Disusun Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
A. Masalah .................................................................................................. 1
B. Skala ....................................................................................................... 1
C. Kronologi ............................................................................................... 2
D. Solusi ...................................................................................................... 3
A. Kesimpulan ............................................................................................ 11
B. Saran ....................................................................................................... 11
LAMPIRAN ............................................................................................................. 14
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Masalah
Persalinan merupakan pengalaman yang unik bagi setiap ibu. Pada saat
persalinan seorang ibu mengharapkan dukungan dari keluarga dan bian agar mampu
mengahdapi persalinan samai bayi selamat. Tantangan terberat yang dihadapi ibu
adalah menahan rasa sakit (nyeri) akibat kontraksi uterus. Pada saat pertolongan
persalinan pertama kesabaran lebih diperlukan karena pasien / ibu bersalin belum
mempunyai pengalaman bersalin sehingga dapat mengkoordinasi kekuatan His dan
mengejan (Yulianingsih, 2019). Perhatian yang didapat seorang ibu pada masa pra
persalinan akan terus dikenang terutama bagi mereka yang pertama kali melahirkan
atau mengalami proses persalinan, jika pengalaman itu terasa menyenangkan maka
akan menjadi modal bagi kelancaran persalinan. Jika yang terjadi adalah sebaliknya
biasanya itu menjadi pengalaman buruk yang mungkin akan membuat mereka jera dan
dapat mengganggu proses persalinan (Puspitasari,2020).
Sejak beberapa tahun yang lalu baik pasien maupun penolong persalinan ingin
agar perasaan takut, ketegangan nyeri dalam persalinan itu dapat dihilangkan agar ibu
tersebut bukan saja tidak menjerit-jerit karena ketakutan dan kesakitan akan tetapi
dapat turut aktif dan berperan serta dalam proses persalinan, sehingga persalinan dapat
berlangsung dengan baik dan dalam suasana yang tenang.
Penelitian di Amerika serikat 70% sampai 80% wanita yang melahirkan
mengharapkan persalinan berlangsung tanpa rasa nyeri. Berbagai cara dilakukan agar
ibu melahirkan tidak selalu merasa sakit dan merasakan nyaman. Saat ini di Negara
berkembang 20% hingga 50% persalinan di rumah sakit besar dilakukan dengan
section caesaria disebabkan para ibu hendak bersalin lebih memilih operasi yang
relative tidak nyeri sedangkan di Brazil angka ini mencapai lebih dari 50% dari angka
kelahiran di suatu rumah sakit yang merupakan presentase tertinggi di seluruh dunia.
Nyeri yang terjadi dapat mempengaruhi kondisi ibu berupa kelelahan, rasa takut,
khawatir dan menimbulkan stress (Sari, 2018).
1
B. Skala
Data persatuan rumah sakit di seluruh Indonesia menjelaskan bahwa 15% ibu di
Indonesia mengalami komplikasi persalinan dan 21% menyatakan bahwa persalinan
yang dialami merupakan persalinan yang menyakitkan, sedangkan 63% tidak
memperoleh informasi tentang persiapan yang harus dilakukan guna mengurangi nyeri
pada persalinan. 203). Hasil penelitian Tounair (2007) dalam buku Karlinah Nelly
(2015) menyatakan nyeri persalinan ringan terjadi pada 15 kasus, nyeri sedang 35%,
nyeri berat 30%, dan nyeri ekstrim terjadi pada 20% kasus. Bagi seorang ibu,
melahirkan bayi adalah peristiwa yang sangat membahagiakan sekaligus peristiwa
yang berat penuh tantangan dan kecemasan.
Faktor non medis yang berpengaruh pada kesehatan ibu hamil adalah faktor
psikologis, keterbatasan pengetahuan ibu dan ketidakaberdayaan ibu untuk mengambil
keputusan. Terlambat mengambil keputusan sangat membahayakan ibu hamil, dimana
sering berlanjut pada terlambat membawa ibu ke fasilitas kesehatan untuk
mendapatkan pertolongan medis. Secara cultural, perempuan kurang memiliki peran
dalam pengambilan keputusan, tak terkecuali permasalahan reproduksi. Hal ini dapat
memunculkan perasaan cemas pada ibu hamil, diantaranya bayangan kematian,
kehilangan anak, keguguran, atau melahirkan anak dengan cacat (Aprillia, 2011).
