Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH TERAPI AKUPRESUR TERHADAP TEKANAN DARAH

PADA PENDERITIA HIPERTENSI

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Metodelogi Penelitian

Dosen Pengampu:

Fransisca Anjar Rina Setyani, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.MB

Oleh:

Veronica Arky W. (201923074)


Bernadhea Agnes S. (202023007)
Elisabet Intan S. (202023011)
Febriana Cindy K. (202023014)
Gabriella Asa R. (202023015)
Shinta Permatasari T. L. (202023026)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Terapi Akupresur
Terhadap Tekanan Darah Pada Pendertia Hipertensi” dengan baik dan lancar.
Penulis juga bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fransisca Anjar Rina Setyani,


M.Kep.,Ns.Sp.Kep.MB selaku dosen mata kuliah Metodelogi Penelitian yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk bisa mengerjakan tugas ini secara
tanggung jawab. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada anggota kelompok
yang telah bekerja sama dengan baik dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik secara
materi pembahasan, bahasa, maupun penyusunannya. Oleh karena itu, penulis
meminta maaf dan dengan rendah hati mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak yang membaca guna menjadi acuan dalam menyusun
makalah selanjutnya.

Kamis, 9 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 3

1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

1.4.1 Manfaat bagi akademis ....................................................................... 3

1.4.2 Manfaat bagi praktis............................................................................ 3

1.4.3 Manfaat bagi peneliti .......................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4

2.1 Konsep Hipertensi .................................................................................... 4

2.1.1 Pengertian Hipertensi ........................................................................ 4

2.1.2 Etiologi Hipertensi ............................................................................ 4

2.1.3 Patofisiologi Hipertensi ..................................................................... 5

2.1.4 Klasifikasi Hipertensi ........................................................................ 6

2.1.5 Manifestasi Klinis Hipertensi............................................................ 6

2.1.6 Penatalaksanaan Hipertensi............................................................... 6

2.2 Konsep Tekanan Darah ............................................................................ 9

2.2.1 Pengertian Tekanan Darah ................................................................ 9

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah..................................... 9

2.2.3 Klasifikasi Tekanan Darah .............................................................. 11

iii
2.2.4 Cara Pengukuran Tekanan Darah.................................................... 11

2.3 Konsep Akupresur .................................................................................. 12

2.3.1 Pengertian Akupresur ...................................................................... 12

2.3.2 Manfaat Akupresur.......................................................................... 13

2.3.3 Teknik Akupresur............................................................................ 13

2.3.4 Titik Akupresur untuk Hipertensi ................................................... 14

2.3.5 Langkah-langkah Melakukan Akupresur ........................................ 17

2.3.6 Pengaruh Terapi Akupresur terhadap Tekanan Darah .................... 18

BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang mematikan
sehingga disebut sebagai silent killer karena hipertensi merupakan penyakit
yang tidak menular yang disebabkan oleh peningkatan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Fitira et al., 2021).
Tekanan darah seseorang dapat bervariasi secara alami mulai, bayi serta anak-
anak memiliki tekanan darah yang lebih rendah daripada orang dewasa. Para
penderita hipertensi dapat diketahui dengan pengukuran tekanan darah secara
teratur. Tekanan darah tinggi atau yang disebut sebagai hipertensi dapat
menyebabkan peningkatan risiko terhadap stroke, gagal jantung, kerusakan
ginjal dan serangan jantung. Apabila penderita hipertensi tidak tertangani
dengan baik maka memiliki resiko besar untuk meninggal (Rejo & Isnani,
2020).
Dalam pelayanan kesehatan pada saat ini, hipertensi merupakan masalah yang
cukup penting, hal ini disebabkan oleh angka prevalensi hipertensi yang cukup
tinggi di Indonesia maupun di beberapa negara di dunia (Kurnianto et al.,
2020). Menurut WHO (World Health Organization) jumlah pasien hipertensi
terus-menerus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk, sebesar 9,4 juta setiap tahun (Egan et al., 2019). Sedangkan di
Indonesia, prevalensi hipertensi pada tahun 2021 sebanyak 34,1% (Rikesdas
2021). Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu Penyakit Rumah Sakit di D.I.
Yogyakarta penderita hipertensi tercatat sebanyak 8.446 (ranap) 45.115 (rajal),
dengan jumlah estimasi keseluruhan berusia lebih dari 15 tahun sebanyak
251.100 kasus (Profil Kesehatan DIY, 2021).
Hipertensi dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti bertambahnya usia,
obesitas, stres psikologis, merokok, keturunan, dan pola makan yang tidak
sehat. Sehingga, penderita hipertensi sering mengalami tanda dan gejala seperti
sakit kepala, penglihatan kabur telinga berdengung, detak jantung tidak

