak potensial orang yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain, seperti lansia penghuni
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas
10
dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi
manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru
dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda,
11
penglihatan semakin memburuk, gerakan melambat, dan figur tubuh yang tidak
berkisar antara 60-65 tahun (Padila, 2013). Beberapa pendapat para ahli tentang
4. Usia sangat tua (very old) yaitu yang lebih dari 90 tahun
12
4. Masa dewasa lanjut (usia 65-75 tahun)
2. Usia dewasa penuh (midlle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun
3. Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :
Undang–Undang tersebut lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur
13
2.1.3 Proses Menua (Aging Proces)
kehidupan manusia. Proses menua adalah proses sepanjang hidup yang tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
remaja, dewasa, dan lansia. Tahapan berbeda ini dimulai baik secara biologis
maupun psikologis.
fisik yang di tandai dengan kulit menjadi keriput karena berkurangnya bantalan
mulai ompong, aktivitas menjadi lambat, nafsu makan berkurang dan kondisi
kesejahteraan lanjut usia pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun
adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit akan tetapi merupakan
Proses penuan terdiri atas teori-teori tentang penuaan, aspek biologis pada
proses menua, proses penuaan pada tingkat sel, proses penuaan menurut sistem
tubuh, dan aspek psikologis pada proses penuaan (Padila, 2013). Adapun faktor
yang mempengaruhi proses penuaan tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian.
14
Bagian pertama faktor genetik melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap stress,
meliputi masuknya kalori, berbagai macam penyakit, dan stress dari luar.
Misalnya radiasi atau bahan-bahan kimia. Dari kedua faktor tersebut dapat
stress oksigen sehingga akan terjadi kerusakan pada sel yang bisa mengakibatkan
Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses
menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat individual, dimana proses
menua pada setiap orang terjadi dengan usia yang berbeda, dan tidak ada satu
belum tergolong tua (masih muda), tetapi telah menunujukan kekurangan yang
mencolok. Adapun orang yang tergolong lanjut usia penampilannya masih sehat,
bugar, badan tegap, akan tetapi meskipun demikian harus di akui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering di alami oleh lanjut usia. Misalnya, hipertensi,
semuanya bisa di terima. Teori-teori itu dapat di golongkan dalam dua kelompok,
yaitu yang termasuk kelompok teori biologis dan teori psikososial (Padila, 2013).
A. Teori biologis :
15
Menurut Hay ick (1965) dalam Padila (2013), secara senetik sudah
jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis. Teori ini didasarkan pada
Hal ini disebabkan oleh karena sel-sel sudah tua dan reaksi kimianya
4) Teori genetic
Menurut teori ini, menua telah terprogram secara genetic untuk spesies-
yang deprogram oleh molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada
5) Teori imunologi
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
16
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah. System imune menjadi
6) Teori stress-adaptasi
terpakai.
B. Teori psikososial
kebebasan.
bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia tua bisa jadi
3) Teori sosiokultural
17
1. Teori pembebasan (disengagement theory)
1. Kehilangan peran
3. Berkurangnya komitmen
2. Teori aktifitas
18
2.1.5 Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Usia Lanjut :
baik fisik, sosial, mental, dan moral spiritual, yang keseluruhannya saling terkait
antara satu bagian dengan bagian yang lainnya. Dan perlu kita ingat bahwa tiap-
tiap perubahan perlu penyesuaian diri, padahal pada kenyataan semakin menua
berbagai perubahan yang terjadi dan disinilah terjadi berbagai gejolak yang harus
di hadapi setiap kita yang memulai menjadi menua. Gejolak-gejolak itu antara lain
dari sistem integumentary, sistem rangka, sistem otot, sistem saraf, sistem
Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat
1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang
menetap.
19
9. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
sebagai berikut :
jantung.
b. Atropi dari sel kelenjar, sel pariental, dan sel chief akan menyebabkan
20
c. Ukuran lambung pada lansia menjadi kecil, sehingga daya tampung
turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20% pada usia
60 tahun.
pada lansia.
tubuh.
muskuloskeletal :
(atropi otot).
21
b. Ukuran otot mengecil dan penurunan massa otot lebih banyak terjadi pada
ekstremitas bawah.
c. Sel otot yang mati di gantikan oleh jaringan ikat dan lemak.
d. Kekuatan atau jumlah daya yang dihasilkan oleh otot menurun dengan
bertambahnya usia.
sampai 80 tahun.
Sistem endocrine mempunyai fungsi yaitu sebagai sistem yang utama dalam
perubahan yang terjadi pada sistem endocrine yang di alami oleh dewasa
lanjut atau lanjut usia yaitu produksi hormon hampir semua menurun, fungsi
tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya
produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH, menurunya produksi aldosteron,
22
menurunya sekresi hormon gonads, progesteron, estrogen, dan testosterone,
Perubahan pada sistem integumentary yang terjadi pada dewasa lanjut yaitu
kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang
begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi, kulit pucat dan
sel-sel yang memproduksi pigmen, menurunya aliran darah dalam kulit juga
menyebabkan penyembuhan luka-luka kurang baik, kuku pada jari tangan dan
kaki menjadi tebal dan rapuh dan temperatur menurun akibat kecepatan
Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem saraf pada dewasa lanjut atau
koordinasi tubuh, dan membuat dewasa lanjut menjadi cepat pikun dalam
mengingat sesuatu.
