Anda di halaman 1dari 38

SEHAT DAN BUGAR BERSAMA KLUB JANTUNG SEHAT

PUSKESMAS PONDOK BENDA

Oleh:

dr. ULFA PUTRI AZIZAH


NIP. 198611302014022001

SELEKSI TENAGA KESEHATAN TELADAN


KATEGORI DOKTER UMUM TAHUN 2018

PUSKESMAS PONDOK BENDA


DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG SELATAN
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah subhaanahu wa ta'ala yang telah menganugerahkan kesempatan
dan kesehatan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah yang berjudul
"Sehat dan Bugar Bersama Klub Jantung Sehat Puskesmas Pondok Benda” berisi tentang
upaya pencegahan dan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah melalui kegiatan
Klub Jantung Sehat Puskesmas Pondok Benda.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas sebagai peserta seleksi tenaga
kesehatan teladan kategori dokter umum tahun 2018. Makalah ini juga sebagai bentuk inovasi
dari program Puskesmas dalam hal integrasi antara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) di Puskesmas Pondok Benda Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan.
Ucapan terima kasih kepada pembimbing sekaligus Kepala Bidang SDK Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan, dr. Allin Hendalin M. Kepada kepala Puskesmas Pondok Benda dan
Kasubag Tata Usaha Puskesmas Pondok Benda, dr. Ronald Adrianto S. dan Ibu Rita Rosita
D. P., S. IP, atas dukungan dan kepercayannya selama ini. Kepada teman sejawat dokter di
Puskesmas Pondok Benda yang selalu kompak dan penuh dedikasi. Kepada seluruh teman-
teman medis, paramedis dan nonmedis Puskesmas Pondok Benda yang selalu semangat
dalam segala kondisi. Terima kasih secara khusus kepada pengurus dan peserta Klub Jantung
Sehat Puskesmas Pondok Benda. Kepada suami tercinta dan anak-anak tersayang yang kapan
pun dan di mana pun selalu ada untuk saya. Terima kasih dan semoga Allah SWT membalas
dengan kebaikan yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini membawa manfaat khususnya untuk penulis sendiri, untuk
Puskesmas Pondok Benda, dan untuk seluruh pembaca. Masih banyak kekurangan di dalam
makalah ini baik dari segi isi maupun struktur penulisan. Atas kekurangan tersebut, saya
memohon maaf dan mengharapkan masukan dan saran untuk perbaikan.

Tangerang Selatan, 11 Maret 2018

dr. Ulfa Putri Azizah


NIP. 19861130 201402 2 001

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ...................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Masalah .............................................................................................................................. 3
C. Tujuan ............................................................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................... 4
A. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) sub Penyakit Tidak Menular
(PTM) ............................................................................................................................... 4
B. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah ............................................................................ 6
1. Hipertensi .................................................................................................................... 6
2. Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau Coronary Artery Diesease (CAD) ................ 11
C. Yayasan Jantung Indonesia ............................................................................................ 15
D. PROLANIS BPJS Kesehatan ........................................................................................ 16
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 18
A. Perencanaan dan Pembentukan Klub Jantung Sehat (KJS) Puskesmas Pondok Benda . 18
B. Struktur Organisai KJS Puskesmas Pondok Benda ...................................................... 19
C. Pelaksanaan Kegiatan KJS Puskesmas Pondok Benda .................................................. 20
D. Monitoring dan Evaluasi ................................................................................................ 23
1. Monitoring................................................................................................................. 23
2. Evaluasi ..................................................................................................................... 26
E. Rencana Tindak Lanjut................................................................................................... 27
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 28
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 28
B. Saran ............................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 29

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan Joint National Committee VII (JNC VII)…….…. …6
Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah American Heart Association (AHA) tahun 2017……… .…… .…6
Tabel 3. Modifikasi gaya hidup untuk tata laksana hipertensi…………………………….….….…….9
Tabel 4. Obat yang direkomendasikan untuk hipertensi……………………………………….…… ..10
Tabel 5. Kepengurusan KJS Puskesmas Pondok Benda……………………………………….…… ..19
Tabel 6. Integrasi Lintas Sektor dan Lintas Program dalam KJS Puskesmas Pondok Benda……… ..20
Tabel 7. Kegiatan Klub Jantung Sehat Puskesmas Pondok Benda……..…………….………….……22
Tabel 8. Monitoring ketepatan pelaksanaan kegiatan KJS tahun 2017……………………………….23
Tabel 9. Analisis masalah dalam pelaksanaan KJS tahun 2017…………………….……….………..26