Dukungan psikologis pada saat kehamilan dan persalinan sangat penting bagi
kelanjutan kesehatan psikologis ibu setelah persalinan. 10-20 % wanita mengalami
depresi pasca melahirkan. Peran yang dapat suami lakukan dalam proses persalinan
antara lain mengatur posisi ibu, memberikan nutrisi dan cairan, mengalihkan perhatian
ibu dari rasa nyeri selama proses persalinan, mengukur waktu kontraksi, mengusap-
usap punggung ibu, menjadi titik fokus, bernapas bersama ibu saat kontraksi,
menginformasikan kemajuan persalinan, memberikan dorongan spiritual, memberi
dukungan moral, menghibur dan memberi dorongan semangat. Dukungan atau
keterlibatan Suami sangat di perlukan selama proses persalinan, mulai dari fase laten
sampai dengan saat persalinan. Salah satu cara pengalihan nyeri yang dapat dilakukan
oleh suami atau keluarga adalah dengan melakukan Effleurage Massage (Herinawati,
2019).
2
C. Kronologi
Nyeri persalinan kala I fase aktif diakibatkan oleh kontraksi rahim yang mulai
adekuat terjadi 3-5 kali dalam 10 menit dengan lama kontraksi antara 30-60 detik.
Gerakan kontraksi rahim menyebabkan otot-otot dinding rahim mengkerut, menjepit
pembuluh darah, vagina dan jaringan lunak di sekitarnya merenggang, sehingga terasa
nyeri. Keadaan mental ibu (ketakutan, cemas, khawatir atau tegang) serta hormone
prostaglandin yang meningkat sebagai respon terhadap stress. Intensitas nyeri selama
kala I fase aktif ini diakibatkan oleh kekuatan kontraksi dan tekanan yang
dibangkitkan. Semakin besar distensi abdomen, intensitas nyeri menjadi lebih berat.
Nyeri dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan,
keringat, ketegangan otot dan konsentrasi ibu selama persalinan menjadi terganggu.
Jika ibu tidak dapat menahan rasa nyeri, semua itu bisa berefek buruk terhadap
kelancaran persalinan sehingga terjadi persalinan lama. Ini akan mengakibatkan
distress pada bayi dan mempengaruhi bayi yang akan dilahirkan (Sari, 2018).
Kontraksi uterus pada setiap orang sangatlah unik, mengikuti kontraksi otot-otot
di uterus. Dalam perkembangan proses persalinan kontraksi akan bertambah panjang
dan kuat, kekurangan oksigen pada sel-sel akan semakin meningkat. Hal ini yang
menyebabkan intensitas nyeri juga akan semakin meningkat. Nyeri pada proses
persalinan ini juga bisa disebabkan oleh tarikan dan tekanan yang terjadi pada jalan
lahir. Pada akhir dari proses persalinan saat terjadi pembukaan jalan lahir lengkap, ibu
akan merasakan ingin mengejan karena dengan mengejan rasa nyeri yang dialami akan
hilang. Bertambahnya ketidaknyamanan atau nyeri pada proses persalinan juga karena
penekanan bagian presentasi janin di organ-organ yang berada di sekitar jalan lahir
seperti: kandung kencing, uretra (saluran kencing), dan kolon. Nyeri yang terbesar
dirasakan ibu saat kelahiran adalah nyeri akibat tarikan pada jaringan perineum
( Artanty, 2011).
Teknik pijat effleurage dapat menimbulkan efek distraksi dan relaksasi, sehingga
membantu ibu menjadi lebih rileks, menciptakan perasan nyaman, enak dan respon
nyeri akan menurun. Di Indonesia teknik ini masih belum popular dan masih jarang
dilakukan . Tindakan utama effleurage massage merupakan aplikasi dari teori Gate
Control yang dapat “menutup gerbang” untuk menghambat perjalanan rangsang nyeri
3
pada pusat yang lebih tinggi pada system saraf pusat. Berdasarkan penelitian
menunjukan bahwa effleurage massage dapat menurunkan nyeri (Ersila, 2019).
D. Solusi
Asuhan sayang ibu penting diterapkan dalam setiap proses pesalinan. Asuhan
sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama
proses persalinan. Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan ibu. Bentuk asuhan sayang ibu yang dapat
diterapkan selama proses persalinan antara lain:
1. Memberikan dukungan emosional kepada ibu.
2. Pendampingan suami/ keluarga selama proses persalinan sampai bayi lahir.
3. Memberikan keleluasaan kepada ibu untuk memilih posisi sesuai keinginan dan
Kondisinya
4. Manajemen nyeri persalinan
5. Mencukupi asupan makan dan minum ibu. (Depkes, 2014)
Nasehat yang dapat diberikan kepada suami untuk kehamilan istrinya agar dapat
terjaga dan terawat sampai persalinan, sangat dibutuhkan partisipasi suami yang
dibutuhkan antara lain :
1. Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri
2. Membantu ibu menghadapi persalinan dengan nyaman slah satunya dengan
sentuhan atau massage.
