Anda di halaman 1dari 68

PENGARUH iTEKNIK RELAKSASI LIMA JARI

TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI


DI KELURAHAN BAROS
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAROS
KOTA SUKABUMI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Tugas Akhir Pada Program Studi


Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi

Disusun Oleh:
YODYSTA PURNAMA AGUSTIN
C1AA17165

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Teknik

Relaksasi Lima Jari Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di Kelurahan Baros

Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi”.

Proposal ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan mata ajar metode

penelitian pada program studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Sukabumi.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan serta

dukungan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyajian skripsi ini masih banyak

kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua dan bagi para pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum WR.WB

Sukabumi, 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL...................................................................................................v

DAFTAR BAGAN.................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................9

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................9

D. Manfaat Penelitian...................................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia............................................................................................... 12

B. Hipertensi................................................................................................. 23

C. Teknik Relaksasi Lima Jari......................................................................27

D. Kerangka Pemikiran.................................................................................34

E. Hipotesis...................................................................................................36

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.........................................................................................38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................39

C. Variabel Penelitian...................................................................................39

D. Definisi Konseptual dan Operasional......................................................40

E. Populasi dan Sampel................................................................................43

F. Teknik Pengambilan Data........................................................................46

iii
G. Instrument Penelitian...............................................................................47

H. Pengolahan dan Teknik Analisa Data......................................................49

I. Prosedur Penelitian..................................................................................55

J. Etika Penelitian........................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data data Hipertensi di wilayah Puskesmas Kota Sukabumi...........8

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7..........13

Tabel 3.1 Definisi Operasional.......................................................................42

v
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Teknik Relaksasi Lima Jari Terhadap

Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di Kelurahan Baros Wilayah

Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi........................................36

Bagan 3.1 Desain Quasi Eksperimen Pre-Test And Post-Test Control Group
Design…………………………………………………………………… 39

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan

manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai pada

satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. menjadi tua merupakan

proses alamiah,yang berati seorang telah melalui tiga tahap kehidupan nya kehidupannya,

yaitu anak, dewasa,dan tua.tiga tahap ini berbeda,baik secara biologis maupun psikologis.

(Sari dan Satria 2018). WHO (2009) menyatakan masa lanjut usia menjadi empat

golongan, yaitu usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74

tahun, lanjut usia tua (old) 75–90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

Menurut Setyonegoro (dalam Efendi, 2009) lanjut usia (getriatric age) dibagi menjadi

3 batasan umur, yaitu young old (usia 70-75 tahun), old (usia 75-80 tahun), dan very

old (usia > 80 tahun) (Naftali et al. 2017).

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-

angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya

tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh (Kholifah

2016). Namun demikian, lansia dengan penurunan kemampuan tubuh dapat

menyebabkan penurunan beradaptasi dari stress lingkungan. Lansia terus mengalami

proses penuaan yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik sehingga rentan

terhadap penyakit. Empat penyakit erat hubungannya dengan proses menua adalah

gangguan metabolic hormonal, gangguan persendian, dan gangguan sirkulasi darah.

Hipertensi merupakan penyakit yang umum terjadi pada lansia dan lebih rentan

55
mengalami komplikasi akibat hipertensi (Hartiningsih, Oktavianto, dan Hikmawati

2021) Karena proses-proses perubahan tersebut maka lansia rentan terserang penyakit.

Diantaranya penyakit degeneratif pada lansia yang mempunyai tingkat morbiditas dan

mortalitas tinggi adalah hipertensi.

Hipertensi dapat terjadi dari berbagai faktor penyebab, di antaranya gaya hidup

daan pola makan. Hipertensi juga dapat terjadi akibat obstruksi pada arteri dan

kelemahan otot jantung untuk memompa darah. Hal ini disebabkan karena pada usia

lanjut terjadi penurunan masa otot dan peningkatan kapasitas lemak tubuh (Nuraini

2015)

Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang,

sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427,218 kematian.

Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun

(45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). (Kemenkes.RI 2014)

Pada tahun 2013 berdasarkan data Riskesdas di Provinsi Jawa Barat,,

Prevalensi hipertensi yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun

merupakan provinsi ke-4 dengan kasus hipertensi terbanyak (29,4%) setelah Bangka

Belitung (30,9%), Kalimantan Selatan (30,8%), dan Kalimantan Timur (29,6%)

(Widianto et al. 2019) Sedangkan pada tahun 2018 Jawa Barat menduduki urutan ke

dua sebagai Provinsi dengan kasus Hipertensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar

39,6% setelah Kalimantan Selatan yaitu sebesar 44,1%. Angka ini menunjukan bahwa

di Jawa Barat angka kejadian hipertensi masih tergolong tinggi (Kemenkes.RI 2014)

Hipertensi 90% tidak diketahui secara pasti faktor penyebabnya, Namun dari

beberapa penelitian ada beberapa faktor yang dapat mempengaruh terjadinya

hipertensi yaitu merokok, minum-minuman beralkohol, berat badan yang berlebih

serta stres (Ramdani, Rilla, dan Yuningsih 2017). Faktor risiko yang tidak dapat

56
dikendalikan pada hipertensi seperti jenis kelamin, keturunan, ras dan usia. Sedangkan

faktor risiko yang dapat dikendalikan seperti kurang olah raga atau aktivitas, obesitas,

minum kopi, merokok, sensitivitas natrium, alkoholisme, kadar kalium rendah, pola

makan, pekerjaan, pendidikan dan stres (Andria, 2013). Stres diduga berpengaruh

terhadap peningkatan tekanan darah serta merupakan faktor terjadinya hipertensi.

Stres yaitu suatu reaksi tubuh dan psikis terhadap tuntutan-tuntutan lingkungan

kepada seseorang. Reaksi tubuh terhadap stres misalnya berkeringat dingin, napas

sesak, dan jantung berdebar-debar. Reaksi psikis terhadap stres yaitu frustasi, tegang,

marah dan agresif ( Saam & Wahyuni, 2013)

Stres tidak mengenal usia, stres bisa menyerang siapa saja baik yang muda

maupun yang tua, seperti halnya yang terjadi dikalangan masyarakat. Stres yang

menyerang masyarakat di kota besar karena menghadapi beban dan tuntutan kerja

sedangkan di kota kecil karena persoalan ekonomi seperti kemiskinan atau sulitnya

mencari kerja (Kurniawati, 2015). Stres yang terjadi dikalangan masyarakat bisa

disebabkan oleh berbagai aspek bisa dikarenakan faktor ekonomi, masalah personal,

masalah keluarga, masalah sosial, dan tekanan dari lingkungan serta stres karena

penyakit tergantung individu itu untuk bisa mengatasi stres tersebut, apabila stres

berlangsung secara berkepanjangan akan menyebabkan masalah kesehatan salah

satunya yaitu hipertensi. Hubungan antara stres dan hipertensi primer diduga oleh

aktivitas saraf simpatis melalui (katekolamin, kortisol, vasopresin, endorphin dan

aldosteron) yang dapat meningkatkan tekanan darah yang intermitten. Apabila stres

menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menetap tinggi (Idrus, 2015).

Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai komplikasi, bila

mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi infark miokard, jantung koroner, gagal

jantung kongestif, bila mengenai otak terjadi stroke, ensevalopati hipertensif, dan bila

57
mengenai ginjal terjadi gagal ginjal kronis, sedangkan bila mengenai mata akan

terjadi retinopati hipertensif. Dari berbagai komplikasi yang mungkin timbul

merupakan penyakit yang sangat serius dan berdampak terhadap psikologis penderita

karena kualitas hidupnya rendah terutama pada kasus stroke, gagal ginjal, dan gagal

jantung (Nuraini 2015).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik

lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)

dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung

koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat

pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak

terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak,

baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun

masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan (Kemenkes.RI 2014)

Perlu upaya menangani hipertensi pada lansia, Penatalaksanaan hipertensi terdiri

dari terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi famakologis yaitu terapi obat

dimana penderita rutin meminum obat-obatan, Namun karena terjadinya penurunan

dari berbagai organ tubuh, adanya penyakit penyerta dan sering terjadi komplikasi

pada berbagai organ lansia serta terjadinya efek polifarmasi yang akan mengakibatkan

gangguan pada fungsi dan kerja ginjal, maka penatalaksanaan hipertensi pada lansia

menjadi lebih rumit (Fuad, 2012) dalam (Martin W & Mardian P, 2016).

Penatalaksanaan nonfarmakologis hipertensi dapat dijadikan sebagai

pendamping atau pendukung terapi farmakologi yang dapat digunakan adalah terapi

relaksasi, dapat menurunkan tekanan darah dan merupakan salah satu cara

58
penanggulangan kejadian hipertensi, dengan reaksi yang diberikan yaitu responden

merasakan keadaan rileks, yang dapat mengurangi keluhan-keluhan pusing, mual dan

sakit pada bagian kepala belakang atau tengkuk dan tidak menimbulkan efek samping

(Hartanti et al., 2016)

Relaksasi adalah suatu prosedur dan teknik yang bertujuan untuk mengurangi

ketegangan dan kecemasan, dengan cara melatih pasien agar mampu dengan segaja

untuk membuat relaksasi otot-otot tubuh setiap saat, sesuai dengan keinginan.

