Anda di halaman 1dari 46

HIPERTENSI

Oleh :

dr. Deta Rusmi Kristiani Z


NIP. 19830625 201001 2 035

PUSKESMAS ULAK KARANG


PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa,
penulis dapat menyelesaikan makalah Hipertensi maka makalah ini dibuat untuk
melihat kasus hipertensi sebagai penyakit yang menular yang ada di Puskesmas Ulak
Karang.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dr. Celsia Krisanti Darsun selaku
kepala Puskesmas Ulak Karang dan juga dokter sejawat dan staf Puskesmas Ulak
Karang yang telah memberikan arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan laporan Keluarga Binaan ini, untuk itu kritik dan saran dari pembaca kami
harapkan. Semoga laporan keluarga binan ini dapat bermanfaat bagi semua.

Padang, Juli 2020

Penulis

|1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................3
DAFTAR TABEL..............................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................5
1.1. Latar Belakang....................................................................................................5
1.2. Tujuan Penulisan................................................................................................6
1.3. Manfaat Penulisan...............................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................7
2.1. Definisi...............................................................................................................7
2.2. Epidemiologi......................................................................................................7
2.3. Etiologi...............................................................................................................7
2.4. Klasifikasi...........................................................................................................8
2.5. Faktor risiko........................................................................................................8
2.6. Patofisiologi......................................................................................................11
2.7. Diagnosis..........................................................................................................15
2.8. Tatalaksana.......................................................................................................18
2.9. Komplikasi........................................................................................................25
2.10. Pencegahan.......................................................................................................26
BAB 4 PENUTUP...............................................................Error! Bookmark not defined.
4.1. Kesimpulan..............................................................................................39
4.2. Saran.........................................................Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN.....................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................43

|2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Faktor penyebab hipertensi.......................................................... 14

Gambar 2.2. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat volume............... 15

Gambar 2.3. Rekomendasi tatalaksana danfollow uphipertensi....................... 23

Gambar 2.4. Tatalaksana hipertensi menurut JNC 8........................................ 24

Gambar 2.5. Algoritma tatalaksana hipertensi menurut PERKI....................... 25

|3
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi....................................................................... 10

Tabel 2.2. Organ target pada hipertensi............................................................ 17

Tabel 2.3. Cara pengukuran tekanan darah yang benar.................................... 18

Tabel 2.4. Pemeriksaan Penunjang sebagai evaluasi awal............................... 20

Tabel 2.5. Daftar Obat Hipertensi OralPrimary Agent..................................... 26

Tabel 2.6. Daftar Obat Hipertensi Oral Secondary Agent................................ 27

Tabel 3.1. Anggota keluarga yang tinggal serumah ........................................ 29

Tabel 3.2. APGAR............................................................................................ 32

Tabel 3.3. Family Lifeline ............................................................................... 33

Tabel 3.4. Fungsi-fungsi dalam keluarga ........................................................ 33

Tabel 3.5. Perilaku kesehatan keluarga ........................................................... 35

Tabel 3.6. Faktor pelayanan kesehatan............................................................. 37

Tabel 3.7. Lingkungan tempat tinggal ............................................................. 38

Tabel 3.8. Jadwal Kegiatan .............................................................................. 48

|4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan pembuluh darah yang persisten


ditandai dengan tekanan sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥90
mmHg.1,2 Hipertensi krisis merupakan salah satu kegawatan dibidang kardiovaskular
yang sering dijumpai di instalasi gawat darurat.Hipertensi krisis ditandai dengan
peningkatan tekanan darah secara akut dan sering berhubungan dengan gejala
sistemik yang merupakan konsekuensi dari peningkatan darah tersebut. Ini merupakan
komplikasi yang sering dari penderita dengan hipertensi dan menyebabkan
penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa.3,4

Hampir 1 milyar orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi.


Hipertensi adalah salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia.
Hipertensi membunuh hampir 8 miliyar orang setiap tahun di dunia dan hampir 1,5
juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur-Selatan. Sekitar sepertiga dari
orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita hipertensi.1 Duapuluh persen pasien
hipertensi yang datang ke UGD adalah pasien hipertensi krisis. Dari 60 juta penduduk
Amerika Serikat 30% diantaranya menderita hipertensi dan hampir 1 – 2% akan
berlanjut menjadi hipertensi krisis disertai kerusakan organ target. Data mengenai
hipertensi krisis di Indonesia masih belum banyak diteliti, namun studi Multinational
Monitoring of Trends and Determinants in Cardiovacular Disease (Monica) yang
dilakukan di Jakarta pada tahun 1988 menempatkan hipertensi sebagai faktor risiko
utama kejadian kardiovaskular.3

Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Ulak Karang tahun 2019, hipertensi


adalah penyakit yang menduduki posisi pertama pada wilayah kerja Puskesmas Ulak
Karang, diikuti dengan Dispepsia. Hasil surveilans kasus Penyakit Tidak Menular
(PTM) Puskesmas Ulak Karang tahun 2019 adalah kasus hipertensi dimana kasus
banyak jenis kelamin perempuan. Dengan jumlah kasus hipertensi pada tahun 2019
ditemukan 631 pasien di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang.

|5
Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh dunia
setiap tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit
jantung dan 51% kematian karena penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan
akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.1,2

Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum


penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang
sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan
nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan dosis obat pada sebagian
penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting
diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi.

Pendekatan keluarga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses


pelayanan kesehatan di wilayah kerja puskesmas dengan cara mendatangi ke rumah
keluarga atau home visite. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan didalam gedung melainkan juga diluar gedung.

Pelayanan di dalam gedung dilakukan ketika pasien berobat di Puskesmas


sedangkan pelayanan di luar gedung dilaksanakan oleh tenaga kesehatan pada
Posyandu lansia, Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular).
Pelaksanaan kasus hipertensi sesuai dentifikasi, keluhan yang ditemukan pada awal
kunjungan. Serta harapan selanjutnya baik pasien maupun keluarga pasien dapat
merubah perilaku agar sesuai dengan yang semestinya.