23
8. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut system genetourinari :
kotoran dari saluran darah. Kondisi kronik, seperti diabetes atau tekanan
darah tinggi, dan beberapa pengobatan dapat merusak ginjal. Dewasa lanjut
Perubahan yang terjadi pada sistem perkemihan pada dewasa lanjut yaitu
air kecil meningkat, terkadang terjadi mengompol, dan aliran darah ke ginjal
9. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut system sensori (Panca Indera)
Perubahan pada panca indera. Pada haketnya panca indra merupakan suatu
kumpulan sel yang mempunyai fungsi yang sama karena mengalami proses
penuan (aging) sel telah mengalami perubahan bentuk maupun komposisi sel
tidak normal. Maka secara otomatis fungsi indera pun akan mengalami
penurunan. Hal ini dapat dilihat pada orangtua yang secara berangsur-angsur
kesanggupan melihat secara fokus objek yang dekat bahkan ada yang menjadi
24
rabun, demikian juga indera pengkecap, perasa, dan penciuman berkurang
sensitivitasnya.
sebagai berikut :
diri.
tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tau diri, tidak mempunyai inisiatif
3. Tipe Defensif ; Orang ini dulunya mempunyai pekerjaan atau jabatan tidak
5. Tipe Membenci ; Orang ini bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam Padila,
25
1) Tipe arif bijaksana
2) Tipe mandiri
menuntut.
4) Tipe pasrah
5) Tipe bingung
(kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci
26
2.1.7 Tugas Perkembangan Lansia
1. Permasalahan umum
lanjut usia
kesejahteraan lansia
27
2. Permasalahan khusus
masyarakat individualistic.
paling umum di kalangan orang Indonesia, Hal ini dapat berupa akut, berlangsung
Insomnia Transient - terjadi ketika gejala berlangsung dari beberapa hari sampai
beberapa minggu, b) Insomnia akut - juga disebut jangka pendek insomnia. Gejala
28
kualitas maupun kuantitas. Insomnia bisa menjadi kronis, maupun bisa
atau kejiwaan. Insomnia bisa mempengaruhi sistem saraf, juga bisa menyebabkan
mempertahankan tidur (sering terbangun pada saat tidur) dan bangun terlalu awal
dan merasa badan tidak enak meskipun sudah tidur (Kaplan dan Sadock 1997,
2. Orang yang lebih tua cenderung mengalami kondisi yang berlawanan dengan
4. Orang yang lebih tua cenderung mempunyai keinginan untuk tidur siang yang
29
Insomnia kronis lebih kompleks lagi dan seiring kali diakibatkan faktor
dikehidupan dini. Terkadang gangguan tidur ini sudah ada sejak lahir dan
a. Insomnia ringan atau hanya sementara biasanya dipicu oleh stres, suasana
masalah jadwal tidur dan bangun yang tidak teratur, efek samping
pengobatan.
kelainan tidur (seperti tidur apnea), diabetes, sakit ginjal, atritis atau penyakit
30
sepanjang waktu karena ingin melepaskan dari masalah yang dihadapi. Depresi
1. Usia lanjut (insomnia lebih sering terjadi pada orang berusia diatas 60 tahun.
Gangguan tidur atau insomnia pada kelompok usia lanjut cukup tinggi, waktu
normal orang tidur pada orang dewasa adalah 7-8 jam, namun bagi orang tua/
lansia orang yang berusia 60 tahun sering terjadi gangguan tidur (Prayitno,
2002).
2. Riwayat depresi/penurunan.
a. Stres.
b. Suasana ramai/berisik.
31
2. Depresi
tidur terus sepanjang waktu karena ingin melepaskan diri dan masalah yang
dihadapi.
5. Pola Makan yang Buruk Mengkonsum makanan berat saat sebelum tidur bisa
7. Kurang Berolahraga. Juga bisa menjadi faktor sulit tidur yang signifikan.
1. Gejala fisik
b. Merasa lelah saat bangun tidur dan tidak merasakan kesegaran. Mereka
sekali.
c. Sakit kepala dipagi hari. ini sering disebut efek mabuk, padahal nyatanya
32
d. Mata memerah.
2. Gejala Psikis
a. Kesulitan berkonsentrasi.
b. Mudah marah.
33
4. Jaga agar tempat tidur bebas dari kebisingan dan gangguan, seperti telepon
atau televisi.
8. Bila anda terus terjaga di malam hari, hindari waktu yang terang.
4. Siapkan alarm dan bangun diwaktu yang sama setiap pagi tanpa
tindakan yang dapat dilakukan keluarga ataupun perawat antara sebagai berikut
(Asmadi, 2008) :
1. Tidur hanya disaat sudah mengantuk hal ini bisa mengurangi saat-saat terjaga
ditempat tidur.
34
3. Istirahat dan rileks merupakan cara yang sangat baik. Tetapi jangan
berlebihan.
5. Minum susu hangat sebelum tidur dapat menenangkan sistem saraf, dan
membuat rileks.
6. Makanlah makanan ringan. Dengan sedikit makan ringan yang rendah protein
dan tinggi karbohidrat, dan kue yang disantap kira-kira sejam sebelum waktu
9. Tidur diruangan yang berventilasi baik, udara segar dan ruangan yang
10. Tidur dengan posisi yang benar tidur terlentang mungkin posisi terbaik untuk
rileks.
12. Jangan tidur terlalu lama, bangunlah pada jam yang sama setiap hari.
13. Membuat rileks jari-jemari kaki. Keadaan tubuh yang rileks adalah hal yang
dapat bermanfaat untuk sementara waktu, tetapi hanya boleh menjadi upaya
35
untuk lansia. Jika terdapat bukti-bukti adanya kondisi pada lansia, obat-obatan
2004).
Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur (insomnia) dari subyek
Insomnia Rating Scale). Alat ukur ini mengatur masalah insomnia secara
terperinci, misalnya masalah gangguan masuk tidur, lamanya tidur, kualitas tidur
Insomnia Rating Scale dan nilai skoring dari tiap item yang dipilih oleh subjek
1. Lamanya tidur
Butir ini untuk mengevaluasi jumlah jam tidur total, nilai butir ini tergantung
dari lamanya subyek tertidur dalam satu hari. Untuk subyek normal lamanya tidur
biasanya lebih dari 6 jam 30 menit nilai yang diperoleh adalah 0, sedangkan pada
penderita insomnia memiliki lama tidur yang lebih sedikit. Nilai yang diperoleh
dalam jawaban tidur antara 5 jam 30 menit – 6 jam 30 menit adalah 1. Nilai 2
untuk jawaban tidur antara 4 jam 30 menit – 5 jam 30 menit. Nilai 3 untuk
2. Bermimpi
Subyek normal biasanya tidak bermimpi atau tidak mengingat bila ia mimpi
mempunyai mimpi yang lebih banyak atau selalu bermimpi dan kadang-kadang
36
mimpi buruk. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai 0 untuk
jawaban tidak ada mimpi. Nilai l untuk jawaban terkadang bermimpi dan mimpi
Nilai 3 untuk jawaban mimpi buruk atau mimpi yang tidak menyenangkan.
