Anda di halaman 1dari 59

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KUALITAS

HIDUP PADA WANITA MENOPAUSE


DI POLI GERIATRI RSUD ULIN BANJARMASIN
Studi Penelitian Observational dengan rancangan Cross-Sectional
di Poli Geriatri RSUD Ulin Banjarmasin

Usulan Penelitian
Diajukan guna memenuhi sebagai syarat
Untuk memperoleh derajat Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Oleh
Satrio Bagas Suryonegoro
1710911210047

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
BANJARMASIN
Juli, 2020
Usulan Penelitian oleh Satrio Bagas Suryonegoro
Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Banjarmasin, Juli 2020


Pembimbing Utama

(dr. Meldy Muzada Elfa, Sp.PD)


NIP. 19831201 201001 1 005

Banjarmasin, Juli 2020


Pembimbing Pendamping

(Dr.dr. Meitria Syahdatina Noor, M.Kes)


NIP. 19790519 200604 2 001

II
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam usulan penelitian ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Banjarmasin, 2020

Satrio Bagas Suryonegoro


NIM.170911210047

iii
iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN................................................................. iii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iv

DAFTAR TABEL.................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR............................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah....................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian......................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian....................................................................... 4

E. Keaslian Penelitian...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Menopause............................................................................ 6

A. Hipertensi..................................................................................... 11

B. Kualitas Hidup............................................................................ 15

BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori............................................................................ 22

B. Hipotesis...................................................................................... 28

IV
v

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian........................................................... 29

B. Populasi dan Sampel............................................................ 29

C. Instrumen Penelitian............................................................ 31

D. Variabel Penelitian............................................................... 32

E. Definisi Operasional............................................................ 32

F. Prosedur Penelitian.............................................................. 34

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data........................ 35

H. Cara Analisis Data............................................................... 36

I. Tempat dan Waktu Penelitian............................................... 37

J. Biaya Penelitian.................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 39

LAMPIRAN ......................................................................................... 44

V
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Populasi wanita memasuki menopause diperkirakan meningkat setiap tahun,

berdasarkan data World Health Organization sekitar 25 juta wanita di dunia

mengalami menopause setiap tahunnya. Wanita dengan usia 50 tahun keatas

sebanyak 467 juta wanita menghabiskan sisa hidupnya dalam keadaan paska

menopause dan 40% dari jumlah tersebut tinggal di negara berkembang dengan

rata-rata umur mengalami menopause pada umur 51 tahun. World Health

Organization (WHO) memperkirakan peningkatan pada jumlah wanita usia 50

tahun dari 500 juta menjadi lebih dari 1 milyar pada tahun 2030. Wanita

menopause di Asia pada tahun 2025 diperkirakan akan terjadi lonjakan dari 107

juta jiwa menjadi 373 juta jiwa.1

Menurut Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI setiap tahunnya

terjadi peningkatan persentase penduduk lansia di Indonesia, pada tahun 2010

terdapat 7,6%, 2015 terdapat 8,5% diperkirakan akan pada tahun 2020 akan

mencapai 10% dari seluruh populasi di Indonesia.2 3


Kalimantan selatan pada

tahun 2018 tercatat memiliki jumlah pria usia lanjut sebanyak 80.893 jiwa dan

wanita usia lanjut sebanyak 98.126 jiwa.1

1
2

Meski menopause tidak menyebabkan kematian, namun dapat menyebabkan

ketidaknyamanan dan gangguan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat

menurunkan kualitas hidup, selain itu terdapat peningkatan risiko pada penyakit

kardiovaskular, osteoporosis, dan diabetes.5 Pada wanita peningkatan risiko

hipertensi terjadi secara signifkan saat memasuki masa menopause. Hal ini

dikarenakan peningkatan risiko dalam ateroskelrosis yang pada akhirnya dapat

menyebebkan hipertensi, hal ini dikarenakan estrogen memiliki peran penting

dalam angka kejadian penyakit hipertensi pada wanita menopause.

Estrogen memiliki banyak kegunaan yaitu dapat meningkatkan vasodilatasi

dengan meningkatkan konsentrasi plasma dari faktor relaksasi nitrat oksida yang

diturunkan dari endotelium sehingga mampu menghambat sistem renin

angiotensin, selain itu juga dapat mengurangi tekanan darah dengan peningkatan

vasodilator endotel.2 Sehingga banyak faktor yang dapat meningkatkan tekanan

darah pada wanita menopause.3

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan penurunan

kualitas hidup, dikarenakan dengan hipertensi dapat mengganggu aktifitas sehari-

hari.(1) Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Alfian R. dkk, 2017 bahwa

kualitas hidup pasien hipertensi rawat jalan di RSUD Ulin Banjarmasin sebanyak

73,8% dari 51 orang berada di bawah nilai rata-rata atau kualitas hidup kategori

buruk 73,8 % dan hanya 26,2% yang berada di atas nilai rata-rata atau masuk

kategori baik.4 Namun terdapat perbedaan dengan penelitian oleh Baroroh F, 2019

didapatkan bahwa 58,93% dari 56 orang memiliki kualitas hidup baik meski

mengalami hipertensi dan 41,07% yang memiliki kualitas hidup yang buruk. 5
3

Tahap menopause, akan terjadi pengerasan arteri dan disfungsi endotel

menyebabkan gejala yang lebih sering dan parah, sehingga terjadinya penurunan

kualitas hidup.3

Pada wanita menopause terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi

dalam kualitas hidupnya salah satunya yaitu peningkatan risiko pada penyakit

degeneratif. Penyakit degeneratif yang meningkat risikonya ketika wanita

memasuki menopause yaitu hipertensi, diabetes miletus, ostheporosis,

ostheoarthritis dll.6 Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

paling sering diderita pada wanita menopause. 7 Namun dalam hal ini masih

banyak data yang kurang mengenai pengaruh peningkatan hipertensi pada wanita

menopause pada kualitas hidup, oleh karena itu peneliti mengambil hal tersebut

sebagai judul dan penelitian.

A. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah terdapat hubungan antara kejadian

hipertensi dengan kualitas hidup pada wanita post menopause di Poli Geriatri

RSUD Ulin Banjarmasin.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menjelaskan Hubungan hipertensi

dengan kualitas hidup pada wanita postemopause di Poli Geriatri RSUD Ulin

Banjarmasin

Tujuan khusus penelitian ini yaitu:


4

1. Menganalisis hubungan hipertensi terhadap aspek fisik pada wanita menopause

terhadap kualitas hidup.

2. Menganalisis hubungan hipertensi terhadap aspek mental pada wanita

menopause terhadap kualitas hidup.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis

Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan sebagai tambahan data untuk

penelitian selanjutnya mengenai hubungan antara kejadian hipertensi pada wanita

menopause.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

tambahan mengenai faktor yang mengurangi kualitas hidup pada wanita

menopause dengan hipertensi

E.Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian penelitian hubungan wanita menopause dengan hipertensi

terhadap kualitas hidup


5

No Nama Judul Persamaan Perbedaan


Peneliti Penelitiaan

(Tahun)

1 Tarigan, Dominant · · Per


Imarina Factors Hubungan Wanita bedaan Pelaksanaan
Rahayu Affecting In Menopause Tempat Penelitian
Sanusi, Sri Quality Of Life Dengan Kualitas
Menopause Hidup · Per
Womena bedaanpada Variabel
· Terikat
Menopause

·
Observasional
Analitik

2 Khalifeh, Hypertension In · · Per


Malak The Lebanese Penelitian bedaan Pada Populasi
Salameh, Adults: Impact Observasional Sampel
Pascale On Health Analitik
Hajje, Et All Related Quality · Me
Of Life · nggunakan Kuesioner
Variabel Terikat Short Form-36

