Oleh :
SINTIA INDARWATI
NIM. 201601109
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH
SINTIA INDARWATI
201601109
Hari : Kamis
Pembimbing
Alhamdullillah, saya panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
keperawatan gerontik dengan judul “Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat
terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di mbalapan kota blitar” sebagai salah
SAW dan para sahabatnya, yang telah menunjukkan jalan kebenaran berupa
keislaman serta menjauhkan kita dari zaman kebodohan dan menuntun kita menuju
zaman yang terang dan penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Semoga beliau
selalu menjadi suri tauladan dan sumber inspirasi bagi kita semua. Oleh karena itu
Kediri
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus .....................................................................................
1.4 Manfaat ................................................................................................
1.4.1 Manfaat Teoritas ..................................................................................
1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat.....................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA’
2.1 Definisi Lansia ....................................................................................
2.1.1 Proses Menua......................................................................................
2.1.2 Tipe Lansia..........................................................................................
2.1.3 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia ................................................
2.2 Konsep Hipertensi................................................................................
2.1.1 Definisi ...............................................................................................
2.1.2 Klasifikasi ...........................................................................................
2.1.3 Etiologi ...............................................................................................
2.1.4 Penatalaksanaan .................................................................................
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................
2.1.6 Diagnosa..............................................................................................
2.2 Konsep Rendam kaki air hangat...........................................................
2.2.1 Definisi................................................................................................
2.2.2 Manfaat ...............................................................................................
2.2.3 Mekanisme .........................................................................................
2.2.4 Cara Pembuatan dan Pemberian .........................................................
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pembahasan ..........................................................................................
BAB IV KESIMPULAN & SARAN
4.1 Kesimpulan ..........................................................................................
4.2 Saran ....................................................................................................
4.2.1 Saran Bagi Masyarakat ........................................................................
4.2.2 Saran Bagi Lansia ................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
anatara satu sama lain. Penyakit yang biasanya dialami oleh lanisa yaitu
hipertensi. Hipertensi kini menjadi masalah salah satu masalah bagi lansia
Karena pada usia 60 tahun atau lebih sering ditemukan kematian yang
hipertensi menjadi salah satu penyakit yang erat hubunganya dengan lansia
karena perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia seperti penurunan respon
Gejala yang biasanya muncul berupa pusing, sakit kepala, nyeri atausesak
dada, terengah engah saat beraktifitas, gangguan tidur, kebal atau kesemutan,
kram otot, jantung berdebar debar, badan lesu, gelisah dan mudah marah
dan diikuti oleh penyakit lainya. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan
darah merupakan gaya yang diberikan oleh darah terhadap dinding pembuluh
darah (Tortora & Derrickson, 2009). Menurut data World Health Organization
diperkirakan pada tahun 2025 yang mendatang akan ada 1,5 miliar orang yang
terdiagnosa hipertensi, dan setiap tahunya diperkirakan 10,44 juta orang akan
Badan Pusat Statisttik jumlah lansia di Indonesia ada 24,7 juta jiwa penderita
31-34 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu yang
(gagal ginjal), jantung (penyakit jantung coroner) dan otak (yang dapat
arteri serebral dan arteriol, yang dapat menyebabkan oklusi arteri, cidera
kematian karena stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta
Hipertensi dapat diatasi dengan mengonsumsi obat obat anti hipertensi utama
blocker (ARB) dan beta blocker (BB). Semua golongan obat antihipertensi
obat farmakologi saja, selain itu hipertensi bisa diberikan terapi non
pada penderita hipertensi, terapi ini tidak memiliki efek samping dan efektif
bila dilakukan secara rutin, karena efek dari rendam kaki air hangat ini
sehingga aliran darah untuk keseluruh tubuh menjadi lancar dan dapat
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
para ahli sebelumnya. Penelitian ini akan membuktikan adanya pengaruh dan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi wawasan
yang ilmiah mengenai manfaat pemberian terapi rendam kaki air sebagai
terapi nonfarmakologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
beberapa dekade. lansia atau lanjut usia adalah tahap masa tua dalam
Menua atau menjadi tua merupakan proses yang harus terjadi secara umum
tertentu (Fatmah, 2010). Proses menjadi tua atau menua pasti akan dialami
oleh setiap orang dalam hidupnya. Menua atau menjadi tua ialah suatu
emosi.
2. Tipe Mandiri
5. Tipe Bingung
Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari perubahan fisik, perubahan
mental dan perubahan psikososial. Hal ini dapat dijelaskan sebgai berikut :
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Penglihatan
b. Sistem Pendengaran
c. Sistem Pernapasan
d. Sistem Kardiovaskular
e. Sistem Pencernaan
f. Sistem Endokrin
g. Sistem Integumen
h. Sistem Muskuluskeletal
i. Sistem Genitourinaria
j. Sistem Reproduksi
a) Laki laki
b) Wanita
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
3. Perubahan spiritual
2.2.1 Definisi
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 140
tubuh seperti jantung ,ginjal , dan otak ( Muttaqin 2011). Secara umum,
hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala , dimana tekanan yang
menjadi factor utama penyakit coroner. Lebih dari separuh kematian diatas
Hipertensi pada usia lanjut di bedakan menjadi dua macam yaitu hipertensi
pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg serta hipertensi sistolik
terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan darah
berikut ini.
a. Genetik
c. Diet
d. Berat badan
e. Gaya hidup
f. Hipertensi Sekunder
fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid.