3. Kualitas tidur
tidurnya dangkal. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai O
untuk jawaban sangat lelap dan sulit untuk terbangun. Nilai 1 untuk jawaban
terhitung tidur yang baik, tetapi mudah untuk terbangun. Nilai 2 untuk jawaban
4. Memulai tidur
Subyek normal biasanya dapat tertidur dalam waktu 5-15 menit. Penderita
insomnia biasanya lebih lama dari 15 menit. Nilai yang diperoleh dalam setiap
jawaban adalah : Nilai O untuk jawaban kurang dari 5 menit. Nilai 1 untuk
jawaban antara 6-15 menit. Nilai 2 untuk jawaban antara 16-29 menit. Nilai 3
untuk jawaban antara 30-44 menit. Nilai 4 untuk jawaban antara 45-60 menit.
terbangun 3-4 kali. Nilai 3 untuk jawaban lebih dari 4 kali terbangun.
37
malam hari biasanya kurang dari 5 menit mereka dapat tertidur kembali. Penderita
insomnia memerlukan waktu yang panjang untuk tidur kembali. Nilai yang
diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai 0 untuk jawaban kurang dari 5
menit. Nilai 1 untuk jawaban antara 6-15 menit. Nilai 2 untuk jawaban antara 16-
insomnia biasanya bangun lebih cepat (misal 1-2 jam sebelum waktu untuk
bangun). Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai O untuk
jawaban sekitar waktu bangun tidur anda. Nilai l untuk jawaban bangun 30 menit
lebih awal dari waktu bangun tidur anda dan tidak dapat tertidur lagi. Nilai 2
untuk jawaban bangun I jam lebih awal dari waktu bangun tidur anda dan tidak
dapat tertidur lagi. Nilai 3 untuk jawaban terbangun lebih dari I jam lebih awal
dari waktu bangun tidur anda dan tidak dapat tertidur lagi.
Subyek normal merasa segar setelah tidur di malam hari. Akan tetapi
penderita insomnia biasanya bangun dengan tidak segar atau lesu. Nilai yang
diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai O untuk jawaban merasa segar.
Nilai 1 untuk jawaban tidak terlalu baik. Nilai 2 untuk jawaban sangat buruk.
38
Tabel 2.1 Instrumen Variabel Dependen Insomnia Kuesioner IRS ( Insomnia
Rating Scale )
Cek Skor
NO Indikator Pertanyaan
List (√)
Berapa lama/jam Lebih dari 6 jam 30 menit
anda tidur dalam Antara 5 jam 30 menit – 6 jam 30 menit
1
sehari ? Antara 4 jam 30 menit – 5 jam 30 menit
Kurang dari 4 jam 30 menit
Tidak bermimpi
Terkadang bermimpi dan mimpi yang
2 Mimpi-mimpi menyenangkan
Selalu bermimpi dan mimpi yang mengganggu
Selalu mimpi buruk dan tidak menyenangkan
Sangat lelap dan sulit untuk terbangun.
3 Kualitas tidur Tidur yang lelap tetapi mudah untuk terbangun.
Tidur yang tidak nyenyak dan mudah terbangun
Kurang dari 5 menit.
Antara 6-15 menit.
Antara 16-29 menit.
4 Memulai tidur Antara 30-44 menit.
Anatara 45-60 menit.
Lebih dari 1 jam.
Tidak terbangun.
Berapa banyak
Terbangun 1-2 kali
5 anda terbangun
pada malam hari ? Terbangun 3-4 kali
Terbangun lebih dari 4 kali.
Kurang dari 5 menit.
Waktu untuk tidur Antara 6-15 menit.
6 kembali setelah
terbangun Antara 16-60 menit.
Lebih dari 60 menit.
Terbangun sekitar waktu bangun anda.
Bangun 30 menit lebih awal dan tidak dapat
tertidur lagi.
Terbangun lebih
7 Bangun 1 jam lebih awal dan tidak dapat
cepat
tertidur lagi.
Lebih dari 1 jam terbangun lebih awal dan tidak
dapat tidur lagi.
Badan terasa segar
Perasaan waktu
8 Tidak terlalu baik.
terbangun.
Sangat buruk.
TOTAL
Total skor pernyataan di kategorikan : 1. Tidak insomnia ( skor <8 )
39
2.3 Konsep Teknik Relaksasi Otot Progresif
progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi,
pada kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran dengan ketegangan otot
(Davis, 1995). Teknik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu
relaks (Herodes, 2010). Teknik relaksasi otot progresif merupakan suatu terapi
relaksasi yang diberikan kepada klien dengan menegangkan otot-otot tertentu dan
kemudian relaksasi. Relaksasi progresif adalah salah satu cara dari teknik
Salah satu kebutuhan dasar lansia adalah kebutuhan tidur dan istirahat.
Sekitar 60% lansia mengalami insomnia atau sulit tidur. Stress terhadap tugas
seseorang bila tidak diatasi. Semua ini dapat menyebabkan gangguan tidur atau
insomnia. Insomnia pada klien dapat diatasi dengan cara nonmedikasi yaitu
dengan terapi relaksasi sehingga seseorang kembali pada saraf normal (Alim,
40
2009). Salah satu terapi relaksasi adalah dengan terapi relaksasi otot progresif
yang dapat membuat tubuh dan pikiran terasa tenang,relaks, dan memudahkan
Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan potter (2005) dalam Setyoadi
3) Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak
41
2.3.5 Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
menggerakkan badannya.
sendiri.
3. Perhatikan posisi tubuh. Lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari dengan
posisi berdiri.