3 Gonibala, Hubungan · · Per


R.S., Antara Variabel Bebas: bedaan Pelaksanaan
Kaunang, Hipertensi Hipertensi Penelitian
W.P. And Dengan Kualitas
Sekeon, Hidup Pada · · Per
S.A., Lansia Di Variabel bedaan Pada Metode
Kelurahan Terikat: Penelitan: Survey
Kolongan Kualitas Hidup Analitik
Kecamatan
Tomohon
Tengah Kota
Tomohon Pada
Tahun 2017.
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Wanita Menopause

1. Definisi

Berdasarkan World Health Organization menopause adalah suatu kondisi

berhentinya menstruasi selama 12 bulan akibat dari kehilangan aktivitas folikel

ovarium, menopause pada umunya terjadi dengan rentang usia 40 tahun hingga 60

tahun dengan rata rata pada usia 51 tahun. Menopause sendiri bisa didefiniskan

sebagai berhentinya masa kesuburan, dikarenakan habisnya persedian sel telur dan

indung telur berhenti memproduksi estrogen.8

2. Fisiologi Menopause

Ketika wanita memasuki usia 35 tahun dan setelah usia 40 tahun fertilitas

pada wanita akan terjadi penurunan drastis. Percepatan tersebut mungkin

merupakan tanda pertama dari terjadinya kegagalan ovarium. Pada fase tersebut

akan terjadi sedikit peningkatan kadar FSH , sebaliknya produksi estrogen

ovarium dan estrogen inhibin akan menurun sekitar 3 – 4 tahun sebelum

menopause. Seiring pemendekan progesif pada fase folikuler akan menyebabkan

lama siklus menstruasi cenderung ikut memendek dan pada akhirnya ovulasi dan

menstruasi benar-benar berhenti.9

6
7

Saat memasuki menopause, terjadinya penurunan produksi estrogen akbiat

sinyal umpan balik negatif terhadap hipofisis dan hipotalamus menyebabkan

kadar gonadotropin mengalami peningkatan secara progresif. Kemudian kadar

FSH akan meningkat secara tidak terkendali terhadap kadar LH diakibatkan

penerunan estregon inhibin. Peningkatan pada kadar FSH serum dapat dijadikan

acuan dalam penegakan diagnosis menopause. 6

3. Menopause Terhadap Indeks Masa Tubuh

Estrogen juga memiliki peran penting terhadap indeks masa tubuh, ketika

menopause terjadi penurunan estrogen dapat meningkatkan indeks masa tubuh.

Ketika terjadi menopause akan terjadi pergeseran keadaan horomn estetogenik

menjadi androgenik dimana kadar testosteron di wanita akan lebih tinggi.

Penurunan estrogen akan menyebabkan penurunan hormon pengikat globulin,

sehingga hormon androgen meningkat. Peningkatan pada androgen, yang berarti

testosteron bioavailable akan meningkatkan rangsangan akumulasi lemak pada

preadiposit lemak visceral. 6

Dalam sebuah studi mengatakan bahwa umumnya akan terjadi

penumpukan lemak visceral selama 5 tahun pada wanita yang mengalami

menopause. Ketika itu peningkatan kadar testosteron akan meningkat secara cepat

sehingga peningkatan adiposit akan lebih tinggi daripada wanita yang belum

menopause. Selain penurunan estrogen, terdapat faktor lain yang dapat

meningkatkan peningkatan lemak yaitu reseptor FSH. Reseptor FSH memiliki

peran meningkatkan sintesis lipid adiposit dan menyebabkan peningkatan kadar


8

leptin dan penurunan kadar adiponektin dalam serum, sehingga dapat

meningkatkan akumulasi lemak. Sehingga akibat peningkatan akumulasi lemak

pada wanita menopause, akan terjadi peningkatan berat badan yang signifikan. 6

Akibat penumpukan adipositas visceral menyebabkan peningkatan produksi

sitokin proinflamasi. Peningkatan sitokin proinflamasi meningkatkan sirkulasi

asam lemak bebas dan meningkatkan oksigen reaktif. Peningkatan yang terjadi

menyebabkan resistensi insulin pada tubuh. Selain itu, penurunan reseptor

estrogen alpha dipercaya menyebabkan resistensi insulin pada jaringan perifer. 10

Berdasarkan faktor penurunan kadar SHBG diperburuk oleh resistensi insulin

meningkatkan kejadian diabetes mellitus tipe 2 pada wanita pascamenopause.6

4. Menopause Terhadap Kesehatan Tulang

Menopause pada wanita juga dapat mempengaruhi penurunan kesehatan

tulang pada tubuh. Berkurangnya produksi estrogen setelah masa menopause

dapat mengilangkan densitas tulang sekitar 3-5% selama5-10 tahun. Estrogen

dalam hal ini berperan dalam pembentukan masa tulang. Estrogen memilik efek

meningkatkan produksi osteoblas dan menekan produksi osteoklas. Sehingga jika

penurunan estrogen akan berdampak peningkatan osteoklas sehingga lebih

mudahnya tulang menjadi keropos dan menyebabkan osteoporosis.11,12

5. Menopause Terhadap Imunitas

Pada masa menopause juga terjadi perubahan sistem kekebalan tubuh yang

dikaitkan dengan penurunan estrogen. Terjadi peningkatan penanda serum


9

proinflamasi Interleukin-1(IL-1), Interleukin-6(IL-6), Tumor Necrosis Factor

(TNF-alpha), respon sel terhadap sitokin, dan penurunan limfosit Cluster

Differentiation (CD4) T dan B pada aktivitas sitotoksik. Penurunan imunologis

diakibatkan natural killer’s cell kadar estrogen dan Dehydroepiandrosterone

(DHEA) sulfat yang rendah sehingga menskresikan ITF-G. Selain itu juga terjadi

peningkatan sitokin IL-1 dan IL-6 yang sangat signifikan. Peningkatan IL-6 dan

TNF-alpha yang terjadi mengakibatkan respon imun menjadi dilemahkan dan

rentan terhadap infeksi dan invasi mikroba terhadap tubuh. 1L-6 merupakan

faktor yang sangat berpengaruh terhadap reabsorbsi tulang terhadap aktivasi

osteoklas dan meningkatkan risiko penyakit lain seperti diabetes, aterosklerosis

dan penyakit kardivoskular.13

6. Menopause Terhadap Kejadian Hipertensi

Pada wanita menopause terjadi peningkatan risiko terjadinya hipertensi

yang diakibatkan terjadinya penurunan hormon estrogen dalam mencegah

terjadinya aterosklerosis, yang dapat menyebebakan peningkatan tekanan darah.

Selain itu terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko dikarenakan

wanita memasuki masa menopause yaitu perubahan suasana hati, stress, dan

peningkatan berat badan serta peningkatan LDL, dan senitivitas garam yang lebih

tinggi. Sebagian besar hal itu berdampak pada produksi sitokin dan adipokin

proinflmasi di jaringan adiposa viseral yang berkaitan erat pada volume lemak

jantung, yang pada akhirnya akan menyebabkan peningkatan kerja jantung dan

terjadinya peningkatan tekanan darah.14,15 Sebelum menopause pada wanita, kadar


10

hormon pada wanita berfluktuasi secara mencolok selama siklus ke siklus, dengan

lonjakan estrogen intermiten.4 Estrogen berperan secara tidak langsung mencegah

aterosklerosis pada kasus cedera pembuluh darah. Ketika wanita mengalami

menopause terjadi penurunan estrogen yng dapat menyebabkan kenaikan LDL

sehingga rentan terjadinya aterosklerosis.16 Ketika terjadi peningkatan LDL

menyebabkan penimbunan pada makrofag, sel otot polos pada pemmbuluh darah.