Menurut pandangan ilmiah, relaksasi merupakan suatu teknik untuk mengurangi stres

dan ketegangan dengan cara meregangkan seluruh tubuh agar mencapai kondisi

mental yang sehat (Varvogli & Darvivi, 2011). Relaksasi terbagi menjadi dua

kelompok, yaitu relaksasi yang menekankan pada fisik, seperti yoga, relaksasi otot

progresif, dan latihan perfasan. Sementara jenis relaksasi yang menekankan pada

mental/psikis salah satunya adalah autogenic suggestion/relaksasi lima jari.

Salah satu bentuk psikoterapi yang dapat diterapkan pada klien hipertensi yaitu

terapi relaksasi lima jari didasarkan pada teori bahwa tanda dan gejala fisiologis akan

berhubungan dengan interaksi antara pikiran, perilaku dan emosi (Mohd 2017). Terapi

ini tidak dimaksudkan untuk mengganti terapi obat yang selama ini digunakan

penderita hipertensi, terapi ini hanya membantu untuk menimbulkan rasa nyaman atau

rileks. Dalam keadaan rileks, tubuh melalui otak akan memproduksi hormon

endorphrin yang berfungsi sebagai analgesik alami tubuh dan dapat meredaakan rasa

nyeri (keluhan-keluhan fisik). Selain itu, dalam keadaan rileks tubuh akan

mengaktifkan sistem saraf parasimapatetis yang berfungsi untuk menurunkan detak

jantung, laju pernafasan dan tekanan darah (Sulistyarini. I, 2013).

Menurut Sri (2016), teknik relaksasi bertujuan untuk memberikan rasa nyaman

dan rileks pada pasien, dapat mengurangi intensitas nyeri, serta dapat meningkatkan

59
ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah. Dimana teknik relaksasi lima jari

sebuah teknik pengalihan pemikiran seseorang dengan cara menyentuhkan pada jari-

jari tangan sambil membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau yang disukai

(Kelliat, 1995). Teknik relaksasi lima jari ini suatu proses yang menggunakan pikiran

dengan menggerakan tubuh untuk menyembuhkan diri dan memelihara kesehatan atau

rileks melalui komunkasi dalam tubuh yang melibatkan semua indera meliputi

sentuhan, penciuman, penglihatan dan pendengaran (Davis & McKay, 2008) dalam

(Dewi. R, 2021)

Relaksasi lima jari ini merupakan salah satu bentuk self hypnosis yang dapat

menimbulkan efek relaksasi yang tinggi, sehingga akan mengurangi ketegangan,

kecemasan dan stress dari pikiran seseorang. Relaksasi lima jari mempengaruhi sistem

limbik (struktur di otak yang berhubungan dengan emosi) seseorang sehingga

berpengaruh pada pengeluaran hormon-hormon yang dapat memacu timbulnya stress,

cemas dan nyeri, dapat mengurangi ketegangan otot, memperkuat ingatan,

meningkatkan produktivitas suhu tubuh, mempengaruhi pernafasan, denyut jantung,

denyut nadi serta tekanan darah. (Hastuti dan Arumsari 2008)

Dalam hal ini peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan non

farmakologi merupakan strategi penyembuhan tanpa menggunakan obat-obatan tetapi

lebih kepada perilaku Caring. Sehingga teknik relaksasi lima jari ini menjadi

pengembangan kompetensi khususnya bagi perawat karena salah satu teknik yang

dilakukan oleh perawat secara langsung.

Tabel 1.1 Data Penderita Hipertensi Usia 60 - 69 tahun di 15 Puskesmas

Kota Sukabumi Periode Januari – Desember 2020

No. Puskesmas Laki-laki Perempuan Total


1 Selabatu 292 292 584
2 Sukabumi 232 243 475

60
3 Ciberem Hilir 188 269 457
4 Gedong Panjang 201 206 407
5 Limus Nunggal 156 239 395
6 Baros 189 200 389
7 Lembur Situ 128 206 334
8 Tipar 183 138 321
9 Cipelang 139 205 308
10 Nanggeleng 128 133 261
11 Karang Tengah 89 150 239
12 Benteng 88 68 174
13 Pabuaran 52 51 103
14 Cikundul 33 33 66
15 Sukakarya 9 20 29
Total 2.107 1.987 4.299
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, 2020

Berdasarkan Data Tabel Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa

Puskesmas Baros merupakan Puskesmas dengan kejadian lansia hipertensi ke 6

terbanyak yaitu sebesar 389 jiwa kejadian lansia dengan hipertensi dari total 4.299

jiwa.

Dampak jika hipertensi pada lansia tidak segera di tangani akan sangat

berbahaya dan akan memunculkan penyakit komplikasi, menyebabkan pembuluh

darah mengeras, dan mengencang. Keadaan ini menghalangi aliran darah menuju

jantung, dan mengakibatkan nyeri pada bagian dada (angina), serta sesak napas.

Keadaan inilah yang disebut sebagai penyakit jantung koroner. Untuk itu peran

perawat dalam terapi palliative care yaitu teknik relaksasi lima jari sangat dibutuhkan

agar meningkatkan kualitas hidup pasien terminal tujuannya untuk memberikan

kepuasan baik kepada pasien maupun keluarga.

61
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Pengaruh Teknik Relaksasi Lima Jari Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Yang

Mengalami Hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah terdapat Pengaruh Teknik Relaksasi Lima Jari Tekanan

Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi di Kelurahan Baros Wilayah Kerja

Puskesmas Baros Kota Sukabumi”.

C. Tujuan Peneliti

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Teknik Relaksasi Lima Jari Terhadap Tekanan Darah

Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi di Kelurahan Baros Wilayah Kerja

Puskesmas Baros Kota Sukabumi.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui tekanan darah sebelum dilakukan Teknik Relaksasi Lima Jari pada

lansia hipertensi di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota

Sukabumi.

b. Mengetahui tekanan darah setelah dilakukan Teknik Relaksasi Lima Jari pada

lansia hipertensi di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota

Sukabumi.

62
c. Mengetahui Pengaruh Teknik Relaksasi Lima Jari Terhadap Tekanan Darah Pada

Lansia Yang Mengalami Hipertensi di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas

Sukabumi Kota Sukabumi.

D. Manfaat Peneliti

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai sarana untuk penelitian selanjutnya

terutama yang berkaitan dengan penanganan hipertensi pada lansia dengan Teknik

Relaksasi Lima Jari.

2. STIKes Sukabumi

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi di perpustakaan

bagi mahasiswa yang akan melakukan kajian maupun penelitian yang berkaitan

dengan Teknik Relaksasi Lima Jari.

3. Puskesmas Sukabumi

Penelitian ini diharapkan hasil peneitian ini dapat digunakan untuk

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terutama dalam memberikan tindakan

dalam pengobatan hipertensi.

4. Bagi Pasien Penderita Hipertensi

Sebagai informasi untuk klien tentang intervensi komplementer berupa teknik

relaksasi lima jari sehingga dapat meringankan gejala serta menurunkan tekanan

darah tinggi.

63
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

64
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan

cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam

jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal

ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila

tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak

pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus

meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai

bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat

diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan (infodatin, 2018).

WHO (World Health Organization) menjelaskan bahwa, batas normal

adalah 120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang

disebut mengidap hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan

tekanan darah diastolik ≥ 95 mmHg dan tekanan darah perbatasan bila tekanan

darah sistolik antara 140 mmHg- 160 mmHg dan tekanan darah diastolik antara

90 mmHg-95 mmHg.

Tekanan darah seseorang bisa lebih atau kurang dari batasan nilai normal

jika melebihi nilai normal, orang tersebut menderita hipertensi. Sebaliknya, jika

di bawah nilai normal, maka orang tersebut menderita tekanan darah rendah.

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah

65
Sistolik Diastolik
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Pre hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 >160 mmHg >100 mmHg
Sumber : (Sudarmoko, 2015)

2. Jenis Hipertensi

Fauzi (2017) menyatakan bahwa hipertensi digolongkan menjadi 2 (dua)

yaitu:

a. Hipertensi primer atau esensial

Merupakan hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Dari sejumlah

penderita secara umum, 90% penderita hipertensi termasuk golongan ini.

b. Hipertensi sekunder atau non esensial

Merupakan hipertensi yang sudah diketahui penyebabnya. Total jumlah

penderita hipertensi, 10% dari golongan hipertensi sekunder. Penyebab

hipertensi sekunder yaitu gangguan pada endokrin (adrenal, tiroid, hipofisis

dan paratiroid), penyakit ginjal, kelainan hormonal, obat oral kontrasepsi.

