Anda di halaman 1dari 41

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM

PELAYANAN KESEHATAN HIPERTENSI SESUAI STANDAR

Pembimbing :
dr. Warnadi

Disusun oleh:
dr. Jatniko Fadhilah

DOKTER INTERNSIP PERIODE II TAHUN 2021


PUSKESMAS ANJATAN
INDRAMAYU

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya, dapat menyelesaikan penyusunan hasil laporan “ Evaluasi
Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Hipertensi Sesuai Standar”.
Evaluasi program ini dibuat guna meningkatkan capaian program Penyakit
Tidak Menular: Pelayanan Kesehatan Hipertensi Sesuai Standar. Dalam usaha
penyelesaian evaluasi program ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. dr. Warnadi, selaku dokter pembimbing Puskesmas Anjatan
2. Semua staff dan teman-teman Puskesmas Anjatan
3. Semua teman teman dokter internsip Puskesmas Anjatan
Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan
kritikan yang membangun guna penyempurnaan evaluasi program ini.

Jakarta, Agustus 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................
1.1. Latar Belakang.............................................................................................5
1.2. Tujuan Evaluasi Program.............................................................................7
1.21. Tujuan Umum....................................................................................7
1.2.2. Tujuan Khusus...................................................................................7
1.3. Manfaat Evaluasi Program...........................................................................7
1.3.1. Manfaat bagi penulis..........................................................................7
1.3.2. Manfaat bagi puskesmas....................................................................8
1.3.3. Manfaat bagi masyarkat.....................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
2.1 Hipertensi...................................................................................................................
2.1.1 Definisi Hipertensi..............................................................................9
2.1.2 Epidemiologi Hipertensi.....................................................................9
2.1.3 Etiologi Hipertensi............................................................................10
2.1.4 Faktor risiko Hipertensi....................................................................10
2.1.5 Klasifikasi Hipertensi.......................................................................10
2.1.6 Tatalaksana Hipertensi......................................................................10
2.2 Kebijakan Pemerintah...............................................................................................
2.2.1 Kebijakan Penyakit Tidak Menular..................................................14
2.2.2 Kebijakan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar...............................15
BAB III METODE............................................................................................................
3.1 Alur Pemecahan Masalah...........................................................................18
3.1.1 Identifikasi Cakupan Program..........................................................19
3.1.2 Penentuan Prioritas Masalah Program Berdasarkan Hanlon
Kuantitatif.......................................................................................................19
3.1.3 Kerangka Pikir Masalah...................................................................20
3.1.4 Penentuan Prioritas Masalah............................................................20
3.1.5 Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah.................................21
3.1.6 Konfirmasi kemungkinan Pemecahan Masalah...............................21
3.1.7 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah.......................................21

3
3.1.8 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah.........................................21
BAB IV EVALUASI PROGRAM...................................................................................
4.1 Profil Puskesmas Anjatan...........................................................................22
4.2 Data Pencapaian Program Puskesmas Anjatan..........................................25
4.3 Penentuan Prioritas Masalah......................................................................26
4.4 Penentuan Penyebab Masalah....................................................................29
4.5 Penentuan Prioritas Penyebab Masalah......................................................31
4.6 Alternatif Pemecahan Masalah...................................................................32
4.7 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah....................................................33
4.8 Rekomendasi Intervensi.............................................................................35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................
5.1 Kesimpulan.................................................................................................38
5.2 Saran...........................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada tahun 2016, sekitar 71 persen penyebab kematian di dunia
adalah penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per
tahun. Sekitar 80% kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan
menengah dan rendah. Sekitar 73% kematian saat ini disebabkan oleh
penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan
pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan
kronis, 6% karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya.
Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
pada indikator kunci PTM yang tercantum dalam RPJMN 2018-2019
yaitu prevalensi hipertensi pada penduduk usia > 18 tahun meningkat dari
25,8% menjadi 34,1%, prevalensi obesitas usia > 18 tahun meningkat dari
14,8% menjadi 21,8% dan prevalensi merokok penduduk usia < 18 tahun
meningkat dari 7,2% menjadi 9,1%.
Hal tersebut menjadi perhatian lebih terhadap peningkatan
prevalensi PTM telah mendorong lahirnya kesepakatan tentang strategi
global dalam pencegahan dan pengendalian PTM, khususnya di negara
berkembang. PTM telah menjadi isu strategis dalam agenda SDGs 2030
sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap negara
Penyakit tidak menular merupakan penyakit yang tidak bisa
ditularkan dari orang ke orang, yang perkembangannya berjalan perlahan
dalam jangka waktu yang panjang (kronis) dan hipertensi masuk ke dalam
kategori penyakit tersebut. Hipertensi merupakan salah satu penyebab
utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia.
Hipertensi merupakan urutan pertama penyakit tersering di
Puskesmas Anjatan. Hal ini menunjukan tingginya angka kasus
hipertensi Puskesmas Anjatan, banyak hal yang mempengaruhi tingginya
kejadian hipertensi di wilayah Anjatan. Salah satunya masih banyak
pasien hipertensi yang belum terdiagnosis dikarenakan kebanyakan
penderita hipertensi yang tidak memiliki keluhan. Sehingga hal ini

5
mempengaruhi untuk tindak lanjut langkah berikutnya setelah pasien
terdiagnosis yaitu penatalaksanaan pasien hipertensi yang sesuai standar.
Pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi meliputi pengukuran
tekanan darah edukasi perubahan gaya hidup dan/atau kepatuhan minum
obat hipertensi, dan melakukan rujukan jika diperlukan.
Berdasarkan data laporan capaian pelayanan hipertensi sesuai
standar dari Puskesmas Anjatan didapatkan capaian sebesar 26,50% dari
bulan Januari sampai September 2020 (Triwulan 3). Target capaian
sebesar 100%, maka dengan demikian terdapat kesenjangan sebesar
73.50%. Hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan evaluasi
program terhadap program Pelayanan Hipertensi Sesuai Standar di
Puskesmas Anjatan guna meningkatkan capaian program tersebut.
1.