iii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Gambar 1. Gambar bagan algoritma penatalaksanaan hipertensi berdasarkan JNC VII……………. ..9
Grafik 1. Monitoring jumlah peserta KJS pada setiap kegiatan olahraga rutin KJS…………….……23
Grafik 2. Monitoring kehadiran peserta PROLANIS dalam kegiatan KJS…………………..……….24
Grafik 3. Hasil pemeriksaan tekanan darah peserta KJS Januari 2017 s.d. Desember 2017………….25
Grafik 4. Persentase hasil tekanan darah peserta KJS Januari 2017 s.d. Desember 2017…………….25

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung dan pembuluh merupakan penyakit yang menduduki peringkat
pertama penyebab kematian di dunia. Secara global, kematian akibat penyakit jantung
dan pembuluh darah mencapai 31% atau sekitar 17.7 juta kematian per tahun. Penyakit
ini dipicu oleh merokok, diet atau pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik,
dan penyalahgunaan alkohol. Kebiasaan yang tidak sehat ini mengakibatkan terjadinya
kenaikan tekanan darah, kenaikan kadar gula darah, kelebihan berat badan hingga
obesitas. Manifestasi paling sering dari penyakit jantung dan pembuluh darah adalah
serangan jantung dan stroke1.
World Health Organitation (WHO) mendorong setiap negara di dunia untuk
melakukan gerakan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk
penguatan layanan primer dalam penanganan penyakit ini1. Di Indonesia, proses
penguatan layanan primer ini berada di bawah Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia hingga UPT di bawahnya. Selain itu, masih ada layanan primer swasta, rumah
sakit swasta, NGO, LSM, yang berperan dalam pencegahan dan penanggulangan penyakt
jantung dan pembuluh darah.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal diperlukan upaya pencegahan,
pemeliharaan, deteksi dini, pengobatan, dan juga pemulihan. Upaya tersebut perlu
dilakukan bahkan sebelum manusia lahir, yakni sejak proses kehamilan, kemudian pada
saat kelahiran, masa neonatus, bayi, balita, anak, remaja, dewasa, dan terus berlanjut
hingga usia lanjut2.
Garda terdepan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat adalah Pusat
Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perseorangan (UKP) tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. UKM tingkat pertama meliputi UKM esensial dan UKM pengembangan. UKM
esensial di antaranya adalah pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi,

