Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH

SAKIT MURNI TEGUH PEMATANGSIANTAR

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Pembimbing:
Dr. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M. Kep

Disusun oleh
Cahaya Artha Anastasia Gultom
237046003

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Masa Esa karena

atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat diselesaikannya penulisan Asuhan

Keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Hipertensi Di Ruang

Ward lantai 3 Rumah Sakit Murni Teguh Pematangsiantar” Penulisan ini

disusun dan diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah keperawatan medikal

bedah lanjut 1 dalam rangka menyelesaikan studi di Magister Keperawatan di

Universitas Sumatera Utara pada Program Sudi Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan.

Dalam penyelesaian Asuhan Keperawatan ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih

seutuhnya kepada Ibu Dr. Nur Asnah Sitohang, S. Kep, M. Kep, selaku Dosen

Pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan ide, dan saran.

Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan, untuk

itu saran dan kritik yang konstruktif akan sangat membantu agar penulisan Asuhan

Keperawatan ini dapat menjadi lebih baik.

Medan, Februari 2024

Penulis

Cahaya Artha Anastasia Gultom

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 3
1.2.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 3
1.2.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 3
1.3 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................... 5
2.1 Konsep Medis ...................................................................................................... 5
2.1.1 Definisi.......................................................................................................... 5
2.1.2 Etiologi.......................................................................................................... 5
2.1.3 Patofisiologi/ Pathway .................................................................................. 7
2.1.4 Klasifikasi ..................................................................................................... 9
2.1.5 Komplikasi .................................................................................................... 9
2.1.6 Penatalaksanaan .......................................................................................... 10
2.2 Konsep Keperawatan (NCP) ............................................................................. 12
2.3 Evidence Based Nursing .................................................................................... 20
BAB III KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN ............................................ 23
3.1 Pengkajian .................................................................................................... 23
3.2 Analisa Data ................................................................................................. 27
3.3 Asuhan Keperawatan .................................................................................... 28
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 33
4.1 Pengkajian .................................................................................................... 33
4.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................. 34
4.3 Intervensi Keperawatan ................................................................................ 34
4.4 Implementasi Keperawatan .......................................................................... 36

ii
4.5 Evaluasi Keperawatan .................................................................................. 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 40
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 40
5.2 Saran ............................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 42

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia, Menurut Laporan

organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) pada tahun 2021

menunjukkan prevalensi penderita hipertensi sekitar 1,28 miliar orang di dunia

menderita hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi

dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan

komplikasinya (WHO, 2022).

Berdasarkan data kemenkes 2021, menyatakan bahwa angka kejadian

hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan dari 26,3% penderita pada tahun 2013

menjadi 35,1% pada tahun 2020 (Kemenkes RI, 2021). Provinsi Sumatera Utara,

berdasarkan 2019 tercatat sebanyak 3.200.454 orang yang menderita hipertensi di

kota Medan mencapai posisi tertinggi sebesar 662.021 jiwa dan pakpak barat

mencapai posisi terendah sebesar 3.726 jiwa.

Meningkatnya kejadian kasus hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor

resiko yakni resiko yang tidak bisa dilakukan modifikasi, misalnya genetik, usia, jenis

kelamin, serta yang bisa dilakukan modifikasi misalnuya merokok, konsumsi alkohol,

kurang olahraga, gaya hidup tidak sehat, asupan garam berlebihan. Hal ini bisa

mengakibatkan peningkatan aliran darah (Aditya et al., 2023).

1
Mengingat kejadian kasus hipertensi meningkat dari tahun ke tahun, maka

perlu pemantauan dan perhatian khusus. Bila tidak dikontrol atau tidak diberikan

perhatian khusus dapat menyebabkan beberapa komplikasi, misalnya apabila terkena

jantung menyebabkan jantung koroner, infark miokard, gagal jantung kongestif, jika

terkena otak dapat menyebabkan enselopati hipertensi, stroke, serta gagal ginjal dapat

disebabkan oleh tekanan darah yang tidak dikontrol atau diobati dengan baik, dan jika

penyakit mencapai retina, retinopati dapat terjadi (Tika, 2021).

Semua pasien hipertensi rata-rata mengalami keluhan nyeri kepala serta

pusing. Menurut (Dwi Novitasari & Wirakhmi, 2018) nyeri kepala adalah gejala

hipertensi yang paling umum dirasakan oleh pasien karena tekanan intracranial yang

tinggi, nyeri kepala yang dirasakan pasien di daerah oksipital. Keluhan umum lainnya

adalah pusing yang disebabkan oleh vasokontriksi pembuluh darah dan berkurangnya

perfusi jaringan serebral. Nyeri kepala dapat dikurangi dengan terapi non farmakologi

dan melalui terapi farmakologi dengan menggunakan obat antihipertensi (Adistia et

al., 2022).

Akibat nyeri kepala yang dirasakan pasien hipertensi dapat menyebabkan

terganggunya pola tidur. Rusaknya pola tidur pasien dipengaruhi oleh salah satu

faktor resiko yaitu nyeri kepala disertai hipertensi. Hal ini membuat pasien terjaga

dan sulit untuk tidur sehingga mengakibatkan durasi tidur lebih singkat dan

menyebabkan terganggunya aktivitas dan menurunnya konsentrasi (Habel et al.,

2019).

2
Faktor utama tidak terkontrolnya hipertensi disebabkan karena kurangnya

pengetahuan pasien terhadap penyakitnya. Masalah ini biasanya ditandai dengan

ketidakpatuhan dalam menjalankan terapi pengobatan serta perilaku yang tidak sehat,

tidak mengikuti perintah. Jika masalah deficit pengetahuan tidak segera diatasi maka

akan menimbulkan masalah komplikasi lebih lanjut (Permilah et al., 2022).

Dalam hal ini peran perawat sangat dibutuhkan sebagai pemeberi asuhan

keperawatan dalam melakukan perawatan dan pemenuhan kebutuhan pasien

hipertensi. Selain itu perawat juga berperan sebagai educator untuk memberikan

informasi terkait masalah hipertensi dalam rangka meningkatkan pengetahuan pasien

agar mampu melakukan asuhan hipertensi secara mandiri guna mencegah terjadinya

komplikasi (Ayaturahmi et al., 2022).

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan penulisan ini yaitu untuk memahami tentang asuhan keperawatan

pasien dengan hipertensi.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mendesripsikan Pengkajian dengan hipertensi

b. Mendesripsikan penentuan diagnosa keperawatan yang sesuai pada kasus

dengan hipertensi

3
c. Mendeskripsikan Penyusunan rencana keperawatan yang sesuai pada

kasus dengan hipertensi

d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan yang sesuai pada kasus

dengan hipertensi

e. Mendeskripsikan evaluasi Tindakan yang telah dilakukan pada kasus

dengan hipertensi

1.3 Manfaat Penulisan

1. Institusi Pendidikan

Manfaat Penulisan ini bagi institusi pendidikan bisa digunakan sebagai

sumber informasi dan sebagai referensi bagi mahasiswa dalam menerapkan

teori asuhan keperawatan dengan menggunakan sistem kardiovaskular

hipertensi.

2. Profesi keperawatan

Sebagai bahan referensi bagi tenaga kesehatan untuk menambah wawasan

supaya dapat menentukan diagnosa dan intervensi yang tepat dalam memberi

asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskular

hipertensi.