6
1.2. Tujuan Evaluasi Program
1.2.1. Tujuan Umum
Evaluasi program ini bertujuan sebagai upaya pencegahan
dan pengendalian hipertensi di Puskesmas Anjatan sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat
hipertensi di Indonesia.

1.2.2. Tujuan Khusus


1 Mengidentifikasi masalah dalam program pelayanan dan
pengendalian penderita PTM hipertensi sesuai standar di
Puskesmas Anjatan.
2 Menentukan prioritas masalah dan alternatif pemecahan
masalah.
3 Membuat rencana kegiatan untuk pemecahan masalah dari
program pelayanan dan pengendalian PTM hipertesi sesuai
standar di Puskesmas Anjatan.

1.3. Manfaat Evaluasi Program


1.3.1. Manfaat bagi penulis
1. Melatih kemampuan dalam menganalisis dan cara pemecahan
terhadap masalah yang ditemukan di dalam program
puskesmas.
2. Meningkatkan pemahaman mengenai program dan standar
minimal yang diperlukan di puskesmas.

7
1.3.2. Manfaat bagi puskesmas
1. Puskesmas dapat mengidentifikasi, menganalisis masalah,
mencari penyebab, serta hambatan yang ada pada pelayanan
kesehatan hipertensi di wilayah kerja puskesmas.
2. Membantu puskesmas dalam memberikan alternatif
penyelesaian masalah untuk pelayanan kesehatan hipertensi di
wilayah kerja.

1.3.3. Manfaat bagi masyarkat


1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit
hipertensi.
2. Meningkatkan kesadaran penderita hipertensi untuk
menjalani pengobatan teratur.
3. Meningkatkan kualitas Kesehatan masyarakat Anjatan

4.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di
Indonesia. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana TDS
≥140 mmHg atau TDD ≥90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang.
2.1.2 Epidemiologi
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan jumlah penderita hipertensi akan
terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah pada 2025
mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. WHO
menyebutkan negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi sebesar
40% sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan Asia penyakit ini telah
membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang
menderita hipertensi. Sedangkan di Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 32%
dari total jumlah penduduk.
Berdasarakan hasil Riskesdas 2018, angka prevalensi hipertensi pada penduduk
>18 thaun mencapai 34.11% dan di Nusa Tenggara Barat mencapai 27.8%. Angka
prevalensi tersebut diperoleh dengan pengukuran tekanan darah pada responden
Riskesdas dengan kriteria JNC VII yaitu bila tekanan tekanan darah sistolik > 140
mmHg atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg. Prevalensi hipertensi pada tahun
2018 lebih tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi pada tahun 2013 yaitu
25,8%. Di seluruh wilayah provinsi terjadi peningkatan prevalensi hipertensi pada
tahun 2018 dengan peningkatan tertinggi terdapat pada provinsi DKI Jakarta
sebesar 13.4%, Kalimantan Selatan sebesar 13.3%, dan Sulawesi Barat sebesar
12.3%.
Prevalensi hipertensi menurut Riskesdas tahun 2018 diukur dengan wawancara
dan pengukuran. Melalui wawancara responden akan ditanyakan apakah pernah
didiagnosis menderita hipertensi. Selain itu, juga ditanyakan mengenai kebutuhan

9
minum obat hipertensi. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan angka prevalensi
tertinggi pada penduduk >18 tahun berdasarkan pengukuran secara nasional sebesar
34,11%. Hasil Riskesdas tahun 2018 juga, menunjukkan bahwa tingkat hipertensi
penduduk meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Dan hipertensi
berdasarkan tingkat pendidikan, yang beresiko tinggi adalah yang tidak bekerja/
belum sekolah dengan prevalensi 51,6%.

Gambar 1. Prevalensi hipertensi berdasarkan Riskesdas tahun 2018


2.1.3 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebab, hipertensi dibagi 2 yaitu:
 Hipertensi Primer/ Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, walaupun dikaitkan dengan
kombinasi faktor gaya hidup seperti kurangnya aktivitas dan pola makan. Ini
terjadi pada 90% penderita hipertensi.
 Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sektar 5-10% penderita
hipertensi, yang disebabkan oleh pada umumnya penyakit ginjal. Pada sekitar
1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya Pil KB).

10
2.1.4 Faktor risiko
Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi yaitu umur, jenis kelamin, dan genetik atau adanya Riwayat hipertensi
dan penyakit kardiovaskular dalam keluarga. Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi yaitu Riwayat pola makan seperti konsumsi garam berlebihan,
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berlebihan, aktivitas fisik yang kurang,
adanya obesitas, dislipidemia, diabetes melitus, dan psikososial serta stress.6
Menurut data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa Kelompok perempuan
memiliki proporsi hipertensi yang lebih besar dibandingkan laki-laki. Selain itu
kejadian hipertensi meningkat seiring dengan peningkatan usia seseorang. Menurut
tingkat pendidikannya, proporsi hipertensi memiliki kecenderungan menurun
seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan menurut pekerjaan kejadian
hipertensi lebih tinggi pada Kelompok orang yang tidak bekerja. Perilaku yang
paling berisiko untuk terjadinya penyakit tidak menular (PTM) yaitu kurangnya
konsumsi buah dan sayur, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi makanan asin, dan
merokok. Didapatkan seluruh perilaku tersebut meningkat pada tahun 2018 dari
tahun 2013.3

Gambar 2. Proporsi hipertensi berdasarkan jenis kelamin pada Riskesdas tahun


2013 dan 2018

11
Gambar 3. Proporsi hipertensi menurut Kelompok umur pada Riskesdas 2018

Gambar 4. Proporsi hipertensi menurut tingkat pendidikan pada Riskesdas tahun


2013 dan 2018
2.1.5 Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah sistolik Tekanan darah
Klasifikasi
(mmHg) diastolik (mmHg)
Normal < 120 d <8
an 0
Prehipertensi 120-139 a 80
tau -89
Hipertensi 140-159 a 90
derajat 1 tau -99
Hipertensi ≥ 160 atau ≥
derajat 2 100