1
pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. UKM pengembangan adalah kegiatan
yang sifatnya ekstensifikasi yang mengandung unsur inovasi dan disesuaikan dengan
permasalahan kesehatan, sumber daya, dan potensi yang ada3.
Puskesmas Pondok Benda adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Puskesmas Pondok Benda memiliki satu kelurahan
binaan yaitu Kelurahan Pondok Benda. Puskesmas Pondok Benda memiliki visi
"Memberikan pelayanan kesehatan yang prima demi terwujudnya Tangerang Selatan
kota cerdas, berkualitas, dan berdaya saing berbasis teknologi dan inovasi". Untuk
mencapai visi tersebut, maka Puskesmas Pondok Benda memiliki misi:
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan kompetensi dan komitmen
tinggi yang berbasis teknologi
2. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengelolaan dan manajemen
puskesmas
3. Mengembangkan kualitas sarana pelayanan kesehatan yang modern
4. Menggalang komitmen dengan lintas program, lintas sektor, masyarakat, dan
swasta.
Masalah kesehatan dapat ditemukan di semua siklus kehidupan manusia, sehingga
upaya kesehatan perlu dilakukan pada setiap siklusnya. Penyakit jantung dan pembuluh
darah adalah salah satu masalah kesehatan yang muncul pada masa remaja (15 tahun)
hingga usia lanjut. Penyakit jantung dan pembuluh darah di antaranya adalah penyakit
hipertensi, penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung koroner, dan penyakit pada
sistem jantung dan pembuluh darah yang lainnya serta berbagai masalah kesehatan yang
menjadi komplikasinya. Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas tahun 2016, penyakit
jantung dan pembuluh darah menduduki peringkat pertama dari kunjungan penyakit
tidak menular ke Puskesmas Pondok Benda. Dari data Riskerdas tahun 2013 diketahui
bahwa hipertensi menduduki peringkat pertama penyakit tidak menular, yaitu mencapai
25.8% berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia >18 tahun.
Berdasarkan data kunjungan pàsien ke Puskesmas Pondok Benda, maka didapatkan
bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah (HT, penyakit jantung) menempati urutan
pertama dalam kategori penyakit tidak menular. Dari 10 besar penyakit, HT dan penyakit
jantung dan pembuluh darah menempati urutan ke-4 setelah ISPA, gastritis dan arthritis
dengan persentase sebesar 8.55% dari seluruh kunjungan ke Puskesmas Pondok Benda.
Penyakit jantung dan pembuluh darah terutama penyakit hipertensi dapat dicegah
dengan pola hidup sehat. Pola hidup sehat untuk mencegah penyakit hipertensi di
2
antaranya dengan melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara rutin, makan dengan
gizi seimbang disertai dengan serat atau buah dan sayur setiap hari, menghindari asap
rokok, dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Hipertensi yang tidak terdeteksi
akan mengakibatkan berbagai komplikasi yang lebih sulit untuk diatasi. Komplikasi yang
sering terjadi di antaranya stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Pembiayaan untuk penanganan hipertensi dan komplikasinya sangatlah besar, sehingga
pencegahan sangat perlu dilakukan.
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan, peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan
baik dalam bentuk masukan, harapan, dan keinginan, serta peran aktif dalan UKBM
maupun dalam kegiatan lainnya. Salah satu peran masyarakat adalah dalam kegiatan
survei mawas diri. Dari survei mawas diri (SMD) diketahui bahwa sebagian masyarakat
masih belum melakukan aktivitas fisik secara rutin dan belum melakukan aktivitas
pencegahan penyakit degeneratif (hipertensi dan diabetes melitus). Dari hasil SMD juga
diketahui bahwa masyarakat menginginkan adanya wahana atau perkumpulan jantung
sehat. Atas dasar ini, kemudian dibentuklah Klub Jantung Sehat (KJS) Puskesmas
Pondok Benda dengan tujuan utama mencegah dan mengendalikan penyakit jantung dan
pembuluh darah.

B. Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas apakah pelaksanaan kegiatan Klub Jantung Sehat
Puskesmas Pondok Benda sudah sesuai dengan tujuan utama dibentuknya.

C. Tujuan
Tujuan umum
Melakukan pencegahan dan pengendalian penyait jantung dan pembuluh darah
melalui kegiatan Klub Jantung Sehat Puskesmas Pondok Benda.
Tujuan khusus
1. Mengetahui masalah kesehatan pada penyakit jantung dan pembuluh darah dan
penatalaksanaannya
2. Mengetahui peran integrasi lintas program, lintas sektor, dan pemberdayaan
masyarakat dalam pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah
3. Mengetahui gambaran kegiatan Klub Jantung Sehat Puskesmas Pondok Benda
tahun 2017
4. Mengetahui capaian kegiatan Klub Jantung Sehat Puskesmas Pondok Benda dalam
pencegahan dan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) sub Penyakit Tidak


Menular (PTM)
Program pencegahan dan pengendalian penyakit (P2P) merupakan bagian dari
pelayanan esensial yang harus diselenggarakan oleh Puskesmas. Program P2P terdiri dari
program imunisasi, surveilans, penyakit menular yang terdiri dari TBC, HIV, kusta,
filariasis, ISPA – pneumonia, diare, DBD, hepatitis, malaria, flu burung dan sub
Penyakit Tidak Menular (PTM).
Penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes menjadi prioritas masalah
kesehatan kementerian kesehatan karena insidennya terus meningkat dan menyerang usia
muda. Sementara itu, kejadian penyakit menular juga masih tetap tinggi. Kondisi ini
yang disebut dengan double burden diseases (beban ganda penyakit menular dan
penyakit tidak menular). Penyakit-penyakit tidak menular apabila tidak dikelola dengan
baik akan membebani negara karena biaya pengobatan untuk penyakit-penyakit ini
sangatlah besar, sementara beban negara untuk mengatasi penyakit menular juga sangat
tinggi.
Hipertensi dan kencing manis juga menjadi indikator dalam Standar Pelayanan
Minimal di bidang kesehatan yang harus dicapai oleh pemerintah kabupaten/kota.
Pencapaian SPM ini harus melibatkan lintas sektor mulai dari pemangku kebijakan
hingga masyarakat. SPM di bidang kesehatan yang dimaksud antara lain: 1) Setiap ibu
hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar; 2) Setiap ibu bersalin
mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar; 3) Setiap bayi baru lahir mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar; 4) Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar; 5) Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar; 6) Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun
mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar; 7) Setiap warga negara Indonesia usia
60 tahun ke atas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar; 8) Setiap penderita
hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar; 9) Setiap penderita Diabetes
Melitus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar; 10) Setiap orang dengan
gangguan jiwa berat (ODGJ) mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar; 11)
Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai standar; dan 12) Setiap orang
beresiko HIV (ibu hamil, pasien TB, pasien IMS, waria/transgender, pengguna napza,