3. Lahan Praktik

Manfaat penulisan ini bagi lahan praktik yaitu untuk meningkatkan mutu

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

kardiovaskular hipertensi.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Medis

2.1.1 Definisi

Menurut world health organization (WHO) hipertensi merupakan

peningkatan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg

diukur dengan menggunakan alat sphygmomanometer air raksa atau digital yang telah

di tera (Kemenkes RI, 2019).

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan

darah secara abnormal dan terus-menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan

darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor resiko tidak dapat berjalan

sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah normal (Majid, 2018).

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang yang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka

kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Anggraini & Leniwita,

2020).

2.1.2 Etiologi

Hipertensi tidak memiliki etiologi dengan spesifik. Hipertensi terjadi sebagai

respon terhadap meningkatnya curah jantung dan meningkatnya tekanan perifer.

Namun, terdapat berbagai faktor yang berkontribusi secara khusus terhadap

5
terjadinya hipertensi, antara lain : merokok, asupan garam yang tinggi, gaya hidup

yang tidak sehat, kebiasaan makan yang tidak teratur, kegiatan fisik yang kurang,

usia, obesitas, mengkonsumsi minuman beralkohol, dan faktor genetic (Marhabatsar

& Sijid, 2021).

Menurut (Saputra & Huda, 2023) berdasarkan etiologinya hipertensi terbagi

menjadi dua yakni hipertensi primer dan hipertensi sekunder, sebagai berikut :

a. Hipertensi Primer (Esensial)

Hipertensi primer yaitu sebuah keadaan dimana tekanan darah meningkat

diatas normal tanpa ada diketahui penyebabnya. Hipertensi primer disebabkan

oleh berbagai faktor, diantaranya : faktor genetik atau keturunan, usia

(tekanan darah semakin tinggi seiring bertambahnya usia), jenis kelamin

(hipertensi lebih banyak dialami oleh laki-laki daripada perempuan), ras

(orang kulit hitam lebih rentan terhadap hipertensi). Selain gaya hidup

misalnya stress, obesitas, mengkonsumsi garam yang tinggi, merokok, minum

alkohol, serta obat-obatan juga mempengaruhi terjadinya hipertensi.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder yaitu penyakit dimana tekanan darah meningkat dan

diketahui penyebabnya. Penyebab terjadinya hipertensi sekunder disebabkan

karena kerusakan satu hal. Adanya penyakit DM, ginjal, jantung, penggunaan

kontrasepsi serta penyakit lainnya.

6
2.1.3 Patofisiologi/ Pathway

Banyak faktor yang dapat menyebabkan hipertensi termasuk asupan garam

yang berlebih, obesitas, retensi insulin, sistem renin-angiotensin, serta sistem saraf

simpatik. Pada belakangan ini, faktor lainnya yang dapat menyebabkan hipertensi

termasuk genetik, disfungsi endotel, pemberian makanan intrauterine, dan gangguan

neuromuscular (Fitri Tambunan et al, 2021).

Proses atau patofisiologi hipertensi menurut (Hariyono, 2020) diawali dengan

peningkatan tekanan darah yang dapat terjadi melalui beberapa cara, yakni :

a. Jantung bekerja keras mengalirkan darah untuk mengedarkan banyak darah

per detik.

b. Arteri yang lebih besar menjadi kurang elastis dan kaku sehingga jantung

tidak dapat memompa darah ke pembuluh darah ini dengan mudah, sebagai

hasilnya darah yang dipompa pada setiap detak jantung perlu teralirkan

melewati pembuluh darah yang kecil dari umumnya, yang kemudian

meningkatkan tekanan darah. Ini biasanya dialami orang tua yang mengalami

penebalan serta pengerasan dinding pembuluh darah akibat arteriosklerosis.

c. Tekanan darah meningkat apabila terjadi vasokonstriksi, yaitu bila arteriola

menyempit sementara akibat impuls saraf dalam darah.

Hipertensi juga dapat disebabkan oleh pembentukan angiotensin II, suatu

vasokonstriktor dengan disitesi dari angiotensin I menggunakan bantuan

angiotensin-converting enzyme (ACE). ACE mempunyai peranan penting

7
untuk pengaturan tekanan darah. Agiotensin II berperan dalam meningkatkan

tekanan darah melalui 2 cara, yang pertama yaitu memberikan peringatan

sekresi hormon ADH. Ketika hormon ADH meningkat, sejumlah kecil urin

dikeluarkan dari tubuh, sehingga osmolaritasnya menjadi tinggi dan pekat.

Mengencerkannya membutuhkan peningkatan volume ekstraseluler, yang

mengakibatkan peningkatan volume darah. Yang kedua adalah merangsang

sekresi hormone aldosterone dari korteks adrenal. Di ginjal, hormon

aldosterone mengatur jumlah cairan ekstraseluler dengan mengurangi ekskresi

garam dengan reabsorbsi garam oleh tubulus ginjal. Volume dan tekanan

darah meningkat disebabkan karena peningkatan konsentrasi garam yang

diencerkan dengan meningkatkan volume cairan ekstraseluler (Marhabats &

Sijid, 2021).

Tekanan darah yang meningkat terus-menerus pada pasien dengan

hipertensi dapat menyebabkan peningkatan beban kerja jantung. Hal ini

terjadi karena peningkatan resistensi terhadap injeksi ventrikel kiri. Untuk

meningkatkan kekuatan kontraksi jantung, ventrikel kiri mengalami hipertropi

sehingga kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung juga meningkat. Jika

hipertrofi tidak dapat mempertahankan curah jantung yang memadai, maka

dilatasi dan kegagalan jantung dapat terjadi. Karena hipertensi dapat memicu

aterosklerosis pada arteri koronaria, maka jantung dapat mengalami gangguan

lebih lanjut akibat aliran darah yang menurun menuju miokardium, sehingga

dapat timbul angina pectoris atau infark miokard. Selain itu, hipertensi juga

dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah yang mempercepat

8
proses ateroskerosis dan kerusakan organ-organ vital seperti stroke, gagal

ginjal, aneurisme, serta cedera retina (Kowalak et al, 2011).

2.1.4 Klasifikasi

Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)


Normal <130 mmHg <85 mmHg
Pre Hipertensi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi derajat 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi derajat 2 ≥160 mmHg ≥100 mmHg
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut AHA (American Heart Association) 2020
(Unger et al., 2020).

2.1.5 Komplikasi

Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama timbulnya penyakit

stroke, jantung, ginjal serta gangguan penglihatan. Komplikasi hipertensi menurut

(Saputra & Huda, 2023) antara lain :

a. Otak

Stroke merupakan masalah yang paling umum terjadi pada pasien

hipertensi. Stroke disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial yang

menyebabkan perdarahan di otak. Dibawah pengaruh tekanan tinggi,

menyebabkan peningkatan kapiler dan memaksa cairan masuk melalui sistem

saraf pusat ke ruang intertistium sehingga dapat mengganggu kerja dari sistem

saraf pusat bahkan menyebabkan kematian.

9
b. Kardiovaskular

Penyakit jantung koroner bisa terjadi ketika arteri koroner menjadi tabal dan

tidak dapat menyediakan cukup oksigen ke otot jantung. Akibatnya, aliran

darah melalui arteri ini terhambat dan kebutuhan oksigen di otot jantung tidak

terpenuhi, yang perpotensi menyebabkan iskemia jantung dan infark miokard.