12
2.1.6 Tatalaksana Hipertensi
Non medikamentosa
Tatalaksana hipertensi di masyarakat terbatas pada modifikasi faktor
risiko, dengan menggunakan media konunikasi-informasi-edukasi (KIE) yang
telah disediakan. KIE merupakan upaya promosi kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan penyakit.
Pola hidup sehat yang dianjurkan untuk mencegah dan mengontrol hipertensi
adalah :
- Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak
- Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal
- Gaya hidup aktif/olahraga teratur
- Stop merokok
- Membatasi konsumsi alkohol

Pengendalian faktor risiko meliputi:


 Makan gizi seimbang
 Mengatasi obesitas / menurunkan kelebihan berat badan
 Melakukan olahraga teratur
 Berhenti merokok
 Mengurangi konsumsi alkohol
Terapi farmakologis
Penanganan hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka kesakitan,
komplikasi dan kematian akibat hipertensi. Terapi farmakologis hipertensi dapat
dilakukan di pelayanan primer/Puskesmas. Pengobatan hipertensi dimulai dengan
obat tunggal yang mempunyai masa kerja panjang sehingga dapat diberikan
sekali sehari dan dosisnya dititrasi. Pemilihan atau kombinasi obat anti-hipertensi
yang cocok bergantung pada keparahan hipertensi dan respon penderita terhadap
obat.

13
2.2 Kebijakan Pemerintah
2.2.1 Kebijakan Penyakit Tidak Menular
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2015 tentang
penanggulangan PTM, penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit yang tidak
bisa ditularkan dari orang ke orang, yang perkembangannya berjalan perlahan
dalam jangka waktu yang panjang (kronis). Penanggulangan PTM merupakan
upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan preventif tanpa
mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif serta paliatif yang ditujukan untuk
menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian yang dilaksanakan secara
komprehensif, efektif, efisien, dan berkelanjutan. Pelaksanaan UKBM dilakukan
dengan pembentukan dan pengembangan pos pembinaan terpadu PTM (Posbindu
PTM).
Kegiatan penanggulangan PTM dilaksanakan dengan upaya pencegahan dan
pengendalian faktor risiko PTM yang dapat diubah. Faktor risiko perilaku yang
dapat diubah meliputi merokok, kurang aktifitas fisik, diet yang tidak sehat,
konsumsi minuman beralkohol, dan lingkungan yang tidak sehat.
a. Pencegahan dilakukan dengan kegiatan promosi kesehatan, deteksi dini
faktor risiko dan perlindungan khusus.
b. Pengendalian dilaksanakan dengan kegiatan penemuan dini kasus dan
tatalaksana dini.
Deteksi dini dilakukan dengan cara wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan
yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas UKBM (dibawah
pembinaan puskesmas). Jika positif berisiko maka harus ditindaklanjuti dengan
pengendalian khusus. Indikator penanggulangan PTM dilakukan terhadap upaya:
a. Pencegahan: Penemuan faktor risiko PTM
b. Pengendalian: Tidak ada penambahan kasus baru
c. Penanganan: Mengurangi angka kecacatan atau kematian akibat penyakit

14
Surveilans PTM merupakan kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus
menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian faktor risiko dan PTM serta
kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatannya untuk memperoleh dan
memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan secara
efektif dan efisien. Surveilans dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data,
pengolahan, dan analisis data, intepretasi data, serta diseminasi informasi terhadap
faktor risiko, penyakit, dan penyebab kematian. Survelians PTM dilakukan
melalui kegiatan surveilans faktor risiko yang dilakukan dengan upaya kesehatan
berbasis masyarakat (UKBM), registri penyakit, dan surveilans kematian.
Promosi kesehatan bertujuan untuk mewujudkan PHBS dengan
mengimplementasi perilaku CERDIK masyarakat yaitu cek kesehatan secara
berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet sehat dan gizi seimbang,
istirahat yang cukup, dan kelola stress. Promosi kesehatan dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi di bidan promosi kesehatan dan/atau PTM
dengan strategi advokasi, pemberdayaan masyarakat, dan kemitraan. Promosi
kesehatan dapat mendayagunakan kader kesehatan.
2.2.2 Kebijakan pelayanan kesehatan penderita hipertensi
Menurut peraturan Menteri kesehatan nomor 4 tahun 2019, pelayanan
kesehatan penderita hipertensi dilakukan dengan standar yaitu:
1. Standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa
Tabel 2. Standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa
No Barang Jumlah Fungsi
.
1. Pedoman pengendalian Minimal 2 per Panduan dalam
hipertensi dan media puskesmas melakukan
KIE penatalaksanaan dan
edukasi sesuai standar
2. Tensimeter Sesuai Mengukur tekanan
kebutuhan darah
3. Formulir pencatatan Sesuai Pencatatan dan

15
dan pelaporan aplikasi kebutuhan pelaporan
sistem informasi PTM

2. Standar Jumlah dan Kualitas Personil/Sumber daya Manusia Kesehatan


Tenaga kesehatan meliputi dokter atau bidan atau perawat, dan tenaga
kesehatan masyarakat

Tabel 3. Kegiatan dan SDM kesehatan yang dibutuhkan


No Kegiatan SDM Kesehatan
1 Pengukuran Tekanan Dokter atau Tenaga Kesehatan yang
Darah berkompeten atau tenaga kesehatan
lain yang terlatih
2 Edukasi Dokter dan/ atau Tenaga Kesehatan
yang berkompeten dan/ atau tenaga
kesehatan terlatih
3 Terapi farmakologi Dokter
3. Petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar
Pemerintah daerah kabupaten/kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar kepada seluruh penderita hipertensi usia ≥15
tahun sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah kerjanya dalam
kurun waktu 1 tahun. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi yang
sesuai standar meliputi pengukuran tekanan darah minimal 1 kali sebulan
di fasilitas pelayanan kesehatan, edukasi perubahan gaya hidup dan/atau
kepatuhan minum obat (penambahan terapi farmakologi jika TDS >140
mmHg), dan melakukan rujukan jika diperlukan.
Capaian kinerja pemerintah kabupaten/kota dalam pemberian
pelayanan kesehatan sesuai standar bagi penderita hipertensi dinilai dari
jumlah penderita hipertensi usia ≥15 tahun yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu 1 tahun
dibagi jumlah estimasi penderita hipertensi usia ≥15 tahun yang berada di

16
wilayah kerjanya berdasarkan angka prevalensi kabupaten/kota dalam
kurun waktu satu tahun yang sama (Estimasi penderita hipertensi
kabupaten/kota berdasarkan prevalesni data Riskesdas terbaru.)