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Mengidentifikasi masalah kesehatan di Puskesmas Ulak Karang.
1.2.2. Melakukan intervensi terhadap masalah kesehatan yang ada pada
Puskesmas Ulak Karang.

1.3. Manfaat Penulisan


1.3.1. Dapat menjadi masukan kepada masyarakat, petugas Puskesmas dalam
penatalaksanaan kasus hipertensi.

1.3.2. Sebagai bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis dalam


menganalisa dan-98iujkm, melakukan piñata laksanaan hipertensi.

|6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan pembuluh darah yang persisten
ditandai dengan tekanan sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥90
mmHg.1,2

2.2. Epidemiologi

Hampir 1 milyar orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi.


Hipertensi adalah salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia.
Hipertensi membunuh hampir 8 miliyar orang setiap tahun di dunia dan hampir 1,5
juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur-Selatan. Sekitar sepertiga dari
orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita hipertensi.1,2

Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh dunia setiap


tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung
dan 51% kematian karena penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus
meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.1,2

2.3. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, 80-95% penderita hipertensi digolongkan sebagai


hipertensi primer atau esensial yaitu ketika penyebab hipertensi tidak dapat
diidentifikasi (idiopatik) dan sebagian besar merupakan interaksi yang kompleks
antara genetik dan interaksi lingkungan.5

Sementara itu 5-20% lainnya digolongkan sebagai hipertensi sekunder, yang


diakibatkan adanya penyakit yang mendasari seperti gangguan ginjal, gangguan
adrenal, penyempitan aorta, obstructive sleep apneu, gangguan neurogenik, endokrin,
dan obat-obatan.6

2.4. Klasifikasi

|7
Penentuan derajat hipertensi dilakukan berdasarkan rata-rata dari dua atau lebih
pengukuran tekanan darah (dalam posisi duduk) selama dua atau lebih kunjungan
pasien rawat jalan.7 Klasifikasi hipertensi dapat dilihat dalam Tabel 2.1

Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi5

Klasifikasi Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik

(mmHg) (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Pre-hipertensi 120 – 139 atau 80 -89

Hipertensi tingkat 1 140 –159 atau 90 – 99

Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 atau ≥ 100

2.5. Faktor risiko

Terdapat beberapa gaya hidup yang berperan sebagai faktor risiko


berkembangnya hipertensi, termasuk diantaranya adalah: konsumsi makanan yang
mengandung banyak garam dan lemak, sedikit sayur dan buah, penggunaan alkohol
hingga di tingkat yang membahayakan, kurangnya aktivitas fisik, serta pengelolaan
stress yang rendah. Gaya hidup tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kondisi
pekerjaan dan kehidupan individu.1

Faktor risiko di atas, lebih lanjut lagi dapat dibedakan menjadi dua yakni faktor
yang dapat dan tidak dapat dikendalikan.

1) Faktor yang tidak dapat dikendalikan


a. Usia

Risiko kejadian hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya


usia. Pada umur 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada umur 45-64
tahun sebesar 51% dan pada umur >65 tahun sebesar 65%. Peningkatan tekanan
darah dapat terjadi seiring dengan bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan

|8
struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan
dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku.8,9

b. Jenis Kelamin

Prevalensi hipertensi lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita,


dengan peningkatan risiko sebesar 2 kali lipat untuk peningkatan tekanan darah
sistolik. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi dari pada wanita,
seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok dan konsumsi alkohol),
depresi dan rendahnya status pekerjaan, perasaan kurang nyaman terhadap
pekerjaan dan pengangguran.8

c. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi akan meningkatkan risiko


kejadian hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki
hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika
kedua orang tua menderita hipertensi, kemungkinan anaknya menderita hipertensi
sebesar 45%, sedangkan jika hanya salah satu dari orang tuanya yang menderita
hipertensi maka kemungkinan anaknya menderita hipertensi sebesar 30%.9

d. Genetik

Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial)


apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, akan menyebabkan
hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul
manifestasi klinis.9

2) Faktor yang dapat dikendalikan

a. Kebiasaan Merokok

Semakin lama seseorang merokok dan semakin banyak rokok yang dihisap
maka kejadian hipertensi akan semakin meningkat. Zat-zat kimia beracun, seperti
nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam
aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan
mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi. Selain itu merokok juga

|9
meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot
jantung. Merokok pada penderta hipertensi akan semakin meningkatkan risiko
kerusakan pada pembuluh darah arteri.10

b. Konsumsi Garam

Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi.


Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan
garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari akan
mengurangi risiko kejadian hipertensi, sedangkan jika asupan garam antara 5-15
gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan
terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah
jantung dan tekanan darah. Garam menyebabkan retensi cairan dalam tubuh,
sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Konsumsi garam yang
dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau
2400 mg/hari.10

c. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol

Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Mekanisme peningkatan


tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar
kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah
berperan dalam menaikkan tekanan darah.10,11

d. Olahraga

Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena


meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot
jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.11

e. Psikososial dan stress

Stress atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar adrenal melepaskan


hormon adrenalin dan memicu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat, sehingga

| 10
meningkatkan tekanan darah. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus maka
tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis
atau perubahan patologis.11

f. Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia

Kelainan metabolisme lemak (lipid) ditandai dengan peningkatan kadar


kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan atau penurunan kolesterol HDL
darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang
mengakibatkan peningkatan resistensi perifer sehingga meningkatkan tekanan
darah.10,11

g. Obesitas

Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab.


Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok
oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar
melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar
pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut
jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh
menahan natrium dan air.10,11

2.6. Patofisiologi

Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah


yang mempengaruhi rumus dasar:

Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer total.