3. Etiologi

Huda Nurarif. A, 2015 menjelaskan bahwa berdasarkan penyebabnya

hipertensi dibagi mejadi 2 golongan:

a.Hipertensi Primer (Esensial)

Disebut juga hipertensi idiopolik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor

yang mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis

sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor – faktor

yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.

b. Hipertensi Sekunder

66
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit, sindrom cushing dan

hippertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

4. Etiologi Hipertensi Pada Lansia

Sutanto (2016) menjelaskan bahwa penyebab hipertensi pada orang

dengan lanjut usia adalah terjadi perubahan-perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta

b. Katup jantung menebak dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

5. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi

Beberapa karakteristik, kondisi dan kebiasaan seseorang dapat meningkatkan

risiko terjadinya hipertensi. Beberapa faktor utama terjadinya hipertensi adalah

sebagai berikut:

a. Faktor yang bisa dikontrol

1) Obesitas

Orang yang mengalami kegemukan atau obesitas memang sangat berisiko

terkena hipertensi. Lebih dari 50% kasus hipertensi baik pada wanita

maupun pria selalu berhubungan dengan problem kegemukan

(Sudarmoko, 2015). Seseorang yang mengalami obesitas atau kegemukan

67
memiliki risiko lebih besar untuk mengalami prehipertensi atau hipertensi.

Indikator yang bisa digunakan untuk menentukan ada tidaknya obesitas

pada seseorang adalah melalui pengukuran IMT atau lingkar perut.

Meskipun demikian, kedua indikator tersebut bukanlah indikator terbaik

untuk menentukan terjadinya hipertensi, tetapi menjadi salah satu faktor

risiko yang dapat mempercepat terjadi hipertensi (Prasetyaningrum,

2015)

2) Konsumsi minuman alkohol dan kebiasaan buruk

Kebiasaan merokok menyebabkan 1 dari 5 kasus kematian di Amerika

setiap tahun. Merokok merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang

paling bisa dicegah. Pasalnya, zat kimia yang dihasilkan dari pembakaran

tembakau berbahaya bagi sel darah dan organ tubuh lainnya, seperti

jantung, pembuluh darah, mata, organ reproduksi, paru-paru, bahkan

organ pencernaan. Selain itu, konsumsi minuman beralkohol juga dapat

meningkatkan tekanan darah. Penelitian menunjukan bahwa risiko

hipertensi meningkat dua kali lipat jika mengonsumsi minuman

beralkohol lebih dari tiga gelas sehari (Prasetyaningrum, 2015).

3) Kurangnya aktivitas fisik

Aktivitas fisik merupakan kegiatan otot anggota tubuh yang

membutuhkan energi atau pergerakan yang bermanfaat untuk

meningkatkan kesehatan. Contohnya berkebun, berenang, bersepeda, yoga

ataupun yang lainnya. Aktivitas fisik sangat bermanfaat bagi kesehatan

tubuh, khususnya paru-paru. Aktivitas fisik juga menyehatkan pembuluh

darah dan mencegah hipertensi. Usaha pencegahan hipertensi akan

68
optimal jika aktif beraktifitas fisik dibarengi dengan menjalankan diet

sehat dan berhenti merokok (Prasetyaningrum, 2015)

4) Asupan garam berlebih

Di dalam populasi yang luas didapatkan kecenderungan prevalensi

hipertensi meningkat dengan bertambahnya asupan garam, apabila asupan

garam kurang dari 3 gram perhari, prevalensi hipertensi beberapa persen

saja, sedangkan bila asupan garam antara 5-15 gram per hari prevalensi

akan meningkat menjadi 5-15%. Pada manusia yang diberikan garam

berlebihan dalam waktu yang pendek akan didapatkan peningkatan

tekanan perifer dan tekanan darah. Sedangkan pengurangan garam

ketingkat 60-90 mmol/hari akan menurunkan tekanan darah pada

kebanyakan manusia. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya

hipertensi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan

darah tanpa diikuti peningkatan ekskresi garam, di samping pengaruh

faktor-faktor lain (Prasetyaningrum, 2015)

5) Stres

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah

jantung sehingga akan merangsang aktivitas saraf simpatik. Adapun stress

ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi dan

karakteristik personal (Prasetyaningrum, 2015)

b. Faktor yang tidak bisa dikontrol atau diubah

1) Keturunan

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa orang yang mempunyai riwayat

atau silsilah keluarga yang menderita hipertensi ada kecenderungan untuk

terkena hipertensi juga.

69
2) Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

tekanan darah. Mayoritas penderita hipertensi berjenis kelamin perempuan

dimana Sebelum menopouse, perempuan relative terlindungi dari penyakit

kardiovaskuler dengan cara meningkatkan kadar HDL dan menurunkan

kadar LDL dalam Esterogen adalah antioksida yang melindungi LDL

yang teroksidasi lebih mudah memasuki plak aterosklerosis(Aryan, 2016)

3) Usia

Kejadian hipertensi cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

usia. Sebanyak 65% orang Amerika berusia 60 tahun atau lebih

mengalami hipertensi. Jenis hipertensi yang banyak dijumpai pada

kelompok lansia adalah isolated hypertension. Meskipun demikian,

hipertensi tidak selalu hadir seiring proses penuaan (Prasetyaningrum,

2015)

Berbagai penelitian didapatkan fakta bahwa semakin tinggi usia seseorang

maka semakin tinggi pula tekanan darahnya. Pada umumnya hipertensi pada pria

terjadi di atas usia 31 tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun

atau setelah menopause (Sudarmoko, 2015)

6. Maniseftasi Klinis

Penyakit hipertensi ini seringnya datang secara diam-diam dan tidak

menunjukan adanya gejala-gejala tertentu yang bisa dilihat dari luar sehingga

disebut sebagai silent disease. Pada sebagian besar kasus hipertensi, penderita

tidak mengetahui atau menyadari bahwa dirinya telah menderita hipertensi ketika

tekanan darahnya berada di atas batas normal. Penderita baru menyadari ketika

70
hipertensi yang dideritanya telah menyebabkan berbagai penyakit komplikasi

mulai dari penyakit jantung, stroke hingga gagal ginjal.

Ketika tekanan darah naik dengan sangat cepat sehingga tekanan sistolnya

lebih besar dari 140 mmHg, biasanya baru muncul tanda-tanda tertentu bisa dilihat

dari luar. Misalnya adalah sakit kepala atau pusing, muka merah, serasa mau

pingsan, tinnitus (terdengar suara mendenging di telinga). Keluar darah dari

hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan penglihatan menjadi kabur

(Sudarmoko, 2015)

7. Cara Mencegah Hipertensi

Fajarina (2018) menjelaskan upaya ideal untuk mencegah dan menangkal

risiko tekanan darah tinggi pertamanya adalah dengan penanggulangan secara non

medikamentosa atau tanpa obat. Caranya adalah dengan menghindari faktor-faktor

pemicu timbulnya penyakit tersebut (kecuali faktor yang tidak bisa diubah atau

dikontrol). Salah satu pencegahan adalah dengan cara memeriksakan tekanan

darah secara teratur agar bila sewaktu-waktu ada kenaikan darah yang cukup

tinggi, maka bisa diketahui secara dini.

Pemeriksaan tekanan darah secara teratur memang sangat diperlukan

terutama penyakit hipertensi disebut juga the silent disease, tidak terdapat tanda-

tanda yang dapat dilihat dari luar. Satu-satunya cara untuk mendeteksi adalah

dengan memeriksakannya secara mendalam. Kesempatan denyut jantung dan

timbulnya rasa ketegangan yang berlebihan tidak cukup untuk memastikan bila

seseorang menderita hipertensi .

Selain dengan cek tekanan darah secara teratur, perawatan pada penderita

hipertensi dapat dilakukan dengan menjalankan diet yang dirancang secara khusus

sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kondisi penderita. Diet ini bertujuan untuk

71
mengatur menu harian penderita hipertensi agar naiknya gejolak tekanan darah

bisa diminimalisir atau tetap dalam batas normal. Pengaturan menu didasarkan

dengan mengurangi konsumsi lemak melalui diet rendah kalori terutama bagi

yang menderita obesitas dan diet rendah garam.

Upaya untuk mendukung keberhasilan diet, penderita hipertensi disarankan

untuk melakukan aktivitas fisik secara rutin. Olahraga aerobik seperti bersepeda,

jogging, berenang dan yoga yang dilakukan secara teratur bisa membantu

memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

Olahraga juga dapat digunakan untuk mengurangi risiko obesitas dan mengurangi

asupan garam ke dalam tubuh. Ketika berolahraga, tubuh yang berkeringat akan

mengeluarkan garam sisa metabolisme lewat pori-pori.

8. Cara Pengobatan Hipertensi

Hipertensi dapat dikontrol hingga mencapai nilai normal dan stabil.

Sebagian besar penderita hipertensi membutuhkan proses pengobatan dalam

jangka waktu lama. Tatalaksana pengobatan hipertensi yang baik dapat membantu

proses pencegahan atau penundaan terjadinya masalah kesehatan akibat

hipertensi.