Dibutuhkan kesadaran tenaga kesehatan pada setiap kasus kehamilan hingga
melahirkanà setiap kasus UNIK. Perlu perhatian pada ibu saat sebelum dan selama
melahirkan : kurang tidur, panik attack hampir setiap saat setiap waktu tidak bisa
mengontrol dan apabila pasca melahirkan 2 minggu setelah proses kelahiran gejala
babyblues tidak berkurang
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) Asuhan kebidanan
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin pada Ny. H G1 P0 A0 hamil 38+5 mgg inparti normal di PMB Felisiana SA
Responsi
Deskripsi Kegiatan Pembimbing CI
TTD
Alamat : Wringin, f. Ibu datang didampingi oleh suami dan ibu mertua. Andri Nur Sholihah, S.ST.
Purwobinangun, Pakem g. Keluhan utama : nyeri persalinan dan merasa tidak kuat M.Kes
5
Objektif :
a. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis.
b. Vital sign; tensi : 110/60 mmHg, Nadi: 82x/menit, suhu
36,40C, RR : 21x/mnt, LL: 30 CM, Tb: 162 cm, BB:
86,4kg, SPO2 : 98%
c. TFU 32cm, puka, preskep, kepala sudah masuk
panggul, palpasi 1/5.
d. His 1x/10 menit, lama 25‘, sedang, teratur.
e. Djj ; 136x/mnt, teratur,
f. PD: VT : vulva uretra tenang, dinding vagina licin,
portio masih tebal lunak, pembukaan 3-4 cm, KK (+),
AK (-), kepala turun di Hodge II, STLD(+)
Analisa : G1P0A0, umur 29 tahun, hamil 38+5 minggu,
inpartu kala I fase aktif. Masalah : Nyeri Persalinan
Penatalaksanaan :
a. Memberitahkan pada ibu dan suami tentang hasil
pemeriksaan baik,
Hasil : ibu paham dan mengerti
b. Memberikan dukungan pada ibu dan meminta suami untuk
terus mendampingi dan mendukung ibu, dan menyiapkan
pakaian ibu dan bayi.
6
Hasil : Ibu dan suami paham dan menyiapkannya.
c. Melakukan massage effleurage pada daerah perut untuk
membantu ibu mengurangi nyeri. Pada waktu timbul
kontraksi, letakkan kedua telapak ujung- ujung jari tangan
diatas simpisis pubis bersama inspirasi pelan, usapkan kedua
ujung ujung jari tangan dengan tekanan yang ringan, tegas
dan konstan ke samping abdomen, mengelilingi samping
abdomen menuju kearah fundus uteri, setelah sampai fundus
uteri seiring dengan ekspirasi pelan-pelan usapkan kedua
ujung-ujung jari tangan tersebut menuju perut bagian bawah
di atas simpisis pubis melalui umbilicus. Lakukan gerakan ini
berulang-ulang selama ada kontraksi.
Hasil : ibu merasa lebih nyaman. ibu paham dan di bantu
suami untuk melakukannya
d. Meminta suami untuk melakukan hal massage sepaerti yang
dilakukan bidan
Hsil : suami paham dan bersedia melakukannya.
e. Memberikan informed consent tentang persalinan
pervaginam.
Hasil : Ibu dan suami setuju rencana persalinan pervaginam.
Form informed consent sudah ditandatangani.
7
f. Menyiapkan alat dan obat persiapan persalinan.
Hasil : Obat dan alat sudah disiapkan
g. Mengobservasi kemajuan persalinan dan keadaan umum ibu,
kesejahteraan janin
Catatan Perkembangan :
Tanggal 30 /12/ 2020 Jam : 18.00 WIB
Subjektif :
a. Ibu merasakan dorongan ingin mengejan
b. Kenceng – kenceng dirasakan bertambah kuat. Skala
nyeri 10.
c. Ibu mengatakan merasa lebih tenang didampingi dan
dimassage oleh suaminya
Obyektif :
K/U Baik Composmentis, TD 128/75 mmhg, N : 84x/m
S : 36,5°C, RR : 22x/m, TFU 31 cm, preskep, puki, DJJ
138 x/m, His 5x/10’ lama 45”
Tampak suami ibu terus memeberikan motivasi dan
membantu keperluan ibu.