Curah jantung = stroke volume jantung x denyutan jantung

Volume stroke jantung dipengaruhi kontaksi jantung, venous return jantung


(preload) dan resistan ventrikel kiri untuk mengejeksi darah ke aorta (afterload).
Regulasi tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antaranya adalah curah

| 11
jantung, tahanan perifer, kondisi ginjal, serta hormon seperti angiotensin II dan
aldosteron.14

Gambar 2.1.Faktor penyebab hipertensi

Kombinasi faktor herediter dan faktor lingkungan menyebabkan perubahan


homeostasis kardiovaskular (prehypertension), namun belum cukup meningkatkan
tekanan darah sampai tingkat abnormal; walaupun demikian cukup untuk memulai
kaskade yang beberapa tahun kemudian menyebabkan tekanan darah biasanya
meningkat (earlyhypertension). Sebagian orang dengan perubahan gaya (pola) hidup
dapat menghentikankaskade (proses) tersebut dan kembali ke normotensi. Sebagian
lainnya akhirnya berubah menjadi established hypertension (hipertensi menetap),
yang jika berlangsung lama dapat menyebabkan komplikasi pada target organ.

Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh terhadap


kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial curah
jantung biasanya normal tetapi tahanan perifernya meningkat. Peningkatan curah
jantung dan/atau peningkatan tahanan perifer meningkatkan tekanan arterial.6

a. Peningkatan volume cairan ekstraselular

| 12
Peningkatan volume cairan ekstraselular menyebabkan peningkatan volume
darah sekaligus meningkatkan tekanan pengisian serta venuous return yang akhirnya
akan meningkatkan cardiac output. Peningkatan cardiac output dapat langsung
meningkatkan tekanan arterial atau menggunakan alur kedua yaitu dengan
autoregulasi. Autoregulasi merupakan kondisi dimana jaringan sekitar konstriksi untuk
mengembalikan aliran darah ke kondisi yang normal.

Gambar 2.2.Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat volume

b. Sistem Renin-Angiotensin

Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan


ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem Renin-Angiotensin merupakan sistem endokrin
yang penting dalam pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi oleh
jukstaglomerulus aparatus ginjal sebagai respon glomerulus underperfusion atau
penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem saraf simpatetik. Mekanisme
terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I
oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peranan fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi hati, yang oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi

| 13
angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II (oktapeptida yang sangat aktif).
Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai
vasokonstriktor melalui dua jalur, yaitu:

- Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.

ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal


untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga
urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan, volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
instraseluler. Akibatnya volume darah meningkat sehingga meningkatkan
tekanan darah.

- Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang berperan penting pada ginjal.


Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal.
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan
carameningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.

c. Sistem Saraf Otonom

Sirkulasi sistem saraf simpatetik dapat menyebabkan vasokonstriksi dan dilatasi


arteriol. Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting dalam
mempertahankan tekanan darah. Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara
sistem saraf otonom dan sistem renin-angiotensin bersama – sama dengan faktor lain
termasuk natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormon.

d. Disfungsi Endotelium Pembuluh darah

Sel endotel mempunyai peran yang penting dalam pengontrolan pembuluh


darah jantung dengan memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida

| 14
nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus
hipertensi primer.

Tabel 2.2.Organ target pada hipertensi7

Targe Organ Damage pada hipertensi

a. Hipertrofi Ventrikel Kiri


Jantung b. Angina atau Infark Miokard
c. Heart Failure
a. Stoke
Otak
b. Transcient Ischemic Attack

Ginjal Penyakit Ginjal Kronis

Penyakit Arteri perifer


Pembuluh Darah
Retinopati

2.7. Diagnosis

Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan:

- Mengidentifikasi penyebab hipertensi.

- Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler, beratnya


penyakit, serta respon terhadap pengobatan.

- Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain atau penyakit


penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan
pengobatan.15

Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.
Peninggian tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya tanda klinis
hipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang akurat.

Tabel 2.3. Cara pengukuran tekanan darah yang benar

| 15
Pengukuran Tekanan Darah
Instruksi spesifik
yang Benar
1. Persiapkan pasien dengan baik 1. Tenangkan pasien, duduk di kursi (kaki di
lantai, punggung tertahan) selama >5
menit
2. Pasien harus menghindari kafein,
aktifitas fisik, dan merokok setidaknya 30
enit sebelum pengukuran
3. Pastikan pasien telah buang air kecil
4. Pasien maupun pemeriksa tidak boleh
berbicara selama periode istirahat atau
ketika pemeriksaan
5. Lepaskan semua pakaian
6. Pemeriksaan yang dilakukan saat pasien
sedang duduk atau berbaring di meja
periksa tidak memenuhi kriteria
2. Gunakan teknik yang benar
untuk 1. Gunakan alat ukur tekanan darah yang
pengukuran tekanan darah sudah tervalidasi, dan pastikan alat
terkalibrasi secara periodik
2. Posisikan pertengahan manset pada
lengan atas setinggi atrium kanan
3. Gunakan ukuran manset yang sesuai, yang
melingkari 80% lengan.
4. Stetoskop diagram atau stetoskop bel bisa
digunakan untuk auskultasi
3. Lakukan pengukuran yang baik
1. Pada kunjungan pertama, periksa tekanan
untukdiagnosis dan tatalaksana
darah di kedua lengan.
tekanan darah tinggi/hipertensi
2. Pemeriksaan dilakukan dengan jeda 1-2
menit
3. Untuk pemeriksaan auskultasi, lakukan

| 16
palpasi radial untuk menentukan tekanan
darah sistolik. Pompa manset dengan
tekanan di atas 20-30 mmHg untuk
menentukan tekanan darah auskultasi.
4. Untuk pemeriksaan auskultasi, kendurkan
manset dengan tekanan 2 mmHg per detik
dan dengarkan bunyi Korotkoff
4. Catat hasil pengukuran dengan 1. Ukur TDS dan TDD. Apabilamenggunakan
baik
teknik auskultasi, ambil tekanan darah
sistolik dan diastolik saat bunyi Korotkoff
pertama dan saat bunyi Korotkoff
menghilang
2. Catat waktu pengobatan paling sering
sebelum pemeriksaan

5. Ambil hasil rata-rata Rata-ratakan 2 pembacaan tekanan darah


6. Beritahukan hasil kepada pasien Beritahukan hasil sistol dan diastol pada
pasien, lisan dan tertulis

Pemeriksaan fisik lainnya pada umumnya normal, kecuali pada beberapa


kondisi seperti auskultasi yang dilakukan disepanjang lokasi aorta di daerah
pinggang untuk mendengar adanya bruit pada aorta abdomen. Jika ditemukan
positive bruit, maka curigai ke arah hipertensi sekunder.