Prinsip penatalaksanaan pengobatan hipertensi adalah menjadikan tekanan

darah seseorang mencapai nilai kurang dari 140/90 mmHg. Perlakuan pertama

yang dilakukan adalah memodifikasi gaya hidup seseorang menjadi gaya hidup

sehat, seperti menurunkan bobot badan, memperbanyak konsumsi sayuran dan

buah, mengurangi konsumsi minuman beralkohol, dan manajemen stres. Apabila

perubahan gaya hidup sehat tidak berhasil maka bisa dibantu dengan obat anti

hipertensi. Diantaranya yaitu :

72
a. Diuretik : dapat menurunkan tekanan darah dengan mengeluarkan

kelebihan air dan garam dalam tubuh melalui ginjal.

b. Beta blockers : dapat memba ntu organ jantung memperlambat

detaknya sehingga darah yang dipompa jantung lebih sedikit

dibandingkan pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun.

c. ACE Inhibitor : mencegah tubuh membentuk hormon angiostenin II

yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

d. Kalsium Channel Bloker : bertugas mengatur kalsium agar masuk ke

dalam sel otot jantung dan pembuluh darah sehingga pembuluh darah

menjadi rileks dan tekanan darah menurun.

e. Inhibitor sistem saraf : bertugas meningkatkan impuls saraf dari otak

untuk bersantai dan memperlebar pembuluh darah sehingga tekanan

darah dapat turun.

f. Vasodilatator : berfungsi untuk mengendurkan otot-otot dinding

pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun.

9. Komplikasi Hipertensi
Fauzi (2017) menjelaskan hipertensi dapat menyebabkan kematian dengan
berbagai komplikasinya seperti :
a. Stroke
Hipertensi adalah faktor utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah di otak yang sudah
lemah menjadi pecah, sehingga terjadi perdarahan otak yang dapat
menyebabkan kematian. Stroke dapat terjadi akibat sumbatan dari
gumpalan darah yang macet di pembuluh darah yang sudah menyempit.
Penderita hipertensi beresiko 12 kali lebih besar untuk menderita stroke.
b. Infark Miokard
Infark miokard ini terjadi karena arteri koroner tidak dapat menyuplai darah
oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan miokardium.
c. Payah jantung (Congestive heart failure)

73
Payah jantung adalah kondisi dimana jantung dan otak tidak mampu lagi
memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena
kerusakan otot jantung atau sistem listrik jantung. Gangguan dari dinding
pembuluh darah yang menyebabkan elastisitasnya berkurang akan memacu
jantung bekerja lebih keras karena beban jantung bertambah lebih berat.
d. Gagal Ginjal
Penderita hipertensi beresiko besar mengalami gagal ginjal. Hipertensi
dapat menyempitkan dan menyebarkan aliran darah menuju ginjal, yang
berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan
tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali
kedarah.
e. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga
mengakibatkan penglihatan menjadi kabur atau kebutaan.
B. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia. Menurut UU No.13/Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari

60 tahun (Azizah, 2018). Dalam perkembangan lansia, penurunan fungsi tubuh

akan banyak terjadi. Penurunan fungsi tubuh pada lansia diakibatkan karena

proses penuaan. Proses penuaan merupakan proses yang mengakibatkan

perubahan-perubahan meliputi perubahan fisik, psikologis, dan psikososial.

Pada perubahan fisiologis terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh dalam

menghadapi gangguan dari dalam maupun luar tubuh. Salah satu gangguan

kesehatan yang paling banyak dialami oleh lansia adalah pada sistem

kardiovaskuler khususnya hipertensi (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi

& Batubara, 2008). Secara alamiah lansia akan mengalami penurunan fungsi

organ dan mengalami perubahan tekanan darah. Oleh sebab itu, lansia

74
dianjurkan untuk selalu memeriksakan tekanan darah secara teratur agar dapat

mencegah penyakit kardiovaskuler khususnya hipertensi (Agung. D, 2015).

Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai

dengan adanya beberapa perubahan gaya hidup. Sebagaimana diketahui,

ketika manusia mencapai usai dewasa mempunyai kemampuan reproduksi dan

melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan

tugas dan fungsi ini, dan memasuki usia selanjutnya yaitu lansia, kemudian

mati (Padila, 2016).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa lansia adalah

seseorang yang berusia di atas 60 tahun dengan penurunan fungsi fisik dan

psikologi dan psikososial, gangguan kesehatan yang paling banyak terjadi di

alami lansia adalah sistem kardiovaskuler khususnya hipertensi.

2. Batasan-batasan Lanjut Usia

Batasan-batasan lanjut usia menurut WHO dalam (Padila, 2016) adalah

usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun, usia lanjut

(early) antara 60-70 tahun, usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun, dan usia

sangat tua (veryold) di atas 90 tahun.

Sedangkan menurut Depkes RI (2017) usia lanjut digolongkan menjadi

tiga golongan yaitu kelompok lansia dini (55-64 tahun), kelompok lansia

pertengahan (65 tahun ke atas), dan kelompok lansia dengan risiko tinggi (70

tahun keatas).

3. Perubahan Serta Masalah yang Terjadi Pada Lansia

Mujahidullah (2015) menjelaskan beberapa perubahan yang akan terjadi

pada lansia diantaranya adalah perubahan fisik,intelektual, keagamaan dan

psikososial.

75
a. Perubahan fisik

1) Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh

akan berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran lebih besar

sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan proposi

protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati berkurang.

2) Sistem persyarafan, keadaan sistem persyarafan pada lansia akan

mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada

indra pendengaran akan terjadi gangguan pendengaran seperti

hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga. Pada indra

penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan pada kornea, hilangnya

daya akomodasi dan menurunnya lapang pandang. Pada indra peraba

akan terjadi seperti respon terhadap nyeri menurun dan kelenjar

keringat berkurang. Pada indra pembau akan terjadinya seperti

menurunnya kekuatan otot pernafasan, sehingga kemampuan membau

juga berkurang.

3) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunnya selera

makan, seringnya terjadi konstipasi, menurunnya produksi air liur

(Saliva) dan gerak peristaltic usus juga menurun.

4) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan

sehingga aliran darah ke ginjal menurun.

5) Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan cairan

dan makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian kaku

dan tendon mengerut.

6) Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami pompa

darah yang menurun, ukuran jantung secara kesuluruhan menurun

76
dengan tidaknya penyakit klinis, denyut jantung menurun, katup

jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi

lipid. Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia karena hilangnya

distensibility arteri. Tekanan darah diastolik tetap sama atau

meningkat.

b. Perubahan Intelektual

Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2015) menjelaskan bahwa

akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan

otak seperti perubahan intelegenita Quantion ( IQ) yaitu fungsi otak

kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan

dalam berkomunikasi nonverbal, pemecahan masalah, konsentrasi dan

kesulitan mengenal wajah seseorang. Perubahan yang lain adalah

perubahan ingatan, karena penurunan kemampuan otak maka seorang

lansia akan kesulitan untuk menerima rangsangan yang diberikan

kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat pada lansia juga

menurun.

c. Perubahan keagamaan

Maslow dalam Mujahidullah (2015) menjelaskan bahwa pada umumnya

lansia akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal tersebut

bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan meninggalkan kehidupan

dunia.

d. Perubahan Psikososial

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi,

kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian,

perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan.

77
Dalam psikologi perkembangan, lansia dan perubahan yang dialaminya

akibat proses penuaan digambarkan oleh hal-hal berikut.

1) Keadaan fisik yang lemah dan tak berdaya, sehingga harus

bergantung pada orang lain.

2) Status ekonominya yang terancam, sehingga cukup beralasan untuk

melakukan berbagai perubahan besar dalam hidupnya.

3) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status

ekonomi dan kondisi fisik

4) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah

meninggal atau pergi jauh dan cacat.

5) Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang

semakin bertambah

6) Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang

dewasa.

C. Teknik Relaksasi Lima Jari

1. Definisi

Teknik relaksasi lima jari adalah sebuah teknik pengalihan pemikiran

seseorang dengan cara menyentuhkan pada jari-jari tangan sambil

membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau yang disukai (Kelliat, 1995).

Teknik relaksasi lima jari ini suatu proses yang menggunakan pikiran dengan

menggerakan tubuh untuk menyembuhkan diri dan memelihara kesehatan atau

rileks melalui komunkasi dalam tubuh yang melibatkan semua indera meliputi

sentuhan, penciuman, penglihatan dan pendengaran (Davis & McKay, 2008)

dalam (Dewi. R, 2021)

78
Teknik relaksasi lima jari ini merupakan salah satu bentuk self hypnosis yang

dapat menimbulkan efek relaksasi yang tinggi, sehingga akan mengurangi

ketegangan, kecemasan dan stress dari pikiran seseorang. Relaksasi lima jari

mempengaruhi sistem limbik (struktur di otak yang berhubungan dengan emosi)

seseorang sehingga berpengaruh pada pengeluaran hormon-hormon yang dapat

memacu timbulnya stress, cemas dan nyeri, dapat mengurangi ketegangan otot,

memperkuat ingatan, meningkatkan produktivitas suhu tubuh, mempengaruhi

pernafasan, denyut jantung, denyut nadi serta tekanan darah.

Hal tersebut didukung dengan pernyataan bahwa Teknik Relaksasi Lima Jari

adalah suatu teknik relaksasi yang dikembangkan oleh (Subandiyo, 2014). Teknik

ini dapat menimbulkan efek relaksasi dan menenangkan dengan cara mengingat

kembali pengalaman-pengalaman yang menyenangkan yang pernah dialami

(Adams, 2019).