Perineum menonjol, anus membuka, Tampak selaput
8
ketuban, dipecah warna jernih.
VT; vulva uretra tenang, dinding vagina licin, portio tak
teraba, pembukaan 10 cm, KK (-), air ketuban (+) jernih,
teraba UUK di H III (+)
Penatalaksanaan :
1. Memberitahukan tentang hasil pemeriksaan
Hasil : KU baik, TD 128/75 mmhg, TFU 31 cm, preskep,
puki, DJJ 138 x/m VT : Ø 10 cm kepala turun di H-4
2. Memberi edukasi pada suami untuk membantu pemijatan
dengan massage mengurangi rasa nyeri sebelum proses
persalinan.
Hasil : ibu paham dan suami melaksanakan anjurannya
3. Membantu ibu dalam persiapan proses persalinan dengan
cara bernafas selama mengejan dengan mengambil nafas
dari hidung dikeluarkan lewat mulut,
Hasil : ibu berlatih ambil nafas
4. Memberikan edukasi pada ibu dan suami tentang hasil
pemeriksaan bahwa pembukaan sudah lengkap dan saatnya
9
ibu untuk mengejan dengan cara bernafas yang benar seperti
yang diajarkan,
Hasil : ibu mencoba dengan sarannya
5. Meminta suami untuk membantu mengatur posisi ibu saat
mengejan dengan menyangga punggung dan kepala ibu.
Menyiapakan minum dan memberikan minum saat his hilang
atau tidak dalam mengejan,
Hasil : ibu diberikan minum oleh suami
6. Memimpin persalinan, ibu mengejan dengan baik dan lahir
spontan dan sehat
• Pukul 19.15 wib lahir bayi perempuan, langsung
menangis, kulit kemerahan, tonus baik. Apgar score 8-
9-10, BB : 3100gr, PB: 47 cm
• Memberitahu pada ibu setelah bersalin bayi dilakukan
IMD, ibu setuju dan dilakukan IMD selama 1 jam
• Memberitahu pada ibu bahwa bayi jumlahnya hanya 1
dan akan dilakukan pelepasan placentan, dilakukan
dengan manajemen aktif kala III, penegangan tali pusat
dengan cara dorsocranial, ibu paham dan selalu
mengikuti anjurannya. Pukul 19.20 wib plasenta lahir
spontan lengkap.
7. Melakukan pemeriksaan dengan palpasi, TFU, kontraksi
10
uterus, perdarahan dan ruptur jalan lahir. Kontraksi uterus
keras, TFU 1 jari bawah pusat, perineum ruptur drajat II
dilakukan penjahitan perinium dengan premedikasi Lidokain
40%.
8. Memberitahu pada ibu bahwa persalinan sudah selesai dan
membersihkan serta merapikan kembali ibu.
Hasil : Ibu sudah bersih dan rapi
9. Memberitahu pada ibu akan dilakukan pemantauan kala IV
atau 2 jam setelah bayi lahir dengan dilakukan pemeriksaan
Vital sign setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30
menit pada 1 jam kedua.
2) Telaah jurnal
Jurnal Ilmiah Pengaruh Populasi diberikan Rata-rata nyeri sebelum Peneli tian dilaku
Universitas Effleurage dalam effleurage effleurage massage adalah kan mulai dari bulan
Batanghari Massage penelitian massage 6,27 dengan standar Desember 2018
deviasi 1,363. samp ai Juni 2019
Jambi, 19 (3), terhadap ini adalah selama ± 20
Sedangkan pada nyeri
Oktober 2019, Nyeri semua ibu menit pada setelah effleurage
pp.590-601 Persalinan bersalin tiap- tiap massage terlihat nilai
DOI Kala I Fase kala I fase kontraksi. mean sebesar 4,17 dengan
10.33087/jiu Aktif Di aktif di Setelah standar deviasi1,621. Hasil
bj.v19i3.764 Praktik Praktik dilakukan akhirnya diperoleh
t=11,987 dan P (value) =
11
ISSN 1411- Mandiri Mandiri effleurage 0,000. Hasil uji statistic
8939 Bidan Bidan massage pada alpha 0,05
(Online) | Nuriman Nuriman respon nyeri didapatkan
P value 0,000 (p<0,05)
ISSN 2549- Rafida dan Rafida responden
yang berarti ada perbedaan
4236 (Print) Praktik dan diamati signifikan antara nyeri
Herinawati, Mandiri Praktik kembali sebelum massage dengan
Titik Hindriati, Bidan Latifah Bidan dengan teknik setelah massage, dengan
Astrid Novilda Kota Jambi Mandiri yang sama kata lain jika dilakukan
Poltekkes Tahun 2019 Latifah seperti effleurage massage dapat
Jambi sebanyak sebelum menurunkan nyeri.
