Oleh :
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa,
penulis dapat menyelesaikan makalah Hipertensi maka makalah ini dibuat untuk
melihat kasus hipertensi sebagai penyakit yang menular yang ada di Puskesmas Ulak
Karang.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dr. Celsia Krisanti Darsun selaku
kepala Puskesmas Ulak Karang dan juga dokter sejawat dan staf Puskesmas Ulak
Karang yang telah memberikan arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan laporan Keluarga Binaan ini, untuk itu kritik dan saran dari pembaca kami
harapkan. Semoga laporan keluarga binan ini dapat bermanfaat bagi semua.
Penulis
|1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................3
DAFTAR TABEL..............................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................5
1.1. Latar Belakang....................................................................................................5
1.2. Tujuan Penulisan................................................................................................6
1.3. Manfaat Penulisan...............................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................7
2.1. Definisi...............................................................................................................7
2.2. Epidemiologi......................................................................................................7
2.3. Etiologi...............................................................................................................7
2.4. Klasifikasi...........................................................................................................8
2.5. Faktor risiko........................................................................................................8
2.6. Patofisiologi......................................................................................................11
2.7. Diagnosis..........................................................................................................15
2.8. Tatalaksana.......................................................................................................18
2.9. Komplikasi........................................................................................................25
2.10. Pencegahan.......................................................................................................26
BAB 4 PENUTUP...............................................................Error! Bookmark not defined.
4.1. Kesimpulan..............................................................................................39
4.2. Saran.........................................................Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN.....................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................43
|2
DAFTAR GAMBAR
|3
DAFTAR TABEL
|4
BAB 1
PENDAHULUAN
|5
Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh dunia
setiap tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit
jantung dan 51% kematian karena penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan
akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.1,2
|6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan pembuluh darah yang persisten
ditandai dengan tekanan sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥90
mmHg.1,2
2.2. Epidemiologi
2.3. Etiologi
2.4. Klasifikasi
|7
Penentuan derajat hipertensi dilakukan berdasarkan rata-rata dari dua atau lebih
pengukuran tekanan darah (dalam posisi duduk) selama dua atau lebih kunjungan
pasien rawat jalan.7 Klasifikasi hipertensi dapat dilihat dalam Tabel 2.1
(mmHg) (mmHg)
Faktor risiko di atas, lebih lanjut lagi dapat dibedakan menjadi dua yakni faktor
yang dapat dan tidak dapat dikendalikan.
|8
struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan
dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku.8,9
b. Jenis Kelamin
c. Riwayat Keluarga
d. Genetik
a. Kebiasaan Merokok
Semakin lama seseorang merokok dan semakin banyak rokok yang dihisap
maka kejadian hipertensi akan semakin meningkat. Zat-zat kimia beracun, seperti
nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam
aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan
mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi. Selain itu merokok juga
|9
meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot
jantung. Merokok pada penderta hipertensi akan semakin meningkatkan risiko
kerusakan pada pembuluh darah arteri.10
b. Konsumsi Garam
d. Olahraga
| 10
meningkatkan tekanan darah. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus maka
tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis
atau perubahan patologis.11
f. Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia
g. Obesitas
2.6. Patofisiologi
| 11
jantung, tahanan perifer, kondisi ginjal, serta hormon seperti angiotensin II dan
aldosteron.14
| 12
Peningkatan volume cairan ekstraselular menyebabkan peningkatan volume
darah sekaligus meningkatkan tekanan pengisian serta venuous return yang akhirnya
akan meningkatkan cardiac output. Peningkatan cardiac output dapat langsung
meningkatkan tekanan arterial atau menggunakan alur kedua yaitu dengan
autoregulasi. Autoregulasi merupakan kondisi dimana jaringan sekitar konstriksi untuk
mengembalikan aliran darah ke kondisi yang normal.
b. Sistem Renin-Angiotensin
| 13
angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II (oktapeptida yang sangat aktif).
Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai
vasokonstriktor melalui dua jalur, yaitu:
| 14
nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus
hipertensi primer.
2.7. Diagnosis
Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.