1
beraturan, nyeri dada, lemas, kelelahan, pusing, sulit bernafas, hingga
penurunan kesadaran (Haryani & Misniarti, 2020). Berbagai penatalaksanaan
hipertensi dilakukan secara farmakologis maupun nonfarmakologis. Upaya
farmakologi dapat menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk membantu
menurunkan dan menstabilkan tekanan darah, obat yang sering digunakan
adalah captopril (Santoso et al., 2014 yang dikutip kembali oleh Nur Dina et
al., 2021). Upaya non farmakologis dalam penatalaksanaan hipertensi adalah
membatasi mengkonsumsi garam, makanan berlemak, merokok, dan alkohol
serta manajemen stres yang baik seperti relaksasi akupresur (Ainurrafiq et al.,
2019).
Terapi akupresur merupakan salah satu bentuk fisioterapi dengan menstimulasi
titik-titik tertentu pada tubuh melalui pijatan (Saputra & Mulyadi, 2020).
Pijatan yang dilakukan pada titik-titik tertentu dapat merangsang gelombang
sarat yang dapat meningkatkan aliran darah, mengendurkan kejang, dan
menurunkan tekanan darah (Afrila & Dewi, 2015 yang dikutip kembali oleh
Nur Dina et al., 2021). Melalui pijatan akupresur, dapat menstimulasi sel mast
sehingga dapat melepaskan histamin sebagai mediator vasodilatasi pembuluh
darah, sehingga dapat terjadi peningkatan sirkulasi darah yang dapat membuat
tubuh menjadi lebih relaksasi dan akhirnya dapat menurunkan tekanan darah
(Sari et al., 2019).
Metode terapi ini sebagai salah satu pengobatan fisioterapi masih kurang
populer di masyarakat terutama di Indonesia, sehingga masyarakat lebih
memilih pengobatan medis dibandingkan pengobatan tradisional. Menurut
data Riskesdas (2018), anggota rumah tangga mendatangi fasilitas pelayanan
kesehatan sebesar 31,4 % dan melakukan pengobatan sendiri sebesar 12,9%.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi
akupresur terhadap penurunan tekanan darah tinggi atau hipertensi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka dapat
diambil rumusan masalah, yaitu “Apakah ada Pengaruh Terapi Akupresur
terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi?

2
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh terapi akupresur terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui nilai tekanan darah sebelum dilakukan terapi
akupresur terhadap penderita hipertensi.
2. Mengetahui nilai tekanan darah sesudah dilakukan terapi akupresur
terhadap penderita hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat bagi akademis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
serta menambah wawasan dan pengetahuan, serta dapat menjadi bahan
bacaan kajian bagi para calon tenaga kesehatan mengenai pengaruh
terapi akupresur untuk menurunkan tekanan darah.

1.4.2 Manfaat bagi praktis


Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
kader atau petugas kesehatan terkait dengan teknik non farmakologi
yang dapat digunakan pada pasien hipertensi.

1.4.3 Manfaat bagi peneliti


Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai
referensi terkait terapi komplementer yang dapat dilakukan pada pasien
hipertensi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hipertensi
2.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu gangguan pada pembuluh darah yang dapat
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. hipertensi sering disebut
sebagai pembuluh gelap atau silent killer , karena hipertensi merupakan
penyakit mematikan tanpa diketahui gejala lebih dahulu. (Sutrani dan Alam,
2004).

Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah meningkat di atas batas
normal. batas tekanan darah normal bervariasi berdasarkan dengan usia.
beberapa faktor dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi, meskipun
sebagian besar 90% penyebab darah tinggi tidak diketahui atau hipertensi
esensial. alasan peningkatan tekanan darah adalah peningkatan kecepatan
denyut jantung, peningkatan resistensi pembuluh darah tepi dan peningkatan
volume aliran darah. (Kurniawan, 2002)Etiologi Hipertensi

2.1.2 Etiologi Hipertensi


Terdapat dua jenis hipertensi berdasarkan etiologi/penyebab hipertensi, yaitu
hipertensi primer dengan penyebab tidak spesifik dan hipertensi sekunder
dengan penyebab spesifik. Hipertensi primer banyak dialami oleh pasien
hipertensi. Berbeda dengan hipertensi sekunder yang hanya terjadi pada
sebagian kecil pasien (<10%). (Hendra & dkk, 2021)

1. Hipertensi Primer
Penyebab hipertensi primer belum diketahui secara pasti, yang terkait
dengan banyak mekanisme yang terlibat dalam patogenesisnya.
Beberapa faktor yang diketahui mempengaruhi hipertensi primer
meliputi genetika, defek ekskresi natrium, pelepasan oksida nitrat,
sekresi aldosteron, steroid ginjal, dan sistem renin-angiotensin.
Hipertensi primer belum bisa disembuhkan, tetapi masih dapat dikontrol.
(Hendra & dkk, 2021)

4
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder bisa disembuhkan jika penyebab pastinya dapat
diidentifikasi dengan benar, misalnya penyakit atau obat-obatan yang
meningkatkan tekanan darah. Dalam kebanyakan kasus, penyebab utama
hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal (parenkim 2-3%; vaskular 1-
2%), endokrin 0,3-1% (aldosteronisme primer,feokromositoma, sindrom
Cushing, akromegali), vaskular (stenosis aorta), aortoarteritis
nonspesifik). Kortikosteroid (kortison, deksametason, prednison) dan
obat anti inflamasi nonsteroid, penghambat siklooksigenase-2 selektif
(celecoxib) dan non selektif (aspirin dosis tinggi, diklofenak, ibuprofen,
ketoprofen) dapat menyebabkan hipertensi sekunder. (Hendra & dkk,
2021)

2.1.3 Patofisiologi Hipertensi


Guyton A. (2007) dalam (Apriyani Puji Hastuti, 2020) mendefinisikan
tekanan darah sebagai kekuatan yang diberikan oleh darah terhadap satu area
dinding pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan
resistensi perifer.