1. Terapi Farmakologi
dan upaya penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal
mmol/hari atau tidak ada tambahan garam saat waktu makan, memasak
1. Nyeri
2. Curah jantung
3. Intoleransi aktivitas
4. Kurang pengetahuan
2.3.1 Definisi
air untuk mendapatkan efek-efek terapis. Terapi air merupakan tarapi yang
2.3.2 Manfaat
Terapi rendam kaki air hangat dapat membantu meningkatkan sirkulasi
2015).
2.3.3 Mekanisme kerja rendam kaki air hangat terhadap tekanan darah
Rendam kaki air hangat dapat menurunkan tekanan darah bila dilakukan
secara rutin, secara ilmiah air hangat mempunyai manfaat fisiologis bagi
tubuh yang berdampak pada pembuluh darh. Dimana air hangat membuat
paling utama dalam meregulasi pada denyut jantung dan tekanan darah.
aorta dan sinus karotikus, pada saat tekanan artri meningkat dan
a. Air biasa
b. Air panas
c. Baskom
d. Termometer Air
b. Kedua, masukan air biasa kedalam baskom lalu campur dengan air
panas
d. Keempat, cuci kaki sampai bersih dan masukan kedalam air hangat
tersebut
e. Kelima, rendam kaki selama 30 menit.
Judul Desain Hasil
No Variabel Sampel
Penelitian Penelitian Penelitian
1 Pengaruh terapi Variabel Desain penelitian Lasia hipertensi hasil uji statist
rendam kaki air Independen : menggunakan Pre di wilayah kerja dengan uji t
hangat terhadap Terapi rendam eksperimental UPK Puskesmas berpasangan
penurunan tekanan kaki air hangat dengan model one Khatulistiwa didapatkan bahwa
darah pada lansia Variabel group pretest-postest Kota Pontianak nilai p sistolik yaitu
hipertensi di wilayah Dependen : design 0,001 (<0,05) dan
kerja UPK Tekanan darah hasil uji Wilcoxon
Puskesmas pada lansia pada sistolik
Khatulistiwa Kota hipertensi didapatkan nila p
Pontianak. sistolik yaitu
0,001(<0,05),
sehingga Ho
ditolak atau H1
diterima. Yang
berari ada
pengaruh terhdap
terapi rendam kaki
air hangat terhadap
tekanan darah pada
hipertensi lansia.
2 Pengaruh pemberian Variabel Peneliti ini Lansia dengan Ada perbedaan
terapi air hangat Independen : menggunakan pre hipertensi tekanan darah yang
terhadap penurunan Terapi air hangat eksperimen dengan signifikan sebelum
tekanan darah pada Variabel rancangan one group dan sesudah
lansia dengan Dependen : pretest-postest diberikan terapi air
hipertensi Tekanan darah design hangat pada
pada lansia penderita hipertensi
hipertensi dengan hasil p-
value < 0,05.
BAB III
Pembahasan
3.1 Pembahasan
Penelitian yang dilakukan oleh refa teja mukti dengan judul pengaruh pemberian
terapi air hangat terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
pada tahun 2016 menunjukan hasil pengaruh terapi rendam air hangat terhadap
tekanan darah pada lansia hipetensi, dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi
agung santoso dengan judul pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di wilayah kerja UPK Puskesmas
Khatulistiwa Kota Pontianak juga menunjukan hasil ada pengaruh terapi rendam
kaki air hangat terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi. Kedua jurnal
tersebut sama sama mengatakan bahwa ada pengaruh terapi rendam kaki air
hangat terhadap penurunan tekanan darah pada lansia. Peneliti berasumsi bahwa
pemberian terapi rendam kaki air hangat dapat menghilangkan stress, kegelisahan,
maka aliran darah menjadi lancar dan mampu mendorong darah masuk ke
meunujukan bahwa sebelum diberkan terapi air hangat rata rata tekanan darah
diastole adalah 90, 36 mmHg dan sesudah diberikan terapi sebesar 84,64
mmHg dengan selisih niali rata rata 5,714 mmHg. Melihat rata rata tekanan
darah diastole sebelum dan sesudah tersebut menunjukan bahwa ada beda
intervensi. Pada tekanan darah sistolik sebelum dilakukan terapi rendam kaki
air hangat didapatkan median 163,5 mmHg (Hipertensi derajat II). Tekanan
darah sistolik terendah sebelum dilakukan terapi yaitu 147 mmHg (Hipertensi
derajat I) dan tekanan darah sistolik tertinggi sebelum dilakukan terapi yaitu
180 mmHg (hipertensi derajat II). Sementara tekanan darah sistolik setelah
dilakukan terapi rendam kaki air hangat memiliki nilai median yaitu 142,5
mHg (hipertensi derajat I) dengan tekanan darah sistolik terendah yaitu 125
mmHg (prehipertensi) dan tekanan darah sistolik tertinggi yaitu 160 mmHg
diastolik yaitu 0,000 (<0.05) dan hasil uji Wilcoxon pada tekanan darah
Penelitain ini didukung oleh teori Susanto ( 2014 ) yang menyatakan bahwa,
secara ilmiah air hangta berdapak fisiologis bagi tubuh. Pertama, berdampak
pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi
lancar. Kedua, menguatkan otot otot dan ligament yang mempengaruhi sendi
sendi tubuh. Terapi alternativf nor farmakologi ini menggunakan metode yang
lebih mudah karena menggunakan air hangat yang bias dilakukan dirumah.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis jurnal penelitian pengaruh terapi rendam kaki air
hangat terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di mbalapan kota blitar
2. Sama sama ada pengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
hipertensi
Dari kedua tersebut rendam kaki air hangat dapat dijadikan salah satu terapi nor
penderita hipertensi lansia. Pemberian terapi rendam kaki air hangat dapat
kebugaran mental dan emosional serta mebuat perasaan menjadi rileks, tenang
perendaman akan merangsang saraf yang ada ditelapak kaki untuk merangsang
pada denyut jantung dan tekanan darah. Baroreseptor menerima rangsangan dari
peregangan yang berlokasi di arkus aorta dan sinus karotikus, pada saat tekanan
tekanan darah secara rutin dan dapat mengubah gaya hidup yang lebih
ini juga termasuk dalam terapi yang mudah digunakan dan relative murah
Aulia Sani. 2008. Diagnosa, Klasifikasi Hipertensi, dan Gagal Jantung Akut.