Ketika LDL yang menumpuk akan menyebabkan terjadinya oksidasi LDL dan

terjadinya inflamasi. Inflamasi yang terjadi akan menyebabkan gangguan

vasodilatasi, dan menyebabkan efek protrombik. Efek tersebut akan menyebabkan

lesi fibrofatty dan fibrous sehingga muncul plak aterosklerosis yang berlangsung

lama akan menyebabkan peningkatan tekanan darah.2,15

Selain hal tersebut juga cenderung wanita menopause akan mengalami

kenaikan berat badan dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hal ini

mengakibatkan terjadinya peningkatan resistensi perifer dan menyebabkan lebih

banyak volume gesekan darah ke dalam pembuluh darah. Peningkatan sel-sel

lemak meningkatan produksi angiotensinogen dalam jaringan adiposa.

Angiotensinogen berperdan dalam peningkatan tekanan darah ketika terjadi

konversi menjadi angiotensin I oleh renin. Angiotensin I menjadi angiotensin II

oleh angiotensin converting enzyme (ACE), yang dapat meningkatkan hormon

antidiuretik (ADH) dan aldosteron. Hormon ADH diproduksi di hipotalamus dan

bekerja di ginjal untuk mengatur viskositas dan volume urin. Akibat peningkatan

ADH, akan sangat sedikit urin yang dieksresikan dari tubuh, mengakibatkan urin

menjadi terkonsentrasi. Untuk mengkompensasi hal tersebut, terjadinya


11

peningkatan volume cairan ekstra seluler dengan menarik cairan intraseluler

sehingga terjadinya peningkatan tekanan darah. Selain itu Aldosteron berperan

penting mengatur volume cairan ekstraseluler di ginjal. Di tubulus ginjal akan

terjadi pengurangan ekskresi penyerapan kembali NaCl. Kemudian terjadi

peningkatan volume dan tekanan darah akibat pengenceran konsentrasi Nacl

akibat peningkatan volume cairan eksraseluler.17

B. Hipertensi

1. Definisi

Menurut WHO and JNC VIII adalah suatu keadaan dimana terjadi

peningkatan tekanan darah didalam arteri diatas 140/90 mmHg pada orang dewasa

dengan sedikitnya tiga kali pengukuran secara berurutan.18

2. Faktor risiko

Menurut jurnal prevalance and a associated risk factors of hypertension: a

cross-sectional study in urban Varanasi oleh singh S dkk pada tahun 2017 terdapat

beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya hipertensi,

faktor risiko tersebut terbagi atas dua kelompok yaitu faktor yang dapat dan tidak

dapat diubah
12

Beberapa faktor yang tidak dapat diubah :

a) Umur

Dengan bertambahnya umur, terjadinya penurunan fungsi dan kelancaran

pada aliran darah diakibatkan dinding aorta dan arteri akan menjadi kaku dan ini

mengakibatkan tingginya prevalensi hipertensi pada kelompok usia yang lebih

tua.19,20

b) Jenis Kelamin

Risiko lebih tinggi pada pria daripada wanita sebelum usia 50 tahun di

sebagian besar masyarakat, sebaliknya bertambahnya usia, prevalensi meningkat

dan menjadi lebih tinggi pada wanita, dan menurut penelitian Jane F. Reckelhoff

BP menemukan bahwa untuk setiap peningkatan 10 mmHg dalam SBP, terjadi

peningkatan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 25% untuk wanita dan 15%

pada pria. Setelah ditinjau berdasarkan usia dan SBP awal, peningkatannya adalah

1,1 kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria.17

c) Menopause

Pada wanita yang sudah memasuki masa menopause terdapat peningkatan

risiko terjadinya hipertensi hal ini dikarenakan penurnan kadar estrogen. Estrogen

memiliki banyak kegunaan yaitu dapat meningkatkan vasodilatasi dengan

meningkatkan konsentrasi plasma dari faktor relaksasi nitrat oksida yang


13

diturunkan dari endotelium sehingga mampu menghambat sistem renin

angiotensin, selain itu juga dapat mengurangi tekanan darah dengan peningkatan

vasodilator endotel.15

Adapun beberapa faktor yang dapat diubah :

d) Aktivitas Fisik

Kurangnya aktifitas fisik sesorang dapat meningkatkan risiko hipertensi

yang berhubungan dengan berat badan sesorang. Orang yang tidak aktif juga

cenderung terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung sehingga otot jantungnya

harus bekerja lebih keras berkontraksi. Sehingga beban kerja otot jantung

meningkat, menyebabkan penginkatan tekanan dan beban pada arteri. 21 Hal

tersebut juga didukung melalui penelitian oleh Karl Peltzer dan Supa Pengpid

dimana dari 29965 sampel yang menderita hipertensi memiliki aktivitas fisik yang

rendah sebesar 48,3%, sedangkan dengan aktivitas fisik yang bagus hanya sebesar

25,1%.22

e) Obesitas

Obesitas dapat meningkatkan tekanan darah karena massa tubuh yang

besar sehingga terjadi peningkatkan jumlah darah yang diperlukan dalam tubuh.

Mengakibatkan Peningkatan volume darah dan menyebabkan tekanan yang lebih

besar di dinding arteri sehingga tekanan darah menjadi tinggi. 21 Dalam penilitian

Karl Peltzer dan Supa Pengpid bahwa obesitas dapat meningkatkan kemungkinan

terjadinya hipertensi sebesar 3,01% pada laki-laki dan 2,81% pada wanita.22
14

f) Konsumsi garam

Konsumsi garam berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah karena

terjadinya penyempitan diameter pembuluh darah arteri hal tersebut terjadi karena

garam dapat menahan air mengakibatkan peningkatan volume darah. Keadaan ini

menyebabkan jantung harus memompa lebih kuat, dan tekanan darah meningkat.

pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan rata-rata lebih tinggi.21

3. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan beberapa komplikasi

yang akan terjadi, diantaranya penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit

ginjal. Pada penyakit jantung koroner sangat memiliki hubungan terhadap

hipertensi yang tidak terkontrol dimana mekanisme hipertensi akan memicu

pertumbuhan sel halus vaskular, yang akan mempersempit lumen atau

menyebabkan sumbatan, yang secara bertahap akan menyebabkan penyakit

jantung koroner.23

Stroke juga akan terjadi pada keadaan hipertensi yang tidak terkontrol,

karena hipertensi dapat mengganggu sirkulasi darah ke otak. Umumnya ketika

terjadi ateroskeloris pada arteri serebral besar dan lipohyalinosis dalam penetrasi

arteriol akan menyebabkan stroke. Selain itu juga hipertensi dapat mengganggu

relaksasi endotelium-dependen dan autoregulasi serebrovaskuler. Sehingga akan

terjadi oklusi vaskular dan menyebabkan perubahan degeneratif. Hal ini juga yang
15

akan terjadi pendarahan atau pecah sehingga menyebabkan stroke iskemik dan

hemoragik.14

Selain menyebabkan stroke dan PJK, hipertensi juga dapat menyebabkan

penyakit ginjal. Ketika keadaan hipertensi terjadi, terjadinya ketidakseimbangan

antara vasodilatasi dan vasokontriksi endotel sehingga akan mengurangi

bioaktivitas NO sel otot polos pembuluh darah ginjal. Sehingga menyebabkan

hiperpolarisasi dan akan mengurangi aktivitas saluran Kþ dan meningkatkan

masuknya Ca2, yang kemudian mengaktifkan konstraksi sel otot polos pembuluh

darah ginjal. Pada akhirnya akibat hiperpolarisasi EDH akan merangsang

angiotensin II dan ET-1 tanpa terjadinya vasokonstriksi di ginjal, sehingga

menyebabkan suplai darah kurang dan jika berlangsung lama akan menyebabkan

rusaknya sel di ginjal.16

C. Kualitas Hidup

1. Definisi

Berdasarkan World Health Organization kualitas hidup sebagai persepsi

individu tentang posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan

sistem nilai di mana mereka hidup dan dalam kaitannya dengan harapan tujuan

mereka, standar dan kekhawatiran.24

2. Dimensi-Dimensi dalam Kualitas Hidup


16

Dalam kualitas hidup terdapat dimensi kualitas hidup yang berguna

sebagai tolak ukur dalam penentuan kualitas hidup seseorang yaitu kesehatan

fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial, dan hubungan dengan

lingkungan.25

a) Kesehatan Fisik

Kesehatan fisik yang dimaksud adalah bisa berupa kemampuan dalam

berkatifitas secara sendiri dan mandiri, selain itu juga dapat melakukan aktifitas

