Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIK STASE PERSALINAN

READING JURNAL TENTANG


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
ATONIA UTERI PADA IBU BERSALIN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Dosen Pembimbing Pendidikan : Andri Nur Sholihah, S.ST. M.Kes

Disusun Oleh :

DYAH AYU SUMARTIWI


NIM : 2010106019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK STASE PERSALINAN
READING JURNAL TENTANG
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN ATONIA UTERI PADA IBU BERSALIN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Kebumen, Februari 2020

Pembimbing Pendidikan Preceptor Mahasiswa

ANDRI NUR HUDAYAHTRI S, DYAH AYU


SHOLIHAH, S.ST, Amd.Keb SUMARTIWI
M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas berkat, rahmat, nikmat dan karunianya penulis dapat menyusun jurnal
reading ini sebagai salah satu target Praktik Klinik Pendidikan Profesi Bidan Program
Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisiyah Yogyakarta.
Jurnal Reading ini penulis susun sebagai bagian dari proses pembelajaran
dengan harapan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa profesi
bidan sesuai dengan standar kompetensi bidan serta berdasarkan Evidence Base
Midwifery (EBM), untuk diaplikasikan di pelayanan kesehatan terutama pelayanan
kebidanan berdasarkan Evidence terbaru.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Warsiti, S.Kp. M. Kep, Sp. Mat, selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
2. M. Ali Imron, S.Sos. M. Fis selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
3. Herlin Fitriyani K, S.SiT, M. Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
4. Andri Nur Sholihah, S.ST, M.Kes selaku Dosen pembimbing Akademik
Profesi Kebidanan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
5. Hudayah Tri S, Amd. Keb. selaku pembimbing lahan di Klinik PKU
Muhammadiyah Pakem
6. Teman-teman seangkatan, seperjuangan dalam menempuh Pendisikan Profesi
Bidan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Jurnal Reading ini bermanfaat terutama untuk kami Mahasiswa
Program Profesi Bidan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sleman, Februari 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Masalah .................................................................................................. 1
B. Skala ....................................................................................................... 1
C. Kronologi ............................................................................................... 2
D. Solusi ...................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Kebidanan .................................................................................. 6


..................................................................................................................
B. Telaah Jurnal .......................................................................................... 8
C. Deskripsikan kasus ................................................................................. 9
D. Teori Pokok Bahasan ............................................................................. 10

BAB III KESIMPULAN SARAN ........................................................................... 11

A. Kesimpulan ............................................................................................ 11
B. Saran ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 12

LAMPIRAN ............................................................................................................. 14

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jurnal Penelitian ............................................................................ 14

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Masalah
Persalinan merupakan suatu kondisi fisiologis yang akan dialami oleh setiap
orang. Akan tetapi, kondisi yang fisiologis tersebut dapat menjadi patologis apabila
seorang ibu tidak mengetahui kondisi fisiologis dan seorang penolong atau tenaga
kesehatan tidak memahami bagaimana suatu persalinan dikatakan fisiologis dan
bagaimana penatalaksanaannya sehingga dapat membantu menurunkan angka
kematian ibu sesuai dengan misi Sustainable Development Goals 2015. (Ilmiah, 2015).
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum
yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah
persalinan (Nugroho, 2010).
Penyebab kematian ibu adalah perdarahan yang terjadi pada 24 jam pertama
persalinan. Penyebab perdarahan pada 24 jam pertama persalinan salah satunya karena
Atonia Uteri. Atonia Uteri merupakan ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi
sebagaimana mestinya setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serat-serat myometrium terutama yang berada disekitar
pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri
terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi (Manuaba. 2000).
Peran serta aktif keluarga dan masyarakat dalam mengenali faktor risiko,
kelainan yang dialami ibu selama proses kehamilan dan deteksi dini, penanganan
komplikasi yang cepat dan aman oleh tenaga kesehatan dapat mencegah dan
mengurangi kejadian komplikasi persalinan akibat perdarahan karena atonia uteri.
Faktor risiko terjadinya perdarahan karena atonia uteri antara lain: ibu dengan pre
eklampsi, anemia, umur yang berisiko, serta jumlah persalinan atau paritas lebih dari 3
memiliki risiko 2.2 kali lebih besar mengalami perdarahan karena atonia uteri
(Purwanti, 2015).