Mekanisme yang mengatur kompresi dan relaksasi pembuluh darah terletak


di pusat vasomotor, inti otak. Dari pusat vasomotor ini muncul jalur saraf
simpatis yang berlanjut ke sumsum tulang belakang dan dari kolom tulang
belakang ke ganglia simpatis toraks dan perut. Stimulasi pusat vasomotor
berupa impuls yang berjalan sepanjang sistem saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglionic melepaskan asetilkolin, yang
merangsang serabut saraf postganglionik ke pembuluh darah, di mana
pelepasan norepinefrin menyebabkan vasokonstriksi. Beberapa faktor emosi
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap vasokonstriksi. Sementara sistem saraf simpatik merangsang
pembuluh darah sebagai respons terhadap rangsangan emosional, kelenjar
adrenal juga dirangsang, menghasilkan aktivitas vasokonstriktor tambahan.
Vasokonstriksi mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin, yang merangsang produksi angiotensin I, yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II. Merupakan vasokonstriktor yang dapat

5
merangsang sekresi aldosteron di korteks adrenal. Hormon yang
menyebabkan natrium menumpuk, sehingga meningkatkan aliran darah
intravaskular.

2.1.4 Klasifikasi Hipertensi


Menurut WHO yang dikutip oleh Yazia dan Suryani (2021), klasifikasinya
sebagai berikut :

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal <120 <80

Normal 120-140 <85

Hipertensi derajat I 140-159 90-99

Hipertensi derajat II 160-179 100-109

Hipertensi derajat III ≥180 ≥110

Hipertensi Sistol terisolasi ≥140 ≥90

2.1.5 Manifestasi Klinis Hipertensi


Tanda dan gejala utama pada penderita hipertensi tidak semua sama pada
setiap orang. bahkan terkadang muncul tanpa tanda gejala. Secara umum
tanda gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi yaitu sakit kepala,
nyeri dan rasa tidak nyaman pada tengkuk, perasaan seperti jatuh dari sepeda,
jantung berdebar atau detak jantung yang cepat, dan telinga berdenging.
(Safitri dan Astuti, 2017). Penderita hipertensi mengeluh sakit kepala dan
nyeri pada tengkuk akibat vasokonstriksi yang menyebabkan peningkatan
vascular cerebral. kondisi ini akan menyebabkan nyeri kepala sampai tengkuk
pada penderita hipertensi. (Rini, 2018).

2.1.6 Penatalaksanaan Hipertensi


Purwanto (2022) mengemukakan bahwa penatalaksanaan hipertensi dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu tanpa obat dan dengan obat. Penatalaksanaan
hipertensi tanpa obat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Menurunkan berat badan

6
Menurunkan berat badan yang overweight menjadi berat badan ideal
dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan kalori, seta
meningkatkan aktivitas fisik. Penurunan berat badan 1 kg dapat
menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 2,5 mmHg (Purwanto, 2022).
Berat badan yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
volume darah, sehingga dapat meningkatkan beban kerja pada jantung
dan pembuluh darah. Oleh karena itu, menurunkan berat badan dan
menjaganya agar tetap berada di batas ideal dianjurkan untuk pasien
dengan hipertensi agar dapat mengontrol tekanan darah dan mengurangi
risiko terjadinya komplikasi penyakit kardiovaskular lainnya
(Telaumbanua & Tobing, 2022).
2. Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH)
DASH dapat diartikan sebagai suatu pola diet yang dikembangkan untuk
membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. DASH
ini dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan yang rendah lemak
dan rendah garam. Dalam pola makan DASH, konsumsi garam dibatasi
menjadi kurang dari 2.300 miligram per hari atau sekitar 1 sendok teh,
sementara itu dianjurkan untuk mengonsumsi sayur dan buah yang
banyak mengandung serat pangan, yaitu sebesar 30 gram per hari (Savitri
& Romina, 2021).
3. Olahraga yang rutin
Olahraga dapat membantu mengontrol hipertensi karena dengan
melakukan olahraga, tubuh mengalami beberapa perubahan fisik dan
fisiologis seperti peningkatan aliran darah dan peningkatan kadar
oksigen. Olahraga secara teratur dapat membantu menurunkan tekanan
darah pada orang dengan hipertensi dan juga dapat membantu mencegah
terjadinya hipertensi pada orang yang berisiko tinggi. Olahraga dapat
membantu menurunkan berat badan dan memperkuat otot jantung,
sehingga meningkatkan kemampuan tubuh untuk mengatasi tekanan
darah tinggi. (Briliansyah & Safitri, 2022)
4. Berhenti merokok