fisik secara optimal.25

b) Psikologis

Dalam dimensi psikologis bisa berupa stress, pengaruh, stres, keadaan

mental, harga diri, status dan rasa hormat, keyakinan agama, dan seksualitas pada

seseorang.25

c) Sosial

Dimensi sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, baik

material maupun spiritual, yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan

ketentraman lahir batin pada sesorang untuk pemenuhan kebutuhan jasmani,

rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat

dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia. Yang dapat dinilai

yaitu bisa berupa aktifitas sosial sesorang seperti berkumpul, dan berkatifitas

bersama orang lain.25


17

d) Lingkungan

Dimensi ini sangat berikatan erat dengan dimana sesorang tinggal dan

bagaimana kondisi tempat tersebut. Lingkungan yang baik dapat menciptakan

suasana yang tentram, damai, dan menyenangkan bagi para penghuninya dan

meningkatkan kualitas hidup sesorang.26

3. Penyakit yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

a) Diabetes Melitus

Seseorang dengan diabetes melitus memiliki beberapa dimensi kualitas

hidup yang terganggu, diantaranya dimensi kesehatan fisik. Kesehatan fisik pada

seorang dengan diabetes melitus akan menurun tergantung kondisi gula darahnya

terkontrol atau tidak. Selain itu juga, dikarenakan diabetes merupakan penyakit

kronik, akan lama sembuh seiring pertambahan usia akan terjadi penurunan

kekuatan otot penderita. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penderita

diabetes mellitus di Puskesmas Wanaraja sebagian besar memiliki kualitas hidup

yang sedang sebanyak 58 orang (63,7%). Hal ini ditandai dengan domain fisik

yang paling dominan berada di kategori sedang 61,5%.27

b) Osteoartritis

Kualitas hidup seseorang dapat berpengaruh ketika seseorang menderita

ostearthritis, yang sangat berkaitan terhadap derajat kesakitan yang dialaminya.

Ketika seseorang dengan skala nyeri diatas 6 akan didapatkan hubungan


18

bermakna terhadap penurunan kualitas hidup, dikarenakan menghambatinya

aktivitas fisik yang menyebabkan turunnya kemandirian dan aktivitas sehari-

hari.28

c) Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Sistem pernafasan yang terganggu pada penderita penyakit paru obstruktif

kronik sangat berpengaruh terhadap kualitas hidupnya. Salah satu faktor

penentunya adalah berapa lama telah mengalami penyakit tersebut. Dalam sebuah

penelitian Poli Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau didapatkan sebanyak 26

orang dari 28 orang penderita lama mengalami penurunan kualitas hidup yang

buruk sebesar 78,57% . Selain itu untuk penderita yang mengalami ekserbasi akut

juga mengalami penurunan yang sangat bermakna sebesar 61,97%.29

d) Osteophorosis

Setiap peningkatan usia terjadi penurunan masa tulang pada tubuhnya,

sehingga hal tersebut akan berdampak terhadap aktifitas fisiknya. Selain itu juga

terjadi peningkatan terhadap resiko patah tulang. Hal ini diperkuat dengan

penelitian Nawrat-Szołtysik,2019 berdasarkan tes melalui QUALEFFO-41 rata-

rata kualitas hidup berada ditingkat sedang, dan terdapat beberapa aspek yang

memiliki skor rendah seperti sosial (QOL:5), persepsi umum kesehatan (QOL:6),

mobilitas (QOL:4), rasa sakit (QOL:1), aktivitas sehari-hari(QOL:2) dan fungsi

mental berada di nilai paling tinggi atau cukup baik yaitu 7.30
19

D. Hubungan Hipertensi Terhadap pada Kualitas Hidup Wanita Menopause

Resiko penyakit degeneratif pada wanita menopause umumnya akan

meningkat seperti Hipertensi. Hal ini diperkuat dengan penelitian Murti

Kismiyati, 2019 Didapatkan data bahwa sebanyak 63,3% wanita menopause

memiliki tekanan darah tinggi dan 33,4 % yang memiliki tekanan darah normal.

Selain itu berdasarkan pemeriksaan gula darah sewaktu didapatkan 33,33%

memiliki gds yang tinggi dan 66,67% memiliki gds normal. Sedangkan untuk

pengukuran kadar kolesterol didapatkan 56,66% memiliki kolesterol yang tinggi.31

Melalui data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terjadinya peningkatan

risiko penyakit vaskular ataupun gangguan pada metabolisme bisa berupa DM

tipe 2. Terdapat data pada tahun 2015 di Puskemsas Stabat Kabupaten Langkat,

Medan didapatkan 106 kasus wanita menopause yang mengalami Ostheoporosis

yang mana kaitannya sangat erat terhadap pengaruh penurunan estrogen, aktifitas

fisik, dan riwayat keluarga.31 Sehingga terdapatnya hubungan jika wanita

menopause yang memiliki penyakit degeneratif tersebut akan terjadi gangguan

dalam aktifitas fisik dalam kesehariannya dan menurunkan kualitas hidupnya.32,4,32

Berdasarkan penilitan Alfian R, 2018 didapatkan data 72,1% mengalami rasa

tidak nyaman sehingga menurunkan kualitas hidupnya.4 Pasien dengan diabetes

melitus tipe 2 menurut penelitian Miftah M,2020 sebesar 61,5% mengalami

gangguan pada fungsi fisik yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas

hidupnya.27 Sedangkan pada pasien osteoporosis menurut penelitian Siahaan


20

S,2019 didapatkan data sebesar gangguan fisik sebesar 86,5%, dan merupakan

faktor menyebabkan penurunan kualitas hidup.27

B.4 Hubungan Hipertensi Terhadap Kualitas Hidup

Berdasarkan penelitian Khalifeh M. et all, 2015 mengatakan bahwa

seseorang dengan hipertensi memiliki kualitas hidup, melalui suervei kesehatan

SF-8 didapatkan bahwa orang dengan hipertensi skor lebih rendah di domain fisik

dan mental. Penelitian tersebut juga mengatakan bahwa hipertensi berpengaruh

besar terhadap aspek kesehatan fisik sehingga berpengaruh terhadap kualitas

hidup seseorang.20 Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Alfian R. dkk bahwa