Jakarta : Media Crea
Badan Pusat Statistik, (2017). Statistik Indonesia, Statistical Yearbook of
Indonesia.Jakarta : BPS
Brunner & Suddarth. 2106. Keperawatan Medikal bedah. Jakarta.
Damaiyanti. 2016. “Keefektifan pemberian terapi rendam kaki air hangat dalam
menurunkan tekanan darah di panti wherda harapan ibu semarang”.
Jurnal Keperawatan. Vol 1 No : 1.
Djunaedi, Edi, Yulianti S, dan Rinata MG. (2013). Hipertensi Kandas Berkat
Herbal, Jakarta : F Media
Fatmah. 2010. Tentang Lanjut Usia,Jakarta : Erlangga
Hidayat A, Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Kesehatan. Surabaya : Healt
Books Publishing
Ilkkafah (2016) Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Lansia dengan Obat
Antihipertensi dan Terapi Rendam Kaki Air Hangat di Wilayah Kerja
Puskesmas Ahara_Tamanlarea_Makasar : Vol 5
Makhfludin. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori dan Praktik Dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler dan Hematoogi. Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo, S (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nugroho, Wahyudi, 2012. Keperawatan Gerontik 2.Jakarta : EGC.
Putri Indah (2011) . “ Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi Di Sumolepen Kelurahan Balongsari
Kota Mojokerto ”. Jurnal keperawatan Vol : 01.
Ritu, Jian (2011). Pengobatan Alternatif Untuk Mengatasi Tekanan
darah.Jakarta : Gramedia.
Santoso A, Dwi ( 2015). Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Khatulistiwa Kota Pontianak, Diakses tanggal 15
September 2016.
Tortora & Derricson, (2009).Principles of Anatomy and Physiologhy,
Maintenance and Continuity of the Human Body . Twelfth Edition,
Volume 2 Hoboken : John Wiley & Sans.
Wulandari P, Arifianto, Sekarningrum D. Pengaruh Rendam Kaki Menggunakan
Air Hangat dengan Campuran garam dan Serai terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Wilayah Podorejo RW 8
Ngaliyen. E-Jounal UMM 2016 ; 7 (1), 43 – 7.
LAMPIRAN
NASKAH
PUBLIKASI
DWI AGUNG
SANTOSO
I3111104
PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANUNG
PURA PONTIANAK
2015
PENGARUH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI
WILAYAH KERJA UPK PUSKESMAS
KHATULISTIWA
KOTA PONTIANAK
The Effect of Foot Soaking Therapy with Warm Water to Decrease Blood Pressure of Elderly with Hypertension
in UPK Puskesmas Khatulistiwa Pontianak
Oleh :
Dwi Agung Santoso*
Ernawati**
M. Ali Maulana***
Abstrak
Latar Belakang: Lansia mengalami penurunan diberbagai sistem tubuh, diantaranya berdampak pada tekanan
darah. Peningkatan tekanan darah yang tidak ditangani akan menyebabkan komplikasi seperti stroke dan gagal
jantung. Rendam kaki air hangat merupakan salah satu terapi komplementer yang bisa menurunkan tekanan
darah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh terapi rendam kaki air hangat
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian
Pre Eksperiment, tipe pretest dan posttest design. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia penderita hipertensi
di wilayah kerja UPK Puskesmas Khatulistiwa Kota Pontianak. Teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling. Teknik pengambilan data dengan cara observasi menggunakan sphygmomanometer air
raksa. Analisa data dengan menggunakan uji t-dependent (paired sample test) dan wilcoxon test. Hasil: Hasil
pengkajian sebelum dilakukan terapi sebagian besar lansia mengalami hipertensi derajat I. Hasil uji statistik
dengan uji t berpasangan didapatkan bahwa nilai p diastolik yaitu 0,000 (<0.05) dan hasil uji Wilcoxon pada
tekanan darah sistolik didapatkan bahwa nilai p sistolik yaitu 0,001 (<0,05), sehingga H0 ditolak. Kesimpulan:
Ada pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi
di wilayah kerja UPK Puskesmas Khatulistiwa Kota Pontianak. Lansia dengan hipertensi dapat menggunakan
terapi rendam kaki air hangat dalam mengatasi hipertensi yang dialami, sebagai bentuk terapi komplementer
yang murah dan mudah dilakukan secara mandiri.