7
Merokok dapat menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah
dan meningkatkan kerja jantung, sehingga dapat meningkatkan tekanan
darah. Oleh karena itu, berhenti merokok sangat dianjurkan pada pasien
dengan hipertensi karena dapat membantu menurunkan tekanan darah,
meningkatkan kesehatan pembuluh darah, dan memperbaiki kerja
jantung (Umbas, dkk., 2019).
Selain itu, penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan
menggunakan obat atau secara farmakologis. Penanganan hipertensi
secara farmakologis dapat dilakukan di pelayanan strata primer atau
puskesmas sebagai bentuk penanganan awal.
Pengobatan hipertensi dimulai dari obat tunggal yang mempunyai masa
kerja panjang sehingga dapat diberikan sekali sehari dan dosisnya
dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat ditambahkan selama beberapa
bulan pertama perjalanan terapi. Pemilihan kombinasi obat antihipertensi
yang sesuai tergantung pada tingkat keparahan hipertensi dan respon
pasien terhadap obat.
Jenis-jenis obat anti hipertensi yang sering digunakan, yaitu
5. Diuretik
Obat jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(lewat kencing) sehingga volume cairan tubuh berkurang, tekanan darah
menurun dan beban jantung menjadi lebih ringan (Kemenkes, 2013).
6. Beta Bloker
Obat dengan jenis beta blockers bekerja dengan cara menurunkan laju
nadi dan daya pompa jantung, sehingga mengurangi daya dan frekuensi
kontraksi jantung (Kemenkes, 2013).
7. Golongan Penghambat ACE dan ARB
Golongan penghambat angiotensin converting enzyme (ACE) dan
angiotensin receptor blocker (ARB) penghambat angiotensin enzyme
(ACE inhibitor/ACE I) menghambat kerja ACE sehingga perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II (vasokonstriktor) terganggu.
Sedangkan angiotensin receptor blocker (ARB) menghalangi ikatan zat
angiotensin II pada reseptornya. Baik ACEI maupun ARB mempunyai

8
efek vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah), sehingga dapat
meringankan beban jantung (Kemenkes, 2013).
8. Calcium Channel Blockers (CCB)
Calcium channel blocker (CCB) adalah menghambat masuknya kalsium
ke dalam sel pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan dilatasi arteri
koroner dan juga arteri perifer (Kemenkes, 2013). Kalsium dapat
merangsang kontraksi jantung, sehingga perlu dikendalikan jumlahnya

2.2 Konsep Tekanan Darah


2.2.1 Pengertian Tekanan Darah
Menurut Penggalih, Hardiyanti, dan Sani (2015) yang dikutip oleh Rida,
Zainur (2019), tekanan darah merupakan adanya sebuah dorongan yang
disebabkan oleh aliran darah yang melewatinya, hal ini dinamakan tekanan
sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik adalah sejumlah tekanan yang
bertempat pada kulit arteri saat jantung memompa keluar jantung atau ke
seluruh tubuh. Tekanan darah diastolik adalah tekanan yang disebabkan oleh
membesarnya bilik jantung sehingga menyebabkan tekanan paling rendah.
Apabila seseorang melakukan aktivitas berat dalam waktu yang singkat,
tekanan darah sistolik maupun diastolik dapat meningkat akibat gerakan otot
rangka yang dapat mendorong pembuluh darah.

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah antara lain:

1. Volume Darah
Berkurangnya aliran darah, misalnya karena perdarahan atau syok, dapat
menyebabkan penurunan nilai sistolik atau diastolik. (Hutagalung, 2019)
2. Frekuensi Jantung
Tekanan darah meningkat seiring dengan peningkatan denyut jantung,
sehingga volume darah yang bersirkulasi tidak berubah
3. Usia
Tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia karena dinding
arteri kehilangan elastisitasnya. Tekanan darah anak-anak atau remaja
diperkirakan dengan mempertimbangkan ukuran tubuh dan usia. Selama

9
usia remaja, tekanan darah bervariasi dengan ukuran tubuh. Namun,
kisaran normal untuk usia 19 tahun, 90%, adalah 124-136/77-84 mmHg
untuk laki-laki dan 124-127/63-74 mmHg untuk perempuan. Tekanan
darah pada orang dewasa cenderung meningkat seiring bertambahnya
usia. Orang yang lebih tua atau lansia cenderung mengalami peningkatan
tekanan darah. Tekanan darah pada orang tua biasanya 140/90 mmHg.
(Hutagalung, 2019)
4. Variasi Diurnal
Tekanan darah berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah biasanya
rendah di pagi hari, meningkat secara bertahap dari siang hingga sore
hari, dan mencapai puncaknya di senja atau malam hari. tidak ada yang
memiliki model dan variasi yang sama.
5. Berat Badan
Orang gemuk atau dengan berat badan lebih cenderung memiliki tekanan
darah yang lebih tinggi
6. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan tekanan darah yang signifikan secara klinis antara
anak laki-laki dan perempuan setelah pubertas, laki-laki cenderung
memiliki pembacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah
menopause, wanita cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi
dibandingkan pria pada usia ini. (Hutagalung, 2019)
7. Alkohol
Minum alkohol berat terus menerus telah dikaitkan dengan tekanan darah
tinggi, meskipun alkohol juga dapat menurunkan tekanan darah dengan
menghambat efek hormon antidiuretik yang menyebabkan vasodilatasi.
8. Merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah yang berlangsung selama
30-60 menit
9. Makan
Tekanan darah meningkat selama 30-60 menit setelah makan.
10. Stress, takut, nyeri dan ansietas

10
Kecemasan dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf simpatis, yang
meningkatkan aliran darah, curah jantung, dan resistensi pembuluh darah
perifer. Efek simpatis meningkatkan tekanan darah.
11. Latihan Fisik
Latihan fisik dapat meningkatkan tekanan darah selama 30-60 menit.
12. Kandung kemih yang distensi
Kandung kemih yang distensi dapat meningkatkan tekanan darah selama
30-60 menit
13. Keturunan
Banyak orang memiliki kecenderungan genetik terhadap tekanan darah
tinggi
14. Penyakit
Setiap proses penyakit yang mempengaruhi diameter pembuluh darah,
resistensi perifer atau pernafasan akan mempengaruhi tekanan darah.
15. Renin
Kadar renin yang tinggi menyebabkan pembuluh darah menyempit, dan
peningkatan volume darah (karena peningkatan retensi garam dan cairan
di ginjal) meningkatkan tekanan darah. (Hutagalung, 2019)

2.2.3 Klasifikasi Tekanan Darah


Menurut JNC-VII 2003 yang dikutip oleh Rejo dan Isnani (2020), klasifikasi
tekanan darah sebagai berikut.