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal yang disebabkan oleh tekanan kapiler ginjal yang tinggi dapat

menyebabkan kerusakan glomerulus, darah mengalir ke unit fungsional ginjal.

Jika terus berlanjut maka fungsi ginjal dapat terganggu, menyebabkan

hipoksia dan bahkan kematian pada ginjal.

d. Retinopati

Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada retina. Beratnya kerusakan

yang ditimbulkan tergantung dari lamanya hipertensi dan keluhan. Retinopati

hipertensi pada awalnya asimtomatik, tetapi pada akhirnya dapat

menyebabkan kebutaan.

2.1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien hipertensi menurut (Saputra & Huda, 2023)

dibedakan menjadi dua yaitu terapi farmakologis dan non farmakologis :

a. Terapi Farmakologis

1. Golongan diuretic

10
Obat antihipertensi thiazide merupakan diuretic yang bisa menurunkan

tekanan darah. Fungsinya membantu ginjal untuk mengeluarkan garam dan air

di dalam tubuh dapat dikurangi. Diuretik (Tablet Hydrochlorothizide (HTC),

Lasix (Furosemide)

2. Penghambat adrenergic

Obatnya yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa beta blocker,

yang mempengaruhi sistem simpatis dengan merespon secara cepat untuk

mengontrol stress. Beta blockers atenolol (Tenorim), Capoten (captopril).

3. ACE inhibitor

Melakukan vasodilatasi pada pembuluh darah arteri untuk menurunkan

tekanan darah. Obat ini umumnya diberikan pada pasien yang menderita gagal

jantung atau penyakit ginjal kronis.

4. Angiotensin II blocker

Cara kerjanya mirip dengan ACE inhibitor dalam menurunkan tekanan darah.

5. Antagonis Kalsium

Melakukan upaya untuk melakukan aliran darah melalui pelebaran pembuluh

darah. Obat ini bisa digunakan bagi pasien yang merasakan keluhan detak

jantung cepat, nyeri dada serta migran (calcium channel blockers Norvasc

(amlodipine), Angiotensin converting enzim (ACE)

b. Terapi non Farmakologi.

1. Terapi relaksasi

Terapi relaksasi yaitu jenis terapi bagi seseorang yang diintruksikan untuk

melakukan suatu gerakan yang bertujuan untuk menenangkan pikiran dan

11
merilekskan anggota tubuh. Ada beberapa jenis terapi seperti relaksasi otot

progresif, relaksasi autogenic, relaksasi benson.

2. Olahraga

Senam aerobic, senam hipertensi merupakan dapat membantu menurunkan

tekanan darah.

3. Pembatasan konsumsi garam

Mengurangi asupan garam dapat memperbaiki tekanan darah. Kebanyakan

garam dapat mengganggu keseimbangan cairan pada pasien dan mempersulit

jantung untuk memompa darah sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan

darah.

2.2 Konsep Keperawatan (NCP)

1. Pengkajian Keperawatan

Menurut (Suprato et al., 2022) pengkajian umum yang dilakukan meliputi :

a. Data umum

1) Identitas Klien

Diantaranya : umur, agama, nama, tempat tanggal lahir, alamat,

pekerjaan, jenis kelamin, tanggal masuk rumah sakit, diagnose medis,

suku/bangsa, nomor rekam medis.

Hipertensi lebih banyak terjadi pada wanita (40,17%) dibandingkan

pria (34,63%). Hal ini biasanya terjadi pada usia diatas 45 tahun seiring

12
bertambahnya usia, kelenturan pembuluh darah akan berkurang sehingga

mengakibatkan tekanan darah mudah meningkat (Riskesdas, 2018).

2) Keluhan utama

Keluhan sering dirasakan oleh orang yang menderita hipertensi

meliputi sakit kepala, cemas, pening, kekakuan leher, penglihatan kabur, dan

mudah merasa lelah. Merurut (Novitasari & Wirakhmi, 2018) nyeri kepala

adalah gejala hipertensi yang paling umum dirasakan oleh pasien karena

tekanan intracranial yang tinggi, nyeri kepala dirasakan oleh pasien di daerah

oksipital. Keluhan umum lainnya adalah pusing yang disebabkan oleh

vasokontriksi pembuluh darah dan berkurangnya perfusi jaringan serebral

(Adistia et al., 2022).

3) Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan pengkajian pendukung keluhan utama menjelaskan

kronologi timbulnya keluhan utama. Gejala tambahan yang sering terjadi

meliputi : nyeri kepala, penglihatan buram, pusing, mual, denyut jantung tidak

teratur, serta rasa sakit di dada.

4) Riwayat Kesehatan dahulu

Mengkaji riwayat penyakit yang sama seperti yang diderita sekarang

(hipertensi), atau adanya penyakit lain yang dialami seperti penyakit ginjal,

penyakit jantung, diabetes mellitus, stroke. Selain itu dapat juga melakukan

13
pengkajian obat-obatan yang pernah diminum serta ada tidaknya alergi

terhadap obat.

Penyakit penyerta yang sering dialami oleh penderita hipertensi yaitu

diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, dyspepsia, stroke, dan vertigo

(Mandasari et al., 2022).

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji anggota dalam suatu keluarga yang terkena penyakit sejenis

dengan pasien, dan adanya penyakit lain yang diderita oleh anggota keluarga

seperti TBC, HIV, diabetes mellitus, asma, dan lain-lain. Seseorang yang

memiliki anggota keluarga dengan hipertensi akan berisiko untuk mengalami

kondisi yang sama (Adam et al., 2018).

6) Riwayat Kesehatan Lingkungan

Kebersihan lingkungan ataupun rumah, memungkinkan adanya bahaya.

b. Pola fungsional

1) Pola persepsi dan pemeliharaan Kesehatan

Pemahaman pasien dalam upaya memelihara kesehatannya seperti

persepsi tentang kesehatan diri, pengetahuan tentang penyakit dan

perawatannya, kemampuan untuk mengontrol kesehatan, kebiasaan hidup.

2) Aktivitas/ istirahat

14
Bagaimana pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, apakah ada

keluhan atau tidak selama sakit. Tanda dan gejala yang biasanya muncul :

Letih, kelemahan, frekuensi jantung lebih cepat, nafas pendek, takipnea,

perubahan irama jantung. Terdapat keluhan saat melakukan aktivitas.

3) Pola eliminasi

Adakah gangguan eliminasi sebelum dan saat dirawat seperti adanya

keluhan diare, penggunaan obat pencahar, adanya perubahan BAB/BAK.

4) Pola istirahat dan tidur

Kebiasaan tidur (lama tidur dan waktu tidur), kesulitan tidur (sulit

memulai tidur, mudah terbangun, dan insomnia). Akibat nyeri kepala yang

dirasakan pasien hipertensi dapat menyebabkan terganggunya pola tidur.

Rusaknya pola tidur pasien dipengaruhi oleh salah satu faktor resiko yaitu

nyeri kepala pada penderita hipertensi. Hal ini membuat pasien terjaga dan

sulit untuk tidur sehingga mengakibatkan durasi tidur lebih singkat dan

menyebabkan terganggunya aktivitas dan menurunnya konsentrasinya (Habel

et al., 2019).

5) Pola makanan/ minuman

Makanan yang dikonsumsi apakah tinggi garam, lemak, serta

koleterol, adanya keluhan mual, muntah, adakah penurunan atau peningkatan

berat badan, adanya penurunan nafsu makan.