5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali.
Insomnia
tercapai keadaan relaks dan tenang. Perasaan rileks ini akan diteruskan ke
42
hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF) yang
otot, tekanan darah, serta gelombang alfa dalam otak sehingga mudah untuk
1. Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang
dan sunyi.
43
d. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya
mengikat ketat.
terjadi.
4. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga lansia dapat
dialami.
44
C. Gerakan 3: (Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar padabagian atas
pangkal lengan).
menjadi tegang.
kedua telinga.
45
E. Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti dahi,
1. Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot
otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi
mulut.
belakang.
46
1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot
atas.
2. Punggung dilengkungkan.
menjadi lurus.
banyaknya.
47
3. Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega. Ulangi sekali
relaks.
dilepaskan bebas.
M. Gerakan 14-15: Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan
betis).
48
4. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
49
BAB 3
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain dari masalah yang diteliti (Notoatmojo, 2012).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi insomnia pada
lansia :
- Stres atau kecemasan
- Depresi Terapi relaksasi
- Kelainan kronis Insomnia otot progresif
- Efek samping pengobatan
- Pola makan yang buruk
- Kafein, nikotin, dan
alkohol
- Kurang berolahraga
Keterangan :
: Diteliti : Mempengaruhi
50
Gambar 3.1 Dalam proses ini dijelaskan bahwa ada pengaruh terapi
(sering terbangun pada saat tidur) dan bangun terlalu awal dan merasa badan tidak
lansia yaitu stres atau kecemasan, depresi, kelainan kronis, efek samping
pengobatan, pola makan yang buruk, kafein nikotin alkohol, dan kurang
otot progresif, teknik relaksasi otot progresif merupakan suatu terapi relaksasi
kemudian relaksasi. Terapi relaksasi otot progresif ini yang akan mempengaruh
hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat di uji secara
empiris. Hipotesis atau dugaan (bukti) sementara diperlukan untuk memandu jalan
51
BAB 4
METODE PENELITIAN
kerja, populasi, sampel, teknik sampling, identifikasi variabel, definisi operasional, teknik
pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, etika penelitian, dan keterbatasan
yang diharapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun penelitian pada
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest. Pada
design ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol). Satu kelompok adalah
untuk menentukan kemampuan atau nilai awal responden sebelum perlakuan (uji
52
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi
Perlakuan O1 X O2
Keterangan :
4.2.1 Populasi
2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia penderita insomnia yang berada
27 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).
Sampel dalam penelitian ini adalah semua lansia penderita insomnia yang berada di
53
orang, karena populasinya kecil atau/lebih kecil dari 10.000 maka untuk menghitung
Keterangan :
n : Besar sampel
N : Besar populasi
= 25 orang
54
Dengan demikian setelah dilakukan perhitungan didapatkan jumlah sampel
sebanyak 25 responden.
sampel. Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil
terhadap variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013).
55
b. Lansia yang tidak bersedia menjadi responden.
yaitu tehnik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
ini menggunakan teknik non probality sampling berupa Purposive sampling yaitu
buat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah
akan dilakukan, meliputi siapa yang akan diteliti (subyek penelitian), variabel yang akan
56
Populasi :
Semua lansia penderita insomnia yang berada di Posyandu Mawar, Desa Kledokan,
Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan sebanyak 27 orang.
Sampel :
Sebagaian lansia yang menderita insomnia di Posyandu Mawar, Desa Kledokan, Kecamatan
Bendo, Kabupaten Magetan sebanyak 25 orang.
Pengumpulan Data :
kuesioner
Kelompok perlakuan
(pretest) (posttest)
Pengolahan Data
Analisis
57
4.5 Variabel Penelitian Dan Devinisi Operasional
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu
(Notoatmojo, 2012). Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu :
Variabel dependent adalah variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan
ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2013).
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
58
Tabel 4.2 Defisi Operasional Variabel
Defisi Skala
No Variabel Parameter Alat ukur Skor
operasional Ukur
59
2 Dependen Insomnia pada 1. Lamanya tidur Kuesioner Ordinal Total skor
Insomnia lansia adalah 2. Mimpi IRS pernyataan
pada salah satu 3. Kualitas tidur insomnia dikategorikan :
4. Masuk tidur
lansia. gangguan tidur rating
5. Terbangun malam Tidak
yang ditandai hari scale
dengan kesulitan insomnia
6. Waktu untuk tidur
memulai tidur kembali
(skor <8)
atau kesulitan 7. Terbangun dini hari
dalam 8. Perasaan waktu
Insomnia
mempertahankan bangun
(Siti A, 2013). ringan (skor 8-
tidur yang terjadi 13)
pada lansia.
Insomnia
sedang
(skor 13-18)
Insomnia berat
(skor >18)
60
4.6 Instrumen Penelitian
2013).
Waktu penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2018.
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subjek dan proses
1. Mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat ijin dari STIKES Bhakti
61
3. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat ijin Dinas Kesehatan Kabupaten
4. Mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat ijin dari Puskesmas Bendo
5. Setelah mendapat ijin dari kader posyandu peneliti memberi penjelasan kepada kader
posyandu tentang tujuan dan maksud penelitian. Serta memberi penjelasan kepada
inform consent.
7. Menjelaskan kontrak waktu penelitian pada responden yaitu sesuai waktu yang telah
ditentukan.
8. Sebelum diberikan terapi relaksasi otot progresif, responden ditanya terlebih dahulu
apakah sudah mengkonsumsi obat tidur, jika sudah mengkonsumsi obat responden
tidak diambil menjadi sampel penelitian. Lansia yang tidak mengkonsumsi obat tidur
9. Jika sampel memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, responden diberikan terapi
10. Membantu lansia penderita insomnia untuk melakukan terapi relaksasi otot progresif
yang dilakukan selama 20 menit berupa teknik relaksasi otot progresif selama 7 hari.