Classification SBP (mmHg) DBP (mmHg)

Normal <120 <80

Prehypertension 120-139 80-89

Stage 1 Hypertension 140-159 90-99

Stage 2 Hypertension >160 >100


Alat ukur menggunakan spignomanometer dengan skala ordinal.

2.2.4 Cara Pengukuran Tekanan Darah


Cara pengukuran tekanan darah menurut Dedi Muhdiana, dkk (2020) dalam
bukunya yang berjudul Kesehatan Lansia Dengan Hipertensi, harus

11
melakukan persiapan alat terlebih dahulu dengan menggunakan tensimeter
digital lengkap, buku catatan dan alat tulis.

Cara Pelaksanaan :

1. Lengan baju dibuka atau digulung


2. Memasukkan plug udara ke jack udara
3. Tekan tombol “Start”.
4. Gunakan manset pada lengan atas dengan jarak 1-2 cm di atas siku,
pastikan selang antara alat tensimeter tidak tertindih atau terjepit manset.
5. Kencangkan manset.
6. Duduk tegak dan tenang dan kaki menapak di lantai pada saat
pengukuran.
7. Catat hasil pengukuran tekanan darah.
8. Merapikan peralatan.
9. Lepaskan plug udara dari jack udara.
10. Lipat selang udara ke dalam manset dengan perlahan.
11. Simpan manset dan unit utama pada tempat penyimpanan.

2.3 Konsep Akupresur


2.3.1 Pengertian Akupresur
Akupresur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang merupakan kata benda
dengan arti jarum, dan pressure yang juga merupakan kata kerja dengan arti
tekanan. Sehingga jika diterapkan dalam bahasa Indonesia maka menjadi
akupresur atau tusuk jari. Akupresur adalah salah satu terapi tusuk jari/totok
yang termasuk dalam bentuk fisioterapi dengan cara memberikan pijatan dan
stimulasi pada titik-titik acupoint atau tertentu pada tubuh.

Akupresur ini juga dapat diartikan sebagai pemberian tekanan pada titik-titik
penyembuhan menggunakan jari tangan dengan bertahap sehingga dapat
merangsang kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri secara
alami.Terapi akupresur ialah pengembangan dari ilmu akupuntur, sehingga
mempunyai prinsip yang sama, hanya saja pembedanya adalah akupresur
menggunakan jari tangan dan akupuntur menggunakan jarum.

12
Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat diartikan bahwa akupresur
adalah terapi pemberian tekanan pada titik acupoint dengan menggunakan jari
tangan yang dikembangkan dari ilmu akupuntur.

2.3.2 Manfaat Akupresur


Akupresur merupakan tindakan fisioterapi yang dilakukan dengan cara
memberikan pijatan atau stimulasi pada titik-titik tertentu di area tubuh
(Saputra, dkk., 2020) selama kurang lebih 15 sampai 20 detik pada setiap titik
(Aminuddin, dkk., 2020). Akupresur sangat aman dan efisien karena tidak
menggunakan peralatan seperti jarum pada prosesnya, sehingga tidak bersifat
melukai tubuh.

Manfaat akupresur diantaranya adalah membantu dalam meringankan nyeri,


melemaskan otot, meningkatkan kehidupan seks, manajemen stress dan
keseimbangan energi pada tubuh (Wijaya, dkk., 2022). Selain itu, terapi ini
juga dapat bermanfaat untuk mengurangi tekanan darah pada pasien
hipertensi apabila dilakukan pada titik-titik tertentu yang berhubungan
dengan hipertensi (Kamelia, dkk., 2021).

2.3.3 Teknik Akupresur


Akupresur atau pijat titik tekan merupakan salah satu ilmu memperbaiki
tubuh dari Cina yang sudah lama dikenal masyarakat. Acupoint atau disebut
juga titik meridian pada akupunktur maupun akupresur adalah konduktor
listrik yang berada pada permukaan kulit dan dapat menyalurkan
penyembuhan paling efektif, sehingga penyembuhan energi yang paling baik
yaitu menggunakan titik akupresur ini. Acupoint ini terletak pada permukaan
tubuh, terutama pada bundlr saraf yang menembus fascia otot dan
mengandung banyak serabut saraf simpatik. Titik acupoint ini dapat
memberikan rangsangan yang berupa rangsangan mekanik, termis, listrik,
magnet atau bisa jadi perpaduan keempat rangsangan tersebut.

Adapun beberapa teknik memijat yaitu dengan memberikan penekanan


secara ringan, sedang hingga keras. Pemijatan ini bisa dilakukan dengan
menggunakan tangan, beras tempel, benda tumpul, api moksa yang sudah
dibakar dan didekatkan pada area yang sedang sakit dan akan diulang

13
beberapa kali. Namun sebelum diberikan pemijatan, biasanya kulit diberikan
olesan minyak.