B. Skala
AKI masih merupakan masalah kesehatan yang serius di negara berkembang.
Menurut laporan World Health Organization (WHO), tahun 2014 beberapa negara
memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika SubSaharan 179.000 jiwa, Asia Selatan

1
69.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara
Asia Tenggara yaitu Indonesia 190 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 49 per
100.000 kelahiran hidup, Thailand 26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per
100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2015).
Menurut Profil Kesehatan Indonesia empat penyebab kematian ibu terbesar yaitu
perdarahan 30,3%, hipertensi dalam kehamilan (HDK) 27,1%, infeksi 7,3%, dan lain-
lain yaitu penyebab kematian ibu tidak langsung seperti kondisi penyakit kanker,
ginjal, jantung atau penyakit lain yang diderita ibu sebesar 35,3% (Kemenkes RI,
2014).
Menurut data Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kematian ibu
di Yogyakarta pada tahun 2017 adalah 34 kasus. Kasus kematian ibu tertinggi di
Kabupaten Gunung Kidul yaitu 12 kasus, dan terendah di Kabupaten Kulon Progo
yaitu 3 kasus. Adapun salah satu penyebab kematian ibu adalah perdarahan. Dimana
perdarahan merupakan penyebab kematian ibu setelah Jantung (DIY, 2017). Bantul
menduduki posisi kedua dengan angka kematian ibu tertinggi bersamaan dengan
Sleman setelah Gunung Kidul yaitu 9 kasus (Bantul, 2017)

C. Kronologi
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian atonia uteri antara lain
peregangan uterus yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar, bayi besar, dan
polihidramnion, selanjutnya pada persalinan lama, persalinan yang terlalu cepat,
persalinan dengan induksi atau akselerasi oksitosin, infeksi intrapartum, paritas tinggi
dan umur resiko tinggi (Anggrainy, 2013).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, antara lain
melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan
menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA), Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta penyediaan fasilitas kesehatan.
Upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah program Jampersal (Jaminan
Persalinan) yang diselenggarakan sejak 2011.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Panembahan Senopati
Kabupaten Bantul di bagian rekam medis didapatkan data jumlah Atonia uteri
sebanyak 12 kasus pada tahun 2017-2018. Hal ini menarik untuk dilakukan penelitian
karena pada tahun 2018 terjadi peningkatan yang signifikan dimana pada tahun 2017
hanya terdapat 1 kasus Atonia uteri, untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang

2
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Atonia uteri di RSUD Panembahan
Senopati Kabupaten Bantul Tahun 2017-2018.

D. Solusi
Penanganan yang dilakuan oleh tenaga kesehatan untuk menangani atonia uteri
adalah melakukan masase selama 15 detik, dengan hasilnya Uterus tidak berkontraksi,
kemudian memberikan drip oksitosin 20 unit untuk membantu kontraksi uterus ibu
secara intravena, hasil yang didapat ibu udah di lakukan drip oksitosin secara intravena
dan langsung melakukan Kompresi Bimanual Internal (KBI) selama 2 menit, uterus
sudah mulai berkontraksi dan perdarahan mulai berkurang, kontraksi uterus masih
sedikit lembek, kemudian meminta bantuan asisten Bidan untuk pemberian ergometrin
0,2 mg secara intravena, dan meminta bantuan keluarga untuk melakukan rangsangan
putting susu, Ergometrin sudah diberikan, dan tetap meminta bantuan keluarga untuk
melakuakan Kompresi Bimanual Eksternal selama 2 menit, dan setelah 2 menit
dilakukan KBE uterus berkontraksi, kemudian memastikan uterus sudah benar– benar
berkontraksi dab sudah berkontraksi dengan baik

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan kebidanan
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin pada Ny. RU G2 P1 A0 hamil 39+6 mgg dengan Atonia Uteri di PMB Felisiana SA
Responsi
Deskripsi Kegiatan Pembimbing TTD
CI
Tanggal: Subjektif: TTD
20/1/2021 Ny. RU mengeluh mulas yang semakin lama semakin sering pada Mahasiswa:
Jam : 06.45 WIB
keluar lendir bercampur darah pada pukul 02.30 WIB, dari 1 hari
No RM: xxx
sebelumnya ibu sudah ke PBM tetapi masih belum ada pembukaan,
ibu mengatakan semalaman tidak bisa istirahat karena terus Dyah Ayu Sumartiwi
Identitas Pasien: menerus merasakan sakit. Ibu mengatakan belum keluar air ketuban
dari jalan lahir dan ibu masih merasakan gerakan janin. Ibu TTD CI:
Nama : Ny. RU
mengatakan HPHT tanggal 14 April 2020. Ibu mengatakan kenceng
Umur : 36 th semakin sering.
Hudayah Tri S Amd. Keb
Agama : Islam
Objektif :
Suku : Pemeriksaan Umum
TTD
Jawa/Indonesia Keadaan Umum : Baik Pembimbing PKK
Kesadaran : Compos Mentis
Pendidikan : SMA
Tanda-tanda Vital :
Pekerjaan : Ibu TD : 110/76 mmhg
Rumah Tangga Nadi : 81x/menit Andri Nur Sholihah, S.ST.
RR : 23x/menit M.Kes
Alamat : Kuweron
Suhu : 36,5°C
No.Hp : -