kualitas hidup pasien hipertensi rawat jalan di RSUD Ulin Banjarmasin sebanyak

73,8% dari 51 orang berada di bawah nilai rata-rata atau kualitas hidup kategori

buruk 73,8 % dan hanya 26,2% yang berada di atas nilai rata-rata atau masuk

kategori baik.5 Pria memiliki kualitas hidup lebih baik dibandingkan wanita

dengan usia yang sama dan sangat signifikan ketika wanita mengalami

menopause. Menopause sendiri menyebabkan perubahan beberapa sistem di tubuh

dan peningkatan risiko penyakit degeneratif.24

5. Pengukuran Kualitas Hidup


21

Kualitas hidup seseorang dapat diukur dari beberapa banyak kuisioner

yang telah tervalidasi diantaranya paling umum digunakan untuk mengukur

kualitas hidup adalah EuroQol-5 Dimension. Kuisioner tersebut menilai 5 dimensi

sebagai aspek yang menentukan kualitas hidup seseorang, dimensi tersebut yaitu

mobilitas, kemandirian, kegiatan rutin, rasa sakit atau ketidaknyamanan dan rasa

cemas. Setiap Dimensi memiliki skala 1-5 kemudian dijumlahkan dan akan

didapatkan nilai kualitas hidup, dengan nilai maksimal 100 yang berarti kualitas

hidup dapat dikatakan baik.8

Selain EQ5D terdapat juga Saint George’s Resiptory Questionnaire

(SGRQ) yang umumnya digunakan untuk menilai kualitas hidup secara spesifik

terhadap pasien dengan PPOK. Kuisioner tersebut menilai dari aspek gejala,

aktivitas serta dampak PPOK terhadap kualitas hidup penderita. Kuisioner

tersebut menilai 3 hal utama yaitu masalah fisik yang berkaitan terhadap gejala

dan keluhan yang dialami, masalah aktivitas dan dampak terhadap sosial. 29

Pengukuran kualitas hidup seseorang dengan penyakit kronis pada umumnya

dinilai menggunakan kuisioner Short form-36.33

a) Short Form-36

Penilaian kualitas hidup menggunakan SF-36 biasanya digunakan untuk

mengukur kualitas hidup seseorang yang telah didiagnosa menderita penyakit

kronik. Kuesioner ini menilai kualitas hidup berdasarkan 8 dimensi kualitas hidup

yang dirangkum menjadi 2 bagian yaitu ringkasan komponen fisik (PCS) dan
22

ringkasan komponen mental (MCS). Kuesioner SF‐36 memiliki skor yang

berkisar antara 0 hingga 100, dengan nilai 100 sebagai kualitas hidup terbaik.30

Short form-36 terdiri dari 1 pertanyaan transisi dan 35 pertanyaan tentang

kualitas hidup. Pada pertanyaan transisi, peneliti meminta pasien untuk menilai

jumlah perubahan kesehatan yang mereka alami selama satu tahun terakhir.

Instrumen SF-36 merupakan kuesionar yang digunakan sebagai alat untuk

mengukur kualitas hidup secara generik dan dapat diterapkan secara luas.

Penggunaan SF-36 bersifat menyeluruh baik pada populasi sehat ataupun populasi

dengan penyakit tertentu. 33


BAB III

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Menopause adalah suatu kondisi berhentinya menstruasi selama 12

bulan akibat dari kehilangan aktivitas folikel ovarium dan berhentinya produksi

estrogen. Menopause pada umunya terjadi dengan rentang usia 40 tahun hingga

8
60 tahun dengan rata rata pada usia 51 tahun. Menopause terjadi ketika

kegagalan pematangan ovarium, sehingga terjadi peningkatan kadar FSH dan

estrogen akan menurun. Saat memasuki menopause, terjadinya penurunan

produksi estrogen akbiat sinyal umpan balik negatif terhadap hipofisis dan

hipotalamus menyebabkan kadar gonadotropin mengalami peningkatan secara

progresif. Kemudian kadar FSH akan meningkat secara tidak terkendali terhadap
10
kadar LH diakibatkan penerunan estregon inhibin. Wanita yang memasuki

masa menopause akan terjadi beberapa efek terhadap hidupnya. Menopause dapat

mempengaruhi komposisi badan tubuh wanita, hal ini terjadi akibat penurunan

estrogen yang terjadi meningkatkan peningkatan adiposa, dan terjadinya

penumpukan lemak visceral. Estrogen yang menurun juga mempengaruhi

kesehatan tulang, dikarenakan terjadinya peningkatan osteoclast sehingga terjadi

penuruna masa tulang. Imunitas pada wanita menopause dipengaruhi estrogen

yang menurun, IL-6 dan TNF-alpha terjadi peningkatan yang menyebabkan

respon imun dilemahkan dan rentan terhadap infeksi. Kesehatan pembuluh darah

22
23

pada menopause juga didapatkan perubahan, selain diakibatkan oleh penumpukan

lemak dan peningkatan LDL. Estrogen bersifat protektif terjadinya

atherosklerosis, sehingga dengan penurunan estrogen dapat meningkatkan risiko

terjadinya hipertensi dan gangguan vaskular lainnya. 8,12 14


Penyakit degeneratif

yang sering terjadi pada wanita menopause salah satunya adalah hipertensi.

Hipertensi menurut WHO dan JNC VIII adalah suatu keadaan peningakatan

tekanan darah di arteri lebih dari 140/90 mmHg yang telah diukur sedikitnya tiga

kali secara berurutan.15 Hipertensi memiliki banyak faktor risiko diantaranya

umur, jenis kelamin, menopause, aktivitas fisik, obesitas, konsumsi garam

berlebihan.13,16,17,18,19 Komplikasi pada penderita hipertensi bisa terjadi ketika

keadaan yang tidak terkontrol. Komplikasi dapat terjadinya penyakit jantung

koroner dikarenakan penyempitan lumen menyebabkan sumbatan pada aliran

darah.20 Stroke dapat terjadi ketika gangguan yang diakibatkan hipertensi

mengganggu aliran darah ke otak yang jika dibiarkan lama akan menyebabkan

pendarahan atau pecah sehingga terjadinya stroke iskemik dan

hemoragik.21Gangguan ginjal dapat terjadi ketika gangguan aliran darah ke ginjal

yang berlangsung lama atau tidak terkontrol sehingga dapat merusak sel di

ginjal.22Hipertensi dipercaya dapat menurunkan kualitas hidup seseorang dan

didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfian R. dkk bahwa kualitas

hidup pasien hipertensi rawat jalan di RSUD Ulin Banjarmasin sebanyak 73,8%

dari 51 orang berada di bawah nilai rata-rata atau kualitas hidup kategori buruk

73,8 % dan hanya 26,2% yang berada di atas nilai rata-rata atau masuk kategori

baik.5Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu tentang posisi mereka


24

dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana mereka hidup

dan dalam kaitannya dengan harapan tujuan mereka, standar dan kekhawatiran. 24

Kualitas hidup memiliki beberapa dimensi yang digunakan sebagai acuan

penilaian kualitas hidup seseorang. Terdapat 5 dimensi kualitas hidup yaitu

kesehatan fisik, psikologis, sosial, lingkungan.25 Penyakit dapat mempengaruhi

kualitas hidup, seperti penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol akan

memiliki penurunan di beberapa domain dan yang paling sering adalah domain

fisik. Hal ini terjadi dikarenakan diabetes melitus merupakan penyakit kronik

yang akan mempengaruhi seseorang seiring pertambahan usia. 26 Pada penderita

osteoarthritis juga didapatkan penurunan kualitas hidup yang bermakna, hal ini

berkaitan dengan skala nyeri yang dideritanya.27 Pada penderita penyakit paru

obstruktif kronik juga didapatkan hubungan yang bermakna terhadap penurunan

kualitas hidup, berkaitan terhadap keluhan yang dialami berdampak terhadap

aktivitas penderita.28 Osteophorosis juga didapatkan memiliki hubungan bermakna

terhadap penuruna kualitas hidup penderita, gangguan fisik yang terjadi

menyebabkan penurunan kualitas hidup penderita.28 Wanita yang memasuki masa

menopause memiliki banyak faktor yang dapat menyebakan penurunan kualitas

hidupnya. Faktor tersebut diantaranya adalah peningkatan risiko penyakit

degeneratif yang dapat terjadi, penyakit degeneratif tersebut yaitu hipertensi,

diabetes melitus tipe 2, ostheoporosis, dan lain-lain. 29 Pengukuran kualitas hidup