Sehingga dari hasil
Jl. DR. GA. 30 orang. dilakukan
analisis ini dapat ditarik
Siwabessy No.9 masase. kesimpulan ya itu ada
Buluran Kenali pengaruh effleurage
Telanaipura massage terhadap nyeri
Jambi Kodepos. kala I fase aktif.
36125
Corresponde
nce email:
herinawati_b
urhanuddin
@yahoo.com
12
3) Deskripsi Reading Jurnal
Jurnal ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh Herinawati, Titik
Hindriati, Astrid Novilda, Poltekkes Jambi. Buluran Kenali Telanaipura Jambi
yang melakukan penelitian di Praktik Mandiri Bidan Nuriman Rafida dan Praktik
Mandiri Bidan Latifah Kota Jambi Tahun 2019. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh perlakuan tersebut terhadap intensitas nyeri
persalinan kala I fase aktif.
Jenis penelitian ini yaitu quasi experimental design dengan rancangan yang
digunakan adalah pretest-posttest one group design. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Desember 2018 sampai Juni 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua ibu bersalin kala I fase aktif di Praktik Mandiri Bidan Nuriman Rafida dan
Praktik Bidan Mandiri Latifah sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dengan menggunakan Total Sampling yaitu teknik pengambilan
sampel dengan mengambil semua responden yang ditemui selama penelitian yang
termasuk dalam anggota populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu
bersalin kala I fase aktif sebanyak 30 orang. Data dianalisis secara univariat dan
bivariat menggunakan uji T-Test.
Rata-rata nyeri sebelum effleurage massage adalah 6,27 dengan standar
deviasi 1,363. Sedangkan pada nyeri setelah effleurage massage terlihat nilai
mean sebesar 4,17 dengan standar deviasi1,621. Hasil akhirnya diperoleh t =
11,987 dan P (value)= 0,000. Hasil uji statistic pada alpha 0,05 didapatkan
p value 0,000 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan signifikan antara nyeri sebelum
massage dengan setelah massage, dengan kata lain jika dilakukan effleurage
massage dapat menurunkan nyeri. Sehingga dari hasil analisis ini dapat
ditarik kesimpulan yaitu ada pengaruh effleurage massage terhadap nyeri kala I
fase aktif.
Pada kasus di atas, Ny.H adalah seorang primigravida dalam persalinan fase
aktif. Keluhan yang paling dirasakan ibu adalah ibu mersakan nyeri dengan skala
berat (skala numerik 8). Bahkan ibu merasa sudah tidak sanggup lagi untuk
melanjutkann proses persalinannya. Suami terus mendampingi dan mensupport
13
ibu. Salah satu penatalaksanaan non farmakologi pada nyeri persalinan yang
diberikan pada kasus di atas adalah dengan eflleurage massage, yaitu dengan cara
pada waktu timbul kontraksi, letakkan kedua telapak ujung-ujung jari tangan
diatas simpisis pubis bersama inspirasi pelan, usapkan kedua ujung ujung jari
tangan dengan tekanan yang ringan, tegas dan konstan ke samping abdomen,
mengelilingi samping abdomen menuju kearah fundus uteri, setelah sampai
fundus uteri seiring dengan ekspirasi pelan-pelan usapkan kedua ujung-ujung jari
tangan tersebut menuju perut bagian bawah di atas simpisis pubis melalui
umbilicus. Lakukan gerakan ini berulang-ulang selama ada kontraksi. Hasil yang
didapatkan adalah ibu merasa lebih nyaman dan tampak lebih tenaang dengan
skala nyeri 6 (nyeri sedang).
Menurut jurnal diatas bahwa ada pengaruh effleurage massage terhadap nyeri
kala I fase aktif. Rata-rata nyeri sebelum effleurage massage adalah 6,27 dengan
standar deviasi 1,363. Sedangkan pada nyeri setelah effleurage massage terlihat
nilai mean sebesar 4,17 dengan standar deviasi1,621. Hasil akhirnya diperoleh t =
11,987 dan P (value) = 0,000. Hasil uji statistic pada alpha 0,05 didapatkan p
value 0,000 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan signifikan antara nyeri sebelum
massage dengan setelah massage, dengan kata lain jika dilakukan effleurage
massage dapat menurunkan nyeri.