15
6) Pola Kognitif-perseptual sensori

Apakah adanya keluhan yang dirasakan mengenai kemampuan sensasi

(pendengaran dan penglihatan), kesulitan yang dialami (sering pusing),

kemampuan kognitif, persepsi terhadap nyeri memakai pendekatan P,Q,R,S,T.

7) Pola persepsi dan konsep diri

Tentang persepsi diri pasien seperti harapan setelah menjalani

perawatan, status emosi pasien, konsep diri (bagaimana persepsi pasien

terhadap tubuhnya).

8) Pola mekanisme koping

Menjelaskan terkait pola koping, toleransi pada support system dan stress.

9) Pola seksual-reproduksi

Bagaimana pemahaman pasien mengenai fungsi seksual, apakah

terdapat gangguan melakukan hubungan seksual yang dikarenaka

penyakitnya.

10) Pola peran dan berhubungan dengan orang lain

Bagaimana hubungan pasien bersama orang lainnya apakah keadaan

penyakitnya mempengaruhi dalam melakukan hubungan dengan orang lain.

11) Pola nilai dan kepercayaan

16
Bagaimana pasien dalam melakukan aktivitas beragama apakah ada

perubahan selama sakit, adakah keyakinan pasien yang tidak sesuai pada

kesehatannya.

12) Pemeriksaan fisik

Meliputi pemeriksaan TTV dan pemeriksaan head to toe.

13) Data penunjang

Pemeriksaan laboratorium, radiologi.

14) Pembelajaran/penyuluhan

Pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien terkait penyakit

hipertensi serta komplikasinya seperti penyakit jantung, DM, dan lain-lain,

penggunaan pil KB.

2. Diagnosa Keperawatan

Dalam SDKI (PPNI, 2018) diagnose keperawatan yang biasanya dialami

pasien hipertensi, yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur (D.005)

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)

3.Intervensi Keperawatan

Menurut SDKI (PPNI, 2018) dan SIKI (PPNI, 2018) kriteria dan hasil serta

intervensi keperawatan dalam pasien hipertensi yaitu :

17
1. Nyeri Akut

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan hipertensi keperawatan diharapkan

tingkat nyeri menurun.

Kriteria hasil : Keluhan nyeri menurun, gelisah menurun, kesulitan tidur

menurun, tekanan darah membaik.

Intervensi :

a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri.

b. Identifikasi skala nyeri

c. Identifikasi respon nyeri non verbal

d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

e. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

f. Jelaskan strategi meredakan nyeri

g. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

h. Kolaborasi pemberian analgetik.

2. Gangguan pola tidur

Tujuan : setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan diharapkan pola

tidur membaik.

Kriteria hasil : Keluhan sulit tidur menurun, keluhan sering terjaga menurun,

kemampuan beraktivitas meningkat.

Intervensi :

a. Identifikasi pola aktivitas dan pola tidur

b. Identifikasi faktor pengganggu tidur

18
c. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur

d. Modifikasi lingkungan

e. Batasi waktu tidur siang, jika perlu

f. Tetapkan jadwal tidur rutin

g. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

3. Intoleransi aktifitas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan diharapkan

toleransi aktifitas meningkat.

Kriteria hasil : frekuensi nadi meningkat, keluhan lelah menurun, tekanan

darah membaik.

Intervensi :

a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

b. Monitor pola dan jam tidur

c. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

d. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

e. Anjurkan latihan rentang gerak pasif atau aktif

f. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.

19
2.3 Evidence Based Nursing

1. The Effect of progressive Muscle Relaxation (PMR) Exercice on Blood Pressure

Reduction in Hypertensive Clients : A literature Review, 2023.

Tujuan Bertujuan untuk mengetahui Pengaruh relaksasi otot


progresif terhadap penurunan tekanan darah penderita
hipertensi.
Metodologi Literature review
Hasil Diperoleh sekitar 17 jurnal internasional dan local terkait
variabel hipertensi, terdapat 8 jurnal internasional dan 9
jurnal local yang membahas tentang hipertensi. Berdasarkan
hasil tematik, ditemukan dua besar tema yang terdapat pada
jurnal yaitu pengaruh relaksasi otot progresif terhadap
tekanan darah pada penderita hipertensi, dan relaksasi otot
progresif.
Kesimpulan Berdasarkan hasil studi literatur ditemukan otot progresif
relaksasi efektif untuk menurunkan tekanan darah, hal ini
disebabkan oleh penurunan sekresi Corticotropin Releasing
Hormone (CRH) dan Adrenocorticotropic hormone (ACTH)
di hipotalamus yang dapat mengakibatkan penurunan
aktivitas kerja pada saraf simpatif sehingga mengakibatkan
pembuluh darah melebar, denyut jantung menurun,
resistensi pada pembuluh darah menurun dan menurunkan
pompa jantung sehingga arteri di jantung berkurang.

2. The Effect of Stepping Exercise on Blood Pressure, Physical Performance, and

Quality of Life in Female Older Adult with Stage 1 Hypertension : A Randomized

Controlled Trial, 2023.

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah latihan


melangkah bermanfaat pada pasien dewasa lanjut usia
dengan hipetensi stadium 1.
Metodologi Analisis data dilakukan menggunakan SPSS versi 22
(Chicago, lllinois, USA), menggunakan ANOVA atau uji
Kruskal-Wallis
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa latihan melangkah
selama 8 minggu secara signifikan menurunkan SBP/DBP

20
(perbedaan rata-rata CI 95%) sebesar 13,1/14,8 mmHg pada
wanita lanjut usia dengan stadium 1 hipertensi dibandingkan
control.
Kesimpulan Latihan melangkah yang diteliti dalam penelitian ini
merupakan intervensi non-farmakologi yang efektif untuk
mengontrol tekanan darah pada wanita lanjut usia dengan
hipertensi stadium 1.
Saran Penelitian ini hanya dilakukan pada pasien wanita yang
memiliki hipertensi stadium 1, penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk membuktikan hipotesa ini pada pria yang
lebih tua.

3. “I use salt. However, I also use soy sauce, oyster sauce, sometimes chili sauce

and…” : interviews with Australians of chinese ancestry regarding reducing salt

consumpting for hypertension prevention, 2023.

Tujuan Untuk mengidentifikasi fasilitator dan hambatan


pengurangan garam untuk pencegahan hipertensi di
kalangan warga Tionghoa Australia
Metodologi Penelitian kualitatif induktif dan wawancara semi-
terstruktur dilakukan dengan sampel yang diambil dari
media social. Transkip wawancara dan dianalisis
menggunakan analisis konten.
Hasil Empat fasilitator dan 8 hambatan dalam mengurangi
konsumsi garam disitesis dari materi narasai.
Fasilitatornya :1) persepsi individu terhadap manfaat
kesehatan, 2) alternatif garam, 3) informasi digital, 4)
meningkatkan kesadaran akan dampak negative
kesehatan dari pola makan tinggi garam. Hambatan yang
teridentifikasi untuk konsumsi garam : 1) perubahan fisik
(manfaat) yang tidak terlihat, 2) pendidikan kesehatan
terkait garam yang tidak memadai, 3) garam yang
tersembunyi dalam produk makanan, 4) literasi pangan
yang tidak memadai, 5) harga kompetitif
(keterjangkauan), 6) gaya hidup sibuk, 7) kerentanan
yang dirasakan rendah, 8) preferensi rasa makanan
individu dan kebiasaan memasak.
Kesimpulan Fasilitator dan hambatan dalam mempertahankan pola
makan rendah garam dikalangan warga tionghoa
Australia mempunyai banyak aspek dan saling terkait.
Srategi pengurangan garam di masa depan harus focus