62
12. Kemudian hasil pengukuran insomnia sebelum dan sesudah pemberian terapi
pengolahan data oleh peneliti. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh terapi
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu diproses dan
dianalisis secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut ditabulasi dan
1. Editing
Editing adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat kembali apakah
isian pada lembar pengumpulan data sudah cukup baik sebagai upaya menjaga
kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut. Pada saat melakukan penelitian,
apabila ada soal yang belum diisi oleh responden maka responden diminta untuk
mengisi kembali.
2. Coding
menjadi bentuk angka. Pada penelitian ini diberikan kode antara lain yaitu
a. Umur
63
Usia lanjut lebih (65 tahun ke atas) :3
b. Jenis kelamin
Laki –laki :1
Perempuan :2
c. Pendidikan
Tidak sekolah :1
SD :2
SMP :3
SMA/SMK :4
Diploma/Sarjana :5
d. Pekerjaan
Tidak bekerja :1
Pedagang :2
Petani :3
Pegawai negeri : 4
Swasta :5
3. Entry
frekuensi.
4. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
64
kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan
5. Tabulating
para pembaca memahami laporan penelitian tersebut. Tahap akhir dari proses
pengolahan data.
1. Analisis Univariat
variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan terapi relaksasi otot
progresif dengan insomnia pada lansia. Penyajian dalam penelitian ini dalam bentuk
distribusi seperti : Usia, Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, uji Shapiro-Wilk untuk
mengetahui normalitas data, distribusi data dikatakan normal jika p > 0,05 dan tidak
normal jika nilai p < 0,05. Uji normalitas Shapiro-Wilk digunakan jika jumlah sampel ≤
50, pada penelitian ini jumlah sampel sebanyak 25 orang sehingga cocok menggunakan
2. Analisis Bivariat
65
Analisa bivariat dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan
populasi atau kelompok data independent yang mendapatkan teknik relaksasi otot
progresif. Dimana uji statistik yang digunakan yaitu uji Wilcoxon Sign Rank Tesk.
Peneliti menggunakan uji ini karena data yang didapatkan dari hasil penelitian setelah
dilakukan uji normalitas berdistribusi tidak normal dengan kemaknaan nilai α kurang dari
SPSS 16.0.
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia menjadi isu
sentral yang berkembang saat ini. Penelitian hampir 90% subjek yang dipergunakan
adalah manusia, maka peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Apabila
hal ini tidak dilaksanakan, maka peneliti akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia
yang kebetulan sebagai klien. Peneliti sering memperlakukan subjek penelitian seperti
memperlakukan kliennya, sehingga subjek harus menurut semua anjuran yang diberikan.
Padahal pada kenyataannya hal ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip etika
penelitian (Nursalam, 2013). Dalam melakukan penelitian ini, masalah etika meliputi :
pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy).
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
Setiap subyek mempunyai hak-hak dasar termasuk privasi dan kebebasan dalam
memberikan informasi. Subyek berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya
66
kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai
Menurut peneliti di dalam hal ini menjamin bahwa semua subjek penelitian
memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama,
etnis, dan sebagainya serta perlunya prinsip keterbukaan dan adil pada kelompok.
Keadilan dalam penelitian ini pada setiap calon responden, sama-sama diberi intervensi
meski responden tidak memenuhi kriteria inklusi. Perlakuan peneliti dengan memberikan
leaflet dan pendidikan kesehatan tentang perawatan insomnia kepada responden yang
tidak menjadi sampel setelah dilakukan pemberian kuesioner pre post test.
67
BAB 5
dilakukan pada tanggal 28 Mei 2018 sampai tanggal 03 Juni 2018 dengan jumlah
penelitian meliputi tujuan, manfaat, yang ada dalam penelitian yang akan
dilakukan, apabila lansia tersebut bersedia menjadi responden penelitian ini maka
Hasil dan pembahasan diuraikan secara one group pre-post test sesuai
dengan tujuan penelitian, dan data-data hasil penelitian disajikan dalam deskriptif
data, dan tabel dari pengumpulan data yang telah diisi oleh responden mengenai
Kabupaten Magetan.
penelitian, data umum dan data khusus. Data umum terdiri dari usia, jenis
68
insomnia sebelum diberikan terapi relaksasi otot progresif, tingkat insomnia
sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif dan pengaruh terapi relaksasi otot
dilakukan setiap bulan pada hari rabu pertama diawal bulannya. Setiap bulannya
yang aktif ikut serta dalam kegiatan posyandu yang dibantu oleh petugas
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Pada Lansia Di Posyandu Mawar Desa
Kledokan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan
No Usia Frekuensi Presentase (%)
1 Usia lanjut (55-64 tahun) 20 80
Usia lanjut lebih (65 tahun
2 5 20
keatas)
Jumlah 25 100
(Sumber : Data Primer, 2018)
69
2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pada Lansia Di Posyandu Mawar
Desa Kledokan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
1 Laki-laki 6 24
2 Perempuan 19 76
Jumlah 25 100
(Sumber : Data Primer 2018)
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Pada Lansia Di Posyandu Mawar Desa
Kledokan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan
No Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
1 Tidak Sekolah 9 36
2 SD 11 44
3 SMP 5 20
Jumlah 25 100
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Lansia Di Posyandu Mawar Desa
Kledokan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan
No Pekerjaan Frekuensi Presentase(%)
1 Tidakbekerja 5 20
2 Pedagang 4 16
3 Petani 16 64
Jumlah 25 100
(Sumber : Data Primer, 2018)
70
5.1.3 Data Khusus Responden
dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui pengaruh
terapi relaksasi otot progresif terhadap perubahan gangguan tidur (insomnia) pada
Magetan.
dengan mean 18,68, median 19,00, modus 20, dan standar deviasi 2,479 dari
71
Berdasarkan tabel 5.7 diatas, dapat dijelaskan bahwa tingkat insomnia
pada responden sesudah diberikan terapi yaitu minimal 3 dan maksimal 15 dengan
mean 8,72, median 8,00, modus 12, dan standar deviasi 3,247 dari keseluruhan
Tabel 5.7 Hasil Analisa Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Perubahan Gangguan Tidur (Insomnia) Pada Lansia Di Posyandu
Mawar Desa Kledokan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan
N Mean Median Modus SD Min Max
Hasil
Hasil
25 8,72 8,00 12 3,247 3 15
Sesudah
sebelum diberikan terapi yaitu minimal 13 dan maksimal 22 dengan mean 18,68,
median 19,00, modus 20, dan standar deviasi 2,479, sesudah diberikan terapi
relaksasi otot progresif yaitu minimal 3 dan maksimal 15 dengan mean 8,72,
median 8,00, modus 12, dan standar deviasi 3,247, maka dapat disimpulkan ada
perubahan tingkat insomnia dari sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi
otot progresif. Dari hasil uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan p-
value (0,000) ≤ α (0,05) artinya H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat
Kabupaten Magetan.