2. Tujuan

Banon, Endang., E.alami., & Noorkasiani (2014) menjelaskan beberapa tujuan

teknik relaksasi lima jari, yaitu:

a. Untuk menurunkan tingkat ansietas

b. Memberikan efek relaksasi memberikan rasa nyaman, hingga menidurkan.

c. Menurunkan tingkat fatigue

d. Mengurangi intensitas nyeri

3. Prosedur Teknik Lima Jari

a. Persiapan Pasien

1) Menjelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan teknik relaksasi lima jari

10-15 menit pada pasien dan keluarga.

2) Siapkan lingkungan yang dapat mendukung teknik relaksasi lima jari.

79
3) Memonitor keadaan umum dan mengukur tanda-tanda vital pasien.

4) Mengerjakan latihan pernafasan dengan teknik napas dalam dengan cara

menghirup napas dari hidung, menahannya dengan hitungan 1-3 dan

membuang napas perlahan-lahan melalui mulut. Teknik napas dalam

diulang 8 kali samai pasien merasa rileks.

5) Pengaturan posisi papsien degan duduk di tempat tidur atau duduk di kursi

(yang dirasa lebih nyaman oleh pasien), meletakkan tangan diatas paha

secara rileks, telapak tanagn terbuka keatas dan mata terpejam.

b. Tahapan Kerja

1) Sentuhkan ibu jari andan dengan telunjuk. Sambil melakukannya,

bayangkan saat anda merasa sehat, saat anda menikmati kegiatan aktivitas

fisik yang menyenangkan. Anda bisa membayangkan bahwa anda baru

saja selesai berbelanja diapasar, melakukan jalan pagi, dan sebagainya.

2) Sentuhkan ibu jari anda dengan dengan jari tengah. Sambil melakukannya,

bayangkan saat anda mengalami bahagia dan jatuh cinta. Anda bisa

membayangkan bahwa anda mendapatkan pelukan yang hangat dari suami

atau anak yang disayangi, atau melakukan percakapan yang romantis

bersama suami.

3) Sentuhan ibu jari anda dengan dengan jari tengah. Sambil melakukannya,

bayangkan saat anda menerima pujian yang paling indah. Coba untuk

benar-benar merasakannya saat ini. Dengan menerimanya, anda

memperlihatkan rasa terimakasih yang besar pada orang yang telah

memberikan pujian tersebut.

80
4) Sentuhan ibu jari anda dengan dengan jari tengah. Sambil melakukannya,

bayangkan tempat yang paling indah yang pernah anda kunjungi. Anda

berada disana untuk beberapa saat.

c. Tahap Terminasi

1) Pasien tetap mempertahankan posisi rileks, dan ambil napas dalam 3x.

2) Membuka mata.

3) Mengecek tanda-tanda vital, pola napas, dan denyut jantung pasien.

D. Kerangka Pemikiran

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis ketika seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis (dalam waktu yang

lama). Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah

sistolik atau diastolik melebihi 140/90 mmHg normalnya 120/80 mmHg.

Penanganan hipertensi bisa juga dengan menggunakan terapi non

farmakologis salah satunya yaitu dengan tetapi meditasi. meditasi merupakan salah

satu latihan senam pernafasan yang cukup terkenal saat ini, termasuk Indonesia. Salah

satu aspek penting dari Teknik Relaksasi adalah teknik yang menimbulkan beberapa

perubahan fisiologis yang disebut respons relaksasi.

Teknik relaksasi lima jari merupakan teknik distraksi iamajiansi terbimbing

dimana paasien membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan

mengkonsentrasikan diri dari perhatian terhadap masalah. Teknik relaksasi lima jari

mampu menjangkau pikiran bawah sadar, tempat dimana emosi berproses, sehingga

mampu menghilangkan masalah emosional yang ada dalam pikiran bawah sadar

tersebut (Davis & McKay, 2008) dalam (Dewi. R, 2021). Dalam keadaan rileks, tubuh

melalui otak akan memproduksi hormon endorphrin yang berfungsi sebagai analgesik

alami tubuh dan dapat meredakan rasa nyeri (keluhan-keluhan fisik). Selain itu, dalam

81
keadaan rileks tubuh akan mengaktifkan sistem saraf parasimapatetis yang berfungsi

untuk menurunkan detak jantung, laju pernafasan dan tekanan darah (Poppen, 1998).

Berdasarkan uraian tersebut dapat dibuat kerangka pemikiran tentang :

“Pengaruh Teknik Relaksasi Lima Jari Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia

Hipertensi“ yaitu sebagai berikut:

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Teknik Relaksasi Lima Jari Terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia dengan Hipertensi di Kelurahan Baros di
Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi.

Teknik Relaksasi Lima Jari

Tekanan Darah Tekanan Darah


Sebelum (Pretest) Sesudah (Posttest)
Intervensi Intervensi

Keterangan :

: Faktor yang diteliti

: Pelakuan Teknik Relaksasi Lima Jari

: Adanya pengaruh

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap arumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena

jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan , belum didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui ppengumpulan data atau kuesioner.

(Sugiyono, 2017:63)

82
Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya Pengaruh Teknik Relaksasi

Lima Jari terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Baros

Kota Sukabumi, dan bentuk hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

Ho: Tidak ada pengaruh Teknik Relaksasi Lima Jari terhadap penurunan tekanan

darah pada lansi dengan hipertensi di Kelurahan Baros.

H1: Ada pengaruh Teknik Relaksasi Lima Jari terhadap penurunan tekanan darah pada

lansia dengan hipertensi di Kelurahan Baros.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian Quasi Experiment. Menurut Sugiyono (2018) metode peneliti an Quasi

83
experiment merupakan penelitian yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek yang diteliti dengan mencari pengaruh

perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Kelebihan dari

Quasi Experiment ialah lebih mudah dilaksanakan karena tidak memerlukan kontrol

yang terlalu ketat, pelaksanaannya relatif lebih cepat, dan penyusunan desain

perancangannya lebih sederhana.

Bentuk pendekatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah

menggunakan pretest and posttest control group design dimana observasi dilakukan

sebanyak 2 kali yaitu sebelum perlakuan (pre-test) dan sesudah perlakuan (posttest).

Adapun jenis rancangan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

84
85

Bagan 3.1 Desain Quasi Eksperimen Pre-Test And Post-Test Control Group Design

Pretest 01 X 02 Postest

03 04

Keterangan :

O1 : Pre-test untuk kelompok eksperimen

O2 : Post-test untuk kelompok eksperimen

O3 : Pre-test untuk kelompok kontrol

O4 : Post-test untuk kelompok kontrol

X : Perlakuan untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di di Kelurahan Baros Wilayah Kerja

Puskesmas Baros Kota Sukabumi.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan mulai bulan Maret sampai dengan Agustus 2021.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk mempelajari variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Dalam Penelitian ini meliputi

variabel bebas (independen) dan variabel tidak bebas (dependen):

1. Variabel Bebas (Variabel Independen)

85
86

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen) (Sugiyono,2018).

Dikarenakan jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen maka variabel bebas

berbentuk intervensi yaitu bekam kering.

2. Variabel Tidak Bebas (Variabel Dependen)

Variabel dependen atau sering disebut sebagai variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2018). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tekanan darah pada

lansia yang mengalami hipertensi.

D. Definisi Konseptual dan Operasional

1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual berisi kerangka konsep yang merupakan abstraksi yang

tidak dapat langsung diamati atau diukur, hanya dapat diamati atau diukur melalui

variabel (Notoatmodjo, 2018).

Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai

dengan adanya beberapa perubahan gaya hidup. Sebagaimana diketahui, ketika

manusia mencapai usai dewasa mempunyai kemampuan reproduksi dan

melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas

dan fungsi ini, dan memasuki usia selanjutnya yaitu lansia, kemudian mati (Padila,

2016).

Tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang. (Kemenkes RI, 2013).

86
87

Tekanan darah tinggi pada lansia adalah salah satu dari penyakit degeneratif

yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan normal

menjadi lebih buruk (Suiraoka, 2012).

Teknik relaksasi lima jari merupakan teknik distraksi iamajiansi terbimbing

dimana paasien membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan

mengkonsentrasikan diri dari perhatian terhadap masalah. Teknik relaksasi lima

jari mampu menjangkau pikiran bawah sadar, tempat dimana emosi berproses,

sehingga mampu menghilangkan masalah emosional yang ada dalam pikiran

bawah sadar tersebut (Davis & McKay, 2008) dalam (Dewi. R, 2021).

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasioanal

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.

Definisi oprasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam

penelitian . sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat

diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat, 2017). Adapun variabel yang

akan didefinisikan secara operasional adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala


Ukur
1. Teknik Dalam peneltian ini, SOP Teknik Relaksasi - -

Relaksasi Teknik Relaksasi Lima Lima Jari

Lima Jari Jari adalah suatu Teknik

Relaksasi yang

diberikan pada lansia

87
88

dengan mengatur

pernafasan dan

mengingat pengalaman

yang indah serta

menyelaraskan fikiran

yang bertujuan

mengurangi sress serta

menurunkan tekanan

darah pada lansia

penderita hipertensi

dilakukan selama 10-15

menit setiap hari selama

7 hari.
2. Tekanan Tekanan darah yang Sphygmomanometer Skor Rasio

darah diukur pada nadi yang yang telah dikalibrasi ,

dinyatakan dalam stetoskop serta lembar

mmHg yang diukur observasi

sebelum dan sesudah

perlakuan.