21
pada manfaat kesehatan dari pengurangan konsumsi
garam dan intervensi praktis seperti alternatif garam dan
pendidikan tentang pilihan makanan rendah garam dan
metode memasak serta mengubah persepsi tentang
pengurangan garam menjadi norma social di komunitas
tiongkok.
Saran Hasil ini menunjukkan bahwa strategi promosi kesehatan
di masa depan harus di fokuskan pada strategi praktis
pengurangan garam seperti alternatif garam dan
pendidikan tentang pilihan makanan rendah garam dan
metode memasak, meningkatkan kesadaran akan masalah
kesehatan terkait garam di komunitas tiongkok dan
mengubah persepsi garam

22
BAB III

KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Pengkajian

a. Data Umum

1) Identitas Klien

Nama : Ny. T

Umur : 60 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Kawin

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Suku Bangsa : Warga Negara Indonesia

Tanggal Pengkajian : 15 februari 2024

Alamat : Huta I Petani Timur

Diagnosa Medis :Hypertensi + Diabetes mellitus due to underlying

condition

Terapi : - IVFD KAEN 3B 20 gtt Makro

- Injeksi Omeprazole 40 mg/12 jam

- Injeksi Ondansetron 8 mg/8 jam

- Amlodipine 1x10 mg Pagi

23
- Candesartan 1x16 mg Malam

- Injeksi Mecobalamin 1 Amp/12 jam

- Gabapentin 1x300mg

- Amitriplin 1x 25 mg Malam

- Sansulin Rapid 20-20-20

2) Keluhan Utama

Keluhan utama yang dirasakan Ny. T yaitu pusing dan sakit kepala, lemas,

dan tidak bisa tidur.

3) Riwayat Penyakit Terdahulu

Riwayat penyakit dahulu Ny.T mengatakan selain hipertensi yang dideritanya

sekarang Ny.T juga menderita penyakit Diabetes Melitus.

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga Ny. T tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit yang

sama dengan pasien baik DM maupun Hipertensi.

b. Pola Kesehatan fungsional

1) Pola Persepsi dan pemeliharaan Kesehatan : Ny. T suka makan makanan

yang manis dan asin, Ny. T tidak memeriksakan kesehatannya secara berkala

kecuali saat dirinya sakit.

2) Aktivitas/Istirahat : Ny. T mengatakan pada saat sakit dirinya mengalami

keterbatasan dalam melakukan aktivitas karena sering pusing dan kakinya

bengkak. Ny. T tidak pernah berolahraga. Untuk melakukan perawatan diri

Ny. T dibantu oleh keluarga kecuali makan dan minum, Ny. T mudah merasa

kelelahan saat melakukan aktivitas berlebih.

24
3) Pola eliminasi : Saat di rawat Ny. T BAB 2 hari sekali dengan konsistensi

lunak, untuk BAK 3-4x sehari sekitar 1200 cc dengan urine berwarna kuning,

bau khas amoniak.

4) Pola istirahat dan tidur : Selama di rawat Ny. T sering terbangun sebanyak 3-4

x dan hanya bisa tidur selama 4-5 jam di malam hari dan sering terjaga karena

merasakan nyeri. Selama dirawat Ny. T mengatakan sering pusing dan

sensitive dengan nyeri P : nyeri dirasakan saat melakukan aktivitas berlebih,

Q : nyeri rasanya cenut-cenut seperti dipukul, R : nyeri pada kepala bagian

belajang, S : skala nyeri 5 (1-10) hilang timbul.

5) Pola kognitif dan perseptual : Ny. T mengatakan tidak ada masalah dengan

penglihatan dan pendengarannya.

6) Pemeriksaan Head to toe

a) Keadaan Umum

Tekanan Darah : 178/92 mmHg

Nadi : 96 x/menit

Pernafasan : 22 x/menit

Suhu Tubuh : 36,5oC

Kesadaran : composmentis

Nilai GCS : 15 (E=4 V=5 M=6)

b) kepala : didapatkan hasil bentuk kepala simetris, rambut berwarna

hitam da nada uban, tidak ada benjolan.

c) Penglihatan : didapatkan hasil bentuk mata simetris, warna sclera tidak

ikterik, konjungtiva tidak anemis, ada reflek cahaya pada pupil.

25
d) Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret dan polip,

menggunakan oksigen nasal kanul 3 lpm.

e) Telinga : Bentuk telinga pasien simetris, tidak menggunakan alat bantu

pendengaran, pendengaran normal.

f) Mulut dan Tenggorokan : hasil tidak ada gangguan bicara, gigi tampak

berwarna kekuningan, dapat mengunyah dan menelan dengan baik, tidak

ada pembesaran kelenjar tiroid.

g) Dada : pengembangan dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan,

paru-paru simetris, pergerakan dada normal, saat diauskultasi terdengar

suara vasikuler.

h) Abdomen : simetris, bising usus 10x/menit.

7) Data Penunjang

Pemeriksaan Nilai Normal


Haemoglobin 11,0 11,0-16,5
Leukosit 7,9 3,5-11,0
Erytrosit 4,08 3,80-5,80
Hematokrit 34,6 35,0-50,0
Trombosit 290 150-390
Ureum 37 10-50
Creatinin 1,4 0,6-1,20
Asam urat 5,8 2,6-6,0
GD Puasa 541* 60-110
Kalium 3,4* 3,5-5,0
Natrium 136 130-150
Clorida 87* 94-111

8) Diet yang diperoleh

Tim/bubur rendah garam dan nasi rendah garam

26
3.2 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 Ds : Resistensi Nyeri Akut


-Pasien mengeluh sakit pembuluh darah
kepala dan lemas otak meningkat
P : nyeri dirasakan saat
melakukan aktivitas berlebih,
Q : Nyeri seperti tertusuk + Tekanan
pedih pembuluh darah
R :Nyeri pada kepala bagian meningkat
belakang
S : skala nyeri 4 (0-10)
T : hilang timbul Nyeri Akut

Do :
-Pasien tampak meringis
-Skala nyeri 4 (0-10)
TD : 178/92 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Suhu : 36,5oC
-
2 DS : Kurang kontrol Gangguan pola
-pasien mengeluh sulit tidur tidur tidur
dan sering terjaga malam hari
karena merasakan nyeri
DO :
-Pasien tampak lemas
3 DS : Kelemahan Intoleransi
-Pasien mengatakan Aktivitas
mengeluh sulit beraktivitas
dan dibantu oleh keluarganya
DO :
-Pasien tampak lemas

27
3.3 Asuhan Keperawatan

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b/d Agen pencedera fisiologis

b. Gangguan pola tidur b/d kurang kontrol tidur

c. Intoleransi aktivitas b/d Kelemahan

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosis Luaran yang Diharapkan Intervensi

Keperawatan (SLKI) Keperawatan (SIKI)

1. Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan Intervensi yang


Proses Penyakit tindakan keperawatan dilakukan :
3x8 jam maka tingkat Identifikasi lokasi,
nyeri menurun.
karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil :
-keluhan nyeri menurun, frekuensi, kualitas,
meringis menurun, intensitas nyeri,
gelisah menurun, tekanan identifikasi skala
darah membaik. nyeri, faktor
memperberat dan
memperingan nyeri,
kolaborasi
pemberian analgetik.
2. Gangguan Pola Setelah dilakukan Intervensi yang
tidur b/d kurang tindakan keperawatan
kontrol tidur selama 3 x 8 jam maka dilakukan :
pola tidur membaik.
Identifikasi pola
Kriteria hasil :
Keluhan sulit tidur aktivitas dan tidur,
menurun, keluhan sering
terjaga menurun, identifikasi faktor
kemampuan beraktivitas
meningkat. pengganggu tidur,

28
modifikasi

lingkungan, tetapkan

jadwal tidur rutin,

jelaskan pentingnya

tidur cukup selama

sakit.