Gambar 5. Perhitungan capaian kinerja


Langkah kegiatan yang dilakukan antara lain adalah:
1. Melakukan pendataan penderita hipertensi menurut wilayah
kerja fasilitas kesehatan tingkat primer.
2. Melakukan penemuan kasus hipertensi untuk seluruh pasien
usia ≥15 tahun di fasilitas kesehatan tingkat primer.
3. Pelayanan kesehatan sesuai standar seperti edukasi perubahan
gaya hidup (diet seimbang, istirahat cukup, aktifitas fisik,
Kelola stress) dan kepatuhan minum obat.
4. Rujukan ke fasilitsas kesehatan rujukan tingkat lanjut sesuai
Definisi Operasional

17
BAB III

METODE

3.1 Alur Pemecahan Masalah


Siklus pemecahan masalah (Problem Solving Cycle) diawali dengan
identifikasi atau inventarisasi masalah yang ada, setelah itu ditentukan masalah
apa saja yang ada juga berbagai penyebabnya, setelah ditemukan penyebab yang
paling mungkin baru ditentukan dan ditetapkan alternatif pemecahan masalahnya,
selanjutnya ditetapkan rencana penerapan, dan yang terakhir baru dilakukan
monitoring dan evaluasi secara berkala. Siklus pemecahan masalah adalah seperti
berikut:

1.Identifikasi
masalah

2.Penentuan
8.Monitoring
prioritas
dan evaluasi
Masalah

7.Penentuan 3.Penentuan
Rencana Penyebab
Penerapan Masalah

6.Penetapan 4.Memilih
Pemecahan Penyebab paling
Masalah Mungkin

5.Menentukan
alternatif pemecahan
masalah

Gambar 6. Alur pemecahan masalah

18
3.1.1 Identifikasi Masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan dan yang ingin dicapai,
kemudian menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja.
Untuk hal ini digunakan format atau blanko SPM. Setelah itu adalah
membandingkan antara hasil kegiatan pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan
sasaran dan target yang sudah ditentukan.

3.1.2 Penentuan Prioritas Masalah


Semua masalah yang telah diidentifikasi kemudian akan dilakukan
penentuan prioritas menggunakan matriks USG, kriteria ini untuk menentukan
kegawatan masalah dengan cara menentukan tingkat urgensi (U), besarnya
maslah (S), tingkat penyebaran / meluasnya (G) dan sumber daya (P) yang
dimiliki untuk mengatasi tiap masalah dengan sistem scoring dengan skor 1-5.
a. Tingkat urgensi dinilai sebagai berikut :
- Sangat mendesak 5
- Mendesak 4
- Cukup mendesak 3
- Kurang mendesak 2
- Tidak mendesak 1
b. Tingkat besar kecilnya masalah (seriousness) dinilai sebagai berikut :
- Sangat gawat 5
- Gawat 4
- Cukup gawat 3
- Kurang gawat 2
- Tidak gawat 1
c. Tingkat penyebaran/meluasnya masalah (growth) dinilai sebagai berikut
:
- Sangat mudah menyebar/meluas 5
- Mudah menyebar/meluas 4

19
- Cukup menyebar/meluas 3
- Sulit menyebar/meluas 2
- Tidak menyebar/meluas 1
d. Sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan (potency)
dinilai sebagai berikut :
- Sangat banyak 5
- Banyak 4
- Cukup banyak 3
- Kurang banyak 2
- Tidak banyak 1

3.1.3 Penentuan Penyebab Masalah


Analisis penyebab masalah merupakan kegiatan untuk mengaitkan masalah
dengan faktor-faktor penyebabnya. Beberapa metode untuk menganalisis
penyebab masalah antara lain fish bone analysis system (diagram tulang ikan),
analisis sistem, pendekatan H.L.Bloem, analisis epidemiologi, dan pohon
masalah. Dalam hal ini, kami menggunakan metode fish bone analysis untuk
menentukan penyebab masalahnya

3.1.4 Penentuan Prioritas Masalah


Bertujuan untuk mengurangi faktor-faktor penyebab yang ada, antara lain
dengan cara:
a. Menetapkan tujuan dan sasaran
b. Mencari alternatif pemecahan masalah
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang
didukung oleh data atau konfirmasi. Dilakukan skoring untuk menentukan
prioritas penyebab masalah tersebut dengan matriks I x T x R yang terdiri atas
komponen:
a. Importance : seberapa pentingnya penyebab masalah tersebut untuk segera
diselesaikan. Komponen ini terdiri dari tujuh aspek kecil yang perlu untuk

20
dinilai yang terdiri dari aspek prevalence, rate of increase, degree of
unmeet need, social benefit, public concern, dan political climate.
b. Technical feasibility : menunjukan apakah secara teknis masalah tersebut
dapat diselesaikan atau mampu laksana untuk diselesaikan
c. Resources availability : tersedia sumberdaya atau tidak

3.1.5 Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah

Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari


penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat
langsung pada alternatif pemecahan.

3.1.6 Penetapan Pemecahan Masalah Terpilih


Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan
M x I xV
rumus yang terdiri dari Magnitude (M) menunjukan besar masalah
C
dapat diselesaikan, Importance (I) menunjukan apakah alternatif penyelesaian
maslaah bersifat tahan lama, Vulnerability (V) menunjukan seberapa besar
pengaruh alternatif penyelesaian masalah tesebut terhadap masalah yang ada, dan
Cost (C) menunujukan seberapa besar biaya yang dibutuhkan untuk mejalankan
alternatif penyelesaian masalah tersebut. Metode ini untuk menentukan atau
memilih pemecahan terbaik

3.1.7 Penyusunan rencana penerapan


Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of
Action atau Rencana Kegiatan).