Teknik menekan dapat dilakukan dengan mengunakan ibu jari, telunjuk dan
jari tengah yang sudah disatukan dalam satu kepalan tangan. Penekanan ini
akan diberikan pada area yang mempunyai keluhan, supaya dapat mendeteksi
jenis keluhan meridian dan melancarkan aliran energi serta darah dalam
tubuh. Selanjutnya adalah pemutaran. Pemutaran ini dapat dilakukan
didaerah pergelangan tangan atau kaki, dengan tujuan meregangkan dan
merelaksasikan otot.

2.3.4 Titik Akupresur untuk Hipertensi


Titik-titik akupresure untuk penderita hipertensi :

1. Titik Lr 3 (Taichong)
Titik Lr 3 atau Taichong terletak didaerah kaki, tepatnya pada proximal
pertemuan tulang-tulang metatarsal I dan II atau pada punggung kaki
pada 2 jari diatas titik pertemuan antara ruas jempol dan jari kaki
sebelahnya.
Gambar 1.1

Titik Lr (Taichong)
Sumber : Heryanoor, 2022
2. Titik Sp 6 (Sanyinjao)
Titik Sp 6 atau Sanyinjao, terletak pada 4 jari atau 3 cun diatas malleolus
interns, ditepi posterior tibia.

14
Gambar 1.2

Titik Sp 6 (sayinjao)
Sumber : Heryanoor, 2022
3. Titik Ki 3 (Taixi)
Titik Ki 3 atau Taixi terletak diantara malleolus interns dan tendon
achilles setinggi malleolus internal
Gambar 1.3

Titik Ki 3 (Taixi)
Sumber : Heryanoor, 2022

4. Titik Li 4 (Hegu)
Titik Li 4 atau Hegu terletak pada sisi tengah radial tulang metakarpal II
di dersum menu atau diantara os metacarpal I dan II.

15
Gambar 1.4

Titik Li 4 (Hegu)
Sumber : Heryanoor, 2022

5. Titik GV 20 (Baihui)
Titik GV 20 atau Baihui terletak di tengah terletak di tengah kepala
pertemuan antara garis telinga ke telinga.
Gambar 1.5

Titik GV 20 (Baihui)
Sumber : Heryanoor, 2022
6. Titik Lr 2 (Xingjian)
Titik Lr 2 atau Xingjian terletak pada daerah kaki yaitu 0,5 cun batas
distal lekukan antara ibu jari dan jari kedua kaki.

16
Gambar 1.6

Titik Lr 2 (Xingjian)
Sumber : Heryanoor, 2022
7. Titik PC 6 (Neiguan)
Titik PC 6 atau Neiguan terletak di lengan tangan bagian dalam, tepatnya
3 jari tangan di atas pergelangan tangan.
Gambar 1.7

Titik PC 6 (Neiguan)
Sumber : Heryanoor, 2022

2.3.5 Langkah-langkah Melakukan Akupresur


Titik dominan adalah titik Lr 3 (Taichong) yang terletak di dekat
persimpangan metatarsal I dan II, Sp 6 (Sanyinjiao) terletak 4 jari diatas
pergelangan kaki medial, Ki 3 (Taixi) terletak di antaranya. Pergelangan kaki
bagian dalam dan tendon achilles setinggi titik tertinggi pergelangan kaki
bagian dalam dan Li 4 (Hegu) terletak di bagian belakang menu di sisi radial
metatarsal kedua. Merangsang titik-titik tersebut menghasilkan enzim
endorphin (zat mirip morfin) dari otak, yang dapat merangsang rasa nyaman

17
dan menurunkan kadar kortisol darah dengan mengatur aksis HPA (Priyo,
Margono & Hidayah, 2018) dalam (Kamelia, 2021).

Langkah-langkah melakukan akupresur adalah sebagai berikut :

1. Jaga privasi pasien


2. Atur posisi pasien dengan posisi telentang, duduk, duduk dengan tangan
bertumpu di meja, berbaring miring.
3. Anjurkan pasien untuk melepas pakaian dan aksesoris.
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan bila perlu.
5. Cek tekanan darah klien sebelum melakukan akupresur.
6. Cari titik-titik yang ada di tubuh, kemudian lakukan penekanan hingga
ke sistem saraf, akupresur menggunakan gerakan dan tekanan jari, yaitu
tekan putar, tekan titik dan tekan lurus.
7. Kemudian lakukan penekanan pada titik dominan atau jalur meridian
utama tubuh.
8. Penekanan dilakukan sekitar 10-15 menit atau sampai rasa sakitnya
mulai berkurang.
9. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan dengan melakukan pengecekan
tekanan darah pada klien.
10. Rapikan kembali alat.

2.3.6 Pengaruh Terapi Akupresur terhadap Tekanan Darah


Terapi akupresur merupakan salah satu pengobatan komplementer untuk
mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi. Teknik akupresur
memberikan stimulasi pada titik-titik tertentu yang merangsang saraf di
superfisial kulit yang kemudian menuju ke sumsum tulang belakang, otak
tengah, dan hipotalamus-hipofisis, ketiganya diaktifkan untuk melepaskan
endorfin. Hormon endorfin yang dilepaskan akan membuat pasien merasa
tenang dan nyaman (Kamelia, 2021).