3. Intoleransi Setelah dilakukan Intervensi yang


aktifitas b/d tindakan keperawatan dilakukan :
kelemahan. selama 3x8 jam maka Identifikasi
toleransi aktivitas gangguan fungsi
meningkat. tubuh yang
Kriteria Hasil : mengakibatkan
Keluhan lelah menurun, kelelahan, monitor
perasaan lemah menurun, pola dan jam tidur,
tekanan darah membaik. monitor
ketidaknyamanan
selama aktivitas,
anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap.

4. Implementasi dan Evaluasi

No Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi


1. Kamis, 15 14. 00 -Mengkaji lokasi, S:
februari 2024 WIB karakteristik, durasi, -pasien mengatakan
frekuensi, kualitas, pusing dan nyeri
intensitas nyeri pada kepala
belakang, badan
14.15 -Mengajarkan teknik non lemas.
WIB farmakologi untuk -Pasien mengatakan
mengurangi rasa nyeri sulit tidur dan terjaga
(Relaksasi nafas dalam. malam hari karena
nyeri kepala.

29
14.30 -Berkolaborasi pemberian -pasien mengatakan
WIB analgetik Amlodipine lingkungan sudah
1x10 Mg pagi, nyaman.
candesartan 1x16 mg -Pasien mengatakan
Malam. sulit beraktivitas
karena jika
15.00 -Mengidentifikasi faktor beraktivitas
WIB pengganggu tidur. berlebihan langsung
mengeluh sakit
15.15 -Memodifikasi Kepala bagian
WIB lingkungan belakang dan pusing.
15.30 -Mengidentifikasi O:
WIB gangguan fungsi tubuh -Pasien tampak
yang mengakibatkan meringis, gelisah dan
kelelahan. lemas. TD :
178/92mmHg, Nadi :
96x/menit,
Suhu : 36,5oC,
RR : 22x/menit.
-Pasien tampak
tenang
A:
-Nyeri Akut belum
teratasi
-Gangguan pola tidur
belum teratasi
- Intoleransi aktivitas
belum teratasi
P:
Intervensi diteruskan
-
2. Jumat, 16 14.00 -Berkolaborasi pemberian S :
februri 2024 WIB analgetik -Nyeri bagian
belakang mulai
14.15 -Mengidentifikasi lokasi, berkurang, skala
WIB karakteristik, durasi, nyeri 3(0-10) setelah
frekuensi, kualitas, minum obat.
14.30 intensitas nyeri - Pasien mengatakan
WIB tidur jam 22.00 wib
-Mengidentifikasi pola dan terbangun
14.45 aktivitas sebanyak 2 x
WIB -Aktivitas hanya
-Mengidentifikasi jalan ke kamar mandi
gangguan fungsi tubuh dan kembali ke

30
yang mengakibatkan tempat tidur
kelemahan -pasien mengatakan
keluhan
- pusing sudah
berkurang sehingga
dapat melakukan
aktivitas ke kamar
mandi meskipun
dibantu keluarga.
O:
-Pasien kooperatif,
jika nyeri muncul
pasien menarik nafas
panjang.
TD : 145/84 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,3oC
-Pasien tidur jam
22.00 wib dan
terbangun hanya
sekali.
- Pasien Kooperatif
A:
-Nyeri teratasi
sebagian
-Gangguan pola tidur
teratasi sebagian
-Intoleransi aktivitas
tertasi sebagian
P:
-Intervensi
diteruskan
-
3. 17 Februari 14.00 -Mengidentifikasi lokasi, S:
2024 WIB karakteristik, durasi, -Pasien mengatakan
frekuensi, kualitas, pusing dan nyeri
14.15 intensitas nyeri. bagian belakang
WIB -Menetapkan jadwal tidur berkurang, skala
rutin yang ditetapkan nyeri 2 (0-10).
- - pasien mengatakan
nyeri kepala
berkurang, bisa tidur
dengan nyenyak.
Pasien mengatakan

31
mematuhi jadwal
yang telah disepakati
kemarin
-pasien mengatakan
dapat melakukan
aktivitas mandiri.
O:
-Pasien tampak
tenang.
TD : 140/80 mmHg
Suhu : 36,3oC
Nadi : 83 x/menit
RR : 22 x/menit
-pasien kooperatif
A:
-Nyeri teratasi
-gangguan pola tidur
teratasi
-intoleransi aktivitas
teratasi
P:
Intervensi dihentikan

32
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan pengumpulan seluruh data pasien yang diperoleh

dari berbagai sumber disusun secara sistematis untuk menilai dan menentukan

status kesehatan pasien (Hadinata & Abdillah, 2022). Sesuai dengan teori yang

ada penulis melakukan pengkajian pada Ny.T dengan mengobservasi dan melihat

rekam medis untuk memperoleh informasi seperti terapi apa saja yang diberikan,

hasil laboratorium serta catatan perkembangan pasien.

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis pada tanggal 15

februari 2024 diperoleh hasil pengkajian masalah yang dialami Ny.T yaitu

hipertensi yang merupakan peningkatan tekanan darah diatas normal. Ny. T

menunjukkan gejala yang dirasakannya yaitu pusing, sakit kepala, sulit tidur,

tekanan darah 178/92 mmHg, megeluh lemas sehingga sulit melakukan aktivitas.

Namun tanda dan gejala yang muncul berbeda-beda tiap individu, dan adapun

penderita hipertensi sering disebut silent killer (Tika, 2021).

Pada tahap pengkajian terdapat persamaan antara kasus dan teori. Pasien

suka makan makanan yang asin. Mengkonsumsi garam berlebihan memicu

peningkatan tekanan darah. Ginjal akan menyingkirkan kelebihan natrium melalui

urin. Jika ginjal tidak beroperasi dengan efektif, natrium bisa menumpuk dalam

darah. Sebagai respon tubuh akan memproduksi lebih banyak cairan, memaksa

jantung dan pembuluh darah untuk bekerja lebih keras agar bisa memompa dan

33
mengedarkan darah. Selain garam dikonsumsi sesuai kebutuhan maka ginjal dapat

beroperasi dengan baik serta proses kimia dan fisiologi tubuh berjalan dengan

normal tampa gangguan (Zainuddin, 2017).

4.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut SDKI (PPNI, 2018) diagnosa keperawatan merupakan penilaian

klinis terhadap reaksi klien mengenai masalah kesehatan yang ada baik actual

maupun potensial.

Dalam menentukan diagnosa prioritas sesuai dengan hierarki kebutuhan

maslow yang terbagi menjadi lima tingkat prioritas yaitu kebutuhan fisiologis

merupakan kebutuhan prioritas tertinggi dlam hirarki maslow, kebutuhan

keamanan dan keselamatan, mencintai dan dicintai, harga diri, dan tingkat lima

yaitu aktualisasi diri (Darmawan, 2019).