4
Berat Badan : 64,6 kg
Tinggi Badan: 155 cm
LILA : 27 cm

HPHT 14/4/2020
HPL : 20/1/2021
Inspeksi
Kepala : bersih, tidak ada benjolan abnormal, warna rambut
hitam dan tidak rontok
Muka : tidak pucat, tidak oedema
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,
Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak ada polip
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen, pendengaran baik
Mulut : bibir tidak anemis, gigi bersih, tidak ada karies.
Mamae : simetris, bersih tidak ada kerak, papilla menonjol,
hiperpigmentasi pada areola dan papilla, ASI sudah
kluar
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, kandung kemih
kosong
Genetalia : Bersih, tidak terdapat cairan atau fluor albus
Ekstrimitas :
Atas : Simetris, tidak oedema dan tidak pucat
Bawah : Simetris, tidak oedema, tidak ada varices

Palpasi
Leopold 1 : TFU 32 cm, Teraba lunak tidak melenting
Leopold 2 : Kanan ibu teraba keras memanjang seperti ada tahanan.
Kiri ibu teraba bagian-bagian kecil janin
His: 3x/10’, durasi 40”. DJJ 140x/menit,
Leopold 3 : Teraba bulat keras tidak melenting

5
Leopold 4 : divergent, Perlimaan 4/5

Pemeriksaan dalam :
vulva vagina tenang, porsio lunak, pembukaan 6 cm, ketuban utuh,
presentasi kepala, denominator uuk depan, molase 0, penurunan
bagian terendah hodge 2, tidak ada bagian-bagian yang menyertai.
STLD (+)

Analisa : Ny. RU Usia 36 tahun G2P1A0 Hamil 36+6 minggu inpartu


kala 1 fase aktif

Penatalaksanaan : Tanggal 20/1/2021 Jam 06.50 WIB


1. Memberitahukan tentang hasil pemeriksaan pada ibu yaitu
KU baik, TD 110/76 mmhg, TFU 32 cm, preskep, puki, DJJ 140 x/m, VT
: Ø 6 cm kepala turun di H II+
Hasil : Ibu mengerti
2. Memberikan support pada ibu
a. Memotivasi ibu untuk bersemangat menghadapi persalinan ini
b. Menganjurkan suami untuk selalu mendampingi ibu selama persalinan
c. Memotivasi ibu untuk berdo’a sesuai agamanya
Hasil : Ibu dan suami mengerti dan bersemangat menghadapi persalinan
3. KIE pada ibu tentang tehnik relaksasi
Menarik nafas dari hidung dalam waktu 3-5 detik, lalu menghembuskan
nafas dari mulut 3-5 detik pada saat kontraksi uterus. Kemudian bernafas
normal 1-2 menit lalu menarik nafas dalam dengan mengempiskan

6
rongga abdomen lalu mengeluarkan dari mulut dalam waktu 3-5 detik
Hasil : Ibu mengerti
4. Evaluasi kemajuan persalinan, djj, his, nadi setiap 1 jam sekali dan suhu
setiap 2 jam sekali, tekanan darah dan pemeriksaan dalam setiap 4 jam
sekali.
Hasil Evaluasi :
Puku His DJJ TD N Rr SB
l
06.45 4x/10’ 147x/m
Lama 40”
07.45 4x/10’ 150x/m 80x/m 22x/ 36,50
Lama 40” m C

Catatan Perkembangan Tanggal : 20/1/2021 Jam 08.30 WIB

Subjektif :
Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering. Ibu mengatakan ingin
mengejan

Objektif :
KU : Baik
Kesadaran : CM
TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 80x/Mnt
RR : 22x/Mnt
S : 36,60 C
7
Palpasi
Leopold 1 : TFU 32 cm, Teraba lunak tidak melenting
Leopold 2 : Puki His: 4x/10’, durasi 45”. DJJ 145x/menit,
Leopold 3 : Teraba bulat keras tidak melenting
Leopold 4 : divergent

Pemeriksaan dalam :
Vulva dan uretra tenang, dinding vagina licin, porsio tidak teraba, Ø
lengkap, kepala turun di H 3, Selket (-), STLD (-)

Analisa
Ny. RU G2P1A0 Hamil 39+6 minggu dalam persalinan kala II

Penatalaksanaan Pukul 08.32 WIB


1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
KU baik, TD 110/80 mmhg, N : 80x/m S : 36,6°C RR : 22 x/m, TFU 32
cm preskep, puki, DJJ 140x/m , His 4x/10’ lama 40”, VT : Ø lengkap,
kepala turun di H 3
Hasil : Ibu dan suami mengerti
2. Motivasi Ibu untuk mengejan sambil miring ke kiri
Hasil : Ibu bersedia
3. Resusitasi pada ibu :
a. Berikan O2 Nasal Canule 3 lt/m
b. Cek DJJ antara 2 (dua) his
4. KIE pada ibu tentang tatacara mengejan yang benar
a. Posisikan ibu senyaman mungkin
b. Posisikan dagu di atas dada dan tarik kaki kearah dada
c. Ambil nafas dalam-dalam ketika kontraksi datang, lalu tahan
d. Kencangkan otot perut dan mulai mengejan tanpa bersuara

8
e. Bila masih ada his, ambil nafas cepat dan mengejan kembali
f. Bila his hilang ibu beristirahat dan menghimpun tenaga untuk
mengejan bila ada his berikutnya.
Hasil : Ibu mengerti
5. Menyiapkan dan mengecek kembali alat dan obat persiapan persalinan
Hasil : Peralatan dan obat-obatan sudah lengkap
6. Pimpin persalinan
Bayi lahir spontan pada tanggal 20 Januari 2021 pukul 09.22 WIB,
menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif, jenis kelamin
perempuan setelah itu bayi dilakukan IMD, hasil APGAR skor 1 menit
pertama 8 dan 5 menit pertama 10.