3. Cara Kerja

Peneliti akan memilih responden yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak

28 responden dengan kelompok intervensi sebanyak 18 responden dan kelompok

kontrol sebanyak 10 responden. Kemudian peneliti akan mengadakan pendekatan

kepada responden dan menjelaskan tujuan, manfaat dan peran serta mereka selama

penelitian. Peneliti menjamin kerahasiaan responden dan responden berhak menolak

88
89

menjadi responden. Bila responden menyetujui maka peneliti meminta responden

untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

Peneliti akan menjelaskan tentang prosedur Teknik Relaksasi Lima Jari kepada

klien. Untuk kelompok kontrol hanya dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum

dan sesudah kelompok intervensi diberi perlakuan. Peneliti melakukan pengukuran

tekanan darah sebelum intervensi (pretest) dan mencatat hasilnya. Untuk kelompok

intervensi setelah diukur tekanan darahnya dalam 1 menit, kemudian akan dilakukan

Teknik Relaksasi Lima Jari selama 10 menit. Setelah dilakukan intervensi, 3 menit

kemudian akan dilakukan pengukuran tekanan darah (posttest). Selanjutnya peneliti

akan mencatat hasil pengukuran tekanan darah responden pada lembar observasi.

Intervensi Teknik Relaksasi Lima Jari akan dilakukan sekali waktu selama penelitian

dengan rentang waktu 15 menit untuk semua responden pada kelompok intervensi.

Pengukuran pretest dan posttest pada kelompok intervensi akan dilakukan 1

menit sebelum dan 3 menit setelah dilakukan terapi meditasi. Pada pengambilan data

akan dibagi dalam 4 kelompok, pada kelompok 1 terdiri dari 4 orang akan dilakukan

intervensi pada hari 1-2, kelompok 2 terdiri dari 4 orang akan dilakukan intervensi

pada hari ke 2-3, kelompok 3 ada 5 orang akan dilakukan intervensi pada hari ke 3-5

dan kelompok 4 ada 5 orang akan dilakukan intervensi hari ke 5-7. Sehingga peneliti

dalam pengambilan data ini akan memerlukan waktu 7 hari.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2018).

89
90

Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah seluruh lansia

yang mengalami hipertensi yang berada di Kelurahan Baros Wilayah Kerja

Puskesmas Baros Kota Sukabumi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi terebut. Oleh karena itu, sampel yang diambil dari

populasi harus betul-betul representif atau mewakili (Sugiyono, 2018). Adapun

sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebagian lansia yang

mengalami hipertensi yang berada di Kelurahan Baros Wilayah Kerja

Puskesmas Baros Kota Sukabumi.

Dalam pemilihan sampel dilakukan pemilihan kriteria dimana kriteria

tersebut dapat menentukan layak dan tidaknya sampel yang akan digunakan.

Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau yang

layak diteliti. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian sebab-sebab tertentu.

Kriteria responden dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi responden dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Berusia 60- 74 tahun dengan hipertensi,

2) Lansia dengan hipertensi derajat I (tekanan sistolik 140-159 mmHg

atau tekanan diastolik 90-99 mmHg),

3) Lansia dengan kategori perawatan mandiri,

4) Lansia yang tidak mengkonsumsi obat penurun tekanan darah,

5) Bersedia menjadi responden dalam penelitian.

90
91

b. Kriteria Eksklusi responden dalam penelitian ini sebagai berikut :

1) Berusia > 60 tahun dan > 75,

2) Tekanan darah < 140/90 mmHg dan > 159/99 mmHg,

3) Mengundurkan diri sebagai responden penelitian.

3. Ukuran Sampel

Menurut Gay & Diehl dalam Budhiana (2019) sampel quasi eksperiment

minimal 15 cukup representative. Sampel juga didefinisikan sebagian bagian

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2018). Untuk

mengantisipasi responden tidak mau ikut berpartisipasi dalam penelitian. Maka

akan dilakukan koreksi sampel berdasarkan prediksi sampel droup out dari

penelitian. Rumus untuk koreksi jumlah sampel adalah :

n
n' =
1−f

Keterangan :

n1 : Besar sampel setelah dikoreksi

n : Jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya

f : Prediksi presentasi jumlah drop out

4. Teknik Pengambilan sampel

Sampling atau cara pengambilan sampel adalah suatu proses seleksi

sampel yang dapat digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada,

sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada

(Hidayat, 2018). Sampling atau cara pengambilan sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan Purposive Sampling atau

pengambilan yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat

91
92

oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat – sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2018).

F. Teknik Pengambilan Data

Teknik Pengambilan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek yang

diperlukan dalam suatu penelitian agar dapat memperkuat hasil penelitian (Nursalam,

2016). Adapun teknik pengambilan data yang digunakan:

1. Jenis Data

Dalam penelitian ini akan menggunakan data primer dan data sekunder.

a. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri

(Arikunto, 2014). Data primer dalam penelitian ini adalah hasil

pengumpulan data yang diperoleh dengan cara observasi partisipatif

terhadap penderita hipertensi sebagai kelompok yang diberikan

intervensi bekam kering oleh peneliti. Data yang akan dikumpulkan

dengan cara observasi partisipatif adalah data tentang bekam kering, dan

untuk tekanan darah melalui pengukuran tekanan darah yang diperoleh

dari hasil pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan

sphygmomanometer yang hasilnya akan dimasukkan ke dalam lembar

observasi. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada penderita

hipertensi sebelum dan sesudah intervensi Teknik Relaksasi Lima Jari.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain

atau dokumen (Sugiyono, 2018). Data sekunder dari penelitian ini

diperoleh oleh Dinas Kesehatan Kota Sukabumi tahun 2019, data

92
93

Puskesmas Baros Kota Sukabumi tahun 2019, buku-buku referensi yang

berkaitan dengan materi penelitian, jurnal, dan internet.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat pada waktu penelitian menggunakan metode

(Arikunto, 2014). Untuk dapat mengukur variabel penelitian ini, peneliti menggunakan

instrumen untuk menggunakan data. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo

(2018), bahwa yang dimaksud dengan instrumen adalah alat-alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data, instrumen ini dapat berupa kuesioner (pertanyaan), formulir

observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pemetaan data dan lain-lain.

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan panca

indera (melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan meraba). Instrument yang

digunakan dalam observasi adalah panduan atau pedoman observasi. Pedoman

observasi merupakan panduan berupa checklist yang digunakan oleh peneliti

untuk menilai secara langsung perilaku yang ditunjukkan oleh responden.

Pedoman observasi digunakan dan diisi oleh peneliti atau observer yang telah

dilatih. Sehingga instrument jenis ini sangat tepat digunakan untuk mengukur

indikator variabel berupa keterampilan atau perilaku. Dalam menggunakan

instrumen ini sebaiknya peneliti melakukan penyamaran dengan cara melakukan

observasi tanpa sepengatahuan responden guna mendapat hasil data yang valid

(Dharma, 2011).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa observasi

partisipatif dimana observer secara aktif mengikuti aktivitas yang dilakukan oleh

responden. Hasil dari pengukuran tekanan darah akan dimasukkan ke dalam

93
94

lembar observasi pengukuran tekanan darah penderita hipertensi sebelum dan

sesudah dilakukan intervensi Teknik Relaksasi Lima Jari.

2. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara berinteraksi, bertanya dan mendengarkan apa yang disampaikan secara

lisan oleh responden. Metode wawancara merupakan pilihan yang tepat jika

ingin mendapatkan data yang mendalam atau ingin memperjelas terhadap

sesuatu yang diamati dari responden. Metode ini sering digunakan untuk

mengetahui pendapat, pandangan, pengalaman, atau persepsi responden

terhadap suatu permasalahan (Dharma, 2011).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

wawancara tidak terstruktur dimana wawancara yang dilakukan dengan

responden tanpa terikat oleh daftar pertanyaan. Pewawancara dapat

mengembangkan pertanyaan seputar penyebab penyakit hipertensi yang diderita

oleh responden, obat yang digunakan oleh responden, adakah anggota keluarga

yang memiliki penyakit hipertensi dan sejak usia berapa atau sudah berapa lama

responden mempunyai penyakit hipertensi. Meskipun pewawancara memiliki

acuan dalam bertanya tetapi yang diajukan kepada setiap responden dapat

berbeda tingkat kedalamannya sesuai dengan respon dari responden tersebut.

Sehingga metode ini terlihat lebih fleksibel dan memungkinkan untuk

mendapatkan data yang lebih mendalam dan terperinci.

H. Pengolahan dan Teknik Analisis Data

1. Pengolahan Data

94
95

Menurut Notoatmodjo (2018) dalam melakukan analisis data terlebih

dahulu data harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi.