2.7.1. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang sebagai evaluasi inisial pada penderita hipertensi


meliputi pengurukan fungsi ginjal, elektrolit serum, glukosa puasa, dan lemak dapat
diulang kembali setelah pemberian agen antihipertensi dan selanjutnya sesuai dengan
indikasi klinis. Pemeriksaan laboratorium ekstensif diperlukan pada pasien dengan

| 17
hipertensi yang resisten terhadap obat dan ketiga evaluasi klinis mengarah pada
bentuk kedua dari hipertensi. 17

Tabel 2.4. Pemeriksaan Penunjang sebagai evaluasi awal 7,16,17

Sistem Pemeriksaan
Ginjal Urinanalisis mikroskopik, eksresi albumin, serum BUN
dan/atau kreatinin
Endokrin Serum natrium, kalium, kalsium, dan TSH
Metabolik Glukosa puasa atau HbA1c, profil lipid (kolesterol
total, HDL dan LDL, trigliserida)
Lainnya Darah lengkap, rontgen dan elektrokardiogram

2.8. Tatalaksana
2.8.1. Tatalaksana Non Farmakologi

Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum


penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang
sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan
nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan dosis obat pada sebagian
penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting
diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi. Pendekatan
nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal.

a. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.


Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi
karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan beban kerja jantung. Selain itu pengurangan makanan berlemak dapat
menurunkan risiko aterosklerosis. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental, sampai
pengurangan sekitar 10 kg berat badan berhubungan langsung dengan penurunan
tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per kg berat badan.18
b. Olahraga dan aktifitas fisik

| 18
Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan aktivitas fisik
teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga kebugaran tubuh.
Olahraga seperti jogging, berenang baik dilakukan untuk penderita hipertensi.
Dianjurkan untuk olahraga teratur, minimal 3 kali seminggu, dengan demikian dapat
menurunkan tekanan darah walaupun berat badan belum tentu turun. Melakukan
aktivitas secara teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) diketahui
sangat efektif dalam mengurangi risiko relatif hipertensi hingga mencapai 19% hingga
30%.

Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan perifer sehingga


dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat menimbulkan perasaan santai dan
mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Yang
perludiingat adalah bahwa olahraga saja tidak dapat digunakan sebagai pengobatan
hipertensi.12

c. Perubahan pola makan


- Mengurangi asupan garam

Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya penurunan


berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal pengobatan hipertensi. Nasihat
pengurangan asupan garam harus memperhatikan kebiasaan makan pasien, dengan
memperhitungkan jenis makanan tertentu yang banyak mengandung garam.12

- Diet rendah lemak jenuh

Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang


berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama
lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak
tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan
lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.12

- Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah lemak.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral bermanfaat


mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya dengan penurunan tekanan
darah arteri dan mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi

| 19
kalsium dan magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan darah. Banyak
konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung banyak mineral, seperti
seledri, kol, jamur (banyak mengandung kalium), kacang-kacangan (banyak
mengandung magnesium). Sedangkan susu dan produk susu mengandung banyak
kalsium.12

d. Mengatasi Stress
Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau bahkan
sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk menghilangkan
stres yaituperubahan pola hidup dengan membuat perubahan dalam kehidupan rutin
sehari-hari dapat meringankan beban stres.15

| 20
2.8.2. Tatalaksana Farmakologi
a. Tatalaksana hipertensi menurut ACC 2017

Gambar 2.3.Rekomendasi tatalaksana danfollow uphipertensi16

Terapi hipertensi terdiri dari dua bagian yaitu terapi nonfarmakologis dan
terapi farmakologis. Terapi nonfarmakologis diterapkan pada semua pasien
hipertensi sedangkan terapi farmakologis baru diterapkan pada pasien hipertensi
dengan kriteria tertentu yaitu:

- Hipertensi stage 1 yang telah menjalani terapi nonfarmakologis selama 3


bulan namun target teapi (<130/80mmHg) belum tercapai.

| 21
- Hipertensi stage 1 yang memiliki gejala klinis penyakit jantung koroner
atau yang berisiko (≥10%) mengalami penyakit kardiovaskular pada 10
tahun mendatang.
- Hipertensi stage 2

b. Terapi hipertensi berdasarkan JNC 8

Gambar 2.4.Tatalaksana hipertensi menurut JNC 8

| 22
c. Terapi hipertensi menurut PERKI16

Gambar 2.5.Algoritma tatalaksana hipertensi menurut PERKI19

Prinsip terapi farmakologi adalah:


- Bila memungkinkan berikan obat dosis tunggal
- Berikan obat generik bila sesuai
- Pemberian obat pada pasien usia lanjut harus mempertimbangkan
faktorkomorbid
- Jangan mengkombinasikan ACE-i dengan ARB
- Berikan edukasi menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi
- Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur

| 23
Tabel 2.5.Daftar Obat Hipertensi OralPrimary Agent16

Jenis Nama Obat Dosis (mg/hr) Frekuensi

Tiazid tipe
Hidroklorotiazid 25-50 1
diuretik

Kaptopril 12.5-150 2-3

ACE inhibitor Enalapril 5-40 1-2

Ramipril 2.5-10 1-2

Candesartan 8-32 1

ARB Losartan 50-100 1-2

Valsartan 80-320 1

Amlodipin 2.5-10 1
CCB
Nikardipin 5-20 1
dihidropiridin
Nifedipin 60-120 1

CCB non Diltiazem 180-360 2

dihidropiridin Verapamil 120-480 1-2

Pasien dengan hipertensi stage 1 dimulai dengan pemberian obat


tunggal,sedangkan pasien dengan diagnosis hipertensi stage 2 dimulai dengan
pemberian 2 jenis obat.