Abstract
Background: The elderly people experienced the decrease of body systems, wich one of them has effect on
blood pressure. The untreated of the increased blood pressure will lead to complications such as stroke and
heart failure. Foot soaking therapy is a complementary therapies that can lower blood pressure. Purpose: This
research has purpose to know if there is effect of foot soaking therapy with warm water to decrease blood
pressure of elderly with hypertension. Method: This research is Pre-experiment research, with pretest and post-
test design. The sample in this research is the elderly with hypertension in UPK Puskesmas Khatulistiwa
Pontianank. The technique of sampling is using purposive sampling. The technique of data retriveral with
observation using sphygmomanometer mercury. The analysis of data using t-dependent test (paired sample
test) and Wilcoxon test. Result: The result of the earlier assessment before doing theraphy mostly the elderly
has hypertension grade I. The result of statistic test with t-dependent (paired sample test) is p dyastolic 0,000
(<0,05) and wilcoxon test with systolic blood pressure resulted p systolic is 0,001 (<0,05), so that it H0 rejected.
Conclusion: There is effect of foot soaking therapy with warm water to decrease blood pressure of elderly with
hypertension in UPK Puskesmas Khatulistiwa Pontianak. The elderly with hypertension can use warm water
foot soaking therapy in hypertension experienced, as a form of complementary therapy is inexpensive and easy
to do independently.
obat-obatan, 30% menggunakan herbal terapy dan pengobatannya tidak hanya menggunakan obat-
10% fisikal terapi (Kusmana, 2006). Pengobatan obatan, tetapi bisa menggunakan alternatif non-
secara non-farmakologis dapat dilakukan dengan farmakologis dengan menggunakan metode yang
mengubah gaya hidup yang lebih sehat dan lebih mudah dan murah yaitu dengan menggunakan
melakukan terapi dengan rendam kaki terapi rendam kaki air hangat yang bisa dilakukan di
menggunakan air hangat yang bisa dilakukan setiap rumah. Air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi
saat. Efek rendam kaki air hangat sama dengan tubuh sehingga rendam kaki air hangat dapat
berjalan dengan kaki telanjang selama 30 menit. digunakan sebagai salah satu terapi yang dapat
Para penderita hipertensi kebanyakan hanya memulihkan otot sendi yang kaku serta
mengkonsumsi obat–obatan dan menghindari menyembuhkan stroke apabila dilakukan melalui
makanan asin saja untuk menurunkan tekanan kesadaran dan kedisiplinan (Kusumaastuti, 2008).
darah, sedangkan tindakan pemberian terapi Penelitian terkait yang pernah dilakukan oleh
rendam kaki air hangat belum pernah dilakukan Triyadini (2010) terapi message dengan terapi mandi
dan sampai saat ini pengaruhnya terhadap air hangat memberikan pengaruh yang signifikan
perubahan tekanan darah masih belum dijelaskan terhadap penurunan skala insomnia, dari
(Kusumaastuti, 2008). 5 orang responden 3 orang yang menderita insomnia
Secara ilmiah air hangat mempunyai sedang menjadi insomnia ringan, dan 2 orang yang
dampak fisiologis bagi tubuh. Hangatnya air menderita insomnia ringan menjadi tidak insomnia.
membuat sirkulasi darah menjadi lancar (Hembing, Penelitian terkait selanjutnya yaitu oleh Eli Susanto
2000). Oleh karena itu, penderita hipertensi dalam (2011) terapi rendam air hangat
terhadap penurunan nyeri osteoporosis di Unit obat 2x1 dan 3x1, masing- masing pasien diberikan
Rehabilitas Sosial Wening Wardoyo Ungaran jumlah obat yang dapat digunakan selama 10 hari.
menurut penelitian ini ada beberapa keterbatasan Masalah yang sering muncul adalah
yang peneliti hadapi diantaranya kesulitan dalam ketidakmampuan lansia untuk kembali lagi ke
literatur kemudian ketidakpercayaan responden puskesmas untuk berobat dikarenakan penurunan
terhadap kompres/mandi rendam air hangat yang kemampuan fisik. Petugas puskesmas melakukan
dapat menurunkan nyeri, mereka beranggapan PTM sebanyak 2 kali dalam sebulan. Hal ini tentu
bahwa rendam air hangat tidak bisa memberikan belum cukup memenuhi kebutuhan lansia dalam
efek apa-apa karena mereka lebih cenderung hal pemenuhan obat sehingga diperlukan suatu cara
kepenanganan nyeri secara farmakologis dan yang lebih efisien dan dapat dilakukan secara
pijat. mandiri oleh lansia di rumah untuk mencegah
Berdasarkan hasil studi pendahuluan timbulnya gejala-gejala peningkatan tekanan darah
yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 11 yang dapat terjadi karena lansia tidak lagi minum
Febuari 2015, peneliti melakukan studi obat dikarenakan ketidakmampuan lansia untuk
pendahuluan didapatkan 74 lansia penderita berobat ke puskesmas. Salah satu cara yang dapat
hipertensi pada tahun 2012, 104 lansia penderita digunakan adalah dengan cara menggunakan air
hipertensi pada tahun 2013, dan 125 lansia hangat untuk merendam kaki bertujuan untuk
penderita hipertensi pada tahun 2014. Terjadi menstabilkan atau menurunkan tekanan darah yang
peningkatan lansia penderita hipertensi yang secara fisiologis air hangat dapat melebarkan
signifikan di wilayah kerja UPK Puskesmas pembuluh darah kapiler.