4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan perawat

dengan mempertimbangkan evaluasi klinis dan pengetahuan, guna memenuhi

kebutuhan pasien. Perencanaan ini dibuat sesuai dengan data pengkajian dan

diagnosa yang ditegakkan tujuannya untuk mencegah komplikasi pada pasien dan

meningkatkan status kesehatan pasien (S.D. Sari, 2019).

1. Intervensi keperawatan untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisiologis sesuai dengan SLKI yang dilakukan dilakukan selama

34
3x8 jam kepada Ny.T bertujuan untuk menurunkan tingkat nyeri dengan

kriteria hasil skala nyeri turun dari 4 menjadi 2, meringis menahan nyeri yang

dirasakan menurun, perasaan gelisah menurun, kesulitan tidur menurun,

tekanan darah membaik. Sesuai dengan SIKI yaitu dengan manajemen nyeri.

Intervensi yang dilakukan dengan identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi faktor yang memperkuat dan

memperingan skala nyeri, berikan dan ajarkan teknik non farmakologi untuk

mengurangi nyeri, kolaborasi pemberian analgetik dengan tim kesehatan lain.

Manajemen nyeri dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu farmakologis dan

non farmakologis. Analgesik dapat diberikan dengan membantu

penatalaksanaan farmakologis, sedangkan penatalaksanaan non farmakologis

dapat diberikan dengan massage, distraksi, dan relaksasi napas dalam

merupakan salah satu metode yang paling mudah dilakukan untuk

mengurangi nyeri (Saptri et al., 2022).

2. Intervensi untuk diagnose gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang

kontrol tidur sesuai dengan SLKI yang dilakukan selama 3x8 jam kepada Ny.

T bertujuan agar pola tidur pasien membaik dengan kriteria hasil keluhan sulit

tidur menurun, keluhan sering terjaga menurun, kemampuan beraktivitas

meningkat. Sesuai dengan SIKI yaitu dengan dukungan tidur. Intervensi yang

dilakukan antara lain identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi faktor

pengganggu tidur, modifikasi lingkungan, tetapkan jadwal rutin, jelaskan

pentingnya tidur cukup selama sakit.

35
3. Intervensi yang diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan sesuai dengan SLKI yang dilakukan selama 3x8 jam kepada Ny.T

bertujuan agar toleransi aktivitas pasien meningkat dengan kriteria hasil

keluhan lelah menurun, perasaan lemah menurun, tekanan darah membaik.

Sesuai dengan SIKI yaitu dengan manajemen energi. Intervensi yang

dilakukan antara lain identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan

kelelahan, monitor pola dan jam tidur, monitor lokasi dan ketidaknyamanan

selama melakukan aktivitas, anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.

Aktivitas fisik merupakan segala aktivitas yang melibatkan gerak tubuh,

tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi dapat terjadi karena kurangnya

aktivitas fisik yang dapat membahayakan sel saraf dan menyebabkan

pembuluh darah diotak pecah dan melumpuhkan organ (Neng yulia maudi et

al., 2021).

4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan realisasi dan intervensi

keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dalam

mengatasi masalah kesehatan dan mencapai kesehatan yang baik/optimal

(Hadinata & Abdilah, 2022).

1. Implementasi keperawatan dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisiologis. Selama 3 hari implementasi yang dilakukan oleh

penulis yaitu : identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

36
intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi faktor yang

memperberat dan memperingan nyeri, mengidentifikasi faktor yang

memperberat dan memperingan nyeri, memberikan dan mengajarkan teknik

non farmakologi untuk mengurangi nyeri.

Teknik non farmakologis yang digunakan untuk mengurangi nyeri yaitu

teknik rekasasi benson yang menggabungkan antara relaksasi napas dalam

dengan kepercayaan pasien. Relaksasi benson efektif pada pasien hipertensi

untuk mengurangi nyeri kepala yang dialami pasien selain menggunakan

analgetik, Latihan relaksasi benson ini dapat menurunkan kortisol yaitu

hormon stress yang menyebabkan hipertensi (Afiffa & Septiawan, 2021).

2. Implementasi keperawatan untuk diagnosa gangguan pola tidur berhubungan

dengan kurang kontrol tidur.

Penulis melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi

keperawatan yang sudah ditetapkan yang bertujuan untuk mengatasi masalah

yang dialami pasien. Menetapkan jadwal tidur rutin dengan ditetapkannya

jadwal tidur pasien dapat menepati jadwal tidur yang telah disepakati agar

pola tidur pasien menjadi lebih baik, menjelaskan pentingnya tidur cukup

selama sakit. Tidur yang cukup selama sakit sangat penting untuk

memaksimalkan efek kerja hormone pertumbuhan selama proses regenerasi

sehingga dapat mempercepat penyembuhan (Rahma Reza et al., 2019).

3. Implementasi keperawatan untuk intoleransi aktivitas berhubungan kelemahan

Melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan

yang sudah ditetapkan yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang dialami

37
pasien. Selama 3 hari implementasi yang dilakukan oleh penulis yaitu

mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan,

memonitor pola dan jam tidur, memonitor pola dan jam tidur, memonitor

lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, menganjurkan

melakukan aktivitas secara bertahap bertujuan untuk mencegah komlikasi

pada pasien.

4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan,

evaluasi bertujuan untuk menilai sejauh mana keberhasilan dari diagnosa, intervensi,

implementasi yang sudah dilakukan apakah dapat tercapai atau tidak.

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis

Didapatkan data subjektif pasien mengatakan pusing dan nyeri kepala bagian

belakang mulai berkurang dengan skala nyeri 2 (1-10). Data objektif yang

didapatkan yaitu pasien kooperatif, hasil pemerikasaan TTV yaitu TD :

140/80 mmHg, Suhu : 36,3oC, Nadi : 83 x/menit, RR : 22 x/menit. Dapat

disimpulkan masalah sudah teratasi dan intervensi dihentikan.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur

Didapatkan data subjektif pasien mengatakan nyeri kepalanya berkurang

dalam semalam bisa tidur dengan nyenyak, tidur pukul 22.00 dan mematuhi

jadwal tidur yang telah ditetapkan. Maka dapat disimpulkan masalah teratasi

dan intervensi dihentikan.

38
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Didapatkan data subjektif pasien mengatakan keluhan pusingnya berkurang

sehingga sudah mampu melakukan aktivitas secara mandiri. Data objektif

yang didapatkan pasien kooperatif dengan pemeriksaan TTV yaitu TD :

140/80 mmHg, Suhu : 36,3oC, Nadi : 83 x/menit, RR : 22 x/menit. Dapat

disimpulkan masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

39
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil dari asuhan Keperawatan yang dilakukan pada tanggal 15 februari 2024

pada Ny.T dengan hipertensi di ruang ward lantai 3 Murni Teguh Pematangsiantar

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian secara menyeluruh yang di dapat dari berbagai sumber diperlukan

untuk memperoleh identitas pasien, keluhan yang dirasakan pasien, status

kesehatan pasien, serta ketidakmampuan yang dialami pasien selama sakit.

Saat penulis melakukan pengkajian terhadap Ny.T ditemukan keluhan utama

pasien yaitu nyeri kepala skala nyeri 4, nyeri dirasakan pasien saat melalukan

aktivitas berlebih, tekanan darah pasien yaitu 161/81 mmHg. Nyeri kepala

tersebut mengakibatkan pola tidur dan aktivitas menjadi terganggu.