Catatan Perkembangan :
Tanggal 10/2/2021
Waktu : 09.30 WIB

Subjektif :
Ibu mengatakan lega bayinya telah lahir, Ibu mengatakan perut
mules

Obyektif :
K/U Baik Composmentis, TD 110/70 mmhg, TFU setinggi pusat,
kontraksi uterus baik, teraba keras, perdarahan pervaginam ±100
cc

Analisa :
Ny RU P2 A0 dalam persalinan Kala III

9
Penatalaksanaan :
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan
KU Baik, TD 110/70 mmhg TFU Setinggi pusat, kontraksi uterus
baik, teraba keras, dalam persalinan Kala III
Hasil : Ibu mengerti
2. Melakukan MAK III (Manajemen Aktif Kala III)
- Menyuntik Oksitocin
- Melakukan Peregangan Tali Pusat Terkendali
- Malakukan massase fundus
Hasil : Jam 09.32 WIB Placenta lahir spontan, berbentuk cakram,
lengkap, berat ±500gr, perdarahan ±100 ml
3. Memeriksa kontraksi uterus, perdarahan dan laserasi perineum
Hasil : Kontraksi uterus baik, teraba keras→ruptur perineum sampai
otot → derajat II
4. Melakukan penjahitan perineum dengan lidocaine
Hasil : robekan perinium sudah di jahit
5. Membersihkan dan merapikan ibu
Hasil : Ibu sudah bersih dan rapi
6. Mengobservasi KU, TFU dan perdarahan kala IV
Jam Kontrak Kandung Perda
TD N Sb TFU
si uterus kemih rahan
09.47 Setinggi
110/70 80 36,5 keras kosong 60 cc
pusat
10.02 Setinggi
110/72 82 keras kosong 40 cc
pusat

Catatan Perkembangan
Tanggal 20/2/2021
Waktu : 10.17 WIB

10
Subjektif :
Ibu mengatakan lega bayinya sudah lahir, ibu mengatakan lelah
setelah melahirkan, ibu mengatakan tidak mules, merasakan
bahwa darah yang keluar dari alat kewanitaanya syur-syur, ibu
merasa lemas dan mengantuk.

Obyektif :
K/U lemah, TD 80/60 mmhg, N : 100x/menit, TFU setinggi pusat,
kontraksi uterus lembek, perdarahan pervaginam ±500 cc

Analisa :
Ny RU P2 A0 dalam persalinan Kala IV dengan atonia uteri

Penatalaksanaan :
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada keluarga
KU lemah, TD 80/60 mmhg, nadi 100x/menit, TFU setinggi pusat,
kontraksi uterus lembek, dalam persalinan Kala IV dengan atonia
uteri
Hasil : keluarga mengerti
2. Memberikan oksigen 2 lpm
Hasil : oksigen 2 lpm telah terpasang
3. Melakukan Penanganan Atonia Uteri
a. Memastikan kandung kemih kosong
b. Meminta teman bidan lain untuk melakukan masase fundus
uteri
c. Memersihkan bekuan darah dan atau selaput ketuban dari
vagina dan lubang servik
d. Memasang infus RL 500ml dengan didrip 1 ampul oksitosin
20 IU sesuai kebutuhan atau grojog, memberikan injeksi

11
ergometrin 1 ampul secara intravena untuk menghentikan
perdarahan.
Hasil : terpasang infus RL 500ml drip oksitosin 20 IU grojog
dan injeksi ergometri 1 ampul sudah diberikan
4. Melakukan kompresi bimanual internal untuk tambahan
stimulasi kontraksi uterus. Memeriksa vagina dan serviks
untuk memastikan ada tidaknya bekuan darah. Mengepalkan
tangan dalam dan tempatkan pada forniks anteroir, tekan
dinding anterior uterus kearah tangan luar yang menahan dan
mendorong dinding posterior uterus kearah depan sehingga
uterus ditekan dari arah belakang dan depan. Tekan uterus
dengan kuat diantara kedua tangan. Kompresi ini memberikan
tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka di
dinding uterus juga merangsang miometrium berkontraksi.
Hasil : uterus mulai berkontraksi dan perdarahan berkurang,
melanjutkan KBI dan KBE selama 5 menit, kemudian
mengeluarkan tangan perlahan dari uterus
5. Memberikan support mental pada ibu dan keluarga agar tidak
merasa cemas dan tenang karena keadaan dapat teratasi
Hasil : ibu dan keluarga sudah sedikit tenang
6. Mengobservasi perdarahan dan kontraksi ibu setiap 30 menit
Hasil :