Khatulistiwa. Rata-rata pasien diberikan dosis
Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti HASIL PENELITIAN
merasa perlu untuk mengetahui bagaimana pengaruh Distribusi Karakteristik Responden
terapi rendam kaki menggunakan air hangat terhadap
Tabel 1 Distribusi karakteristik responden
penurunan tekanan darah pada lansia penderita
Jenis Kelamin n (%)
hipertensi di wilayah kerja UPK
Laki-laki
Perempuan 4
12 25
75 %
%
Puskesmas Khatulistiwa Kota Pontianak. Total 16 100 %
Usia n (%)
METODE Elderly (60-74) 14 87,5 %
Jenis penelitian ini merupakan penelitian Old (75-90) 2 12,5 %
Very Old (≥90) 0 0%
kuantitatif, dengan desain penelitian pre- Total 16 100 %
eksperimental dengan model one group pretest-
Riwayat Hipertensi n (%)
posttest design tanpa adanya kelompok kontrol. Ya 11 68,75 %
Pendekatan one group pretest-posttest design Tidak 5 31,25 %
Total 16 100 %
menggunakan satu kelompok subjek, dimana peneliti
melakukan pengukuran tekanan darah terlebih dahulu Tekanan Darah Pretest n (%)
Normal 0 0%
sebelum diberikan intervensi (pretest), setelah Pre Hipertensi 0 0%
diberikan intervensi, kemudian dilakukan kembali Hipertensi derajat I 9 56,25 %
Hipertensi derajat II 7 43,75 %
pengukuran tekanan darah setelah diberikan intervensi Total 16 100 %
(posttest) (Hidayat, 2008).
Tekanan Darah Posttest n (%)
Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia penderita hipertensi di wilayah
Normal 0 kerja
0 % UPK
Pre Hipertensi 2 12,5 %
Hipertensi derajat I 11 68,75 %
Hipertensi derajat II 3 18,75 %
Total 16 100%
Puskesmas Khatulistiwa Kota Pontianak. Teknik
sampling yang digunakan yaitu teknik Non
Probability Sampling dengan Purposive Sampling.
Terapi dilakukan antara pukul 09.00 – 11.00 Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas
WIB. Tindakan terapi rendam kaki air hangat ini dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak
dilakukan 1 kali untuk setiap responden dengan adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak
suhu 400C. Pengukuran tekanan darah dilakukan 12 orang (75%). Sedangkan jumlah responden laki-
seelum dan setelah dilkakukan terapi. laki berjumlah 4 orang (25%). Rentang usia
Pengelolahan dan analisa data menggunakan responden dalam penelitian ini adalah antara lanjut
analisa statistik komputer. Setelah data terkumpul usia (60 tahun -74 tahun) hingga usia sangat tua
kemudian dilakukan pengelolaan data dengan Uji T (>90 tahun). Jumlah responden terbanyak adalah
berpasangan (Paired Sample T-Test) dan Uji lanjut usia yaitu sebanyak 14 orang (87,5%) dan
Wilcoxon. paling sedikit adalah lanjut usia tua yaitu sebanyak
2 orang (12,5%). Sebagian besar responden
memiliki riwayat hipertensi yaitu sebanyak 11
responden (68,75%) dan 5 responden (31,25%)
tidak memiliki riwayat hipertensi. Tingkat tekanan
darah responden sebelum dilakukan terapi rendam
kaki air hangat dari 16 responden, sebanyak 9
responden (56,25%) mengalami hipertensi derajat I
dan 7 responden (43,75%) mengalami hipertensi tinggi untuk menderita penyakit hipertensi. Menurut
derajat II. Tingkat tekanan darah responden setelah potter & perry (2005) setelah menopouse wanita
dilakukan terapi rendam kaki air hangat tingkat cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
tekanan darah pada responden didapatkan bahwa dari pada pria.
sebanyak 2 responden (12,5%) mengalami pre Kategori responden dalam penelitian ini antara
hipertensi, 11 responden (68,75%) mengalami kategori lanjut usia (60-74 tahun) hingga usia sangat
hipertensi derajat I dan 3 responden (18,75%) tua (>90 tahun). Terdapat lebih banyak yang berada
mengalami hipertensi derajat II. pada kategori lanjut usia yaitu sebanyak 14 orang
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan (87,5%) dari total jumlah responden. Dengan keadaan
bahwa responden dalam penelitian ini terdapat ini para responden mengatakan malas untuk check up
lebih banyak berjenis kelamin perempuan 75% kesehatan atau kontrol ke puskesmas dan rumah sakit
sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki terdekat disebabkan malas dan mengaku tidak mampu
sebanyak 25%. Hal ini sesuai dengan penelitian lagi untuk pergi dengan jarak yang cukup jauh.