dapat dinilai melalui beberapa kuesioner. Kuesioner yang sering digunakan secara

umum adalah EQ5D.10 Selain itu terdapat beberapa kuesioner spesifik terhadap

beberapa penyakit yaitu seperti SGRQ untuk menilai kualitas hidup penderita
25

PPOK.28 Kualitas hidup seseorang dengan penyakit kronis dapat dinilai

menggunakan kuesioner SF-36, Kuesioner tersebut menilai berdasarkan hasil

penjumlahan dari skor nilai PCS dan MCS seseorang. Kuesioner ini lebih sering

digunakan dalam pengukuran kualitas hidup seseorang dengan penyakit kronis

yang diderita.31
26
27

Berdasarkan landasan teori tersebut , maka kerangka teori seperti gambar 3.1

Menopause

Hipertensi
Kadar estrogen
menurun

Gangguan fisik dan gangguan


Aktivasi sistem aktivitas LDL Meningkat
renin-angiotensin

Aterosklerosis
Penurunan kualitas hidup

Peningkatan Tekanan
darah

Kerangka konsep penelitian ditunjukkan pada gambar 3.2


28

Gambar 3.2 kerangka Penelitian

Wanita

Karakteristik subjek:
Menopause -Pendidikan
-Riwayat penyakit :
a. Diabetes melitus
tipe 2 terkontrol
b. Osteoporosis
dengan fraktur
c. PPOK masa
ekserbasi akut
d. Osteoarthritis
Hipertensi
dengan skala nyeri >6

Penurunan Kualitas hidup

= Diteliti

= = Tidak diteliti

= Dicari hubungannya

= Tidak dicari hubungannya

B. Hipotesis
29

Berdasarkan dari landasan teori tersebut diatas dapat di buat hipotesis

dalam penelitian ini terdapat hubungan kejadian hipertensi dengan kualitas hidup

wanita post menopause di Poli Geriatri RSUD Ulin Banjarmasin


BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan metode

cross-sectional, penelitian ini mempelajari hubungan wanita menopause dengan

hipertensi terhadap kualitas hidup di Poli Geritatri RSUD Ulin Banjarmasin

A.1 Populasi dan Subjek Penelitian

1.Populasi Target

Populasi target pada penelitian ini adalah semua wanita usia lanjut.

2.Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan bagian dari populasi target yang memenuhi

kriteria penelitian.

1. Sampel

Estimasi Besar Sampel

Besar sampel yang diperlukan untuk kelompok target dihitung berdasarkan

rumus dibawah ini

Z a2 PQ
n=
d2

1.9 6 2 ×0,216 × 0,784


n=
0,12

n=65,0551=65 orang

Keterangan:

Zα = Tingkat kemaknaan (1,96)

29
30

P = Proporsi lansia penderita hipertensi berdasarkan Riskesdas tahun 2013

(21,6%)

Q = 1 – P (78,4%)

d = Presisi (10%)

Perhitungan sample dengan kemungkinan terjadinya drop out: = 10%

Besar sampel =10% dari 65

= 7 orang

Jadi, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

65+7=72 orang.

-Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling, dimana

semua subyek yang datang bertemu peneliti dan memenuhi kriteria pemilihan

dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.

3.4.3. Kriteria Inklusi

1. Wanita yang terdaftar sebagai pasien di Poli Geriatri RSUD Ulin Banjarmasin

2. Bersedia menjadi subjek penelitian.

3.4.4. Kriteria Eksklusi

1. Pasien dengan penyakit stroke.

2. Pasien memilik gangguan komunikasi

3. Pasien dengan penyakit berat yang perlu penanganan kedaruratan


31

A. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yag digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Spigmanometer otomatis merk omron seri HEM-7130 untuk mengukur

tekanan darah subyek penelitian Fomulir

2. Formulir

Formulir A: Lembar kesediaan (lampiran 1). : digunakan sebagai bukti kesediaan

subyek penelitian

Formulir B : Lembar data diri (lampiran 2). : digunakan sebagai data subyek

penelitian

Formulir C : Lembar Kuesioner SF-36(lampiran 3). : digunakan untuk mengukur

kualitas hidup subyek penelitian yang sudah menjadi standar dalam penilaian

kualitas hidup seseorang dengan penyakit degeneratif tertentu.

B. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitiaan ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini hipertensi pada menopause

1. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini kualitas hidup

3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu dalam penelitian ini pada subyek penelitian yaitu:

a. Wanita dengan DM tipe 2 tidak terkontrol

b. Wanita dengan osteoporosis dengan fraktur


32

c. Wanita dengan Osteoarthritis dengan skala nyeri >5

E. Definisi Operasional

Guna menghindari kesalahan dalam mengartikan variabel-variabel yang dianalisis

atau untuk membatasi permasalahan dalam penelitian ini, perlu dijelaskan definisi

operasional masing-masing variabel.

1. Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik di atas atau sama

dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik di atas atau sama dengan 90

mmHg. pengukuran menggunakan Spigmanometer dilakukan sebanyak dua kali.

Hasil penghitungan tekanan darah dikategorikan menjadi 2, jika tekanan darah

lebih dari atau sama dengan 140/90mmHg dikategorikan hipertensi dan tidak

lebih dari 140/90mmHg dikategorikan tidak hipertensi. Hasil pengukuran berupa

skala data nominal

2. Kualitas Hidup

Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi

individu dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu

hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan

perhatian seseorang. Pengukuran kualitas hidup menggunakan kuesioner

Shortform-36. Kualitas hidup dikategorikan menjadi 2 yaitu kualitas hidup baik

>50 dan kualitas hidup buruk <50. Hasil pengukuran berupa skala data nominal.
33

Prosedur Penelitian

1. Ethical clearance

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik

Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.

1. Peri

zinan

Surat perizinan dibuat oleh Unit P2M dan KTI PSPD FK ULM, kemudian

surat tersebut diserahkan ke Poli Geriatri RSUD Ulin Banjarmasin.

2. Informed concent

Subjek penelitiaan akan diberi penjelasan bagaimana prosedur untuk

melaksanakan penelitian, tujuan, serta manfaat dari penelitiaan ini dan setelah itu

pihak terkait diminta untuk menandatangani lembar informed consent.

4. Pelaksanaa penelitian

a. Pemeriksaan tekanan Darah

Pemeriksaan akan dilakukan dengan mengukur tekanan darah pasien yang

terdaftar pada Poli Geriatri RSUD Ulin Banjarmasin. Tekanan darah diukur dengan

menggunakan alat sphygmomanometer otomatis. Pasien beristirahat nyaman, dengan

posisi duduk punggung tegak atau terlentang. Pada pasien yang merokok atau minum

kopi diukur 5 sampai 30 menit setelah melakukan aktifitas tersebut. Langkah pertama

memasukkan plug udara ke jack udara. Kemudian, manset di pasang pada lengan atas

pasien dengan bagian terbawah manset berada diatas 1-2 cm dari siku. Manset terpasang
34

dengan marker berada di tengah lengan dalam, lalu dikencangkan. Setelah siap

pengukuran dilakukan dengan menekan tombol start dan akan berhenti dengan sendirinya

setelah selesai pengukuran. Hasil tekanan dapat dilihat di layar.

b. Melakukan pengisian kuisioner Shorf Form-36

Melakukan pengisian kuisioner Shorf Form-36 yang sudah standar untuk

mengukur kualitas seseorang. Pengisian kuisioner dilaksanakan secara lisan dan

dibacakan .

Berdasarkan prosedur penelitian di atas dapat dibuat alur penelitian seperti

gambar 4.1 di bawah:

Penyusunan usulan penelitian

Pembuatan surat izin dan Ethical


Clearance di UP-KTI FK ULM

Proses pembuatan surat izin penelitian di Poli Geriatri RSUD Ulin


Banjarmasin

Pelaksanaan Penelitian dan


pengumpulan data

Analisis dan penyajian data

Penyusunan laporan penelitian


35

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari

tangan pertama). Data primer pada penelitian ini berupa hasil pengisian kuisioner

yang dibacakan langsung ke pasien, dengan mengisi kuisioner SF-36 dan hasil

pengukuran tekanan darah pada subyek penelitian.