Wakt Kontrak Kandun Perda


TD N Sb TFU
u si uterus g kemih rahan
1 jari
di ±150
10.32 90/70 110 36,7 lemah Kosong
bawah cc
pusat
11.02 100/69 76 1 jari Keras Kosong ±100

12
di
bawah cc
pusat
1 jari
di
11.32 100/65 85 Keras Kosong ±80cc
bawah
pusat

7. Memindahkan ibu ke ruang nifas dengan tetap terpasang infus Rl


drip oksitosin 20 unit
Hasil : Ibu telah berada di ruang nifas
8. Memberikan ibu terapy :
R/ Amoxilin tab 500 mg 3x1 tab
Asam Mefenamat tab 500 mg 3x1 tab
Etabion tab 1x1 tab
Hasil : Ibu sudah mendapatkan terapi

B. Telaah jurnal

Jurnal Judul Populasi Intervensi Comparasion Outcame Time

Nina Ayu Faktor- Populasi Membandingk • Tidak ada hubungan antara Tahun 2017-2018.
Nirmala’ Umu Faktor Yang dalam an antara dua umur ibu dengan kejadian
Hani E.N Berhubunga penelitian kelompok atonia uteri di RSUD
Panembahan Senopati Bantul
Program Studi n Dengan ini yaitu
dengan p-value 0,743 >
Kebidanan Kejadian adalah kelompok
(0,05).
Program Atonia Uteri semua ibu kasus dan • Tidak ada hubungan antara
Sarjana Pada Ibu hamil yang kelompok paritas ibu dengan kejadian
Terapan Bersalin Di bersalin kontrol atonia uteri di RSUD
Fakultas Ilmu Rsud di RSUD Panembahan Senopati Bantul

13
Kesehatan Panembahan Panembaha dengan p-value 0,402 >
Universitas Senopati n Senopati (0,05).
‘Aisyiyah Bantul Bantul yang • Ada hubungan antara
Yogyakarta Yogyakarta tercatat di oksitosin drip dengan
kejadian atonia uteri di
rekam
RSUD Panembahan Senopati
medik Bantul dengan p-value 0,000
pada 2 < (0,05).
tahun • Ada hubungan anemia
terakhir dengan kejadian atonia uteri
yaitu pada di RSUD Panembahan
tahun Senopati Bantul dengan p-
value 0,006 < (0,05).
2017 dan • Ada hubungan partus lama
2018 dengan kejadian atonia uteri
sebanyak di RSUD Panembahan
2493 orang, Senopati Bantul dengan p-
dimana value 0,013 < (0,05).
2481 • Ada hubungan persalinan
tindakan dengan kejadian
merupakan
atonia uteri di RSUD
populasi Panembahan Senopati Bantul
kontrol dan dengan p-value 0,011 <
12 (0,05).
merupakan • Tidak ada hubungan antara
populasi peregangan uterus berlebih
kasus dengan kejadian atonia uteri
di RSUD Panembahan
Senopati Bantul dengan p-
value 0,059 > (0,05).

14
C. Deskripsi Reading Jurnal
Jurnal ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh Nina Ayu Nirmala’ Umu
Hani E.N Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian atonia uteri pada ibu bersalin di RSUS
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
Jenis penelitian ini yaitu analitik dengan menggunakan metode case control
dengan pendekatan retrospektive. Lokasi penelitian di RSUS Panembahan Senopati
Bantul Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2017-2018. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu hamil yang bersalin di RSUD Panembahan Senopati
Bantul yang tercatat di rekam medik pada 2 tahun terakhir yaitu pada tahun 2017 dan
2018 sebanyak 2493 orang, dimana 2481 merupakan populasi kontrol dan 12
merupakan populasi kasus.
Sampel dalam penelitian ini untuk sampel kasus diambil dengan teknik total
sampling, sedangkan sampel kontrol menggunakan simple random sampling, dengan
menggunakan perbandingan 1:3 sehingga didapatkan hasil sampel kontrol adalah 36,
jadi total sampel sebanyak 48 sampel. Analisa yang digunakan ialah analisis univariat
dan bivariat. Analisa bivariat dalam penelitian ini mrnggunakan uji korelasi chi
square dan fisher’s exact test.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD Panembahan Seonopati
Bantul didapat hasil, sebagian besar responden berada pada umur yang tidak berisiko
yaitu 20-35 tahun sebanyak 30 responden (62,5%), sebagian besar paritas didominasi
oleh paritas tidak berisiko yaitu paritas 2-3 sebanyak 27 responden (56,3%),
mayoritas responden didominasi pada ibu bersalin yang tidak diberikan oksitosin drip
yaitu sebanyak 38 responden (79,1%), mayoritas responden didominasi oleh ibu
bersalin yang tidak mengalami partus lama sebanyak 45 responden (93,8%),
mayoritas responden pada persalinan tindakan lebih banyak didominasi pada ibu
bersalin secara pervaginam yaitu sebanyak 48 responden (89,6%), dan mayoritas
responden lebih didominasi pada ibu bersalin yang tidak mengalami peregangan
uterus yaitu sebanyak 46 responden (95,8%).