yang dilakukan oleh Mubin (2010) tentang Keadaan hipertensi pada penderita kelompok kontrol
karakteristik dan pengetahuan pasien dengan banyak disebabkan oleh faktor usia. Hasil ini
motivasi melakukan kontrol tekanan darah di menyatakan bahwa kemungkinan penderita hipertensi
wilayah kerja Puskesmas Sragi 1 Pekalongan yang kelompok kontrol disebabkan oleh hipertensi esensial.
menghasilkan bahwa jenis kelamin perempuan Hal ini sesuai dengan penelitian
lebih banyak menderita hipertensi sebanyak 49
orang, dibandingkan laki-laki sebanyak 39 orang.
menyatakan perempuan mempunyai resiko lebih
Agnesia (2012) yang menyatakan usia kurang lancar. Agar kebutuhan darah dijaringan
merupakan salah satu faktor resiko hipertensi, tercukupi, maka jantung harus memompa darah
dimana resiko terkena hipertensi pada usia 60 lebih kuat lagi. Keadaan ini diperburuk lagi dengan
tahun ke atas yaitu 11,340 kali lebih besar bila adanya arteriosklerosis, sehingga tekanan darah
dibandingkan dengan usia kurang dari sama semakin meningkat (Muhammadun, 2010).
dengan 60 tahun. Sedangkan untuk riwayat hipertensi
Semakin tua seseorang pengaturan responden dalam penelitian ini memiliki riwayat
metabolisme zat kapur (kalsium) terganggu, hipertensi dalam keluarga. Dari 16 responden,
sehingga banyak zat kapur yang beredar bersama sebanyak 11 responden (68,75%) memiliki riwayat
darah. Banyak kalsium dalam darah hipertensi. Riwayat keluarga yang menunjukkan
(hiperkalsemia) menyebabkan darah semakin adanya tekanan darah yang tinggi merupakan faktor
lebih padat, sehingga tekanan darah menjadi resiko paling kuat bagi seseorang untuk mengidap
meningkat. Endapan kalsium di dinding hipertensi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
pembuluh darah (arteriosclerosis) menyebabkan dilakukan oleh Kenia (2013) tentang pengaruh
penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, aliran relaksasi (aroma terapi mawar) terhadap perubahan
darah menjadi terganggu. Hal ini dapat memacu tekanan darah pada lansia yang menghasilkan
peningkatan tekanan darah. Bertambahnya usia bahwa dari 44 responden, sebanyak 37 responden
juga menyebabkan elastisitas arteri berkurang. (84,1%) memiliki riwayat hipertensi. Menurut
Arteri tidak dapat lentur dan cenderung kaku, Udjiyanti (2011) salah satu faktor penyebab
sehingga volume darah yang mengalir sedikit hipertensi yaitu faktor genetik. Individu yang
mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging,
berisiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing
Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi di dimalam hari.
Wilayah Kerja UPK Puskesmas Khatulistiwa Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama
Kota Pontianak Sebelum Dilakukan Terapi akan merusak endotel arteri dan mempercepat
Rendam Kaki Air Hangat aterosklerosis. Bila penderita memiliki faktor- faktor
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah risiko kardiovaskular lain, maka akan meningkatkan
yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 16 mortalitas dan morbiditas akibat gangguan
responden, didapatkan lebih dari 50% responden kardiovaskularnya tersebut. Menurut Studi
mengalami hipertensi derajat I. Saat ditemui Farmingham, pasien dengan hipertensi mempunyai
hampir keseluruhan responden mengalami tanda- peningkatan risiko yang bermakna untuk penyakit
tanda hipertensi yang jelas seperti sakit kepala, koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal
mata berkunang-kunang saat pagi hari dan saat jantung (Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
terkena terik matahari, jantung berdebar, sering 2006).
berkemih, sulit tidur, tekuk terasa berat dan telinga Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi di
berdenging. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Wilayah Kerja UPK Puskesmas Khatulistiwa Kota
oleh Cahyono 2008 gejala-gejala penyakit yang Pontianak Setelah Dilakukan Terapi Rendam Kaki
biasa terjadi baik pada penderita hipertensi, Air Hangat
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal hipertensi yaitu sakit kepala, pusing,
gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sukar
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan ini, sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik
darah yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum dilakukan terapi rendam kaki air hangat
terhadap 16 responden sebelum dilakukan terapi yaitu 158,5 mmHg dan tekanan darah diastolik
rendam kaki air hangat didapatkan 9 orang lansia sebelum dilakukan terapi rendam kaki air hangat
mengalami hipertensi derajat I dan 7 orang yaitu 95 mmHg. Menurut Sudoyo, et al. (2009),
lansia mengalami hipertensi derajat II. Dapat seseorang dikatakan hipertensi tahap II apabila
disimpulkan bahwa 56,25% responden dalam hasil pengukuran tekanan darah sistolik lebih dari
penelitian ini mengalami hipertensi derajat I. sama dengan 160 mmHg atau tekanan darah
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil diastolik berada pada lebih dari sama dengan
penelitian yang dilakukan Astari (2012) 100 mmHg. Hipertensi derajat II merupakan
menyebutkan bahwa dari 50 lansia yang menjadi derajat tertinggi menurut klasifikasi JNC 7.