4
dan warga binaan lembaga pemasyarakatan) mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai
standar4.
Kementerian kesehatan telah mengenalkan slogan CERDIK kepada masyarakat untuk
meningkatkan kewaspadaan akan penyakit tidak menular terutama hipertensi dan
diabetes melitus. CERDIK merupakan akronim dari enam hal yang harus dilakukan
untuk mencegah penyakit. Keenam hal tersebut adalah: 1) Cek kesehatan secara berkala;
2) Enyahkan asap rokok; 3) Rajin beraktivitas fisik; 4) Diet yang baik dan seimbang; 5)
Istirahat yang cukup, dan 6) Kelola stress dengan baik.
Pemerintah juga sudah mengenalkan Germas atau gerakan masyarakat hidup sehat
yang terdiri dari 12 (dua belas) indikator. Di dalam germas, hipertensi juga menjadi salah
satu indikatornya. Indikator germas atau juga dikenal dengan indikator keluarga sehat
tersebut adalah: 1) Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB); 2) Ibu
melakukan persalinan di fasilitas kesehatan; 3) Bayi mendapat imunisai dasar lengkap; 4)
Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif; 5) Balita mendapatkan pemantauan
pertumbuhan; 6) Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar; 7)
Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur; 8) Penderita gangguan jiwa
mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan; 9) Anggota keluarga tidak ada yang
merokok; 10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN); 11)
Keluarga mempunyai akses sarana air bersih; 12) Keluarga mempunyai akses atau
menggunakan jamban sehat.
Implementasi keseluruhan kegiatan Puskesmas dimaksudkan untuk mencapai tujuan
pemerintah yang kelima (Nawa Cita kelima) yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia. Program kementerian kesehatan yang difokuskan untuk mencapai tujuan ini
dikenal dengan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK). PIS PK
harus dijalankan oleh seluruh puskesmas yang ada di Indonesia dengan indikator
capaiannya adalah 12 indikator keluarga sehat yang sudah disebutkan sebelumnya.
Untuk mencapai target total coverage, maka dilakukan kunjungan rumah, wawancara
mendalam, observasi, dan pemeriksaan tekanan darah. Dengan dilakukannya pengukuran
tekanan darah ke seluruh warga (>15 tahun) diharapkan dapat menjaring masyarakat
dengan hipertensi yang selama ini tidak pernah melakukan pemeriksaan tekanan darah.

5
B. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Penyakit jantung dan pembuluh darah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
hipertensi dan penyakit jantung koroner.

1. Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang ditandai dengan
adanya peningkatan tekanan darah di atas batas normal baik disertai atau tanpa
gejala tambahan. Nilai normal tekanan darah memiliki perbedaan antara pedoman
satu dengan pedoman lainnya. Menurut KMK nomor 514 tahun 2015 yang masih
dipakai di Faskes Primer sampai dengan saat ini, kriteria yang dipakai adalah
klasifikasi tekanan darah berdasarkan Joint National Committee VII (JNC VII),
dengan klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan Joint National Committee VII (JNC VII)6
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik
Normal <120 mm Hg <80 mm Hg
Pre-Hipertensi 120-139 mm Hg 80-89 mm Hg
Hipertensi stage 1 140-159 mm Hg 80-99 mm Hg
Hipertensi stage 2 ≥160 mm Hg ≥100 mm Hg

Pedoman yang terbaru, yaitu yang dikeluarkan oleh American Heart Association
(AHA) tahun 20179, membagi hipertensi sebagai berikut:
Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah American Heart Association (AHA) tahun 2017

Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik


Normal <120 mm Hg <80 mm Hg
Elevated 120-129 mm Hg <80 mm Hg
Hipertensi Stage 1 130-139 mm Hg 80-89 mm Hg
Hipertensi Stage 2 ≥140 mm Hg ≥90 mm Hg

b. Epidemiologi
Beberapa data yang ada menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia
berkisar antara 5%-10%. Hasil pengukuran pada target berusia ≥18 tahun saat
Riskerdas tahun 2013 menunjukkan hasil hipertensi 25.8%, sedangkan hasil
wawancara menunjukkan 9% mengalami hipertensi. Data lain menunjukkan

6
prevalensi hipeternsi mencapai 32% untuk keseluruhan ras, sedangkan pada ras
Asia sekitar 27%-29%.

c. Etiologi
Sejumlah 85%-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut sebagai
hipertensi primer atau hipertensi esensial atau idiopatik. Hanya sedikit yang
diketahui penyebabnya di antaranya karena gangguan sekresi hormon, gangguan
fungsi ginjal, hipertensi yang dipicu obat dan alkohol, dan beberapa penyebab lain
yang sangat jarang seperti Cushing's syndrome, hiperplasia adrena kongenital,
dsb7.
Meskipun tidak diketahui secara pasti penyebabnya, namun ada beberapa faktor
resiko yang berhubungan dengan penyakit hipertensi. Faktor resiko ini dibagi
menjadi dua macam yaitu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor
resiko yang dapat dimodifikasi. Fator resiko yang tidak dapat dimodifikasi di
antaranya: 1) Usia; 2) Jenis kelamin laki-laki; dan 3) Riwayat penyakit jantung dan
pembuluh darah pada keluarga. Sedangkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi di
antaranya: 1) Pola makan (terlalu tinggi garam); 2) Konsumsi alkohol berlebihan;
3) Kurangnya aktivitas fisik; 4) Kebiasaan merokok; 5) Obesitas; 6) Dislipidemia;
7) Diabetes Melitus; dan 8) Psikososial dan stress.

d. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis hipertensi sangat beragam mulai dari tanpa gejala hingga
menimbulkan gejala yang berat. Gejala yang mungkin timbul di antaranya: 1) Sakit
atau nyeri kepala; 2) Gelisah; 3) Jantung berdebar-debar; 4) Pusing; 5) Leher kaku;
6) Penglihatan kabur; dan 7) Rasa sakit di dada.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan pasien tampak sehat atau tampak sakit
ringan. Pada pemeriksaan tekanan darah didapatkan peningkatan tekanan darah di
atas normal. Pasien yang sudah mendapatkan terapi hipertensi bisa saja tekanan
darahnya normal (hipertensi terkontrol). Pasien dengan hipertensi harus diperiksa
tekanan vena jugularis, batas-batas jantung, dan auskultasi jantung secara lengkap.
Pada pasien hipertensi lama, dapat ditemukan pelebaran batas jantung akibat
terjadinya kardiomegali. Tanda fisik lain yang perlu diperhatikan adalah edema
perifer akibat kegagalan pompa jantung.

7
Pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan dengan teknik yang baik dan benar
sesuai dengan prosedur pemeriksaan standar. Ukuran manset harus disesuaikan
dengan tiap-tiap pasien dan dilakukan dengan posisi yang ideal (duduk).

e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien hipertensi adalah5:
1) Urinalisis lengkap: protein, leukosit, eritrosit, dan silinder
2) Pemeriksaan darah rutin untuk melihat hemoglobin dan hematokrit
3) Pemeriksaan kimia darah: gula darah puasa, kolesterol total
4) Pemeriksaan fungsi ginjal: Ureum dan kreatinin
5) Pemeriksaan elektokardiografi (EKG) untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri
Tidak semua pasien hipertensi harus dilakukan pemeriksaan EKG, namun
dianjurkan untuk pasien hipertensi dengan adanya murmur jantung, hipertensi
dengan kelainan katup, hipertensi pada anak dan remaja, hipertensi saat aktivitas
namun normal saat istirahat, dan hipertensi yang disertai sesak napas.

f. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan tekanan
darah. Hasil pemeriksaan tekanan darah melebihi batas normal (sesuai criteria yang
dipakai, baik JNC VII maupun AHA 2017) maka dapat ditegakkan diagnosis dan
dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan diagnosis.

g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi untuk faskes primer atau puskesmas masih
berdasarkan JNC VII sebagaimana tercantum dalam KMK nomor 514 tahun 2015.
Penatalaksanaan hipertensi dilakukan dengan melakukan modifikasi gaya hidup
dan terapi farmakologis6.