15
Dari uji analisis bivariat hubungan umur dengan kejadian atonia uteri dengan
analisis Uji Fisher’s Exact Hubungan Umur Terhadap Kejadian Atonia didapat hasil
dari 12 responden yang mengalami atonia uteri (kelompok kasus) dimana sebagian
besar memiliki umur yang tidak beresiko (20-35 tahun) sejumlah 7 responden
(14,6%), dan 5 responden (10,4%) lainnya memiliki umur yang beresiko (35 tahun).
Sedangkan pada ibu yang tidak mengalami atonia uteri (kelompok kontrol) dimana
sebagian besar memiliki umur yang tidak beresiko yaitu sebanyak 23 responden
(47,9%) dan 13 responden (27,1%) merupakan umur beresiko.
Hubungan paritas dengan kejadian atonia uteri dengan analisis Uji Chi Square
didapat hasil, dari 12 responden yang mengalami atonia uteri (kelompok kasus)
dimana sebagian besar mempunyai paritas tidak beresiko (2-3) sejumlah 8 responden
(16,7%), dan 4 responden (8,3%) lainnya mempunyai paritas beresiko (1 dan >3).
Sedangkan pada ibu yang tidak mengalami atonia uteri (kelompok kontrol) dimana
sebagian besar mempunyai paritas tidak beresiko (2-3) sebanyak 27 responden
(56,3%) dan 21 responden (43,7%) merupakan paritas beresiko. Hasil statistik uji
chi-square diperoleh hasil p-value 0,401 > (0,05), maka Ha ditolak H0 diterima
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian atonia
uteri. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan nilai coefficient contingency
0,120 yang artinya nilai keeratan hubungan diketegorikan sangat lemah.
Hubungan Oksitosin Drip dengan kejadian atonia uteri analisis Uji Fisher’s Exact
didapat hasil dari 12 responden yang mengalami atonia uteri (kelompok kasus)
dimana sebagian besar diberikan Oksitosin Drip sejumlah 8 responden (16,7%), dan
4 responden (8,3%) lainnya tidak diberikan Oksitosin Drip. Sedangkan pada ibu yang
tidak mengalami atonia uteri (kelompok kontrol) dimana sebagian besar tidak
diberikan Oksitosin Drip sebanyak 38 responden (79,1%) dan 10 responden (20,9%)
diberikan Oksitosin Drip.
Berdasarkan hasil statistik uji chi-square yang memiliki nilai excpected count
kurang dari 5 sehingga tidak memenuhi syarat untuk menggunakan uji chi-square,
untuk itu yang dilihat ialah hasil dari fisher’s exact test didapatkan hasil pvalue 0,000
< (0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara pemberian Oksitosin Drip dengan kejadian atonia uteri. Berdasarkan hasil

16
pengolahan data didapatkan nilai coefficient contingency 0,546 yang artinya nilai
keeratan hubungan diketegorikan sedang.

D. Teori dari pokok bahasan


Perdarahan Post Partum
1. Defenisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih setelah
kala III selesai setelah plasenta lahir). Fase dalam persalinan dimulai dari kala I yaitu
serviks membuka kurang dari 4 cm sampai penurunan kepala dimulai, kemudian kala
II dimana serviks sudah membuka lengkap sampai 10 cm atau kepala janin sudah
tampak, kemudian dilanjutkan dengan kala III persalinan yang dimulai dengan
lahirnya bayi dan berakhir dengan pengeluaran plasenta. Perdarahan postpartum terjadi
setelah kala III persalinan selesai (Saifuddin, 2014).
Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan
menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun
merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini juga
berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak yang mengakibatkan
wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok (Saifuddin, 2014).
Perdarahan postpartum dibagi menjadi dua, yaitu perdarahan postpartum
primer/dini dan perdarahan postpartum sekunder/lanjut
a. Perdarahan postpartum primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24
jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah
atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir, dan inversio uteri.
b. Perdarahan postpartum sekunder yaitu perdarahan postpartum yang terjadi setelah
24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder disebabkan oleh infeksi,
penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal (Manuaba,
2014).