responden, 48% lansia menderita penyakit Hasil penelitian ini sejalan dengan
hipertensi. penelitian yang dilakukan oleh Khoiroh (2014)
Berdasarkan hasil observasi yang yang mendapatkan hasil bahwa rata-rata tekanan
dilakukan peneliti dengan melakukan darah sistolik sebelum dilakukan terapi rendam
pengukuran tekanan darah sebelum diberikan kaki air hangat 160 mmHg dan rata-rata tekanan
terapi rendam kaki air hangat didapatkan data darah diastolik sebelum dilakukan terapi rendam
bahwa sebanyak 9 responden mengalami kaki air hangat adalah 100 mmHg. Setelah
hipertensi derajat I dan 7 responden mengalami dilakukan terapi rendam kaki air hangat, hasil rata-
hipertensi derajat II atau dengan presentase rata tekanan darah sistolik menurun menjadi 150
56,25% dari jumlah responden dalam penelitian mmHg, sedangkan pada rata-rata tekanan darah
diatolik menurun menjadi 90 mmHg. Hasil Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat
penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini bahwa rata-rata dan standar deviasi tekanan darah
yaitu penelitian yang dilakukan Destia, Umi & diastolik sebelum dilakukan terapi rendam kaki air
Priyanto (2014) tentang perbedaan tekanan darah hangat adalah 95,00 mmHg (hipertensi derajat I),
sebelum dan sesudah dilakukan hidroterapi rendam dan 10,323. Pada pengukuran tekanan darah
hangat pada penderita hipertensi di desa kebon diastolik setelah dilakukan terapi rendam kaki air
dalem kecamatan jambu kabupaten semarang yang hangat didapatkan bahwa rata-rata dan standar
mendapatkan hasil rata-rata tekanan darah sistolik deviasi adalah 89,75 mmHg (prehipertensi), dan
sebelum dilakukan terapi rendam hangat 152,8 9,191. Hasil uji Wilcoxon pada tekanan darah
mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik 97,1 sistolik dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
mmHg. Setelah dilakukan terapi rendam hangat, Tabel 3 Hasil Uji Wilcoxon Tekanan Darah
hasil rata-rata tekanan darah sistolik menurun Sistolik Sebelum dan Sesudah Terapi Rendam Kaki
Air Hangat
menjadi 133,7 mmHg, sedangkan pada rata-rata Median
Variabel P
tekanan darah diatolik menurun menjadi 85,2 (min-maks)
responden dilakukan terapi rendam kaki air hangat dengan cairan tubuh. Efek biologis panas/hangat dapat
0
dengan suhu air 40 C dalam waktu 20 menit selama menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang
satu kali, dinyatakan ada perbedaan tekanan darah mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah. Secara
yang signifikan setelah dilakukan terapi rendam fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu
kaki air hangat. Karena setelah pemberian terapi, menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurunkan
dilakukan pengukuran tekanan darah ulang kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot,
(posttest) sehingga peneliti bisa meningkatkan metabolisme jaringan dan
melihat/mendapatkan hasil pengukuran tekanan meningkatkan permeabilitas kapiler. Respon dari
darah bahwa hasilnya ada perurunan tekanan darah hangat inilah yang dipergunakan untuk keperluan
yang signifikan setelah pemberian terapi rendam terapi pada berbagai kondisi dan keadaan dalam tubuh
kaki air hangat. (Destia, Umi & Priyanto, 2014). Menurut Walker
Manfaat/efek hangat adalah efek fisik (2011), merendam kaki dengan air hangat akan
panas/hangat yang dapat menyebabkan zat cair, membuat pembuluh darah melebar dan meningkatkan
padat, dan gas mengalami pemuaian ke segala arah sirkulasi darah. Ini dapat merelakskan seluruh tubuh
dan dapat meningkatkan reaksi kimia. Pada dan mengurangi kelelahan dari hari yang penuh
jaringan akan terjadi metabolisme seiring dengan dengan aktifitas.
peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh Menurut Destia, Umi & Priyanto (2014),
prinsip kerja terapi rendam kaki air hangat dengan peredaran darah yang akan mempengaruhi tekanan
mempergunakan air hangat yaitu secara konduksi arteri oleh baroreseptor pada sinus kortikus dan
dimana terjadi perpindahan panas/hangat dari air arkus aorta yang akan menyampaikan impuls yang
hangat ke dalam tubuh akan menyebabkan dibawa serabut saraf yang membawa isyarat dari
pelebaran pembuluh darah dan penurunan semua bagian tubuh untuk menginformasikan
ketegangan otot sehingga dapat melancarkan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah
dan kebutuhan khusus semua organ ke pusat saraf
simpatis ke medulla sehingga akan merangsang
tekanan sistolik yaitu regangan otot ventrikel akan
merangsang ventrikel untuk segera berkontraksi.
Pada awal kontraksi, katup aorta dan katup
semilunar belum terbuka. Untuk membuka katup
aorta, tekanan di dalam ventrikel harus melebihi
tekanan katup aorta. Keadaan dimana kontraksi
ventrikel mulai terjadi sehingga dengan adanya
pelebaran pembuluh darah, aliran darah akan lancar
sehingga akan mudah mendorong darah masuk
kejantung sehingga menurunkan tekanan
sistoliknya. Pada tekanan diastolik keadaan
releksasi ventrikular isovolemik saat ventrikel
berelaksasi, tekanan di dalam ventrikel turun
drastis, aliran darah lancar dengan adanya
pelebaran pembuluh darah sehingga akan
menurunkan tekanan diastolik. Maka dinyatakan
ada hubungan yang signifikan antara terapi rendam
kaki air hangat dengan penurunan tekanan darah
sistolik dan diastolik (Perry & Potter, (2006) dalam
Destia, Umi & Priyanto (2014)).