18
NO Judul Penelitian,
Penulis, dan Tahun Metode Penelitian Sampel Hasil Penelitian
Terbit
1 Terapi Akupresur Quasi eksperimen dengan 15 orang yang a. Rata-rata tekanan darah sebelum
Menurunkan Tekanan one group pre dan post test ditentukan secara dilakukan terapi :
Darah Pasien Hipertensi design purposive sampling - Sistolik : 164,02 mmHg
(Arfiyan Sukmadi, - Diastolik : 91,49 mmHg
2021.) b. Rata-rata tekanan darah sesudah
dilakukan terapi :
- Sistolik : 141,44 mmHg
- Diastolik : 86,71 mmHg
Hasil dari penelitian ini terapi akupresur
efektif dalam menurunkan tekanan darah
dibuktikan dengan perbedaan mean artery
pressure sebelum dan sesudah terapi sebesar
13,98 untuk sistolik dan 4,78 untuk diastolik
dengan p-value = 0,000.

17
2 Penurunan Tekanan Pre-experiment with one Sebanyak 7 a. Rata-rata tekanan darah sebelum
Darah Penderita group pre and post-test responden dengan dilakukan terapi :
Hipertensi Setelah design. hipertensi arteri - Sistolik : 144,76 mmHg
Diberikan Terapi berpartisipasi - Diastolik : 90,95 mmHg
Akupresur dalam penelitian b. Rata-rata tekanan darah setelah
(Aminuddin, Yulianus, ini dilakukan terapi :
Sudarman, Moh Syakib, - Sistolik : 140,24 mmHg
2020) - Diastolik : 86,67 mmHg
Hasil penelitian menunjukan distribusi
frekuensi tekanan darah responden setelah
terapi akupresur dari 7 responden terdapat 5
orang (71,42%) terjadi penurunan dan 2
orang (28,58%) tetap.

3 Pengaruh Terapi Quasi experiment yang Sebanyak 20 a. Tekanan darah sebelum dilakukan
Akupresur Terhadap menggunakan rancangan responden dengan terapi Rata-rata
Tekanan Darah Pada one group hipertensi - Rata-rata sistolik : 164,25
Penderita Hipertensi pretest and posttest design berpartisipasi mmHg
(Adi Saputra, 2023)

18
dalam penelitian - Nilai tengah diastolik : 100
ini. mmHg
b. Tekanan darah setelah dilakukan terapi:
- Rata-rata sistolik : 143,85
mmHg
- Nilai tengah diastolik : 90 mmH
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh
terapi akupresur pada tekanan darah dimana
terjadi penurunan tekanan darah baik sistol
maupun diastole setelah dilakukan terapi
akupresur pada penderita hipertensi.

19
BAB III
KESIMPULAN
Hipertensi merupakan penyakit pada pembuluh darah, yang dapat menghambat
suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah untuk mencapai jaringan
tubuh yang dibutuhkan. Penyebab peningkatan tekanan darah adalah
peningkatan denyut jantung, peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan
peningkatan aliran darah.

Akupresur dapat diartikan sebagai menggunakan jari untuk memberikan tekanan


secara bertahap pada titik penyembuhan untuk merangsang kemampuan alami
tubuh untuk menyembuhkan, dapatt dilakukan dengan jarum manual dan
akupunktur. Selain itu, pengobatan ini juga dapat bermanfaat untuk menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi apabila dilakukan pada titik-titik
tertentu yang berhubungan dengan tekanan darah.

Hasil dari tiga penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan terapi


akupresur tekanan darah pasien rata-rata dari ketiga penelitian yakni
157,68/94,24 mmHg dan sertelah dilakukan terapi akupresur tekanan darah
pasien menururn dengan rata-rata dari ketiga penelitian yakni 141,84/87,8
mmHg. Di dapat kesimpulan bahwa pengobatan akupresur berpengaruh
terhadap penurunan tekanan darah, baik tekanan darah sistolik maupun diastolik
pada pasien hipertensi .

19
DAFTAR PUSTAKA
Ainurrafiq, A., Risnah, R., & Ulfa Azhar, M. (2019). Terapi Non Farmakologi
dalam Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi: Systematic
Review. MPPKI (Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The
Indonesian Journal of Health Promotion, 2(3), 192–199.
https://doi.org/10.31934/mppki.v2i3.806
Aminuddin, A., Sudarman, Y., & Syakib, M. (2020). Penurunan Tekanan Darah
Penderita Hipertensi Setelah Diberikan Terapi Akupresur. Jurnal
Kesehatan Manarang, 6(1), 57-61.
Briliansyah, M. R., & Safitri, E. D. (2022). AKTIVITAS FISIK DAN
OLAHRAGA BAGI PENDERITA HIPERTENSI. Journal of Sport Science
and Tourism Activity (JOSITA), 1(2), 12-19.
Dr. Heni Setyowati ER, S.Kp, M.Kes. (2018). AKUPRESUR UNTUK
KESEHATAN WANITA BERBASIS HASIL PENELITIAN . : UNIMMA
PRESS.
Egan, B. et al. (2019) ‘The global burden of hypertension exceeds 1.4 billion
people: should a systolic blood pressure target below 130 become the
universal standard?’, Journal of Hypertension, Publish Ah, p. 1. Doi:
10.1097/HJH.0000000000002021.
Fitria, C, N., Anggraini, M. P., & Handayani, S. (2021). Pengaruh Pemberian Air
Rebusan Daun Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada
Penderita Hipertensi Grade I. PROFESI (Prefesional Islam): Media
Publikasi Penelitian, 19 (1), 22-29.
Haryani, S., & Misniarti, M. (2020). Efektifitas Akupresure dalam Menurunkan
Skala Nyeri Pasien Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Perumnas
(The effectiveness of acupressure in reducing the pain scale of
hypertensive patients in the working area of the Perumnas Health
Center). Jurnal Keperawatan Reflesia, 2 (1), 21–30.
https://doi.org/10.33088/jkr.v2i1.491
Hastuti, A. P., & Kep, M. (2020). Hipertensi. Penerbit Lakeisha.
Hendra, P., Virginia, D. M., & Setiawan, C. H. (2021). Teori dan Kasus Manajemen
Terapi Hipertensi. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