3.1.8 Monitoring dan evaluasi

21
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan
menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.
BAB IV

EVALUASI PROGRAM

4.1 Profil Puskesmas Anjatan


Puskesmas merupakan pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dalam kemandirian hidup sehat,
pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama. Puskesmas Anjatan merupakan
unit pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab terhadap
kesehatan di Kecamatan Anjatan.

a. Gambaran Umum Wilayah

22
 Luas wilayah Kecamatan Anjatan 3.770 Km yang terbagi dalam 6
Desa.
 Puskesmas Anjatan berbatasan dengan beberapa Puskesmas yang ada
di wilayah Kecamatan Anjatan

 Adapun batas wilayah Kelurahan Cakung Barat sebagai berikut :


Sebelah Utara : Puskesmas Patrol Baru
Sebelah Selatan : Puskesmas Bugis
Sebelah Timur : Puskesmas Bongas dan Kertawinangun
Sebelah Barat : Puskesmas Sukra dan Bugis

b. Gambaran Umum Puskesmas


Puskesmas Anjatan merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten
Indramayu yang terletak di jalur Pantura Pulau Jawa. Berdasarkan letak
geografisnya Puskesmas Anjatan terletak pada posisi 107º 52’ - 108º 36’ BT
dan 6º 15’ - 6º 40’ LS.
Bangunan Puskesmas Anjatan terdiri dari 2 lantai :
Lantai 1 : Loket pendaftaran dan sekaligus penyimpanan buku status /
rekam medis, Poli BP, Poli Gigi, Ruangan KIA/KB, MTBS, Ruang Gizi,
Ruangan Farmasi, Ruangan Laboratorium.
Lantai 2 : Ruang Kepegawaian, Ruang Kepala Satuan Pelaksana Puskesmas
Anjatan.
Sejak berdirinya Puskesmas Anjatan sampai saat ini telah beberapa kali
pergantian Kepala Puskesmas, adapun Kepala Puskesmas saat ini :
 H. Aco Sudiarto, SKM.,MM
c. Petugas Kesehatan Puskesmas Anjatan
 Petugas kesehatan :

23
• 2 orang dokter umum
• 1 orang dokter gigi
• 8 orang perawat umum
• 1 orang perawat gigi
• 4 orang bidan
• 2 orang tenaga kefarmasian
• 1 orang apoteker
• 1 orang kesling
• 1 orang gizi
• 3 orang administrasi
• 1 orang petugas kebersihan
 UKM
• UKM esensial (promkes, kesling, KIA-KB, Upaya peningkatan gizi,
Pencegahan penyakitmenular)
• UKM pengembangan (Kesehatan jiwa, kesehatan lansia, UKS, Batra,
KPLDH, Pikumbang, Kesehatan gigi dan mulut sekolah &masyarakat)
 UKP
• Poli umum
• Poli gigi
• Poli kesehatan ibu dan anak
• Poli KB
• Poli gizi
• Poli MTBS
• Apotek
d. Visi dan Misi Puskesmas Anjatan
 Visi Puskesmas Anjatan :
"Menjadikan Puskesmas Anjatan sebagai pusat pembangunan kesehatan
yang bermutu"
 Misi Puskesmas Anjatan :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan profesional

24
2. Memberdayakan potensi keluarga dan masyarakat dalam
mewujudkan keluarga sehat dan mandiri
3. Meningkatkan kerja sama lintas program dan sectoral

e. Kependudukan
Jumlah penduduk yang terdata di Puskesmas Anjatan yang terdiri atas:
Warga Negara Indonesia (WNI) : 41.489 jiwa
Jumlah Kepala Keluarga (KK) : 13.446 KK

4.2 Data Pencapaian Program Puskesmas Anjatan

Capaian Capaian
Program indikator Target Capaian
Triwulan Triwulan
Triwulan
I III
II
Promosi
Jumlah kelompok yang dilakukan penyuluhan 384 kelompok 72% 56.66% 63%
Kesehat
kesehatan
an dan
PPSM
Ibu mendapatkan pelayanan sesuai standar 100% 25% 50% 75%
Kesehatan Ibu Ibu bersalin mendapatkan pelayanan sesuai standar 100% 26.90% 50% 7
5
.
4
0
%
Ibu nifas mendapatkan pelayanan nifas sesuai 100% 25.60% 50% 7
standar 4
.
1
0
%
Presentase bayi baru lahir mendapatkan pelayanan 100% 26.40% 51.90% 7
sesuai standar 5
.
8
0
%
Kesehatan Presentase bayi mendapatkan pelayanan sesuai 100% 22% 29% 5
anak standar 9
.

25
8
0
%
Presentase anak usia 0-59 bulan mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar 100% 18.30% 19.90% 3
7
.
2
5
%
Lansia Pelayanan kesehatan sesuai standar pada warga 100% 11.86% 14.61% 2
berusia 60 tahun atau lebih 8
.
0
3
%
Pasangan usia subur yang menggunakan KB pasca
Keluarga 50% 6.10% 13.20% 31%
salin pada masa bersalin dan nifas
Berencana
Presentase kelurahan Universal Child Immunization 95% 22% 29% 59.80%
6 Imunisasi (UCI) 95% 18.30% 19.90% 37.25%
Presentase cakupan imunisasi lanjutan pada anak
usia 12-23 bulan
100% 47.70% 53.21% 59.41%
TB Capaian terduga TB
7 100% 31.50% 45.30% 55.08%
Capaian kasus

Hepatitis Cakupan deteksi dini hepatitis B bagi ibu hamil 60% 18.80% 40.00% 2
8
.
6
0
%
ISPA Cakupan penemuan pneumonia balita 90% 86.60% 63% 52%

Presentase skrining faktor risiko PTM pada 100% 2.28% 2.98% 7


penduduk usia 15-59 tahun .
2
8
%
Presentase penduduk penderita hipertensi yang
10
PTM 100% 16.30% 21.10% 2
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
6
.
5
0
%
Presentase penduduk penderita diabetes mellitus
yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai 100% 17% 24.80% 3
standar 6
.
2