8
Gambar 1. Gambar bagan algoritma penatalaksanaan hipertensi berdasarkan JNC VII

Tabel 3. Modifikasi gaya hidup untuk tata laksana hipertensi


Rerata Penurunan TD
Modifikasi Rekomendasi
Sistolik
Penurunan berat Jaga barat badan ideal (BMI: 5 – 20 mm Hg/ 10 kg
badan 18,5 – 24,9 kb/m2)
Dietary Diet kaya buah, sayuran, produk 8 – 14 mm Hg
Approaches to Stop rendah lemak dengan jumlah
Hypertension lemak jenuh yang rendah
(DASH)
Pembatasan asupan Kurangi hingga <100 mmol per 2 – 8 mm Hg
natrium hari (2.0 g natrium atau 6.5
natrium klorida atau 1 sendok
teh garam per hari)
Aktivitas fisik Aktivitas fisik aerobik yang 4 – 9 mm Hg
aerobic teratur (misal: jalan cepat) 30
menit sehari, hampir setiap hari
dalam seminggu
Stop Alkohol 2 – 4 mm Hg

9
Penatalaksanaan farmakologis hipertensi tanpa compelling indication6 :
1) Hipertensi stage1 dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari, atau
pemberian penghambat ACE (captopril 3x12,5- 50 mg/hari), atau nifedipin
long acting 30-60 mg/hari) atau kombinasi.
2) Hipertensi stage 2 Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama
2 minggu, dapat diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik,
tiazid dan penghambat ACE atau penyekat reseptor beta atau penghambat
kalsium.
3) Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dari
masing-masing anti hipertensi diatas. Sebaiknya pilih obat hipertensi yang
diminum sekali sehari atau maksimum 2 kali sehari. Bila target tidak
tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau ditambahkan obat lain
sampai target tekanan darah tercapai
Kondisi khusus lain
1) Lanjut Usia
a) Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mg/hari.
b) Obat hipertensi lain mempertimbangkan penyakit penyerta.
2) Kehamilan
a) Golongan metildopa, penyekat reseptor β, antagonis kalsium,
vasodilator.
b) Penghambat ACE dan antagonis reseptor AII tidak boleh digunakan
selama kehamilan.

Tabel 4. Obat yang direkomendasikan untuk hipertensi 6


Penghambat
Penghambat Antagonis
Penyekat Kanal Antagonis
Indikasi khusus Diuretik ACE Reseptor
Beta (BB) Kalsium Aldosteron
(ACEi) AII (ARB)
(CCB)
Gagal jantung √ √ √ √ √
Paska IMA √ √ √
Risiko tinggi √ √
√ √
penyakit koroner
DM √ √ √ √ √
CKD √ √
Pencegahan √

stroke berulang

10
Konseling dan Edukasi6
1) Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan
yang harus diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk mengontrol
tekanan darah) dan pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala
(misalnya untuk mengatasi mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang
digunakan untuk tiap obat dan berapa kali minum sehari.
2) Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang.
Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk
mengoptimalkan hasil pengobatan.
3) Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga kecukupan
pasokan obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang disarankan
meskipun tak ada gejala.
4) Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan
pengukuran kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur.
Pemeriksaan komplikasi hipertensi dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1
tahun sekali.

h. Komplikasi6
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Proteinurea dan gangguan fungsi ginjal
3) Aterosklerosis pembuluh darah
4) Retinopati
5) Stroke atau TIA
6) Gangguan jantung, misalnya infark miokard, angina pektoris, serta gagal
jantung

2. Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau Coronary Artery Diesease (CAD)


a. Definisi
Penyakit jantung koroner (coronary heart disease/CHD atau coronary artery
disease/CAD) adalah penyakit akibat penyempitan arteri koroner. Penyempitan
disebabkan karena adanya plak di dinding dalam arteri coronaria (koroner). Arteri
koroner berfungsi untuk mensuplai darah ke otot jantung sehingga adanya
penyempitan akan mengakibatkan penurunan suplai darah ke otot jantung.
Penyakit jantung koroner menjadi penyebab dari terjadinya iskesmia jantung dan

11
infark miokard akut. Kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner
masih menduduki urutan pertama di dunia10.