2. Pengolahan data

Yang pertama dilakukan adalah mengumpulkan hasil tekanan darah dan

menghitung hasil dari pengisian kuisioner yang diberikan. Selanjutnya apabila

pengumpulan dan pemeriksaan data selesai maka yang dilakukan adalah

memasukkan data kedalam program komputer untuk selanjutnya dilakukan

pengolahan data.

Setelah data dimasukkan, kemudian data dikelompokan berdasarkan

variabel yang diteliti serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Setelah semua selesai, data selanjutnya akan dianalisis dengan bantuan komputer

untuk mengetahui validitas hubungan pasien hipertensi postmenopause terhadap

kualitas hiudp
36

I. CARA ANALISIS DATA

Setelah data terkumpul akan dilakukan dengan data cleaning, coding dan

tabulasi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan program Statistical

Package For The Social Sciences (SPSS) versi . Analisis data menggunakan uji

univariat dan bivariat. Penyajian data hasil penelitian disajikan secara deskriftif

dalam bentuk narasi, tabel, grafik dan gambar.

1. Analisis univariat

Analisis univariat yaitu untuk mendeskrispikan gambaran kualitas hidup

wanita menopause dan yang hipertensi.

2. Analisis bivariat

Analisis Bivariat di gunakan untuk menilai adanya hubungan antara

hipertensi dengan kualitas hidup pada wanita menpause di Poli Geriatri RSUD

Ulin Banjarmasin dilakukan dengan menilai besarnya korelasi. Besarnya korelasi

antara hipertensi dengan kualitas hidup pada wanita menopause dengan melihat

besarnya nilai r. Bila r lebih besar dari 0,5 maka hubungan kuat.

Kemaknaan statistik dari hubungan tersebut dengan melihat uji Chi

Square dengan tingkat kepercyaan 95% dan ∝=0,05 yang artinya apabila p value

kurang dari nilai ∝ maka dapat di katakan bahwa terdapat hubungan antara

hipertensi dengan kualitas hidup pada lansia di Poli Geriatri RSUD Ulin

Banjarmasin. Jika expected count kurang dari 5 maka akan dilakukan uji fisher

exact.
37

J. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakn di dearah Banjarmasin, dan waktu penelitian akan

dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2020

Tabel 4.1. Rencana Kegiatan dan Waktu Penelitian

Waktu Penelitian (bulan)


Kegiatan Penelitian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Penyusunan Proposal X X X X X X X
Konsultasi X X X X X X X X X X X X
Seminar KTI I X
Perbaikan X
Pengambilan Data X
Pengolahan Data X
Penyusunan Laporan X X X
Seminar KTI II X
Perbaikan X X

K. Biaya Penelitian

Penelitian ini memerlukan biaya sebagai berikut:


38

1. Pengadaan dan penjilidan :Rp. 150.000

2. Fotokopi :Rp. 300.000

3. Souvenir :Rp. 2.500.000

Total :Rp. 2.850.000


DAFTAR PUSTAKA

1. Riskesdas. HASIL UTAMA RISKESDAS 2018, Kementerian Kesehatan.

Ris Kesehat Dasar. 2018;

2. Abramson BL, Melvin RG. Cardiovascular risk in women: Focus on

hypertension. Can J Cardiol [Internet]. 2014;30(5):553–9. Available from:

http://dx.doi.org/10.1016/j.cjca.2014.02.014

3. Hildreth KL, Ozemek C, Kohrt WM, Blatchford PJ, Moreau KL. Vascular

dysfunction across the stages of the menopausal transition is associated

with menopausal symptoms and quality of life. Menopause.

2018;25(9):1011–9.

4. Alfian R, Lisdawati N, Maulana A, Putra P, Sari RP, Lailani F, et al. Profil

kualitas hidup dan tekanan darah pasien hipertensi rawat jalan di rsud ulin

banjarmasin. 2018;4(2):106–13.

5. Baroroh F, Sari A. Correlation between the Characteristics and Quality of

Life of Hypertensive Outpatients at a Private Hospital in Yogyakarta.

2019;18:144–6.

6. Patrizia Monteleone, Giulia Mascagni, Andrea Giannini ARG and TS.

Symptoms of menopause — global prevalence, physiology and

implications Patrizia. Symptoms menopause — Glob prevalence, Physiol

Implic Patrizia. 2018;

7. Nanette K. Wenger, MDa, Anita Arnold, DO, MBAb, C. Noel Bairey

Merz, MDc, Rhonda M. Cooper-DeHoff, PharmD, MSd, e, Keith C.

39
40

Ferdinand, MDf, Jerome L. Fleg, MDg, Martha Gulati, MD, MSh, Ijeoma

Isiadinso, MD, MPHa, Dipti Itchhaporia, MDi, KellyAnn Light- Mc Md,

ADivision. Hypertension Across a Woman’s Life Cycle.pdf. Hypertens

Across a Woman’s Life Cycle Nanette. 2018;71:16.

8. 1 SASS*, , Angela F.C. Kalesaran 1 GDK 1. The association between

hypertension and quality of life among elderly: A population based

comparison study with general population in Tomohon, Indonesia. Assoc

between Hypertens Qual life among Elder A Popul based Comp study with

Gen Popul Tomohon, Indones. 2017;6(6).

9. John E. Hall PDA. Guyton And Hall Textbook Of Medical Physiology.

2011.

10. Slopien R, Wender-Ozegowska E, Rogowicz-Frontczak A, Meczekalski B,

Zozulinska-Ziolkiewicz D, Jaremek JD, et al. Menopause and diabetes:

EMAS clinical guide. Maturitas [Internet]. 2018;117:6–10. Available from:

https://doi.org/10.1016/j.maturitas.2018.08.009

11. Sihombing I, Wangko S, Kalangi SJR. Peran Estrogen Pada Remodeling

Tulang. J Biomedik. 2013;4(3).

12. Crescitelli MC, Rauschemberger MB, Cepeda S, Sandoval M, Massheimer

VL. Role of estrone on the regulation of osteoblastogenesis. Mol Cell

Endocrinol [Internet]. 2019;498(September):110582. Available from:

https://doi.org/10.1016/j.mce.2019.110582

13. Gameiro CM, Romão F, Castelo-Branco C. Menopause and aging: Changes

in the immune system - A review. Maturitas. 2010;67(4):316–20.


41

14. Kim BJ, Bae H-J, Wong LKS. Pathophysiology and Mechanisms Whereby

Hypertension May Cause Stroke. Hypertens Stroke. 2016;109–28.

15. Lim HS, Kim TH, Lee HH, Park YH, Kim JM, Lee BR. Hypertension and

age at onset of natural menopause in Korean postmenopausal women:

Results from the Korea National Health and Nutrition Examination Survey

(2008-2013). Maturitas [Internet]. 2016;90:17–23. Available from:

http://dx.doi.org/10.1016/j.maturitas.2016.04.019

16. Rossi GP, Seccia TM, Barton M, Danser AHJ, De Leeuw PW, Dhaun N, et

al. Endothelial factors in the pathogenesis and treatment of chronic kidney

disease Part I: General mechanisms: A joint consensus statement from the

European Society of Hypertension Working Group on Endothelin and

Endothelial Factors and the Japanese Society . J Hypertens.

2018;36(3):451–61.

17. Zhao D, Guallar E, Ouyang P, Subramanya V, Vaidya D, Ndumele CE, et

al. Endogenous Sex Hormones and Incident Cardiovascular Disease in

Post-Menopausal Women. J Am Coll Cardiol. 2018;71(22):2555–66.