26
0
%

4.3 Penentuan Prioritas Masalah


Berdasarkan table indkator, target, dan capaian program usaha
Kesehatan Puskesmas Anjatan, terdapat beberapa program yang belum
mencapai target capaian program. Masalah yang telah ditemukan akan
dilakukan penilaian dengan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth)
untuk ditentukan prioritas masalah.
No. Program Indikator Target Capaian Kesenjanga U S G Total
TW III n
1. Promosi Jumlah kelompok yang 384 63% 37% 2 1 3 6
dilakukan penyuluhan
Kesehatan dan kelompo
kesehatan
PPSM k
2. Kesehatan Presentasi Bayi yang 100% 59.80% 40.20% 3 3 1 7
anak Mendapatkan
Pelayanan Kesehatan
Sesuai Standar
Presetase anak usia 0- 100% 37.25% 62.75% 5 2 2 9
59 Bulan yang
mendapatkan
Pelayanan Kesehatan
Sesuai Standar
3. Lansia Pelayanan Kesehatan 100% 28.03% 71.97% 5 2 2 9
sesuai standar pada
Warga Negara Usia 60
tahunn atau lebih

27
Pembinaan Posyandu 100% 83.30% 16.70% 2 1 2 5
Lansia
4. Keluarga Presentase PUS 50% 31% 19% 2 1 3 6
Berencana (Pasangan Usia Subur)
(KB) yang menggunakan
KB Pasca persalinan
pada masa bersalin
dan nifas
5. Imunisasi Presentase Kelurahan 95% 59.80% 35.20% 2 1 2 5
Universal Child
Immunization (UCI)
Presentase cakupan 95% 37.25% 57.75% 4 1 2 7
imunisasi lanjutan
pada anak usia 12-13
bulan
6. Penyakit Capaian Terduga TB 100% 59.41% 40.59% 3 3 3 9
Menular Capaian Kasus TB 100% 55.08% 44.92% 3 3 3 9
Cakupan deteksi dini 60% 28.60% 31.40% 3 4 2 9
Hepatitis B bagi ibu
hamil
Cakupan penemuan 90% 52% 38% 3 3 3 9
pneumonia balita
7. Penyakit Tidak Presentase penduduk 100% 7.28% 92.72% 4 5 2 11
Menular usia 15-59 tahun yang
dilakukan skrining
factor risiko Penyakit
Tidak Menular (PTM)

28
Presentase penduduk 100% 26.50% 73.50% 5 5 2 12
penderita hipertensi
yang mendapatkan
pelayanan kesehatan
sesuai standar
Presentase penduduk 100% 36.20% 63.80% 4 5 2 11
penderitaDiabetes
Melitus yang
mendapatkan
pelayanan Kesehatan
sesuai standar

Berdasarkan table USG diatas didapatkan prioritas masalah tertinggi


adalah program Presentase penduduk penderita hipertensi yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dengan total score 12
terdiri dari Urgency didapatkan nilai 5, Seriousness didapatkan nilai 5, dan
Growth didapatkan nilai 2. Pemberian nilai 5 pada komponen Urgency ini
berdasarkan terdapatnya selisih capaian yang cukup besar antara target
program dengan capaian program yaitu sebesar 73.50%. Pemberian nilai 5
pada komponen Seriousness dipertimbangkan karena dampak lanjut dari
hipertensi bila tidak ditatalaksanakan dengan tepat akan meningkatkan
komplikasi komplikasi yang membahayakan sehingga meningkatkan angka
mortalitas dan morbiditas. Sedangkan pemberian nilai 2 pada Growth
dikarenakan perkembangan presentase capaian program belum mengalami
peningkatan yang signifikan.

4.4 Penentuan Penyebab Masalah

29
Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kesenjangan antara target
yang ditetapkan dengan hasil yang dicapai. Untuk memudahkan menentukan
kemungkinan penyebab masalah dapat digunakan diagram fishbone yang
berdasarkan pada kerangka pendekatan sistem meliputi input, proses, output,
outcome dan environtment sehingga dapat ditemukan hal-hal yang dapat
menyebabkan munculnya suatu masalah.

Input Proses Output


Man: Sumber P1: Perencanaan rendahnya capaian
Daya Manusia mekanisme pelayanan
Method: kegiatan oleh hipertensi sesuai
Pendataan, pemegang standar
pendanaan. program.
Material: Lokasi P2: Pelaksanaan
pelaksanaan kegiatan.
kegiatan, media P3: Evaluasi data,
informasi. pelaporan, dan
monitoring.
Gambar 6. Kerangka Pikir Masalah

30
INPUT Tidak ada masalah

MONEY
Kurangnya jumlah tenaga dalam Skrining faktor risiko hipertensi masih rendah
program PTM Tidak semua pasien memeriksakan tekanan darah
Belum ada kartu kontrol untuk hipertensi
kerja kader kurang maksimal selama MAN METHOD
pandemi Sosialisasi pemeriksaan tekanan darah di masa
pandemic yang kurang

Kurang beragamnya media informasi


tentang hipertensi
MATERIAL

OUTPUT
Rendahnya capaian
pelayanan hipertensi
Tidak ada masalah sesuai standar
P1 P2
Terhentinya kegiatan pemeriksaan
tekanan darah dan POSBINDU
selama masa pandemik
LINGKUNGAN
PANDEMI COVID-19
Tidak ada masalah P3

PROSES
Gambar 7. Fishbone Diagram Penyebab Rendahnya Capaian Pelayanan Hipertensi Sesuai Standar

31
4.5 Penentuan Prioritas Penyebab Masalah
Atas permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, maka untuk menentukan prioritas
penyebab masalah capaian program pelayanan hipertensi sesuai standar di Puskesmas
Anjatan sebagai berikut dengan menggunakan rumus I x T x R :

Tabel 5. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah


NO. Penyebab Masalah Importance Technical Resources Total
(I) Feasibility Availability
(T) (R)
1. Terhentinya kegiatan pemeriksaan 5 4 4 80
tekanan darah dan POSBINDU
selama masa pandemic
2. kerja kader kurang maksimal 5 3 4 60
selama pandemi
3. Kurang beragamnya media 2 5 5 50
informasi tentang hipertensi