Pengalaman sebelumnya seperti persalinan terdahulu akan membantu ibu
dalam mengatasi nyeri, karena ibu telah memiliki koping terhadap nyeri. Ibu
multipara dan primipara kemungkinan akan berespon terhadap nyeri berbeda-beda
walaupun menghadapi kondisi yang sama yaitu suatu persalinan. Hal ini
dikarenakan ibu multipara telah memiliki pengalaman pada persalinan
sebelumnya. Tindakan non-farmakologis selalu lebih sederhana dan aman,
kalaupun ada hanya memiliki sedikit efek samping utama, relative murah dan
dapat digunakan diseluruh persalinan. Banyak metode non- farmakologis untuk
menghilangkan ketidaknyamanan yang diajarkan dalam berbagai jenis kelas
persiapan kehamilan. Seringkali metode non-farmakologis digunakan dan
14
dikombinasikan dengan metode farmakologis terutama karena kemajuan
persalinan.
Effleurage merupakan salah satu metode non farmakologis untuk mengurangi
nyeri selama persalinan yang terdaftar dalam Summary of pain relief
measures during labor, dimana pada kala I fase laten (pembukaan 0-3 cm) dan
fase aktif (pembukaan 4-7 cm) aktivitas yang bisa dilakukan oleh ibu persalinan
adalah effleurage. Effleurage adalah pijatan ringan dengan menggunakan jari
tangan, biasanya pada perut, seirama dengan pernapasan saat kontraksi.
Effleurage dapat dilakukan oleh ibu bersalin sendiri atau pendamping persalinan
selama kontraksi berlangsung. Hal ini digunakan untuk mengalihkan perhatian ibu
dari nyeri saat kontraksi.
15
uterus dan mengakibatkan penurunan kontraksi uterus yang akan menyebabkan
memanjangnya waktu persalinan, sehingga menghilangkan rasa takut dan nyeri
selama proses persalinan menjadi hal yang cukup penting. Nyeri dirasakan ibu
pada kala I atau saat kontraksi berlangsung. Pada kondisi ini terjadi nyeri
visceral dan terasa seperti rasa mules yang berasal dariuterus dan serviks. Rasa
nyeri disebabkan oleh meregangnya uterus dan dilatasi serviks. Nyeri dapat
dirasakan pada dinding abdomen, daerah lumbosakralis, krista iliaka, bokong
dan paha. Pada kala I aktif sensasi nyeri dirasakan amat sangat kuat. Sensasinya
membuat ekspresi ibu terlihat tidak berdaya, kemampuan pendengaran, dan
konsentrasi ibu juga menurun (Judha, 2012). Nyeri yang dirasakan oleh Ny T
pada kala 1 fase aktif sama dengan teori yang dikemukanan oleh Juda jadi ada
kesenjangan atau sama antara teori dan kasus.
b. Skala Nyeri
Skala intensitas nyeri numeric. Cara untuk mengukur tingkat nyeri adalah
dengan menggunakan skala NRS (Numerical rating scale) berdasarkan penilaian
objektif yaitu semakin besar nilai,maka semakin berat intensitas nyerinya.
1) Skala 0 = Tidak nyeri
2) Skala 1-3 = nyeri ringa
Secara objektif klien dapat berkomunilasi dengan baik, tindakan manual di
rasakan sangat membantu
3) Skala 4-6 = nyeri sedang
Secara objektif klien mendesis, menyerengai, dapat menunjukan lokasi nyeri
dengan tepat dan dapat mendeskripsikan nyeri, klien dapat mengikuti
perintah dengan baik dan responsive terhadap tindakan manual.
4) Skala 7-9 =nyeri berat
Secara objekttif terkadang klien dapat mengikuti perintah tapi masih
responsive terhadap tindakan manual, dapat menunjukan lokasi nyeri tapi
tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi,
nafas panjang dan destruksi dll.
5) Skala 10 =nyeri sangat berat (panik tidak terkontrol)
16
Secara objektif klien tidak mau berkomunikasi dengan baik berteriak dan
histeris, klien tidak dapat mengikuti perintah lagi, selalu mengejan tanpa
dapat dikendalikan, menarik-narik apa saja yang tergapai, dan tidak dapat
menunjukan lokasi nyeri (Judha, 2012).
c. Faktor- Faktor yang Memengaruhi Nyeri Persalinan
1) Faktor Internal
a) Pengalaman dan pengetahuan tentang nyeri
Pengalaman sebelumnya seperti persalinan terdahulu akan membantu ibu
dalam mengatasi nyeri, karena ibu telah memiliki koping terhadap nyeri.