b. Epidemiologi
Prevalensi penyakit jantung koroner di Amerika adalah sekitar 6.2% dan
prevalensi infark miokard akut sekitar 2.8% dengan angka kematian akibat
penyakit jantung koroner sekitar 37%. Selama 15 tahun, kematian akibat penyakit
jantung koroner masih menduduki peringkat tertinggi sebagai penyebab kematian
di dunia.

c. Etiologi
Penyebab dari PJK adalah timbunan plak yang ada di dinding arteri koroner.
Timbunan plak ini tidak diketahui dengan pasti penyebabnya, namun diduga
berasal dari kolesterol dan radikal bebas. Terdapat beberapa faktor yang
meningkatkan seseorang untuk menderita PJK. Faktor utamanya adalah hipertensi,
hiperkolesterol, dan merokok. Faktor lainnya adalah umur, ras, jenis kelamin,
keturunan (bersifat irreversibel), geografis, diet, obesitas, diabetes, exercise,
perilaku dan kebiasaan hidup lainnya, stress, perubahan sosial dan perubahan masa
(bersifat reversible).

d. Manifestasi klinis
1) Angina Pektoris
Gejala yang paling sering muncul pada PJK adalah adanya nyeri dada
iskemik atau angina pektoris. Nyeri dada timbul akibat otot jantung mengalami
iskemia karena kekurangan pasokan oksigen dari arteri koroner. Nyeri dada
berupa perasaan berat di dada, seperti ditekan benda berat, seperti diremas, dan
timbul di area dada kiri. Nyeri dapat menjalar ke punggung, bahu, rahang, leher,
dan lengan kiri. Gejala dapat menyerupai dispepsia dan nyeri ulu hati. Rasa
nyeri semakin memberat dengan aktivitas fisik dan stres emosional dan
berkurang dengan istirahat. Gejala angina dapat berlangsung ringan hingga berat
dan dapat hilang timbul.
Kebanyakan pasien dengan PJK tidak menunjukkan gejala apapun atau biasa
disebut dengan silent CHD. Kondisi silent CHD ini bisa berlangsung sangat
lama dan baru terdiagnosis ketika pasien mengalami serangan jantung, gagal
jantung, atau gangguan irama jantung (aritmia)6.

12
2) Serangan Jantung atau Acute Coronary Syndrome (ACS)
Serangan jantung terjadi akibat terjadi sumbatan pada arteri koroner sehingga
otot jantung tidak mendapatkan oksigen dan mengalami infark atau kematian
jaringan. Gejala serangan jantung adalah nyeri dada hebat disertai mual,
keringat dingin, sesak napas. Nyeri dada dapat berlangsung beberapa menit dan
berkurang dengan istirahat namun dapat timbul lagi seiring dengan keparahan
serangan. ACS termasuk kegawatdaruratan yang harus ditangani dengan segera.
Keterlambatan penanganan dapat mengakibatkan kematian dan kerusakan
jaringan yang lebih luas10.

3) Gagal jantung
Gagal jantung adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak napas dan
kelelahan akibat kelainan fungsi dan struktur jantung. Pada PJK, gagal jantung
dapat terjadi akibat kerusakan miokard (karena iskemik atau post infark). Gejala
yang terjadi di antaranya sesak napas, napas pendek, mudah lelah, bengkak pada
kedua kaki, dan pembengkakan pada anggota tubuh yang lain. Pada
pemeriksaan dapat ditemukan peningkatan tekanan vena jugularis, rhonki halus
akibat edema paru, gallop pada pemeriksaan bunyi jantung, asites, dan edema
perifer7.

e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien PJK biasanya dilakukan di rumah sakit atau
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Pemeriksaan yang dilakukan di
antaranya6:
1) Pemeriksaan EKG
2) Tes treadmill
3) Echokardiografi
4) Foto Thorax
5) Pemeriksaan kimia darah
6) Angiografi koroner dan kateterisasi jantung

f. Diagnosis
Diagnosis PJK ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pasien biasanya didiagnosis PJK atau CAD oleh dokter
spesialis penyakit dalam atau kardiologi di rumah sakit dan dirujuk balik ke

13
Puskesmas atau faskes primer jika kondisi sudah stabil. Pasien PJK atau pasien
dengan resiko tinggi PJK perlu melakukan terapi untuk mencegah terjadinya
komplikasi atau perburukan.