| 24
Tabel 2.6.Daftar Obat Hipertensi OralSecondary Agent16

Jenis Nama Obat Dosis (mg/hr) Frekuensi

Loop diuretik Furosemid 20-80 2

Aldosteron antagonis
Spironolakton 25-100 1
diuretik

Beta blocker
Bisoprolol 2.5-10 1
kardioselektif

Metoprolol 100-200 2

Beta blocker non Propanolol 80-320 1

Cardioselektif LA

Doksazosin 1-8 1
Alfa 1 blocker
Terazosin 1-20 1-2

2.9. Komplikasi
a. Jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab yang tersering menyebabkan kematian
pada pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi merupakan hasil dari perubahan
struktur dan fungsi yang menyebabkan pembesaran jantung kiri, disfungsi diastolik,
dan gagal jantung.20
b. Otak
Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan hemoragik
otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya karena hemoragik. Insiden
dari stroke meningkat secara progresif seiring dengan peningkatan tekanan darah,
khususnya pada usia > 65 tahun. Pengobatan pada hipertensi menurunkan insiden baik
stroke iskemik ataupun stroke hemorgik.20

c. Ginjal

| 25
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang sering terjadi
pada renal insufficiency. Pasien dengan hipertensif nefropati, tekanan darah harus
130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya ketika ada proteinuria.20

2.10. Pencegahan

Pencegahan dan kontrol dari hipertensi membutuhkan dukungan dari berbagai


aspek serta politik sebagai peran dari pemerintah dan para pembuat kebijakan. Petugas
kesehatan, komunitas peneliti akademis, lembaga masyarakat, sektor privat, serta
keluarga dan penderita hipertensi sendiri semuanya ikut berperan.

| 26
BAB 3
PEMBAHASAN

A. Demografi Puskesmas
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2019 berjumlah
20921 jiwa. terdiri dari laki –laki 10.465 jiwa dan perempuan 10.456 jiwa. Adapun
jumlah penduduk per kelurahan dapat dilihat pada :
TABEL 1 DEMOGRAFI PUSKESMAS ULAK KARANG
No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Ulak Karang Selatan 5271 5276 10547
2 Lolong Belanti 5194 5180 10374
JUMLAH 10.465 10.456 20.921
Tabel 1 Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan diWilayah Kerja Puskesmas Ulak
Karang Tahun 2019
Distribusi penduduk diatas dirincikan menjadi data sasaran program.
TABEL 2 DISTRIBUSI SASARAN PROGRAM PERKELURAHAN
Jml penduduk 2018 Bu
mil
No Kelurahan Bumil Bulin Bufas
Laki2 Pr Jml Res
ti
Ulak Karang
1 5271 5276 10.547 203 193 193 41
Selatan
2 Lolong Belanti 5194 5180 10.374 197 189 189 39
Puskesmas 10.465 10.456 20.921 400 382 382 80

JUMLAH
No Kelurahan Bayi Balita Apras PUS
LANSIA

1 Ulak Karang Selatan 187 717 380 1948 534

2 Lolong Belanti 178 699 332 2124 510


Puskesmas 365 1416 712 4028 1044
Data DKK Padang, Tahun 2019

| 27
Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang sebagian besar beragama
Islam. Warga non muslim , umumnya adalah kaum pendatang dari luar propinsi. Di
tengah perbedaan suku, agama dan budaya, aktifitas sosial dan peribadatan
penduduk berjalan dengan baik.

B. Pinatalaksanaan Hipertensi di Puskesmas Ulak Karang


Dari laporan tahunan Puskesmas Ulak Karang ditemukan bahwa kasus hipertensi
penyakit tidak menular (PTM) di tahun 2019 dengan kasus sebanyak 631 pasien
dimana ditemukan pasien perempuan menunjukkan angka tertinggi sebanyak 419
kasus.
Berdasarkan table dan grafik diatas tentang kasus hipertensi menjad perhatian bagi
Puskesmas Ulak Karang dalam hubungan penatalaksanaan agar kasus tersebut dapat
berkurang.
Kasus hipertensi yang sering ditemukan di Puskesmas Ulak Karang pada uzsia 40
tahun ke atas. Dimana banyak factor yang mempengaruhi tekanan darah pasien
tersebut meningkat diantaranya:
1. Pasien kurang mengetahui informasi tentang hipertensi
2. Pasien tidak mengikuti komplikasi akut dan kronis dan apa yang harus
dilakukan jika terjadi komplikasi akut seperti hipertensi kronis.
3. Pasien kurang mengetahui pentingnya peran pengaturan pola makan dan olah
raga.
4. Ekonomi keluarga yang sulit membuat pasien takut akan membebani ekonomi
keluarga akan penyakit yang dideritanya.
Dan ada juga beberapa penghambat pasien untuk berobat ke puskesmas karena
jadwal pasien yang berjualan di pasar di pagi hari sehingga menyulitkan pasien
untuk berolah raga dan berobat.
Oleh karena itu puskesmas sebagai fasilitas primer kesehatan masyarakat
melakukan berbagai upaya baik itu pembinaan, melalui promotif prefentif dan ….
Baik dilakukan di dalam gedung Puskesmas Ulak Karang maupun diluar gedung
seperti pelaksanaan posyandu lansia, posbindu PTM, home visit sehingga kasus

| 28
hipertensi pada pasien di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang dapat tercapai dan
terkonfirmasi penatalaksanaanya.