Peninggian tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya tanda klinis
hipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang akurat.
| 15
Pengukuran Tekanan Darah
Instruksi spesifik
yang Benar
1. Persiapkan pasien dengan baik 1. Tenangkan pasien, duduk di kursi (kaki di
lantai, punggung tertahan) selama >5
menit
2. Pasien harus menghindari kafein,
aktifitas fisik, dan merokok setidaknya 30
enit sebelum pengukuran
3. Pastikan pasien telah buang air kecil
4. Pasien maupun pemeriksa tidak boleh
berbicara selama periode istirahat atau
ketika pemeriksaan
5. Lepaskan semua pakaian
6. Pemeriksaan yang dilakukan saat pasien
sedang duduk atau berbaring di meja
periksa tidak memenuhi kriteria
2. Gunakan teknik yang benar
untuk 1. Gunakan alat ukur tekanan darah yang
pengukuran tekanan darah sudah tervalidasi, dan pastikan alat
terkalibrasi secara periodik
2. Posisikan pertengahan manset pada
lengan atas setinggi atrium kanan
3. Gunakan ukuran manset yang sesuai, yang
melingkari 80% lengan.
4. Stetoskop diagram atau stetoskop bel bisa
digunakan untuk auskultasi
3. Lakukan pengukuran yang baik
1. Pada kunjungan pertama, periksa tekanan
untukdiagnosis dan tatalaksana
darah di kedua lengan.
tekanan darah tinggi/hipertensi
2. Pemeriksaan dilakukan dengan jeda 1-2
menit
3. Untuk pemeriksaan auskultasi, lakukan
| 16
palpasi radial untuk menentukan tekanan
darah sistolik. Pompa manset dengan
tekanan di atas 20-30 mmHg untuk
menentukan tekanan darah auskultasi.
4. Untuk pemeriksaan auskultasi, kendurkan
manset dengan tekanan 2 mmHg per detik
dan dengarkan bunyi Korotkoff
4. Catat hasil pengukuran dengan 1. Ukur TDS dan TDD. Apabilamenggunakan
baik
teknik auskultasi, ambil tekanan darah
sistolik dan diastolik saat bunyi Korotkoff
pertama dan saat bunyi Korotkoff
menghilang
2. Catat waktu pengobatan paling sering
sebelum pemeriksaan
| 17
hipertensi yang resisten terhadap obat dan ketiga evaluasi klinis mengarah pada
bentuk kedua dari hipertensi. 17
Sistem Pemeriksaan
Ginjal Urinanalisis mikroskopik, eksresi albumin, serum BUN
dan/atau kreatinin
Endokrin Serum natrium, kalium, kalsium, dan TSH
Metabolik Glukosa puasa atau HbA1c, profil lipid (kolesterol
total, HDL dan LDL, trigliserida)
Lainnya Darah lengkap, rontgen dan elektrokardiogram
2.8. Tatalaksana
2.8.1. Tatalaksana Non Farmakologi
| 18
Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan aktivitas fisik
teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga kebugaran tubuh.
Olahraga seperti jogging, berenang baik dilakukan untuk penderita hipertensi.
Dianjurkan untuk olahraga teratur, minimal 3 kali seminggu, dengan demikian dapat
menurunkan tekanan darah walaupun berat badan belum tentu turun. Melakukan
aktivitas secara teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) diketahui
sangat efektif dalam mengurangi risiko relatif hipertensi hingga mencapai 19% hingga
30%.
| 19
kalsium dan magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan darah. Banyak
konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung banyak mineral, seperti
seledri, kol, jamur (banyak mengandung kalium), kacang-kacangan (banyak
mengandung magnesium). Sedangkan susu dan produk susu mengandung banyak
kalsium.12
d. Mengatasi Stress
Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau bahkan
sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk menghilangkan
stres yaituperubahan pola hidup dengan membuat perubahan dalam kehidupan rutin
sehari-hari dapat meringankan beban stres.15
| 20
2.8.2. Tatalaksana Farmakologi
a. Tatalaksana hipertensi menurut ACC 2017
Terapi hipertensi terdiri dari dua bagian yaitu terapi nonfarmakologis dan
terapi farmakologis. Terapi nonfarmakologis diterapkan pada semua pasien
hipertensi sedangkan terapi farmakologis baru diterapkan pada pasien hipertensi
dengan kriteria tertentu yaitu:
| 21
- Hipertensi stage 1 yang memiliki gejala klinis penyakit jantung koroner
atau yang berisiko (≥10%) mengalami penyakit kardiovaskular pada 10
tahun mendatang.