18. Muhadi. JNC 8 : Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi

Dewasa. Cermin Dunia Kedokt. 2016;43(1):54–9.

19. Reckelhoff JF. Gender differences in hypertension. Curr Opin Nephrol

Hypertens. 2018;27(3):176–81.

20. Khalifeh M, Salameh P, Hajje A Al, Awada S, Rachidi S, Bawab W.

Hypertension in the Lebanese adults: Impact on health related quality of

life. J Epidemiol Glob Health [Internet]. 2015;5(4):327–36. Available


42

from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jegh.2015.02.003

21. Widyartha IMJ, Putra IWGAE, Ani LS, Widyartha IMJ, Putra IWGAE,

Ani LS. Riwayat Keluarga , Stres , Aktivitas Fisik Ringan , Obesitas dan

Konsumsi Makanan Asin Berlebihan Sebagai Faktor Risiko Hipertensi

Family History , Stress , Less Physical Activity , Obesity and Excessive

Salty Food Consumption as Risk Factors of Hypertens. Lap Has Penelit

[Internet]. 2016;4(2):186–94. Available from:

https://media.neliti.com/media/publications/164608-ID-none.pdf

22. Peltzer K, Pengpid S. The Prevalence and Social Determinants of

Hypertension among Adults in Indonesia: A Cross-Sectional Population-

Based National Survey. Int J Hypertens. 2018;2018.

23. Milane A, Abdallah J, Kanbar R, Khazen G, Ghassibe-Sabbagh M,

Salloum AK, et al. Association of hypertension with coronary artery

disease onset in the Lebanese population. Springerplus. 2014;3(1):1–7.

24. Shirvani M, Heidari M. Quality of Life in Postmenopausal Female

Members and Non-members of the Elderly Support Association. J

Menopausal Med. 2016;22(3):154.

25. Bhandari N, Bhusal BR, K.C. T, Lawot I. Quality of life of patient with

hypertension in Kathmandu. Int J Nurs Sci [Internet]. 2016;3(4):379–84.

Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.ijnss.2016.10.002

26. Rohmah AIN, Purwaningsih, Bariyah K. Quality of Life Elderly.

2012;120–32.

27. Hudatul Umam M, Solehati T, Purnama D. Gambaran Kualitas Hidup


43

Pasien Dengan Diabetes Melitus Di Puskesmas Wanaraja. J Kesehat

Kusuma Husada. 2020;70–80.

28. Tarigan GJ, Rante SDT, Deviani P. Hubungan Intensitas Nyeri Dengan

Kualitas Hidup Pasien Osteoarthritis Lutut. 2019;17(3):267–72.

29. Hughes R. GAMBARAN KUALITAS HIDUP PASIEN PPOK STABIL

DI POLI PARU RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU DENGAN

MENGGUNAKAN KUESIONER SGRQ. J Chem Inf Model.

2008;53(9):287.

30. Siahaan SC, Henderi H, Ardelia C V, Ridzal W, Azyvati KP. Analysis

Regarding Quality of Life of Menopausal Women on Clinical Disorders

During Menopausal Period , in Sukomanunggal Sub-District Surabaya in

2019. 2019;111–20.

31. Krismiyati M, Kesehatan A, Husada K, Kesehatan A, Husada K,

Menopause W. Deteksi dini penyakit degeneratif pada wanita menopause

di gkj medari sleman yogyakarta. 2019;1(1):72–9.

32. Hakim HH, Batubara L, Fulyani F, Tegalsari PL, Mahoni PL, Genuk PL, et

al. Hubungan Antara Nilai Bone Mineral Density Dengan Skor Kualitas

Hidup Pada Lansia. J Kedokt Diponegoro. 2019;8(1):233–44.

33. Khoirunnisa SM, Akhmad AD. Quality of life of patients with hypertension

in primary health care in Bandar Lampung. Indones J Pharm.

2019;30(4):309–15.
44

LAMPIRAN
45

Lampiran 1. Data Identitas Diri

DATA IDENTITAS DIRI

1. Nama :

2. Tempat Tanggal Lahir :

3. Alamat :

4. Berat Badan/ Tinggi Badan: kg/ cm

5. Tanda Vital : Tensi : mmHg

6. Riwayat Penyakit : 1. DM (Ya/tidak)


2. Osteoporosis (Ya/tidak)
3. Osteoartritis (Ya/tidak)
4. PPOK (Ya/tidak)
5.
6.
46

Lampiran 2. Persetujuan

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN


MENJADI SUBJEK PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Sehubung dengan dilaksanakannya penelitian tentang Kejadian angka
hipertensi pada wanita menopause terhadap kualitas hidup di Poli Geriatri RSUD
Ulin Banjarmasin yang akan dilakukan oleh peneliti Satrio Bagas Suryonegoro,
NIM 1710911210047, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin.
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi subjek penelitian dan mengikuti
prosedur Penelitian yang dilakukan oleh peneliti setelah mendapatkan penjelasan
yang selengkapnya.
Demikian Surat pernyataan ini saya buat dengan kesadaran penuh dan
tanpa ada paksaan dari pihak lain, dibuat sebagai kelengkapan persyaratan
pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat.
Banjarmasin,.................................

Peneliti Responden Penelitian

Satrio Bagas Suryonegoro


NIM. 1710911210047
47

LEMBAR PENJELASAN KEPADA


CALON SUBJEK PENELITIAN

Saya, Satrio Bagas Suryonegoro dari Fakultas Kedokteran Universitas


Lambung Mangkurat akan melakukan penelitian yang Hubungan angka kejadian
hipertensi dengan wanita menopause terhadap kualitas hidup
Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengtahui hubungan penyakit degeneratif pada wanita menopause


2. Mengetahui hubungan penyakit hipertensi pada wanita menopause terhadap
kualitas hidup

Peneliti mengajak Bapak/Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini
membutuhkan sekitar ≥50 subyek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan
masing-masing subjek sekitar 1 hari
A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila
Anda sudah memutuskan untuk ikut, Anda juga bebas untuk mengundurkan diri/
berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau pun sanksi apapun.

B.Prosedur Penelitian
Apabila Anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda diminta
menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk Anda simpan, dan
satu untuk untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah:
1. Anda akan diwawancarai untuk menanyakan: Identitas diri dan riwayat penyakit
sebelumnya
2. Menjalani pemeriksaan tekanan darah, menggunakan alat sphignomanometer
automatis
3. Anda akan diwawancarai dengan beberapa pertanyaan menggunakan Short form-36
4. Data akan di kumpulkan dan dianalisa

C. Kewajiban subyek penelitian


48

Sebagai subyek penelitian, bapak/ibu/saudara berkewajiban mengikuti aturan atau


petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada yang belum jelas,
bapak/ibu/saudara bisa bertanya lebih lanjut kepada peneliti. Selama penelitian,
tidak diperbolehkan minum obat lain ataupun jamu selain yang diberikan oleh
peneliti

D. Risiko dan Efek Samping dan Penanganannya


Penelitian ini tidak memiliki risiko terhadap subyek penelitian.

E. Manfaat
Keuntungan langsung anda dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat
menurunkan kualitas hidup anda dan cara meningkatkannya

F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan
dipublikasikan tanpa identitas subyek penelitian.

G. Kompensasi
Bapak/Ibu akan mendapatkan souvenir tanda terimakasih kepada Bapak/Ibu
berpartisipasi dalam penelitian ini.

H. Pembiayaan
Semua biaya yang terkait penelitian akan ditanggung oleh peneliti.

I. Informasi Tambahan
Bapak/ ibu/ saudara diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum
jelas sehubungan dengan penelitian ini, dapat menghubungi Satrio Bagas
Suryonegoro pada no. HP 081250592404.
49

Lampiran 3. Kuesioner Short form-36


50
51
52

Anda mungkin juga menyukai