Dalam proses pengolahan data tersebut terdapat langkah-langkah yang harus

ditempuh, diantaranya:

a. Editing

Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data. Proses editing

dalam penelitian ini dilakukan untuk memeriksa kelengkapan semua lembar

observasi responden.

b. Coding

Coding yaitu kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

c. Data entry/prosessing

Data entry yaitu kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel atau data base komputer. Proses entry data pada

penelitian ini menggunakan Software komputer.

d. Pembersihan data (Cleaning)

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah

ada kesalahan atau tidak.

2. Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan bagian penting dari suatu penelitian. Dimana tujuan

dari analisis data ini adalah agar diperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti.

95
96

Data yang telah terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program

SPSS.

Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Gambaran Karakteristik Responden

Analisis gambaran karakteristik responden dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi dan presentase pada tiap-

tiap karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, sumber informasi

kesehatan selama ini, pendidikan, dan pekerjaan. Untuk selanjutnya hasil

distribusi frekuensi dan presentase tersebut diinterpretasikan.

Secara umum analisa data pada karakteristik responden dengan

menggunakan table frekuensi dan persentasi dengan rumus:

A
P= × 100 %
B

Keterangan :

P= Presentase kategori

A= Jumlah responden pada tiap kategori

B= Jumlah seluruh responden

b. Analisis Univariat

Analisa univariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel

dari hasil penelitian, dalam analisis ini hanya menggunakan distribusi fekuensi

dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2018). Analisa data yang akan

digunakan adalah analisa secara univariat dengan mengenal median dan

simpang baku tekanan darah penderita hipertensi sebelum dan sesudah

diberikan bekam kering.

96
97

Analisa data pada variabel penelitian dilakukan untuk mengetahui nilai

maksimum, nilai minimum, rata-rata dan standar deviasi. Nilai minimum adalah

nilai terendah dari data yang diperoleh, sedangkan nilai maksimum adalah nilai

tertinggi dari data yang diperoleh. Untuk nilai rata-rata dan standar deviasi

dijelaskan dalam rumus berikut :

1) Rumus mean atau rata-rata

X 
fx
n

Keterangan:

: Rata-rata
: Frekuensi masing-masing kelas
: Nilai tengah kelas
Fx : Hasil kali frekuensi kelas terhadap nilai

tengah kelas
∑fx : Jumlah total fx

N : Total banyaknya frekuensi

2) Rumus standar deviasi atau simpangan baku

∑ f (X − X́ )2
S=
√ n−1

Keterangan :

S: Standar deviasi
: Jumlah frekuensi setiap kelas
Χ: Nilai setiap data atau pengamatan dalam sampel
: Nilai rata-rata dalam sampel

N: Jumlah total data

c. Analisis Bivariat

Notoatmodjo (2018) menyatakan bahwa analisa bivariat adalah analisa

yang dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi.

Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji paired t-

test yang digunakan untuk menguji beda mean dari hasil pengukuran pada

97
98

kelompok yang sama. Paired t-test ini merupakan uji statistic parametric yang

memiliki syarat yaitu data harus berdistribusi normalitas terlebih dahulu (Dharma,

2011).

1) Uji normalitas data

Uji normalitas menggunakan Uji Shapiro Wilk, adalah metode uji

normalitas yang efektif dan valid digunakan untuk sampel berjumlah kecil.

Rumus Shapiro Wilk adalah sebagai berikut:

Keterangan :

D = Nilai rata-rata dalam sampel

Xn-i+1 = Angka ke n – i + 1 pada data

Xi = Angka ke I pada data

Syarat dari uji Shapiro wilk adalah sebagai berikut :

a) Data bersekala interval/rasio (kuantitatif).

b) Data tunggal/belum dikelompokan pada tabel distribusi frekuensi.

c) Data dari sampel random, data dikatakan mengikuti distribusi

normal jika nilai p-value ≥0.05.

2) Uji paired sample t-test

Uji paired sample t-test (uji t-sampel berpasangan) yaitu untuk

mengukur dan menganalisis data hasil pre dan post test. Dua sampel yang

berpasangan diartikan sebagai sebuah sample dengan subjek yang sama

namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Uji ini

bertujuan untuk mengetahui apakah dua sample berpasangan mempunyai

nilai rata-rata yang sama atau tidak. Uji komparasi antar dua nilai

pengamatan berpasangan, misalnya sebelum dan sesudah.

98
99

Uji t berpasangan adalah salah satu pengujian hipotesis dimana data

yang digunakan tidak bebas (berpasangan), ciri yang paling sering ditemui

pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai

dua jenis perlakuan yang berbeda atau lebih sering untuk melihat adanya

perbedaan antara pre dan post. Untuk rumusnya sebagai berikut :

Keterangan:

t = nilai

d = Selisih rata-rata sntara sampel

Sd = Standar deviasi

N = Jumlah pengamatan

Aturan dalam penolakan hipotesisnya adalah tolak H0 jika p-

value <0,05.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini antara

lain melalui tiga tahapan yaitu (Arikunto, 2014):

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan

lengkap mengenai masalah yang hendak diteliti. Tahap ini diawali dengan

menentukan permasalahan atau fokus penelitian yang meliputi:

Langkah 1 : Menentukan atau memilih masalah, melalui studi pendahuluan,

menyusun latar belakang

Langkah 2 : Merumuskan masalah

Langkah 3 : Menentukan tujuan

99
100

Langkah 4 : Menentukan kegunaan penelitian

Langkah 5 : Menentukan tinjauan pustaka

Langkah 6 : Menentukan kerangka pemikiran

Langkah 7 : Menentukan hipotesis penelitian

Langkah 8 : Menentukan jenis penelitian

Langkah 9 : Menentukan lokasi dan waktu

Langkah 10 : Menentukan variabel

Langkah 11 : Menentukan definisi konseptual dan operasional

Langkah 12 : Menentukan populasi dan sampel

Langkah 13 : Menyusun teknik pengumpulan data

Langkah 14 : Menentukan instrumen penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti akan mengumpulkan data sesuai dengan fokus

dan tujuan penelitian. Pengumpulan data atau informasi melalui wawancara dan

observasi serta eksperimen langsung.

3. Tahap Pelaporan

Kegiatan ini merupakan kegiatan akhir dalam penyusunan yang

kemudian diikuti dengan pencetakan dan penggandaan laporan untuk

dikomunikasikan pada pihak lain.

J. Etika Penelitian

Notoatmodjo (2018) kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang

berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak

yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil

100
101

penelitian tersebut. Menurut Hidayat (2017) dalam melakukan penelitian, seorang

penelitian harus memperhatikan aspek etika. Kaidah dasar etika penelitian, yaitu :

1. Prinsip Manfaat

Dengan prinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian yang

dilaksanakan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Prinsip

ini dapat ditegakan dengan membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan

kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk diekspoitasi. Penelitian

yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan antara aspek

resiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat mengalami

dilema dalam etik.

2. Prinsip Menghormati Manusia

Manusia memiliki hak dan merupakan mahluk yang mulia yang harus

dihormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan

tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian.

3. Prinsip Keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menjungjung tinggi keadilan manusia dengan

menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga privasi

manusia, dan tidak berhak dalam perlakuan terhadap manusia.

4. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar

subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika

subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.

101
102

5. Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah etika ini memberikan jaminan dalam pengunaan subjek

penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

6. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

DAFTAR PUSTAKA

Hartiningsih, Sri Nur, Eka Oktavianto, dan Anna Nur Hikmawati. 2021. “TERAPI

RELAKSASI NAFAS DALAM BERPENGARUH TERHADAP TEKANAN DARAH

PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI.” Jurnal Keperawatan 13(1): 123–28.

http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan%0ATERAPI.

Hastuti, Retno Yuli, dan Ayu Arumsari. 2008. “Pengaruh Terapi Hipnosis Lima Jari Untuk

Menurunkan Kecemasan Pada Mahasiswa Yang Sedang Menyusun Skripsi.” 10(21):

25–35.

Kemenkes.RI. 2014. “Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.” Infodatin

(Hipertensi): 1–7. https://www.google.co.id/url?

102
103

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjIzfDJs

YPKAhVSA44KHUmSDasQFggZMAA&url=http://www.depkes.go.id/download.php?

file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-

hipertensi.pdf&usg=AFQjCNHWLiHieCeL1Ksg4Tr_yx.

Kholifah, Siti Nur. 2016. Keperawatan Gerontik. Cetakan pe. ed. Mutimanda Dwisatyadini.

Mohd, Syukri. 2017. “Efektivitas Terapi Hinosis Lima Jari Terhadap Ansietas Klien

Hipertensi di Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2017.” 19(2): 353–56.

Naftali, Ananda Ruth et al. 2017. “Kesehatan Spiritual dan Kesiapan Lansia dalam

Menghadapi Kematian.” Jurnal Kesehatan 25(2): 124–35.

Nuraini, Bianti. 2015. “Risk factors of hypertension.” 4(5): 10–19.

Ramdani, Hasbi Taobah, Eldessa Vava Rilla, dan Wini Yuningsih. 2017. “Volume 4 | Nomor

1 | Juni 2017.” Jurnal Keperawatan ’Aisyiyah 4(1): 37–45.

Sari, Yuli Permata, dan Lio Ok Satria. 2018. “Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas

hidup lansia osteoarthritis.” Jurnal Keperawatan 1(1): 2622–2256.