Adapun pembinaan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas Ulak Karang


dalam penanganan kasus hipertensi diantaranya:

1. Promotif

- Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien tentang perjalanan


penyakit hipertensi dan komplikasi akut ataupun jangka panjang.
- Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien tentang penggunaan
obat hipertensi dan obat lainnya pada keadaan khusus secara aman dan
teratur.
- Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien tentang pentingnya
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, seperti pemantauan
tekanan darah setiap bulannya.
- Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien mengenai komplikasi
hipertensi.
- Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien tentang pentingnya
pengaturan pola makan sehat dan yang teratur.
- Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pentingnya kesehatan rumah
untuk mencegah penyakit berbasis lingkungan
2. Preventif
- Meningkatkan kepatuhan pasien untuk meminum obat secara teratur, untuk
mencegah komplikasi hipertensi.
- Kontrol tekanan teratur ke puskesmas.
- Pentingnya mengatur jadwal makan, jenis, dan jumlah kandungan kalori
makanan dengan komposisi karbohidrat 45-65%, lemak 20-25%, dan
protein 10-20% dari total asupan energi. Pasien juga perlu mengkonsumsi
makanan yang tinggi serat.
- Pentingnya mengatur jadwal makan, jenis, dan jumlah kandungan garam
rendah. Pasien juga perlu mengkonsumsi makanan yang tinggi serat dan
engurangi makanan yang dimasak dengan cara digoreng

| 29
- Latihan jasmani teratur dengan minimal 3-5 kali seminggu, selama sekitar
30-45 menit. Latihan yang dapat dilakukan oleh pasien adalah jalan kaki
pagi hari saat pasien hendak berjualan ke pasar pagi.
3. Kuratif
- Amlodipine 1x10 mg
- Hidroklorotiazid 1x12.5 mg
4. Rehabilitatif
- Kontrol teratur ke puskesmas dan rumah sakit atau bila muncul gejala-
gejala komplikasi.

3.1. Pengakajian Masalah Kesehatan Keluarga

1. Nama / Jenis Kelamin / Umur : Ny. Nini / Perempuan / 26 tahun


Pekerjaan / Pendidikan : Ibu rumah tangga/Tamat D3 Kebidanan
Hubungan dengan Pasien : Anak pasien
Riwayat kebiasaan :
Anak sudah menikah dan tidak lagi tinggal bersama pasien
Riwayat penyakit dahulu :
Tidak ada

2. Nama / Jenis Kelamin / Umur : Tn. Rahmat Hidayat/laki-laki/24 tahun


Pekerjaan / Pendidikan : Penjual roti bakar/ Tamat SMA
Hubungan dengan Pasien : Anak pasien
Riwayat kebiasaan :
Kebiasaan merokok satu bungkus per hari.
Riwayat penyakit dahulu :
Tidak ada riwayat penyakit dahulu
3. Nama / Jenis Kelamin / Umur : Nn.Mariam Chaniago /Perempuan/22
tahun
Pekerjaan / Pendidikan : Mahasiswi Pendidikan Agama Islam
UNP/ Tamat SMA
Hubungan dengan Pasien : Anak pasien
Riwayat kebiasaan :

| 30
Pola makan tidak sehat, yaitu sering konsumsi makanan pedas dan
makan tidak teratur
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien sering menderita sindroma dispepsia

4. Nama / Jenis Kelamin / Umur : An. M. Mukhlis / Laki-laki / 12 tahun


Pekerjaan / Pendidikan : Pelajar SD kelas VI / tamat TK
Hubungan dengan Pasien : Anak pasien
Riwayat kebiasaan :
Tidak ada riwayat kebiasaan buruk. Pasien makan teratur, pasien
rutin konsumsi sayur dan buah
Riwayat penyakit dahulu :
- Pasien mengaku sering sakit perut dan mual muntah yang diperberat
apabila stres memikirkan Ujian Nasional, sehingga pasien sering
berobat ke Puskesmas dikarenakan sakit perut.

3.2. Analisis Masalah Keluarga

- Tn. Rahmat memiliki risiko untuk mengalami penyakit paru dan penyakit
lainnya karena gaya hidup yang tidak sehat, yaitu merokok.
- Nn. Maryam memiliki risiko untuk menderita penyakit lambung yang lebih
parah dibandingkan sindroma dispepsia jika pasien tetap meneruskan pola
makan yang tidak sehatnya.
- An. Muklis memiliki risiko mengalami penyakit psikosomatis jika tidak dapat
mengendalikan stresnya dengan baik
3.3. Pemecahan Masalah Keluarga

5. Tn. Rahmat Hidayat / Laki-laki / 24 tahun


Promotif :
- Edukasi mengenai bahaya merokok
- Menjelaskan faktor risiko dari penyakit paru dan penyakit lainnya yang
mungkin diderita akibat merokok
- Menjelaskan tentang tanda dan gejala dari penyakit paru dan penyakit lainnya

| 31
- Menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan mental
Preventif :
- Anjurkan untuk berhenti merokok
- Menjelaskan cara untuk berhenti merokok
- Anjurkan untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah, kolesterol, asam
urat, dan tekanan darah berkala.
- Anjurkan pasien untuk memiliki kebiasaan dan hobi yang positif, seperti
olahraga dan mengikut kegiatan sosial untuk kesehatan mental yang lebih baik
- Anjurkan pasien untuk berobat ke Spesialis Jiwa jika keluhan menetap

6. Nn. Mariam Chaniago / Perempuan / 22 tahun


Promotif :
- Menjelaskan mengenai sindroma dispepsia, penyebab dan faktor risikonya
Preventif :
- Anjurkan sering berolahraga, minimal olahraga ringan di rumah. Pilih olah
raga yang biasanya disenangi oleh anak-anak seperti berenang dan bermain
bola
- Menjaga pola makan yang sehat, dimulai dengan makan yang teratur 3 kali
sehari, mengurangi frekuensi makan pedas, menghindari makan malam hari
menjelang tidur
- Anjurkan cara mengatur stres

7. An. M. Mukhlis / Laki-laki / 12 tahun


Promotif :
- Menjelaskan mengenai sindroma dispepsia, penyebab dan faktor risikonya
- Menjelaskan bagaimana stres dapat mencetuskan sindroma dispepsia
Preventif :
- Anjurkan cara mengatur stres sehingga tidak selalu menjadi penyebab
sindroma dispepsia
- Memiliki waktu istirahat yang cukup sehingga pasien tidak kelelahan

| 32
- Anjurkan pasien untuk menyicil pelajaran dari sehingga tidak stres terus
menerus seiring mendekatnya ujian nasional