72
5.2 Pembahasan
maksimal 22 dengan mean 18,68, median 19,00, modus 20, dan standar deviasi
2,479. Faktor pola tidur, faktor aktivitas fisik yang kurang dan faktor pola makan
yang kurang sehat merupakan faktor yang dapat mempengaruhi insomnia pada
responden.
Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh widya (2010),
gangguan tidur pada lansia ini disebabkan oleh banyak faktor penyebab, baik itu
faktor fisik, psikologis, maupun mental. Gangguan tidur pada lansia salah satunya
satu faktor sulit untuk tidur karena lansia pada umumnya malas untuk melakukan
aktivitas fisik hal ini berdampak pada otot-otot tubuh yang mengalami ketegangan
otot progresif sangat perlu dilakukan untuk menjaga tubuh tetap sehat, terutama
pada usia lanjut yang sehari-hari kurang banyak melakukan aktivitas fisik. Dengan
terapi otot-otot tubuh menjadi relaks dan sirkulasi darah akan menjadi lancar
73
5.2.2 Identifikasi Tingkat Insomnia Pada Lansia Sesudah Diberikan Terapi
Relaksasi Otot Progresif Di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kecamatan
Bendo Kabupaten Magetan
insomnia pada responden sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif terdapat
penurunan dengan sebelum diberikan terapi relaksasi otot progresif yaitu minimal
3 dan maksimal 15 dengan mean 8,72, median 8,00, modus 12, dan standar
deviasi 3,247. Waktu tidur lansia bertambah dan akhirnya lansia dapat tidur
nyenyak.
tercapai keadaan relaks dan tenang. Perasaan rileks ini akan diteruskan ke
74
otot, tekanan darah, serta gelombang alfa dalam otak sehingga mudah untuk
terapi relaksasi otot progresif merupakan salah satu terapi yang dapat
lansia dapat dengan mudah mengawali tidur, kemudahan dalam mengawali tidur
akan berdampak pada lama tidur. Serta sebagian besar tingkat insomnia sesudah
signifikan.
menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan syarat dilakukan uji normalitas
diberikan terapi yaitu minimal 13 dan maksimal 22 dengan mean 18,68, median
19,00, modus 20, dan standar deviasi 2,479, sesudah diberikan terapi relaksasi
otot progresif terjadi penurunan yaitu minimal 3 dan maksimal 15 dengan mean
75
8,72, median 8,00, modus 12, dan standar deviasi 3,247, dengan nilai (p) yang
diperoleh yaitu 0,000 dan tingkat kemaknaan α = 0,05. Karena nilai (p) lebih kecil
dari nilai α, maka hal ini menyatakan bahwa terdapat penurunan yang signifikaan
antara sebelum pemberian terapi relaksasi otot progresif dan sesudah pemberian
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Alim, (2009). Insomnia pada
klien dapat diatasi dengan cara non medikasi yaitu dengan terapi relaksasi
sehingga seseorang kembali pada saraf normal. Salah satu terapi relaksasi adalah
dengan terapi relaksasi otot progresif yang dapat membuat tubuh dan pikiran
terasa tenang, relaks, dan memudahkan untuk tidur (Susanti, 2009 dalam
semua fungsi dimana kerjanya berlawanan dengan system saraf simpatis sehingga
tercapai keadaan relaks dan tenang. Perasaan rileks ini akan diteruskan ke
76
otot, tekanan darah, serta gelombang alfa dalam otak sehingga mudah untuk
Berdasarkan konsep teoritis dan hasil penelitian terkait yang ada sehingga
dapat peneliti simpulkan bahwa ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif
Desa Kledokan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan. Sehingga terapi ini dapat
faktor pola tidur, faktor aktivitas fisik yang kurang dan faktor pola makan yang
responden.
77
BAB 6
6.1 Kesimpulan
pembahasan yang terpapar dibab sebelumnya yang berjudul pengaruh terapi relaksai otot
progresif terhadap gangguan tidur (insomnia) pada lansia di Posyandu Mawar Desa
1. Sebelum diberikan terapi relaksasi otot progresif pada lansia di Posyandu Mawar
Desa Kledokan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan nilai minimal (13) dan
makimal (22), mean 18,68, median 19,00, modus 20, standar deviasi 2,479, N=25.
2. Sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif pada lansia di Posyandu Mawar
Desa Kledokan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan nilai minimal (3) dan
maksimal (15), mean 8,72, median 8,00, modus 12 dan standar deviasi 3,247, N=25.
3. Ada pengaruh terapi relaksai otot progresif terhadap gangguan tidur (insomnia) pada
6.2 Saran
Kabupaten Magetan
78
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terapi relaksasi otot progresif
dapat dilanjutkan untuk menurunkan tingkat gangguan tidur (insomnia) pada lansia
Diharapkan SKRIPSI ini dapat dijadikan referensi dan digunakan bagi mahasiswa
penelitian diantaranya adalah faktor pola tidur, faktor aktivitas fisik yang kurang dan
faktor pola makan yang kurang sehat merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
79
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo. 2004. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-3. Jakarta :
Penerbit Balai Penerbit FKUI.
Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan. 2018. Data Prevalensi Lansia Tahun 2017.
Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed.
Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders.