- Hipertensi stage 2
| 22
c. Terapi hipertensi menurut PERKI16
| 23
Tabel 2.5.Daftar Obat Hipertensi OralPrimary Agent16
Tiazid tipe
Hidroklorotiazid 25-50 1
diuretik
Candesartan 8-32 1
Valsartan 80-320 1
Amlodipin 2.5-10 1
CCB
Nikardipin 5-20 1
dihidropiridin
Nifedipin 60-120 1
| 24
Tabel 2.6.Daftar Obat Hipertensi OralSecondary Agent16
Aldosteron antagonis
Spironolakton 25-100 1
diuretik
Beta blocker
Bisoprolol 2.5-10 1
kardioselektif
Metoprolol 100-200 2
Cardioselektif LA
Doksazosin 1-8 1
Alfa 1 blocker
Terazosin 1-20 1-2
2.9. Komplikasi
a. Jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab yang tersering menyebabkan kematian
pada pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi merupakan hasil dari perubahan
struktur dan fungsi yang menyebabkan pembesaran jantung kiri, disfungsi diastolik,
dan gagal jantung.20
b. Otak
Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan hemoragik
otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya karena hemoragik. Insiden
dari stroke meningkat secara progresif seiring dengan peningkatan tekanan darah,
khususnya pada usia > 65 tahun. Pengobatan pada hipertensi menurunkan insiden baik
stroke iskemik ataupun stroke hemorgik.20
c. Ginjal
| 25
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang sering terjadi
pada renal insufficiency. Pasien dengan hipertensif nefropati, tekanan darah harus
130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya ketika ada proteinuria.20
2.10. Pencegahan
| 26
BAB 3
PEMBAHASAN
A. Demografi Puskesmas
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Tahun 2019 berjumlah
20921 jiwa. terdiri dari laki –laki 10.465 jiwa dan perempuan 10.456 jiwa. Adapun
jumlah penduduk per kelurahan dapat dilihat pada :
TABEL 1 DEMOGRAFI PUSKESMAS ULAK KARANG
No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Ulak Karang Selatan 5271 5276 10547
2 Lolong Belanti 5194 5180 10374
JUMLAH 10.465 10.456 20.921
Tabel 1 Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan diWilayah Kerja Puskesmas Ulak
Karang Tahun 2019
Distribusi penduduk diatas dirincikan menjadi data sasaran program.
TABEL 2 DISTRIBUSI SASARAN PROGRAM PERKELURAHAN
Jml penduduk 2018 Bu
mil
No Kelurahan Bumil Bulin Bufas
Laki2 Pr Jml Res
ti
Ulak Karang
1 5271 5276 10.547 203 193 193 41
Selatan
2 Lolong Belanti 5194 5180 10.374 197 189 189 39
Puskesmas 10.465 10.456 20.921 400 382 382 80
JUMLAH
No Kelurahan Bayi Balita Apras PUS
LANSIA
| 27
Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang sebagian besar beragama
Islam. Warga non muslim , umumnya adalah kaum pendatang dari luar propinsi. Di
tengah perbedaan suku, agama dan budaya, aktifitas sosial dan peribadatan
penduduk berjalan dengan baik.
| 28
hipertensi pada pasien di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang dapat tercapai dan
terkonfirmasi penatalaksanaanya.
1. Promotif
| 29
- Latihan jasmani teratur dengan minimal 3-5 kali seminggu, selama sekitar
30-45 menit. Latihan yang dapat dilakukan oleh pasien adalah jalan kaki
pagi hari saat pasien hendak berjualan ke pasar pagi.
3. Kuratif
- Amlodipine 1x10 mg
- Hidroklorotiazid 1x12.5 mg
4. Rehabilitatif
- Kontrol teratur ke puskesmas dan rumah sakit atau bila muncul gejala-
gejala komplikasi.
| 30
Pola makan tidak sehat, yaitu sering konsumsi makanan pedas dan
makan tidak teratur
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien sering menderita sindroma dispepsia
- Tn. Rahmat memiliki risiko untuk mengalami penyakit paru dan penyakit
lainnya karena gaya hidup yang tidak sehat, yaitu merokok.
- Nn. Maryam memiliki risiko untuk menderita penyakit lambung yang lebih
parah dibandingkan sindroma dispepsia jika pasien tetap meneruskan pola
makan yang tidak sehatnya.
- An. Muklis memiliki risiko mengalami penyakit psikosomatis jika tidak dapat
mengendalikan stresnya dengan baik
3.3. Pemecahan Masalah Keluarga
| 31
- Menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan mental
Preventif :
- Anjurkan untuk berhenti merokok
- Menjelaskan cara untuk berhenti merokok
- Anjurkan untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah, kolesterol, asam
urat, dan tekanan darah berkala.
- Anjurkan pasien untuk memiliki kebiasaan dan hobi yang positif, seperti
olahraga dan mengikut kegiatan sosial untuk kesehatan mental yang lebih baik
- Anjurkan pasien untuk berobat ke Spesialis Jiwa jika keluhan menetap
| 32
- Anjurkan pasien untuk menyicil pelajaran dari sehingga tidak stres terus
menerus seiring mendekatnya ujian nasional
- Banyaknya ember bekas yang berisi air didalam rumah sehingga dapat
menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk
Pemecahan masalah
- Mengganti ventilasi dengan kawat nyamuk yang baru dan memperbaiki pintu
dapur jika memungkinkan
3.5. Mata pencaharian penduduk beraneka ragam, mulai dari nelayan, buruh,
pedagang, wiraswasta, pegawai swasta, pegawai negeri, ABRI dan lain-lain.