3.4. Kesehatan Berbasis Lingkungan Dalam Keluarga Permasalahan

- Kondisi seluruh ruangan dirumah kurang tertata rapi, banyak barang-barang


yang tidak berguna diletakkan didalam rumah

- Banyaknya ember bekas yang berisi air didalam rumah sehingga dapat
menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk

- Ventilasi rumah yang seadanya sehingga memungkinkan masuknya nyamuk


kedalam rumah

- Kondisi dapur pasien yang terbuka ke pantai sehingga memungkinkan untuk


ular dan binatang lain untuk masuk ke dalam rumah

Pemecahan masalah

- Menyortir barang-barang yang tidak berguna untuk membuang yang tidak


diperlukan

- Mengosongkan ember-ember bekas yang berisi air agar tidak terbentuknya


tempat perindukan nyamuk

- Mengganti ventilasi dengan kawat nyamuk yang baru dan memperbaiki pintu
dapur jika memungkinkan

- Melakukan pembersihan rumah secara berkala minimal 1 bulan sekali

3.5. Mata pencaharian penduduk beraneka ragam, mulai dari nelayan, buruh,
pedagang, wiraswasta, pegawai swasta, pegawai negeri, ABRI dan lain-lain.
SCREEM

- Social : Interaksi dengan tetangga baik, keluarga ikut kegiatan sosial


yangdiadakan masyarakat setempat bila tidak berhalangan hadir

| 33
- Culture : Keluarga menggunakan adat minangkabau, tatakrama yang ada yang
sesuaidengan daerah tempat tinggal, dan keluarga menyadari penuh mengenai
etika dan sopan santun
- Religious : Keluarga pasien beragama Islam dan rutin menjalankan ajaran agama
Islam.
- Economic : Termasuk golongan menengah kebawah. Sumber penghasilandari
gaji ibu, anak pertama dan anak kedua dengan penghasilan rata-rata
Rp.1.500.000 – 2.000.000 perbulan
- Educational : Pasien tamatan SMP, dan keluarga memiliki pendidikan yang
cukup baik.
- Medical: Anggota keluarga bisa mendapatkan pelayanan kesehatan
yangmemadai di sarana kesehatan terdekat.

3.6. Identifikasi Masalah Pasien


Keluhan Utama
Nyeri kepala sejak 1 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri kepala sejak 1 hari yang lalu. Nyeri kepala sudah sering dirasakan,
hilang timbul, intensitas ringan-sedang, terasa berat pada semua bagian
kepala, berkurang dengan istirahat.
- Pasien didiagnosis dengan hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, kemudian pasien
mengkonsumsi 1 macam obat, yaitu amlodipine 1x10 mg per oral. Pasien
kontrol teratur ke Puskesmas Ulak Karang setiap bulan. Pasien mengaku
setiap datang kontrol tekanan darahnya selalu tinggi, padahal pasien sudah
minum obat secara teratur.
- Pasien masih sering mengkonsumsi makanan tinggi garam dan makanan
berlemak. Pasien juga masih belum menjalani olahraga secara teratur karena
pasien sehari-hari berdagang.
- Mual tidak ada
- Muntah tidak ada
- Pandangan kabur tidak ada
- Nyeri kepala ketika melihat cahaya tidak ada
- Nyeri kepala seperti diikat tidak ada

| 34
- Mata berair tidak ada
- Jantung berdebar-debar tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu / Keluarga

- Pasien sudah didiagnosis Hipertensi sejak tahun 2018, kontrol ke puskesmas 1


bulan sekali sekali.
- Riwayat penyakit paru, jantung, hati, ginjal tidak ada.
- Riwayat hipertensi pada ayah pasien. Penyakit hipertensi, paru, jantung, hati,
ginjal pada keluarga tidak ada.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : tampak sakit ringan


Kesadaran : komposmentis kooperatif
Tekanan Darah : 210/120 mmHg
Nadi : 105x/ menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,8 oC
BB : 60 kg
TB : 155 cm
IMT : 26,6
Kesan status gizi : Obesitas
Kulit : turgor kulit baik
Kepala : normosefal, uban (+)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
THT : tidak ditemukan kelainan
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ditemukan pembesaran KGB
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Thoraks
Paru : Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : fremitus normal kiri = kanan
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-),wheezing (-/-)

| 35
Jantung : Inspeksi :iktus tidak terlihat
Palpasi :iktus teraba 1 jari medial LMCS RICV
Perkusi : batas jantung kiri 1 jari medial LMCS
RIC V, batas jantung kanan LSD, batas
atas RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur
Abdomen : Inspeksi :tidak tampak membuncit, distensi (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Punggung : sudut kostovertebra: nyeri tekan (-), nyeri ketok (-)
Genitalia : tidak diperiksa
Anus : tidak diperiksa
Ekstremitas : edema (-), akral hangat, perfusi baik, kulit kering dan
lecet di telapak kaki.
Motorik : 5 5 5 5 5 5 eutonus eutrofi

555 555

Sensorik : sensibilitas menurun di telapak kaki.