Widianto, Ajikwa Ari, Muhammad Fadhol Romdhoni, Dewi Karita, dan Mustika

Ratnaningsih Purbowati. 2019. “Hubungan Pola Makan Dan Gaya Hidup Dengan Angka

Kejadian Hipertensi Pralansia Dan Lansia.” MAGNA MEDICA: Berkala Ilmiah

Kedokteran dan Kesehatan 1(5): 58.

DAFTAR PUSTAKA

Martin, W. (2016). Pengaruh Terapi Meditasi Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada
Lansia Yang Mengalami Hipertensi.

103
104

Putri, G d. (2019). Peramalan Jumlah Kasus Penyakit Hipertensi Di Kabupaten Jember


Dengan Metode Time Series. Jember: Universitas Jember

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

B, M. (2016). The Role Of Autonomic Control In Cardiovascular System. Jakarta: Egc.

Budi, P. S. (2015). Hipertensi Manajemen Komprehensif. Surabaya: Airalangga University


Press.

Hidayat. (2017). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba
Jakarta.

Aprilla .N, dkk. (2019). Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Tentang Hipertensi
dengan kepatuhan Minum Obat Antihipertensii. Kampa: Universitas Pahlawan

Hariawan .H & Tatisina.M. (2020). Pelaksanaan ppemberdayaan keluarga Dan Senam


Hipertensi Sebagai Upaya Manajemen Diri Penderita Hipertensi. Mataram:
Poltekkes Kemenkes Maluku

James, P. O. (2014). Evidence Based Guidline For The Management Of High Blood Pressure
In Adults. Report From The Panel Members Appointed To The Eighth Joint National
Vommittee (Jnc 8).

Johan, B. (2019/2020). Modul Praktikum Biostatistika Aplikasi Dengan Spss 16.0.


Sukabumi: ---.

Kamila, M. (2017). Perbedaan Pengaruh Pemberian Meditasi Sederhana Dan Latihan Deep
Breathing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di

104
105

Posyandu Lansia Mentari Senja Semanggi Surakarta. Surakarta, STIKES PKU


Muhammadiyah Surakarta.

Kemenkes, P. (2013). Lansia Di Indonesia Jakarta. Pusat Data Dan Informasi Kementrian
Kesehatan Ri.

Kementerian Kesehatran RI, D. J. (2014). Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi FKTP.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kesehatan, D. (2009). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025.

Kesehatan, K. (2013). Pusat Data Dan Informasi Kesehatan Ri.

Kesehatan, K. (2017). Hipertensi. Jakarta: Kementerian Kesehatan .

Kushariyadi. (2010). Asuhan Pusat Data dan lnformasi Kementerian Kesehatan Rl Keperawatan
Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.

Lansia, K. (2018). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta: Komisi Nasional Lanjut Usia.

Medika, B. T. (2016). Berdamai Dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mims. (2017-2018). Empowering Healthcare Communities Referensi Obat. Jakarta:


Mediadata Indonesia.

Pramudhanti .H & Mabruri . I , (2017). Efektifitas Meditasi Transedental Untuk Menurunkan


Stres Pada Penderita Hipertensi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

105
106

Nuraini, B. (2015). RISK FACTORSOF HYPERTENSION . Faculty of Medicine, University


of Lampung .

Nurhidayar, S. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi Dengan Pendekatan


Riset. Ponorogo: Unmuh Ponorogo Press.

Nursalam. (2016). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta. Jakarta: Salemba Medika.

Organization, W. H. (2018). Prevalensi Hipertensi Di Negara Maju. Jenewa: Word Healt


Organization.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ruth, F. D. (2009). Human Development Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba


Humanika.

Siti Nur Kholifah, S. M. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kemenkes RI.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suiraoka. (2012). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sukandar, Y. E. (2014). Iso Farmakoterapi. Yogyakarta: Pt. Isfi Penerbitan.

Sylvestris, A. (2014). Hipertensi Dan Retinopati Hipertensi.

Triyanto, E. (2013). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

106
107

Wajan, U. J. (2011). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Watson, R. (2016). Anatomi & Fisiologi Untuk Perawat. Jakarta: Egc.

Widharto, D. (2018). Bahaya Hipertensi. Jakarta: PT. Sunda Kelapa Pustaka.

Wulandari Susilo, Y. A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Andi.

American Heart Association, 2014. Heart Disease and Stroke Statistics. AHA Statistical
Update, p. 205.

Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. 2019. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.
Sukabumi: Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

American Heart Association, 2014. Heart Disease and Stroke Statistics. AHA Statistical
Update, p. 205

SURAT PENGANTAR RESPONDEN

Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yodysta Purnama Agustin
Nim : C1AA17165

107
108

Status : Mahasiswa Program Sarjana Keperawatan STIKes Sukabumi

Saya mahasiswa Program Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Sukabumi yang sedang mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Teknik Relaksasi
Lima Jari Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Kelurahan Baros Wilayah
Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi responden, kerahasiaan
semua informasi yang telah saudara berikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. sehubungan dengan hal tersebut di atas saya mohon kesediaan
saudara untuk menjadi responden.
Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

Mahasiswa Peneliti

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

(Informed Consent)

Judul : Pengaruh Teknik Relaksasi Lima Jari Terhadap Tekanan Darah


Pada Lansia Hipertensi di Kelurahan Baros Wilayah Kerja
Puskesmas Baros Kota Sukabumi.
Nama : Yodysta Purnama Agustin
Nim : C1AA17165

Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Sarjan Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sukabumi yang bernama Yodysta Purnama Agustin dengan judul Pengaruh
Teknik Relaksasi Lima Jari Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di Kelurahan
Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi.

108
109

Saya memahami bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih mendalam serta menggali gagasan atau ide atas permasalahan yang diteliti dan tidak
akan berakibat negatif terhadap saya, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden pada
penelitian ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat secara sukarela dan tidak ada unsur
pemaksaan dari siapapun, dengan ini saya menyatakan bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini.

Sukabumi, ………………… 2020

Responden

( )

109
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
RELAKSASI LIMA JARI PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI

DATA DEMOGRAFI

No. Responden : (Diisi oleh Peneliti)

Hari / Tanggal Pengisian :

PROSEDUR TEKNIK RELAKSASI LIMA JARI


PADA
LANSIA PENDERITA HIPERTENSI
No. Dokumen No. Dokumen Halaman 2 dari 3
Tanggal Terbit Protokol Pelaksanaan Teknik Relaksasi Lima Jari
Prosedur A. Persiapan pasien
1. Menjelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan teknik
relaksasi lima jari 10-15 menit pada pasien dan keluarga.
2. Siapkan lingkungan yang dapat mendukung teknik
relaksasi lima jari.
3. Memonitor keadaan umum dan mengukur tanda-tanda vital
pasien.
4. Mengajarkan latihan pemanasan dengan teknik nafas dalam

dengan cara menghirup nafas dari hidung, menahannya

dengan hitungan 1 – 3 dan membuang nafas perlahan lahan

melalui mulut. Teknik nafas dalam diulang 8 kali sampai

pasien merasa rileks.

5. Pengaturan posisi pasien dengan duduk di tempat tidur atau

duduk dikursi (yang dirasa lebih nyaman oleh pasien),

meletakkan tangan diatas paha secara rileks, telapak tangan

terbuka keatas dan mata terpejam.


B. Tahap Kerja
1. Sentuhkan ibu jari anda dengan
telunjuk. Sambil melakukannya,
bayangkan saat anda merasa sehat,
saat anda menikmati kegiatan fisik
yang menyenangkan. Anda bisa
membayangkan bahwa anda baru saja
selesai berbelanja di pasar, melakukan
jalan pagi, dan sebagainya.
2. Sentuhkan ibu jari anda dengan jari
tengah, sambil melakukannya,
bayangkan saat anda mengalami
bahagia dan jatuh cinta. Anda bisa
membayangkan bahwa anda
mendapatkan pelukan yang hangat
dari suami atau anak yang disayangi,
atau melakukan percakapan yang
romantis bersama suami.

3. Sentuhkan ibu jari anda pada jari


manis. Sambil melakukannya,
bayangkan saat anda menerima
pujian yang paling indah. Coba untuk
benar benar merasakannya saat ini.
Dengan menerimanya, anda
memperlihatkan rasa terima kasih
yang besar pada orang yang telah
memberikan pujian tersebut.
4. Sentuhkan ibu jari anda dengan jari
kelingking. Sambil melakukannya,
bayangkan tempat yang paling indah
yang pernah anda kunjungi. Anda
berada di sana untuk beberapa saat.
Tahap Terminasi

Pasien tetap mempertahankan posisi rileks, dan ambil nafas dalam 3


x.
Membuka mata.
Mengecek tanda-tanda vital, pola napas, dan denyut jantung pasien.

Referensi : SOP_Teknik Relaksasi Lima Jari_Rosliana Dewi_2021


LEMBAR OBSERVASI PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN
SESUDAH INTERVENSI TEKNIK RELAKSASI LIMA JARI

Hari/Tanggal :
Alamat :

Jenis TD TD
No. Nama Responden Usia
Kelamin Sebelum Sesudah

Anda mungkin juga menyukai