SCREEM
| 33
- Culture : Keluarga menggunakan adat minangkabau, tatakrama yang ada yang
sesuaidengan daerah tempat tinggal, dan keluarga menyadari penuh mengenai
etika dan sopan santun
- Religious : Keluarga pasien beragama Islam dan rutin menjalankan ajaran agama
Islam.
- Economic : Termasuk golongan menengah kebawah. Sumber penghasilandari
gaji ibu, anak pertama dan anak kedua dengan penghasilan rata-rata
Rp.1.500.000 – 2.000.000 perbulan
- Educational : Pasien tamatan SMP, dan keluarga memiliki pendidikan yang
cukup baik.
- Medical: Anggota keluarga bisa mendapatkan pelayanan kesehatan
yangmemadai di sarana kesehatan terdekat.
| 34
- Mata berair tidak ada
- Jantung berdebar-debar tidak ada
Pemeriksaan Fisik
| 35
Jantung : Inspeksi :iktus tidak terlihat
Palpasi :iktus teraba 1 jari medial LMCS RICV
Perkusi : batas jantung kiri 1 jari medial LMCS
RIC V, batas jantung kanan LSD, batas
atas RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur
Abdomen : Inspeksi :tidak tampak membuncit, distensi (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Punggung : sudut kostovertebra: nyeri tekan (-), nyeri ketok (-)
Genitalia : tidak diperiksa
Anus : tidak diperiksa
Ekstremitas : edema (-), akral hangat, perfusi baik, kulit kering dan
lecet di telapak kaki.
Motorik : 5 5 5 5 5 5 eutonus eutrofi
555 555
Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan darah rutin
Funduskopi
Diagnosis Kerja
Hipertensi urgensi
Diagnosis Banding
| 36
Hipertensi Emergensi
1. Masalah internal
| 37
- Kondisi ekonomi pasien yang rendah menyulitkan pasien untuk merubah
kondisi rumahnya
3.9. Rencana Pembinaan Kesehatan
Melalui pendekatan komprehensif dan holistic
| 38
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
| 39
LAMPIRAN
| 40
LAMPIRAN
| 41
LAMPIRAN
| 42
DAFTAR PUSTAKA
| 43
8. Setiawan, Zamhir. Karakteristik sosiodemografi sebagai faktor resiko hipertensi
studi ekologi di pulau Jawa tahun 2004. .Jakarta: Program Studi Epidemiologi
Program Pasca Sarjana FKM-UI; 2006.
9. Hasurungan, JA.Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia
di Kota Depok tahun 2002. Jakarta:Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia; 2002.
10. Thomas M. Habermann, , Amit K. Ghosh. Mayo Clinic Internal Medicine
Concise Textbook. 1st edition. Canada: Mayo Foundation for Medical Education
and Research: 2008.
11. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Departemen Kesehatan RI.
Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. 2006.
12. Norman M. Kaplan. Kaplan's Clinical Hypertension 9th edition. Philadelphia,
USA: Lippincott Williams & Wilkins: 2006.
13. Horacio J, Nicolaos E. Sodium and Potassium in the Pathogenesis of
Hypertension. N Engl J Med 2007; 356: 1966-78.
14. Lilly, Leonard S. Pathophysiology of Heart Disease 5th Edition. Philadelphia:
Lippincott; 2011.
15. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.
Majalah Kedokteran Indonesia: 2009; 59 (12): 580-7.
16. American Heart Association Task Force. Guideline for the Prevention, Detection,
Evaluation, and Management of High Blood Pressure in Adults. Journal of the
American College of Cardiology. 2017 : 1- 481.
17. Kenning I, Kerandi H, Luehr D, Margolis K, O’Connor P, Pereira C, et al.
Institute for Clinical Systems Improvement. Hypertension Diagnosis and
Treatment. Updated November 2014.
18. Basuki B, Setianto B. Age, body posture, daily working load – past
antihypertensive drugs and risk of hypertension: a rural Indonesia study. Med J
Indon. 2001; 10(1): 29-33.
19. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana
Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular; 2015.
| 44
20. Nolan CR, Schrier RW. The kidney in hypertension. In: Schrier RW, ed.
Renaland electrolyte disorders, 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2003.
| 45