Reflek fisiologis ++ ++ ReflekPatologis - -


++ ++ - -

Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan darah rutin
Funduskopi

Diagnosis Kerja
Hipertensi urgensi

Diagnosis Banding

| 36
Hipertensi Emergensi

3.7. Pengkajian Masalah Kesehatan Pasien

1. Masalah internal

- Pasien kurang mengetahui informasi tentang penyakitnya


- Pasien tidak mengetahui komplikasi akut dan kronik, dan apa yang harus
dilakukan jika terjadi komplikasi akut seperti hipertensi krisis
- Pasien kurang mengetahui pentingnya peran pengaturan pola makan dan
olahraga dalam penyakitnya
2. Masalah eksternal keluarga
- Kondisi seluruh ruangan dirumah kurang tertata rapi, banyak barang-
barang yang tidak berguna diletakkan didalam rumah
- Banyaknya ember bekas yang berisi air didalam rumah sehingga dapat
menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk
- Ventilasi rumah yang seadanya sehingga memungkinkan masuknya
nyamuk kedalam rumah
- Kondisi dapur pasien yang terbuka ke pantai sehingga memungkinkan
untuk ular dan binatang lain untuk masuk ke dalam rumah
- Ekonomi keluarga yang sulit membuat pasien takut akan membebani
ekonomi keluarganya akan penyakit yang dideritanya
3.8. Faktor yang Berperan dalam Penyelesaian Malasah Kesehatan
4. Faktor pendukung :
- Pasien kooperatif dalam penyelesaian masalah kesehatannya
- Pasien mau berobat ke puskesmas dan rumah sakit untuk mengobati
penyakitnya
- Pasien mau makan obat teratur
- Pasien berusaha untuk mengubah pola makan
- Pasien cukup rajin dalam mengikuti kegiatan Prolanis di Puskesmas
5. Faktor penghambat :
- Jadwal pasien yang berjualan di Pasar pada pagi hari menyulitkan pasien
untuk berolahraga

| 37
- Kondisi ekonomi pasien yang rendah menyulitkan pasien untuk merubah
kondisi rumahnya
3.9. Rencana Pembinaan Kesehatan
Melalui pendekatan komprehensif dan holistic

| 38
BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan pembuluh darah yang persisten


ditandai dengan tekanan diasto >, 140 mmHg dan atau tekanan diastolic >, 90 mmHg.
Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Ulak Karang tahun 2019 hipertensi adalah
penyakit yang menduduki pasisi pertama pada wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang
sebanyak 631 kasus.

Penatalaksanaan kasus hipertensi dilakukan oleh tenaga kesehatan dilakukan di


dalam gedung ataupun di luar gedung yang disesuaikan dan diidentifikasi keluhan
yang ditemukan pada pasien baik itu di poli umum/lansia, KIA, Posyandu LAnsia,
Posbindu selain terapi yang didapatkan oleh pasien untuk menurunkan Tekanan
darah. Puskesmas juga melakukan pembinaan kesehatan kepada pasien dan keluarga
pasien. Pembinaan kesehatan tersebut dilakukan dengan cara promotif, prefentif,
kuratif, rehabilitative yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas
Ulak Karang .

Dengan terlaksananya penatalaksanaan hipertensi diatas bisa meningkatkan


kasus hipertensi di wilayah Puskesmas Ulak Karang dan juga bisa menurunkan angka
kematian yang disebabkan oleh hipertensi. Dan juga pasien rutin berobat, control
tekanan darah dan merupakan pola hidup sehat.

| 39
LAMPIRAN

| 40
LAMPIRAN

| 41
LAMPIRAN

| 42
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (WHO). A Global Brief on Hypertension: Silent


Killer, Global Public Health Crisis. 2013
2. Krishnan A, Garg R, Kahandaliyanage A. Hypertension in the South-East Asia
Region: an overview. Regional Health Forum. 2013; 17(1): 7-14.
3. Rampengan SH. Krisis Hipertensi. Hipertensi Emergensi dan Hipertensi Urgensi.
BIK Biomed. 2007. 2013; 21( 3) :163-8.
4. Maguner AM, Dür S, Perrig M, Schiemann U, Stuck AE, et al. Risk Factors
Promoting Hypertensive Crises: Evidence From a Longitudinal Study. Am J
Hypertens. 2010; 23:775-780.
5. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, et al.
Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Hypertension. 2003; 42:
1206–52.
6. Cowley AW Jr. The genetic dissection of essential hypertension. Nat Rev Genet.
2006; 7(11):829–40.
7. Kasper, Braunwald, Fauci, et al. Harrison’s principles of internal medicine 17th
edition. New York: McGrawHill: 2008.

| 43
8. Setiawan, Zamhir. Karakteristik sosiodemografi sebagai faktor resiko hipertensi
studi ekologi di pulau Jawa tahun 2004. .Jakarta: Program Studi Epidemiologi
Program Pasca Sarjana FKM-UI; 2006.
9. Hasurungan, JA.Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia
di Kota Depok tahun 2002. Jakarta:Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia; 2002.
10. Thomas M. Habermann, , Amit K. Ghosh. Mayo Clinic Internal Medicine
Concise Textbook. 1st edition. Canada: Mayo Foundation for Medical Education
and Research: 2008.
11. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Departemen Kesehatan RI.
Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. 2006.
12. Norman M. Kaplan. Kaplan's Clinical Hypertension 9th edition. Philadelphia,
USA: Lippincott Williams & Wilkins: 2006.
13. Horacio J, Nicolaos E. Sodium and Potassium in the Pathogenesis of
Hypertension. N Engl J Med 2007; 356: 1966-78.
14. Lilly, Leonard S. Pathophysiology of Heart Disease 5th Edition. Philadelphia:
Lippincott; 2011.
15. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.
Majalah Kedokteran Indonesia: 2009; 59 (12): 580-7.
16. American Heart Association Task Force. Guideline for the Prevention, Detection,
Evaluation, and Management of High Blood Pressure in Adults. Journal of the
American College of Cardiology. 2017 : 1- 481.
17. Kenning I, Kerandi H, Luehr D, Margolis K, O’Connor P, Pereira C, et al.
Institute for Clinical Systems Improvement. Hypertension Diagnosis and
Treatment. Updated November 2014.
18. Basuki B, Setianto B. Age, body posture, daily working load – past
antihypertensive drugs and risk of hypertension: a rural Indonesia study. Med J
Indon. 2001; 10(1): 29-33.
19. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana
Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular; 2015.

| 44
20. Nolan CR, Schrier RW. The kidney in hypertension. In: Schrier RW, ed.
Renaland electrolyte disorders, 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2003.

| 45

Anda mungkin juga menyukai