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang muncul pada Ny.T dengan hipertensi ada 3 yaitu

Nyeri akut, gangguan pola tidur, dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelelahan.

3. Intervensi Keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan yang muncul sudah sesuai SLKI meliputi tujuan dan kriteria

hasil meliputi Tindakan observasi, terapeutik, edukasi, kolaborasi.

4. Implementasi Dalam melaksanakan tindakan keperawatan sudah sesuai

dengan intervensi yang telah ditetapkan dan sesuai kondisi pasien.

40
5. Evaluasi yang didapatkan dari 3 masalah keperawatan yang muncul sudah

teratassi karena keluhan nyeri yang dirasakan pasien menurun, gangguan pola

tidur pasien membaik, toleransi aktivitas pasien meningkat.

5.2 Saran

1. Bagi Rumah sakit

Penulisan Asuhan keperawatan ini bagi rumah sakit yaitu untuk meningkatkan

kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan

2. Bagi Profesi Keperawatan

Penulisan Asuhan Keperawatan ini bagi tenaga kesehatan untuk menambah

wawasan supaya dapat menentukan diagnose dan intervensi yang tepat dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan sisten kardiovaskular

hipertensi.

3. Bagi Mahasiswa

Penulisan Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat sebagai bahan belajar

dalam melakukan asuhan keperawatan.

41
DAFTAR PUSTAKA

Adam, A. G. A., Jeini, E. N., & Windy, M. V. W. (2018). Kejadian Hipertensi dan
Riwayat Keluarga Menderita Hipertensi di Puskesmas Paceda Kota Bitung.
Jurnal KESMAS, 7(5), 1-5.
Adistia, E. A., Dini, I. R. E., & Anisa, E.(2022). Hubungan antara rasionalitas
Penggunaan Antihipertensi terhadap Keberhasilan Terapi Pasien Hipertensi
di RSND Semarang. Generics : Journal of Researchin Pharmacy, 2(1), 24-
36. http://doi.org/10.14710/genres.v2il.13067.
Aditya, N. R., Mustofa, S., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., Lampung, U.,
Fisiologi, B., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2023). Hipertensi : Gambaran
Umum Hypertension : An Overview. 11, 128-138.
Unger, B., Mooney, M., Patel, N., Dupont, A., & Kern, K. B. (2020). Coronary
angiography and Intervention in women resuscitated from sudden cardiac
death. Journal of the American Hearth Association, 9(7), e015629.
Alex, Chan., Leigh, Kinsman., Sally, Wai-chi, Chan. (2023). “I use Salt. However, I
also use Sauce, Oyster sauce, sometimes chilli sauce and..”. interviews with
Australians of Chinese ancestry regarding reducing salt consumption for
hypertension prevention. BMC Nursing.(2023)22;44.
https://doi.org/10.1186/s12912-023-01576-3.
Ayaturahmi, Muhmudah, R., & Tasalim, R. (2022). Hubungan Dukungan Keluarga
dan Peran Perawat Terhadap Motivasi Pengendalian Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi. SEHATRAKYAT (jurnal Kesehatan Masyarakat),
1(4), 284-294. https://doi.org/10.54259/sehatrakyat.vli4.1102.
Chawin, Sarinukul, Msc., Taweesak Janyacharoen, PhD., Wanida Donpunha, PhD,
Saowanee, Nakmareog, PhD., Wanida, Ruksapukdee, PT., Kittisak,
Sawanyawisuth, MD, PhD. (2023). The Effect of Stepping Excercice on
Blood Pressure, physical Performance, Quality of Life in Female Older
Adults With Stage 1 Hypertension : a randomized Controlled Trial.
CANDANA GERIATRICS JOURNAL, Volume 26, Issue 1, March 2023.
Fitri Tambunan, F., Nurmayuni, Rapiq Rahayu, P., Sari, P., Indah Sari, P., S.,
Depkes, Suling, F. R. W., Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W.,
Santoso, W., D., Yulianti, M., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan,
E. J., Khie, L., Widdani, A., Wijaya, E., Kesehatan, D. (2021). Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. In Buku (Vol.8, Issue 2).
Habel, P. R. G., Silalahi, P. Y., & Taihutu, Y. (2019). Hubungan Kualitas Tidur
dengan Nyeri Kepala Primer pada Masyarakat Daerah Pesisir Desa Nusalaut,
Ambon. Smart Medical Journal, 1(2),47.
https://doi.org/10.1357/smj.vli2.28698.

42
Haryono. (2020). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Cardiovaskuler Untuk
Profesi Ners.
Kemenkes, (2019). Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your Number, kendalikan
Tekanan Darahmu dengan CERDIK”. KEMENKES RI
Kowalak, j. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2011). Buku Ajar patofisiologi.alih bahasa
oleh Andri Hartono. EGC.
Marhabatsar, N. S., & Sijid, S. T. A. (2021). Review : Penyakit Hipertensi Pada
Sistem Kardiovaskular. November, 72-78.
Novitasari, Dwi & Wirakhmi, I.N. (2018). Penurunan Nyeri Kepala Pada Lansia
Dengan Hipertensi Menggunakan Relaksasi Autogenik Di kelurahan Mersi
Purwokwrto. Media Ilmu Kesehatan, 7(2), 104-113.
https://doi.org/10.30989/mik.v7i2.278).
Permilah, P., Maryani, A., & Wulandari, T. S. (2022). Upaya Penyelesaian Masalah
Defisit Pengetahuan Tentang Program Diet Hipertensi Melalui Tindakan
Edukasi Diet. Jurnal Keperawatan Karya Bhakti, 8(2), 50-56.
https://doi.org/10.56186/jkkb.103.
PPNI (2018b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed).DPP.PPNI
PPNI. (2018a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed). DPP PPNI
PPNI. (2018c). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed). DPP PPNI.
Riskesdas, (2018). Laporan Riskesdas 2018 Nasional. Pdf. In Lembaga Penerbit
Balitbangkes. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Saputra, S., & Huda, S.A. (2023). Penurunan Nyeri Kepala Melalui Teknik Relaksasi
Autogenik pada Penderita Hipertensi. 14(1), 345-353.
Suprapto, Hariati, Ningsih, O. S., Solehudin, A. F., Achmad, V. S., Ramadhan
Trybahari Sugiharno, Y.A. U., Wasilah, H, Tondok, S. B., Kismiyati, &
Rahmatilah, N. (2022). Keperawatan Medikal Bedah. In S. T. K. Dr. Neila
Sulung, S.Pd. Ns. M.Kes Rantika Maida Sahara (Ed), Bcg (Issue 021).
Tika, T. T. (2021). Pengaruh Pemberian Daun Salam (Syzygium polyanthum) pada
penyakit Hipertensi : Sebuah Studi Literarture. Jurnal medika, 03(01), 1260-
1265.
WHO (World Health Organization). (2022). Hypertension. Https://Who.Int/News-
room/Fact-sheets/Detail/Hypertension,1-131. http://apps.who.int/bookorders.

43
Zaqqi. (2023) The Effect of Progresive Muscle Relaxation (PMR) Exercise on Blood
pressure Reduction in Hypertensive Client : A Literature Review. Health
Science International Conference, Volume 2023.

44
45

Anda mungkin juga menyukai