4. Skrining faktor risiko hipertensi 2 5 5 50


masih rendah

5. Masyarakat belum mengetahui 3 5 5 75


bisa melakukan pemeriksaan
tekanan darah kembali di
puskesmas

6. Belum ada kartu kontrol untuk 3 5 5 75


pasien hipertensi

Berdasarkan tabel diatas, maka prioritas penyebab masalah rendahnya presentase


capaian pelayanan hipertensi adalah rendahnya tingkat kesadaran dari masayarakat untuk
melakukan pemeriksaan tekanan darah dan pengobatan ke puskesmas dan terhentinya
kegiatan pemeriksaan tekanan darah dan posbindu selama masa pandemic dengan nilai 80.
Berikut pertimbangan pemberian skor pada prioritas penyebab masalah.
Importance ( I ), diberikan skor 5 dengan terhentinya kegiatan pemeriksaan tekanan
darah akan mempengaruhi pelayanan hipertensi secara langsung karena menyebabkan
tekanan darah tidak termonitor dan mempengaruhi penatalaksanaan dan dampak bila tidak
tertatalaksana dengan tepat dapat menimbulkan komplikasi dikemudian hari.

32
Technical Feasibility ( T ), diberikan skor 4 dengan upaya untuk mengadakan kembali
pemeriksaan tekanan darah sesuai protokol kesehatan mampu dilaksanakan dengan
sumber daya yang tersedia berkerja sama dengan para kader dan biaya yang diperlukan
cukup sedikit.
Resources Availability ( R ), diberikan skor 4 dengan pertimbangan upaya yang
dilakukan dengan perancangan yang relatif mudah dan sumber daya manusia yang
dibutuhkan relative tidak banyak.

4.6 Alternatif Pemecahan Masalah


Atas permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, maka langkah selanjutnya
menentukan berbagai alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
Tabel 6. Alternatif Pemecahan Masalah

Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah


 Terhentinya kegiatan Pembuatan pojok tensi
pemeriksaan tekanan bersamaan dengan kotak
darah dan POSBINDU skrining, pembuatan alur
sebelum mengunjungi ke poli
selama masa pandemic
pengobatan
 Pemeriksaan tekanan darah
keliling rumah secara
bergiliran
 kerja kader kurang  Sosialisasi dan advokasi
maksimal selama pandemi kepada para kader dan
puskesmas kelurahan untuk
mencapai sebuah kerjasama
dengan puskesmas
 Kurang beragamnya  Melakukan pendekatan,
media informasi tentang berkerja sama dengan para
hipertensi kader untuk melakukan
penyuluhan, edukasi via WA
dan zoom
 Pembuatan media informasi
yang lebih beragam seperti
poster, video.

33
 Skrining faktor risiko  Pembuatan form online untuk
hipertensi masih rendah skrining dan kotak skrining
untuk melakukan skrining
faktor resiko hipertensi
 Masyarakat belum  Penyebaran informasi
mengetahui bisa pemeriksaan tekanan darah
melakukan pemeriksaan dan edukasi melalui
tekanan darah kembali di broadcasting dan group WA
puskesmas para kader dan di kotak
skrining
 Belum ada kartu kontrol  Pembuatan kartu kontrol
untuk memonitor tekanan hipertensi dan kepatuhan
darah pasien berobat untuk monitoring
yang dibawa oleh pasien

4.7 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah


Setelah penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah dengan
menggunakan kriteria matriks, maka didapatkan urutan prioritas alternatif
pemecahan penyebab kendala yang dihadapi oleh kader kesehatan dan petugas
kesehatan di Puskesmas Anjatan adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
Hasil
Penyelesaian Nilai Kriteria
Akhir Urutan
Masalah
M I V C (M x I x V ) / C
 Pembuatan pojok tensi
bersamaan dengan kotak 5 4 4 1 80 I
skrining

 Melakukan pendekatan, 5 4 4 1 80 II
berkerja sama dengan para
kader untuk melakukan
penyuluhan, edukasi via WA

34
dan zoom.

 Pembuatan media informasi


yang lebih beragam seperti 5 5 4 2 50 IV
video, poster.
 Pembuatan kartu kontrol
hipertensi untuk membuat
sebuah sistem pencatatan dan
5 5 4 2 50 III
monitoring setiap pasien untuk
memonitor tekanan darah dan
terapi
 Pembuatan form online untuk
skrining dan kotak skrining
untuk melakukan skrining faktor 3 4 4 2 24 VI

risiko PTM

 Penyebaran informasi
pemeriksaan tekanan darah dan
edukasi melalui broadcasting 3 4 4 1 48 V
dan group WA para kader dan di
kotak skrining
 Pemeriksaan tekanan darah
keliling rumah secara bergiliran 3 2 2 1 12 VII
sesuai jadwal

35
4.8 Rekomendasi Intervensi
Tabel 9. Rekomendasi Intervensi
Judul Kenali Tekanan Darah Mu, Kendalikan Hipertensi Mu
Rumusan Masalah Rendahnya capaian pelayanan hipertensi sesuai standar di
Puskesmas Anjatan
Rumusan Penyebab - Selama masa pandemic terhentinya kegiatan
pemeriksaan tekanan darah dan Posbindu

Rumusan Tujuan Tujuan Umum :


Meningkatkan capaian pelayanan hipertensi sesuai
standar di Anjatan
Tujuan Khusus :
- meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang
hipertensi.
- Pasien hipertensi dapat memonitor tekanan darahnya
dengan pencatatan melalui kartu kontrol hipertensi.
-Pasien hipertensi melakukan pemeriksaan tekanan darah
dan pengobatan ke puskesmas.