2. Penyebab Perdarahan Post Partum


a. Atonia Uteri
1) Definisi

17
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana lemahnya kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak dapat menghentikan perdarahan yang terjadi dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
Atonia uteri menjadi penyebab pertama perdarahan postpartum. Perdarahan
postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi serat-serat
miometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya pembuluh-
pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat plasenta menjadi terhenti.
Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi miometrium dinamakan atonia
uteri (Oxorn, 2010).
2) Faktor predisposisinya:
a) Regangan rahim berlebihan yang diakibatkan kehamilan gemeli,
polihidramnion, atau bayi terlalu besar.
b) Kehamilan grande multipara
c) Kelelahan persalinan lama
d) Ibu dengan anemis atau menderita penyakit menahun
e) Infeksi intra uterin
f) Mioma uteri
g) Ada riwayat atonia uteri
Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk hamil dan melahirkan adalah
20-35 tahun, keadaan ini disebabkan karena pada umur kurang dari 20 tahun
rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik dan belum cukup dewasa
untuk menjadi ibu, sedangkan pada umur 35 tahun keatas elastisitas otot-otot
panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya telah
mengalami kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan dan selanjutnya
dapat menyebabkan kematian pada ibu (Purwanti, 2015)
Menurut Nadesul (2008), usia kurang dari 20 tahun secara biologis organ
wanita belum mampu memikul dan membesarkan kehamilan yang harapannya
berjalan dengan sehat.
Jarak kehamilan yang aman adalah 2-5 tahun. Secara medis setelah 6-12
bulan pasca melahirkan organ reproduksi sudah kembali normal. Perencanaan
kehamilan perlu dilakukan untuk menghindari risiko komplikasi dan proses

18
kehamilan berikutnya nutrisi ibu dan janin terpenuhi, sehingga ibu dan bayi akan
sehat
Menurut Cholil (2007) jarak kehamilan aman menggunakan rumus 3335
yaitu 3 untuk jumlah anak, 3 untuk jarak kehamilan, 35 untuk usia ibu terakhir
hamil. Kehamilan yang pertama dan kedua memiliki risiko sama sehingga
diperlukan perencanaan yang maksimal untuk kesehatan ibu dan anaknya.
3) Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir perdarahan masih
ada dan mencapai 500-1000 cc, tinggi fundus uteri masih setinggi pusat atau
lebih dengan kontraksi yang lembek (Saifuddin, 2014). Pencegahan atonia uteri
adalah dengan melakukan manajemen aktif kala III dengan sebenar-benarnya
dan memberikan misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 mcg) segera setelah
bayi lahir (Oxorn, 2010)
Setelah bayi dan plasenta lahir, ternyata perdarahan masih aktif dan
banyak, bergumpal dan pada saat dipalpasi didapatkan fundus uteri masih
setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan
bahwa pada saat atonia uteri terdiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada
darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi
masih terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi
pemberian darah pengganti.
4) Penatalaksanaaan
a) Pemijatan uterus
b) Oksitosin dapat diberikan
c) Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan transfusi sesuai kebutuhan, jika
perdarahan terus berlangsung, memastikan plasenta lahir lengkap, jika
terdapat tanda-tanda sisa plasenta, sisa plasenta tersebut dikeluarkan, uji
pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan darah
setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah
menunjukan adanya koagulopati.
d) Jika perdarahan terus berlangsung kompresi bimanual internal atau kompresi
aorta abdominalis.

19
e) Jika perdarahan masih berlangsung setelah dilakukan kompresi, ligasi arteri
uterina dan ovarika, histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam
jiwa.
b. Retensio plasenta
Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir
disebut sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan
pertolongan aktif kala tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta
dan uterus. Disebut sebagai plasenta akreta bila implantasi menembus desidua
basalis dan Nitabuch layer, disebut sebagai plasenta inkreta bila plasenta sampai
menembus miometrium dan disebut plasenta perkreta bila vili korialis sampai
menembus perimetrium.
Terjadinya plasenta akreta adalah plasenta previa, bekas seksio sesarea,
pernah kuret berulang, dan multiparitas. Bila sebagian kecil dari plasenta masih
tertinggal di uterus disebut rest placenta dan dapat menimbulkan perdarahan post
partum primer dan (lebih sering) sekunder. Proses kala III didahului dengan tahap
pelepasan/separasi plasenta akan ditandai oleh perdarahan pervaginam (cara
pelepasan Duncan) atau plasenta sudah sebagian lepas tetapi tidak keluar
pervaginam (cara pelepasan Schultze), sampai akhirnya tahap ekspulsi, plasenta
lahir. Pada retensio plasenta selama plasenta belum terlepas, maka tidak akan
menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak (perdarahan kala III) dan harus diantisipasi dengan
segeran melakukan placenta manual, meskipun kala uri belum lewat setengah jam.
Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar, atau setelah
melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap
pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium
uteri eksternum pada saat ontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah
terjahit. Untuk itu, harus dilakukan eksplorasi ke dalam rahim dengan cara
manual/digital atau kuret dan pemberian uterotonika. Anaemia yang ditimbulkan
setelah perdarahan dapat diberi transfusi darah sesuai dengan keperluannya.
Retensio sebagian atau seluruh plasenta dalam rahim akan mengganggu
kontraksi dan retraksi, sinus-sinus darah tetap terbuka, sehingga menimbulkan