Ibu multipara dan primipara kemungkinan akan berespon terhadap nyeri
berbeda-beda walaupun menghadapi kondisi yang sama yaitu suatu
persalinan. Hal ini dikarenakan ibu multipara telah memiliki pengalaman
pada persalinan sebelumnya.
b) Usia
Usia muda cenderung dikaitkan dengan kondisi psikologis yang masih
labil, yang memicu terjadinya kecemasan sehingga nyeri yang dirasakan
menjadi lebih berat. Usia juga dipakai sebagai salah satu factor dalam
menentukan toleransi terhadap nyeri. Toleransi akan meningkat seiring
bertambahnya usia dan pehaman terhadap nyeri.
c) Aktifitas fisik
Aktifitas ringan bermanfaat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa
sakit menjelang persalinan, selama itu tidak melakukan latihan-latihan
yang tidak terlalu keras dan berat, serta menimbulkan keletihan pada
wanita karena hal ini justru akan memicu nyeri yang lebih berat.
d) Kondisi psikologi
Situasi dan kondisi psikologis yang labil memegang peranan penting
dalam memunculkan nyeri persalinan yang lebih berat. Salah satu
mekanisme pertahanan jiwa terhadap stress adalah konversi yaitu
memunculkan gangguan secara psikis menjadi gangguan fisik.
17
2) Faktor Eksternal
a) Agama
Semakin kuat kualitas keimanan seseorang maka mekanisme pertahanan
tumbuh terhadap nyeri semakin baik karena berkaitan dengan kondisi
psikologis yang relative stabil.
b) Lingkungan fisik
Lingkungan yang terlalu ekstrim seperti perubahan cuaca, panas, dingin,
ramai, bising memberikan stimulus terhadap tubuh yang memicu
terjadinya nyeri.
c) Budaya
Budaya tentu akan mempengaruhi respon seseorang terhadap nyeri, ada
budaya yang mengekspresikan nyeri secara bebas, tapi ada pula yang tidak
perlu di ekspresikan secara berlebihan.
d) Support system
Tersedianya sarana dan support system yang baik dari lingkungan dalam
mengatasi nyeri, dukungan keluarga dan orang terdekat sangat
membantu mengurangi rangsangan nyeri yang dialami oleh seseorang saat
menghadapi persalinan.
e) Social ekonomi
Tersedianya sarana dan lingkungan yang baik dapat membantu mengatasi
rangsang nyeri yang dialami. Seringkali status ekonomi mengikuti
keadaan nyeri persalinan. Keadaan ekonomi yang kurang, pendidikan
yang rendah, informasi yang minimal dan kurang sarana kesehatan yang
memadai akan menimbulkan ibu kurang mengetahui bagaimana mengatasi
nyeri yang dialami dan masalah ekonomi berkaitan dengan biaya dan
persiapan persalinan sering menimbulkan kecemasan tersendiri dalam
menghadapi persalinan.
18
d. Metode Penanggulangan Nyeri
Penanggulangan nyeri pada persalinan terdapat 2 cara yaitu farmakologi dan
non- farmakologi. Tindakan non-farmakologi selalu lebih sederhana dan aman,
kalaupun ada hanya memiliki sedikit efek samping utama, relatif murah dan
dapat digunakan diseluruh persalinan.
1) Cara Farmakologi
Menurut Sari (2018), penggunaan obat-obatan pada periode persalinan
dan kelahiran harus mempertimbangkan keselamatan 2 orang yaitu ibu dan
janin yang dikandung. Kadang-kadang ibu terlalu takut menghadapi
persalinan terutama karena nyeri yang akan dirasakan. Lalu mereka
meminta pemberian obat obatan tanpa mempertimbangkan pemberian
obatobatan tersebut dapat mempengaruhi kondisi janin. Akan tetapi yang
perlu diingat, masingmasing obat mempunyai efek samping yang perlu
diperhatikan dan harus diberikan sepengawasan dokter ahli dibidangnya.