80
Nugroho, W.H. 2012. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. (Edisi ke 3). Jakarta :
EGC.
Potter dan Perry. 2005. Fundamentals of nursing conceps, process and practice.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Prayitno, A. 2002. Gangguan Pola Tidur Pada Kelompok Usia Lanjut Dan
Penatalaksanaanya. Jakarta : Kedokteran Tri Sakti.
Rafknowledge. 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Rahman. Arif. and Isnaeni, Yuli. 2014. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif
terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Unit
Abiyoso Pakem Sleman Yogyakarta. Skripsi thesis, STIKES 'Aisyiyah
Yogyakarta.
81
Lampiran : 1
82
Lampiran : 2
83
Lampiran : 3
Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Progam Studi
NIM : 201402055
Magetan”. Sehubungan dengan ini, saya mohon kesediaan Bapak atau Ibu untuk
Kerahasiaan data pribadi Bapak atau Ibu akan sangat kami jaga dan informasi
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan Bapak atau Ibu
Yoga Afrisandi
201402055
84
Lampiran : 4
(Informed Consent)
Nama :
Umur :
Alamat :
kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
mengetahui bahwa informasi yang akan saya berikan ini sangat bermanfaat bagi
85
Lampiran : 5
KUESIONER/CHECKLIST
INSOMNIA RATING SCALE
A. Identitas Responden
Jawablah beberapa pertanyaan ini sebagai identitas diri anda, yaitu sebagai
berikut :
1. Inisial nama :
2. Umur :
45-59 tahun 75-90 tahun
60-74 tahun >90 tahun
3. Jenis Kelamin :
laki-laki Perempuan
4. Pendidikan :
Tidak sekolah SD SMP SLTA Diploma/Sarjana
5. Pekerjaan :
Tidak bekerja Pedagang Petani Pegawai Negeri
Wiraswasta TNI/POLRI Lain-lain
86
C. Pertanyaan
NO Cek
Indikator Pertanyaan Skor
List (√)
1 Berapa lama/jam Lebih dari 6 jam 30 menit
anda tidur dalam Antara 5 jam 30 menit – 6 jam 30 menit
sehari ? Antara 4 jam 30 menit – 5 jam 30 menit
Kurang dari 4 jam 30 menit
2 Mimpi-mimpi Tidak bermimpi
Terkadang bermimpi dan mimpi yang
menyenangkan
Selalu bermimpi dan mimpi yang mengganggu
Selalu mimpi buruk dan tidak menyenangkan
3 Kualitas tidur Sangat lelap dan sulit untuk terbangun.
Tidur yang lelap tetapi mudah untuk terbangun.
Tidur yang tidak nyenyak dan mudah terbangun
INTERPRESTASI SKOR :
87
Lampiran : 6
TIDUR (INSOMNIA)
1. Pengertian
Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak
2011).
2. Tujuan
kecemasan
e. Kelelahan, aktivitas mental, latihan fisik dapat diatasi lebih cepat dengan
tehnik relaksasi
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan terapi
88
1. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri
sendiri.
5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua
kali.
4. Persiapan
I. Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan sunyi.
Persiapan klien:
1. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi pada
klien;
2. Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk dikursi dengan kepala
4. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat ketat
89
Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan.
kepalan.
yang dialami.
kanan.
bagian belakang.
langit-langit.
lengan).
kepalan.
90
Gerakan 4: ditujukan untuk melatih otot bahu supaya
mengendur.
keriput.
91
Gerakan 8: ditujukan untuk mengendurkan otot-otot
depan.
punggung atas.
begian depan.
muka.
92
Gerakan 11: ditujukan untuk melatih otot punggung
2. Punggung dilengkungkan.
dengan lega.
93
Gerakan 14: ditujukan untuk melatih otot-otot kaki
dilepas.
III. Terminasi
94
Lampiran : 7
LEMBAR OBSERVASI
No. Responden :
Usia :
Jenis Kelamin :
95
Lampiran : 8
Penatalaksanaan
NO LANGKAH-LANGKAH
Dilakukan Tidak dilakukan
1. Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan.
1. Genggam tangan kiri sambil membuat
suatu kepalan.
2. Buat kepalan semakin kuat sambil
merasakan sensasi ketegangan yang
terjadi.
3. Pada saat kepalan dilepaskan, klien
dipandu untuk merasakan relaks
4. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan
dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan relaks yang
dialami.
5. Prosedur serupa juga dilatihkan pada
tangan kanan.
2. Gerakan 2: ditujukan untuk melatih otot tangan
bagian belakang.
Tekuk kedua lengan ke belakang pada
pergelangan tangan sehingga otot di tangan
bagian belakan dan lengan bawah menegang,
jari-jari menghadap ke langit-langit.
3. Gerakan 3 : ditujukan untuk melatih otot biseps
(otot besar pada bagian atas pangkal lengan).
1. Genggam kedua tangan sehingga menjadi
kepalan.
2. Kemudian membawa kedua kepalan ke
pundak sehingga otot biseps akan menjadi
tegang.
4. Gerakan 4 : ditujukan untuk melatih otot bahu
supaya mengendur.
1. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya
seakan-akan hingga menyantuh kedua
telinga.
2. Fokuskan perhatian gerakan pada kontras
ketegangan yang terjadi di bahu,
punggung atas, dan leher.
5. Gerakan 5 dan 6 : ditujukan untuk melemaskan
otot-otot wajah (seperti otot dahi, mata, rahang,
dan mulut).
1. Gerakkan otot dahi dengan cara
mengerutkan dahi dan alis sampai otot
terasa dan kulitnya keriput.
2. Tutup keras-keras mata sehingga dapat
dirasakan disekitar mata dan otot-otot
yang mengendalikan gerakan mata.
96
6. Gerakan 7 : ditujukan untuk mengendurkan
ketegangan yang dialami oleh otot rahang.
Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi
sehingga terjadi ketegangan disekitar otot
rahang.
7. Gerakan 8 : ditujukan untuk mengendurkan
otot-otot sekitar mulut. Bibir dimoncongkan
sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan
ketegangan di sekitar mulut
8. Gerakan 9 : ditujukan untuk merileksikan otot
leher bagian depan maupun belakang.