20
perdarahan postpartum. Perdarahan terjadi pada bagian plasenta yang terlepas dari
dinding uterus. Bagian plasenta yang masih melekat merintangi retraksi
miometrium dan perdarahan berlangsung terus sampai sisa organ tersebut terlepas
serta dikeluarkan (Oxorn, 2010).
Retensio plasenta, seluruh atau sebagian, lobus succenturiata, sebuah
kotiledon, atau suatu fragmen plasenta dapat menyebabkan perdarahan plasenta
akpostpartum. Retensio plasenta dapat disebabkan adanya plasenta akreta, perkreta
dan inkreta. Faktor predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah plasenta previa,
bekas seksio sesarea, pernah kuret berulang, dan multiparitas (Saifuddin, 2014).
Asuhan Kebidanan pada Ny. RU G2 P1 A0 umur 36 tahun Hamil 39+6 minggu
dengan dengan atonia uteri kesesuaian dengan teori dan jurnal yang didapat,
dimana pada Ny RU mengalami perdarahan terjadi setelah bayi dan plasenta lahir
serta sudah dilakukan penjahitan perineum, KU ibu lemah, TD 80/60 mmhg, nadi
110x/menit, TFU setinggi pusat, kontraksi uterus lembek yang terjadi dalam
persalinan Kala IV dengan atonia uteri
Terdapat persamaan dalam penatalaksanaan dilapangan dengan teori yaitu melakukan
penanganan atonia uteri dengan memastikan kandung kemih kosong meminta teman bidan
lain untuk melakukan masase fundus uteri, memersihkan bekuan darah dan atau selaput
ketuban dari vagina dan lubang servik, memasang infus RL 500ml dengan drip oksitosin 20
IU sesuai kebutuhan atau grojog, memberikan injeksi ergometrin 1 ampul secara intravena
untuk menghentikan perdarahan.
Kemudian melakukan kompresi bimanual internal untuk tambahan stimulasi kontraksi
uterus. Memeriksa vagina dan serviks untuk memastikan ada tidaknya bekuan darah.
Mengepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anteroir, tekan dinding anterior
uterus kearah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus kearah
depan sehingga uterus ditekan dari arah belakang dan depan. Tekan uterus dengan kuat
diantara kedua tangan. Kompresi ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah
yang terbuka didinding uterus juga merangsang miometrium berkontraksi. Setelah uterus
mulai berkontraksi dan perdarahan berkurang, melanjutkan KBI dan KBE selama 5 menit,
kemudian mengeluarkan tangan perlahan dari uterus.

21
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktorfaktor yang
berhubungan dengan kejadian atonia uteri pada ibu bersalin di RSUD Panembahan
Senopati Bantul dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Tidak ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian atonia uteri di RSUD
Panembahan Senopati Bantul dengan p-value 0,743 > (0,05).
2. Tidak ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian atonia uteri di RSUD
Panembahan Senopati Bantul dengan p-value 0,402 > (0,05).
3. Ada hubungan antara oksitosin drip dengan kejadian atonia uteri di RSUD
Panembahan Senopati Bantul dengan p-value 0,000 <(0,05).
4. Ada hubungan anemia dengan kejadian atonia uteri di RSUD Panembahan Senopati
Bantul dengan p-value 0,006 < (0,05).
5. Ada hubungan partus lama dengan kejadian atonia uteri di RSUD Panembahan
Senopati Bantul dengan p-value 0,013 < (0,05).
6. Ada hubungan persalinan tindakan dengan kejadian atonia uteri di RSUD Panembahan
Senopati Bantul dengan p-value 0,011 < (0,05).
7. Tidak ada hubungan antara peregangan uterus berlebih dengan kejadian atonia uteri di
RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan p-value 0,059 > (0,05)

B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan khususnya bidan, untuk meningkatkan pelayanan dan
manajemen penatalaksanaan atonia uteri.
2. Ibu Hamil / Ibu bersalin dan pendamping persalinan disarankan memahami tanda-
tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta rutin memeriksakan kehamilannya
sehingga apabila terdapat faktor resiko atau komplikasi dapat di antisipasi segera
untuk mengurangi kejadian patologis terutama perdarahan dan pasien mendapatkan
pertolongan yang cepat dan tepat pada proses persalinan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. (1998) Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan, Jakarta, EGC

Manuaba. (2000) Penuntun kepaniteraan klinik obstetri dan ginekologi edisi 2, Jakarta, EGC

Nugroho, Taufan. 2011. Kasus Emergency Kebidanan, Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Prabantoro

Oxorn. (2003). Ilmu kebidanan patologi dan fisiologi persalinan. Yogyakarta: Yayasan
Essentia Medika.

Prawirohardjo S. (2010) Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Purwanti, (2015) Determinan penyebab perdarahan karena atonia uteri, Jurnal Prada. ISSN
2087-6874 volume VI nomor 1 Juni 2015

Susilowati, E. 2010. Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di
Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Tahun 2009. Jurnal Kebidanan Panti
Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010.

Saifudin. (2009). Buku acuan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina. Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wiknjosastro. (2006). Pelatihan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar. Jakarta:


JNPKR

Varney H.(2008) Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 4th ed.Jakarta: EGC

23
LAMPIRAN

24
25
26
27
28
29
30

Anda mungkin juga menyukai