2) Cara Non-Farmakologis
Tindakan non-farmakologis selalu lebih sederhana dan aman, kalaupun
ada hanya memiliki sedikit efek samping utama, relative murah dan dapat
digunakan diseluruh persalinan. Banyak metode non-farmakologis
untuk menghilangkan ketidaknyamanan yang diajarkan dalam berbagai jenis
kelas persiapan kehamilan. Seringkali metode non-farmakologis digunakan
dan dikombinasikan dengan metode farmakologis terutama karena
kemajuan persalinan.
a) Relaksasi
b) Imageri dan Visualisasi
c) Pijat atau massage
d) Sentuhan
e) Akupresur dan akupuntur
f) Hipnobirthing
19
2. Effleurage Massage
Menurut Puspitasari (2020), terdapat 2 teknik massage yang dapat mengurangi
nyeri yaitu Effleurage (pijatan ringan) dan counterpressure (penekanan) telah
banyak membantu perempuan selama kala I persalinan.
a. Definisi Effleurage Massage
1) Teknik menggunakan dua tangan. Teknik ini bisa dilakukan oleh ibu inpartu
sendiri dengan menggunakan kedua telapak jari-jari tangan melakukan
usapan ringan, tegas dan konstan dengan cara gerakan melingkari abdomen,
dimulai dari abdomen bagian bawah diatas simpisis pubis, mengarah ke
samping perut, terus ke fundus uteri kemudian turun ke umbilicus dan
kembali ke perut bagian bawah di samping simpisis pubis (Hernawati,2019).
2) Teknik menggunakan satu tangan. Teknik ini dapat dilakukan oleh orang
lain (suami, keluarga atau petugas kesehatan) dengan menggunakan ujung-
20
ujung jari tangan melakukan usapan pada abdomen secara ringan, tegas,
konstan dan lambat dengan membentuk pola gerakan seperti angka delapan
(Bobak,2005)
3) Teknik pemijatan lain yang dapat dilakukan pasangan atau pendamping
persalinan selama persalinan adalah:
1) Atur posisi tidur ibu dengan posisi tidur telentang rileks dengan
menggunakan 1 atau 2 bantal, kaki diregangkan 10 cm dengan kedua lutut
fleksi dengan membentuk sudut 45o
2) Pada waktu timbulnya kontraksi, kaji respon fisiologis dan psikososial ibu
lalu tanyakan kualitas nyeri yang dirasakan berdasarkan skala nyeri.
3) Pada waktu timbul kontraksi berikutnya, letakkan kedua telapak ujung-ujung
jari tangan diatas simpisis pubis bersama inspirasi pelan, usapkan kedua
ujung ujung jari tangan dengan tekanan yang ringan, tegas dan konstan ke
samping abdomen, mengelilingi samping abdomen menuju kearah fundus
uteri, setelah sampai fundus uteri seiring dengan ekspirasi pelan-pelan
usapkan kedua ujung-ujung jari tangan tersebut menuju perut bagian bawah
21
di atas simpisis pubis melalui umbilicus.Lakukan gerakan ini berulang-ulang
selama ada kontraksi.
4) Sesudah dilakukan perlakuan, kaji respon fisiologis dan psikologis ibu dan
tanyakan kualitas nyeri yang dirasakan berdasarkan skala nyeri.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dari data pengaruh effleurage
massage terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif berkaitan dengan Ny H
sedang dalam proses persalinan yang dialami diperoleh hasil bahwa nyeri Ny H
mengalami penurunan setelah dilakukan effleurage massage. Hal ini
membuktikan bahwa effleurage massage dapat menurunkan respon nyeri
persalinan dari skala nyeri berat menjadi nyeri sedang dan skala nyeri sedang
menjadi nyeri ringan.
22
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Aprillia, Yessie. 2011. Siapa Bilang Melahirkan itu Sakit. Yogyakarta: C.V Andi
Hawari D., 2001, Manajemen Stress, Cemas dann Depresi, FKUI, Jakarta.
Herinawati, et al. 2019. Pengaruh Effleurage Massage terhadap Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif di Praktik Mandiri Bidan Nuriman Rafida dan Praktik Mandiri Bidan
Latifah Kota Jambi Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,
19(3), Oktober 2019, pp.590-601 DOI 10.33087/jiubj.v19i3.764: ISSN 1411-8939
(Online) | ISSN 2549-4236 (Print)
Judha, Mohammad. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta:
Nuha Medika
24
Sari, et al. 2018. Nyeri Persalinan. Stikes Majapahit Mojokerto. NO ISBN. 978-602-
51139- 7-0
25
LAMPIRAN
26
27
28
29
30
31
32
33
34