KESIMPULAN
Responden dalam penelitian ini mayoritas
berjenis kelamin perempuan (75%), rentang usia
responden dalam penelitian ini antara usia lanjut
hingga usia sangat tua dan mayoritas berada pada
lanjut usia (87,5%). Tekanan darah responden
sebelum dilakukan intervensi rata-rata tekanan
darah sistolik yaitu 158,50 mmHg dan setelah
dilakukan terapi mengalami penurunan rata-rata
tekanan sistolik yaitu 148,19 mmHg. Rata-rata
tekanan darah diastolik sebelum dilakukan
intervensi yaitu 95,00 mmHg dan setelah dilakukan terapi rata-rata tekanan diastolik mengalami
penurunan yaitu 89,75 mmHg. Dan disimpulkan Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi.
bahwa ada pengaruh terapi rendam kaki air hangat
Jakarta: EGC.
terhadap penurunan tekanan darah yang dibuktikan
dengan nilai p= 0,000 (pada uji t berpasangan) dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
p= 0,001 (pada uji wilcoxon) yang keduanya ≤ (2013). Buletin: Gambaran Kesehata Lanjut
Usia di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan
0,05.
Informasi Kementerian Kesehatan RI.
SARAN
Destia, D.,Umi, A., Priyanto. (2014). Perbedaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah
digunakan sebagai sumber ilmu pengetahuan yang Dilakukan Hidroterapi Rendam Hangat Pada
Penderita Hipertensi di Desa Kebondalem
bermanfaat tentang pengaruh terapi rendam kaki air Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Jurnal
hangat terhadap penurunan tekanan darah. Untuk STIKES Ngudi Waluyo Ungaran 2014. 4-9.
institusi keperawatan hasil dari penelitian ini Direktorat Bina Farmasi. (2006). Pharmaceutical
diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan Care Untuk Pasien Penyakit Hipertensi. Jakarta:
dalam bidang keperawatan dalam melakukan Direktorat Bina Farmasi Komunitas, Kliinik
Ditjen Bina Kefarmasian & Alat Kesehatan
asuhan keperawatan khususnya terapi
Departemen Kesehatan Indonesia.
komplementer dan dapat dijadikan sebagai sumber
pembelajaran. Bagi masyarakat hasil dari penelitian
Efendi, F., Makhfudli. (2009). Keperawatan
ini diharapkan dapat dijadikan salah satu solusi Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
yang dapat digunakan dalam mengatasi hipertensi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
yang dialami, sebagai bentuk terapi komplementer
yang murah dan mudah dilakukan secara mandiri. Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson,
Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk & Loscalzo. (2012). Harrison's Principles of
melakukan studi lanjut dengan intervensi yang Internal Medicine Seventeenth Edition: Manual
of Medicine. Tangerang Selatan: Karisma
lebih mutakhir untuk menangani hipertensi.
Publishing Group.
DAFTAR PUSTAKA
Kusmana, D. (2006). Olahraga Untuk Orang Sehat
Astari, Putu Dyah. 2012. Pengaruh Senam Lansia dan Penderita Penyakit Jantung Trias Sok &
Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan
Hipertensi pada Kelompok Senam Lansia di Senam 10 Menit Edisi 2. Jakarta: FKUI.
Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan. Jurnal
PSIK Udayana Denpasar. 4-6.
Kusumaastuti, P. (2008). Hidroterapi, Pulihkan
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Otot dan Sendi yang Kaku.
http://www.gayahidupsehat.com.
Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Diperoleh tanggal, 09 Desember 2014.
Desember 2015.
Email: reni.dws@gmail.com
Email:
refateja@yahoo.co.id
Abstract
Sistole
a. Sebelum 90,3
6
4. REFERENSI
Agnesia Nuarima K. 2012. Factor
Resiko Hipertensi Pada
Masyarakat di Desa
Kebongan Kidul Kabupaten
Rembang. Universitas
Diponegoro. Semarang
3. Jakarta: EGC.
Hidayat. 2007 Riset Keperawatan dan
Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
Hamidin, A. S. 2010. Kebaikan Air Putih.
Keperawatan Universitas
Andalas
Kesehatan Kementrian
Smeltzer, S. C and Bare B. G. 2013. Buku ul
Ajar Keperawatan Medikal- ar_diseases/publications/global_
Bedah Brunner & Suddarth, Vol. b rief_hypertension/en/- 27k
1, ed. 8. Alih Bahasa ; Agung
Waluyo, Monica Ester. Jakarta : Wijaya, A. S dan Putri, Y. M. 2013.
EGC Keperawatan Medikal Bedah
7120-7-33
Umah., et al. 2012. Pengaruh Terapi
Rendam Kaki Air Hangat
Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Penderita
Hipertensi. Program Studi Ilmu
Keperawatan; PSIK UNIGRES
Keperawatan
Lubuklinggau
Palembang. Palembang