Rincian Kegiatan - Melakukan wawancara kepada pemegang program


mengenai program Penyakit Tidak Menular (PTM)
- Melakukan sosialisasi rencana kegiatan bersama
pemegang program, kader dan puskesmas
- Melakukan edukasi dan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan
tekanan darah dan pengobatan kontrol rutin
hipertensi
- Penyebaran edukasi dan informasi kegiatan
pemeriksaan tekanan darah dan edukasi hipertensi

36
melalui via WA dan zoom
- Pengadaan pojok tensi dan kotak skrining di
puskesmas
- Pembuatan kartu kontrol untuk penderita hipertensi
- Pendataan pasien skrining yang memiliki faktor
risiko dan yang telah terdiagnosis hipertensi untuk
selanjutnya dihubungi untuk pemeriksaan dan
kontrol ke puskesmas
Tempat - Puskesmas Anjatan
Waktu Evaluasi - Evaluasi per 3 bulan
Target Seluruh Kader PTM dan pasien hipertensi kerja
Puskesmas Anjatan

Intervensi kegiatan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Anjatan adalah


sebagai berikut, Melakukan wawancara dengan dokter puskesmas dan pemegang
program dalam permasalahan yang dihadapi mengenai rendahnya capaian
program pelayanan hipertensi sesuai standar. Selanjutnya dilakukan diskusi
dengan dokter puskesmas dan pemegang program Penyakit Tidak Menular di
puskesmas Anjatan. Dalam diskusi tersebut membahas mengenai kegiatan yang
sudah berjalan, target pencapaian, kendala yang ada dan rencana intervensi yang
akan dilakukan. Setelah dilakukan wawancara disimpulkan dikarenakan kondisi
dalam masa pandemic sehingga kegiatan pemeriksaan tekanan darah dan
posbindu terhenti dan hal itu membuat memonitor tekanan darah serta jadwal
pengobatan hipertensi terganggu dan tingkat kesadaran yang rendah dari
masayarakat untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah dan pengobatan ke
puskesmas, dan hal ini diperberat dengan adanya pandemik sehingga masyarakat
ada rasa takut untuk memeriksakan diri ke puskesmas.
Setelah menentukan penyebab masalah dilakukan rancangan rencana
intervensi program yaitu dimulai dengan penyuluhan dan edukasi mengenai
hipertensi kepada masyarakat melalui via zoom dan penyebaran poster edukasi

37
melalui group WA para kader dan penyebaran informasi mengenai pemeriksaan
tekanan darah di puskesmas via broadcasting WA.
Lalu langkah berikutnya berkerja sama dengan para dokter untuk melakukan
pengisian form faktor risiko PTM dan pemeriksaan tekanan darah di pojok temsi
dan kotak skrining saat menunggu poli. Setelah dilakukan skrining bagi pasien
yang memiliki tekanan darah tinggi maka akan diberikan kartu kontrol hipertensi
untuk membantu pasien memonitoring tekanan darahnya sekaligus dilakukan
edukasi saat di skrining, dan dianjurkan untuk berobat ke poli umum.
Langkah berikutnya hasil dari skrining akan dikumpulkan, yang memiliki
faktor risiko dan riwayat keluarga hipertensi akan didata untuk diberikan ke para
kader perwakilan RW untuk dihubungi dan dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan dan skrining di puskesmas.
Setelah dilakukan intervensi selama kurang lebih 1 bulan di harapkan terjadi
peningkatan pencapaian program sesuai target

38
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi program Pelayanan Hipertensi Sesuai Standar
disimpulkan bahwa terdapat kesenjangan antara capaian dan target program,
penyebab utama rendahnya capaian pelayanan hipertensi sesuai standar di
Puskesmas Anjatan adalah dikarenakan kondisi dalam masa pandemic sehingga
kegiatan pemeriksaan tekanan darah dan posbindu terhenti dan hal itu membuat
memonitor tekanan darah serta jadwal pengobatan hipertensi terganggu sehingga
alokasi pemeriksaan dipindahkan ke puskesmas dalam masa pandemic ini.
Sehingga Intervensi yang di rencanakan adalah berkerja sama dengan para
petugas kesehatan puskesmas untuk pengadaan pojok tensi (untuk pemeriksaan
tekanan darah) dan kotak skrining (untuk skrining faktor risiko hipertensi).
Melakukan pendekatan, berkerja sama dengan para kader untuk rancangan program,
melakukan penyuluhan, edukasi via WA dan zoom, pembuatan kartu kontrol
hipertensi dengan edukasi dan catatan monitoring tekanan darah. Penyebaran
informasi tentang pemeriksaan tekanan darah di puskesmas dan edukasi melalui
broadcasting dan group whatsapp.

39
5.2 Saran
Kegiatan rangcangan intervensi dalam alternatif pemecahan masalah ini masih
mengalami beberapa kendala, oleh karena itu penulis menyarankan untuk
sosialisasi alur untuk melakukan skrining sebelum ke poli pengobatan sehingga
tidak ada pasien yang terlewat, kerjasama dengan para kader untuk kunjungan
pengadaan pemeriksaan tekanan darah ke setiap rumah sebagai pengganti dari
POSBINDU. Serta untuk proses pendataan masih belum lengkap dikarenakan
banyak masyarakat yang tidak mengetahui nomor teleponnya sehingga terdapat
kendala proses pendataan.
Melakukan evaluasi tiap triwulan untuk capaian, apabila dalam evaluasi
selanjutnya tidak terdapat kenaikan, maka dapat dipertimbangkan alternatif solusi
lainnya.

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri kesehatan nomor 71 tahun


2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2015
2. PERKI. Pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular.
Jakarta: PERKI. 2015
3. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin: Hipertensi. Jakarta: Kementerian
kesehatan RI. 2019
4. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri kesehatan RI nomor 4 tahun
2019. Jakarta: Kementerian kesehatan RI. 2019
5. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan primer. Ed 1. Jakarta: IDI. 2017
6. Lukito AA, Harmeiwaty Eka, Hustrini NM. Konsensus Penatalaksanaan
Hipertensi. Jakarta: Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. 2019.
7. Infodatin; Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI; Tahun 2019.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/
infodatin-hipertensi-si-pembunuh-senyap.pdf
8. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Riskesdas 2018. Jakarta: Badan
Litbangkes, Kemenkes. 2019
9. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi; Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular. Subdit Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. 2013
10. Rilantono, LI. Penyakit Kardiovaskular (PKV) 5 Rahasia. 2016. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI.
11. BPJS Kesehatan. Panduan praktis PROLANIS (program pengelolaan
penyakit kronis). Accessed on November 3, 2020. Available at:
https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/06-PROLANIS.pdf

41

Anda mungkin juga menyukai