1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian
belakang baru kemudian otot leher bagian
depan.
2. Letakkan kepala sehingga dapat
beristirahat.
3. Tekan kepala pada permukaan bantalan
kursi sedemikian rupa sehingga dapat
merasakan ketegangan dibagian belakang
leher dan punggung atas.
97
otot kaki (seperti paha dan betis).
1. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot
paha terasa tegang.
2. Lanjutkan dengan mengunci lutut
sedemikian rupa sehingga ketegangan
pindah ke otot betis.
3. Tahan posisi tegang, lalu dilepas.
4. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua
kali.
98
Lampiran : 9
DOKUMENTASI PENELITIAN
102
Lampiran : 10
103
Lampiran : 11
DATA TABULASI
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN GANGGUAN TIDUR
(INSOMNIA) PADA LANSIA DI POSYANDU MAWAR DESA KLEDOKAN KECAMATAN BENDO
KABUPATEN MAGETAN
TANGGAL 28 MEI 2018 – 03 JUNI 2018
Jenis Nilai Insomnia Nilai Insomnia
No Nama Coding Usia Coding Pendidikan Coding Pekerjaan Coding Kategori Kategori
Kelamin Pre Post
Insomnia Insomnia
1 Ny.S Perempuan 2 57 2 SD 2 Petani 3 19 15
Berat Sedang
Insomnia Insomnia
2 Ny.Y Perempuan 2 56 2 SD 2 Petani 3 18 13
Sedang Ringan
Tidak Insomnia Insomnia
3 Ny.S Perempuan 2 60 2 1 Pedagang 2 20 16
Sekolah Berat Sedang
Tidak Tidak Insomnia Insomnia
4 Tn.A Laki-laki 1 55 2 1 1 21 15
Sekolah bekerja Berat Sedang
Tidak Insomnia Insomnia
5 Ny.S Perempuan 2 58 2 SD 2 1 15 12
bekerja Sedang Ringan
Tidak Insomnia Insomnia
6 Ny.D Perempuan 2 61 2 SD 2 1 15 13
bekerja Sedang Ringan
Tidak Insomnia Insomnia
7 Ny.E Perempuan 2 61 2 1 Petani 3 16 12
Sekolah Sedang Ringan
Insomnia Insomnia
8 Ny.M Perempuan 2 65 3 SD 2 Petani 3 20 17
Berat Sedang
Tidak Tidak Insomnia Insomnia
9 Ny.W Perempuan 2 67 3 1 1 21 16
Sekolah bekerja Berat Sedang
Insomnia Insomnia
10 Ny.B Perempuan 2 60 2 SD 2 Pedagang 2 16 11
Sedang Ringan
11 Ny.S Perempuan 2 59 2 SD 2 Tidak 1 17 Insomnia 13 Insomnia
104
bekerja Sedang Ringan
Insomnia Insomnia
12 Ny.K Perempuan 2 68 3 SMP 3 Petani 3 18 13
Sedang Ringan
Tidak Insomnia Insomnia
13 Ny.A Perempuan 2 63 2 1 Petani 3 20 13
Sekolah Berat Ringan
Insomnia Insomnia
14 Ny.T Perempuan 2 65 3 SD 2 Petani 3 21 17
Berat Sedang
Insomnia Insomnia
15 Ny.S Perempuan 2 61 2 SD 2 Pedagang 2 20 15
Berat Sedang
Insomnia Insomnia
16 Ny.K Perempuan 2 60 2 SD 2 Petani 3 22 18
Berat Sedang
Tidak Insomnia Insomnia
17 Ny.W Perempuan 2 55 2 1 Petani 3 17 15
Sekolah Sedang Sedang
Insomnia Insomnia
18 Ny.T Perempuan 2 57 2 SD 2 Petani 3 17 12
Sedang Ringan
Tidak Tidak Insomnia Insomnia
19 Ny.R Perempuan 2 66 3 1 1 22 13
Sekolah bekerja Berat Ringan
Tidak Insomnia Insomnia
20 Ny.I Perempuan 2 69 3 SMP 3 1 21 16
bekerja Berat Sedang
Insomnia Insomnia
21 Tn.S Laki-laki 1 59 2 SMP 3 Petani 3 17 15
Sedang Sedang
Insomnia Insomnia
22 Tn.D Laki-laki 1 60 2 SMP 3 Petani 3 20 16
Berat Sedang
Insomnia Insomnia
23 Tn.W Laki-laki 1 57 2 SMP 3 Petani 3 20 15
Berat Sedang
Insomnia Insomnia
24 Tn.I Laki-laki 1 58 2 SD 2 Petani 3 22 16
Berat Sedang
Insomnia Insomnia
25 Ny.E Perempuan 2 60 2 SMP 3 Petani 3 19 14
Berat Sedang
105
Lampiran : 12
Statistics
JENIS_KELAM
IN USIA PENDIDIKAN PEKERJAAN
N Valid 25 25 25 25
Missing 0 0 0 0
JENIS_KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
USIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
106
PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Data Khusus
Cases
Descriptives
Median 19.00
Variance 6.143
Minimum 13
Maximum 22
107
Range 9
Interquartile Range 4
Median 8.00
Variance 10.543
Minimum 3
Maximum 15
Range 12
Interquartile Range 6
Statistics
HASIL_PRE HASIL_POST
N Valid 25 25
Missing 0 0
Mode 20 12
108
Lampiran : 13
Hasil Normalitas
Cases
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
109
Lampiran : 14
Ranks
Ties 0c
Total 25
c. HASIL_POST = HASIL_PRE
Test Statisticsb
HASIL_POST -
HASIL_PRE
Z -4.385a
110
Lampiran : 15
2 Ujian
proposal
penelitian
3 Perbaikan ujian
proposal
4 Pelaksanaan
penelitian
5 Proses
bimbingan
skripsi
6 Ujian skripsi
111
Lampiran : 16
112