20
Hutagalung, M. S. (2019). Panduan Lengkap Stroke. Bandung: Nusa Media
Ikhsan, Muhamad N. (2019). Dasar Ilmu Akupresur Dan Moksibasi.
Kamelia, N. D., Ariyani, A. D., & Rudiyanto, R. (2021). Terapi Akupresur Pada
Tekanan Darah Penderita Hipertensi: Studi Literatur. Nursing Information
Journal, 1(1), 18-24.
Kemenkes RI. (2013). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular Subdit Pengendalian Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah
Kurnianto, A. et al. (2020) ‘Prevalence of Hypertension and Its Associated Factors
among Indonesian Adolescents’, International Journal of Hypertension,
2020. Doi: 10.1155/2020/4262034.
Maulana, K. F., & Saylendra, N. P. (2023). "Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap
Penderita Hipertensi Di Desa Purwamekar." Abdima Jurnal Pengabdian
Mahasiswa 2.1 (2023): 2431-2437.
Ni'am, Muhammad & Khoiriyah, Khoiriyah & Samiasih, Amin. (2022). Penerapan
Akupresur terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Penderita
Hipertensi Di Desa Bermi Kabupaten Demak. Holistic Nursing Care
Approach. 2. 65. 10.26714/hnca.v2i2.10287.
Nurhayati, I. (2020). Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi
dengan klasifikasi hipertensi. Profesi (Profesional Islam): Media Publikasi
Penelitian, 18(2), 72-80.
Patemah. (2022). Konsep dan Aplikasi Terapi Akupresur dan Akupunktur.
Bandung: Media Sains Indonesia
Profil Kesehatan DIY (2021). Riset Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Purwanto, B. (2022). Meningkatkan Profesionalisme Dalam Bidang Nefrologi &
Hipertensi. Malang: Media Nusa Creative (MNC Publishing).
Rida, Z. (2019). Pengaruh Home Based Exercise Training Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Hipertensi Lansia (Di Desa Pandanwangi
Kecamatan Diwek Jombang) (Doctoral dissertation, STIKes Insan
Cendekia Medika Jombang).

21
RISKESDAS. (2018). Riset Kesehatan Dasar 2018 (Basic Health Research
2018). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
RISKESDAS. (2021). Riset Kesehatan Dasar 2021 (Basic Health Research
2018). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Saputra, A., Pebriani, S. H., Tafdhila, T., & Syafe'i, A. (2023). Pengaruh Terapi
Akupresur terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Malahayati
Nursing Journal, 5(1), 80-87.
Saputra, R., Mulyadi, B., & Mahathir, M. (2020). Penurunan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi Melalui Terapi Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT) dan Akupresur Titik Taichong. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 20(3), 942-945.
Sari, L. T. et al. (2019) ‘Pengaruh Acuyoga Terhadap Penurunan Hipertensi Pada
Lansia’, Jurnal Penelitian Kesehatan, Jilid 6, pp. 69–77.
Savitri, E. W., Romina, F. (2021). DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)
Upaya Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Pekalongan: Penerbit
NEM
Sukmadi, A., & Siagian, H. J. (2021). Terapi Akupresur Menurunkan Tekanan
Darah Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan, 9(2), 109-114.
Sukmadi, Arfiyan & Alifariki, La & A, Ida & Siagian, Heriviyatno. (2021).
TERAPI AKUPRESUR MENURUNKAN TEKANAN DARAH PASIEN
HIPERTENSI. Jurnal Kesehatan. 9. 109-114. 10.25047/jkes.v9i2.224
Telaumbanua, R. A., & Tobing, A. N. L. (2022). Hubungan Status Gizi dengan
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Usia Dewasa Tengah di
Puskesmas Medan Helvetia. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK),
4(6), 4415-4428.
Umbas, I. M., Tuda, J., & Numansyah, M. (2019). Hubungan Antara Merokok
Dengan Hipertensi Di Puskesmas Kawangkoan. Jurnal Keperawatan, 7(1).
Wijaya, Y. A., Yudhawati, N. L. P. S., Dewi, K. A. K., Ilmy, S. K. (2022). Konsep
Terapi Komplementer Keperawatan. IKJ Universitas Brawijaya, 2022(13).
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.17112.37121

22
World Health Organization. (2018). Global Health Estimates 2018: Disease
burden by Cause, Sex, by Country and Region, 2000-2016. World Health
Organization

23

Anda mungkin juga menyukai