g. Penatalaksanaan
Tata laksana penyakit jantung koroner terdiri dari modifikasi gaya hidup, terapi
farmakologis, tindakan intervensi atau bedah, dan terapi rehabilitasi. Tujuan
penatalaksanaan pada PJK adalah:
1) Menurunkan resiko terjadinya penggumpalan darah (penggumpalan dapat
menyebabkan serangan jantung)
2) Mencegah terjadinya komplikasi PJK
3) Menurunkan faktor resiko PJK sehingga pertumbuhan plak di dinding arteri
dapat dihambat atau dihentikan
4) Meringankan gejala yang timbul
5) Melebarkan atau memintas arteri yang tersumbat (melalui tindakan
intervensdi atau pembedahan)
h. Komplikasi
Komplikasi penyakit jantung koroner terjadi akibat perburukan timbunan plak
di arteri koroner sehingga semakin menyempitkan lumen arteri. Komplikasi juga
dapat terjadi ketika plak mengalami ruptur sehingga menyebabkan oklusi pada
percabangan arteri yang lebih kecil. Komplikasi yang mungkin terjadi dari PJK di
antaranya adalah:
1) Serangan jantung atau acute coronary syndrome
2) Gagal jantung
3) Aritmia

14
C. Yayasan Jantung Indonesia13
Yayasan Jantung Indonesia (Indonesian Heart Foundation) adalah lembaga nirlaba
yang fokus pada peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya
upaya pencegahan Penyakit Jantung dan Pembuluh darah melalui pemasyarakatan Panca
Usaha Jantung Sehat. Yayasan berdiri pada tanggal 4 Oktober 1974 dan menjadi anggota
Federasi Jantung Sedunia pada tahun 1978 saat Kongres Federasi Jantung Sedunia di
Tokyo Jepang.
Yayasan Jantung Indonesia memiliki visi "Pelopor Gaya Hidup Sehat" dan beberapa
misi, yaitu: 1) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan
penyakit jantung dan pembuluh darah; 2) Melaksanakan tata kelola organisasi
berdasarkan prinsip Good Governance; 3) Membangun kemitraan dengan seluruh
stakeholder (pemangku kepentingan). Program yang dilaksanakan terdiri dari program
promotif, program preventif, dan program kuratif/rehabilitatif. Program promotif berupa
penyuluhan kepada masyarakat luas melalui berbagai media, program preventif melalui
kegiatan olahraga Klub Jantung Sehat, dan program kuratif/rehabilitatif berupa
pemberian bantuan biaya operasi dan kegiatan rehabilitatif.
Upaya kesehatan yang dipromosikan oleh Yayasan Jantung Indonesia dikenal dengan
nama Panca Usaha Jantung Sehat yang terdiri dari: 1) Seimbangkan gizi; 2) Enyahkan
rokok; 3) Hadapi dan atasi stress; 4) Awasi tekanan darah; dan 5) Teratur berolah raga.
Lima langkah di atas jika disingkat akan membentuk akronim SEHAT.
Sasaran dari kegiatan Yayasan Jantung Indonesia adalah segenap anggota masyarakat
yang sadar dan peduli terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung
dan pembuluh darah.
Klub Jantung Sehat (KJS) adalah wadah kegiatan olahraga jantung sehat yang berada
di bawah naungan Yayasan Jantung Indonesia. KJS pertama kali dibentuk pada tanggal
28 Februari 1978 di Jakarta. KJS bertujuan untuk menciptakan masyarakat Indonesia
yang sehat, terhindar dari penyakit jantung dan pembuluh darah.

15
D. PROLANIS BPJS Kesehatan
PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) adalah suatu sistem pelayanan
kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang
melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan
kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai
kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien14.
Tujuan PROLANIS adalah mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai
kualitas hidup optimal dengan indicator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke
Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap
penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga
dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit14.
Sasaran PROLANIS adalah seluruh peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit
kronis (Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi).
Bentuk pelaksanaan kegiatan PROLANIS meliputi aktivitas konsultasi medis/edukasi,
home visit, reminder, aktivitas klub, dan pemantauan status kesehatan. Pelaksanaan
PROLANIS melibatkan Faskes Tingkat Pertama dan pelayanan farmasi yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan.
Pelaksanaan kegiatan Klub Prolanis di Puskesmas Pondok Benda
1. Pemeriksaan kesehatan rutin
Pemeriksaan kesehatan dilakukan setiap kali pertemuan.Pemeriksaan yang
dilakukan adalah pemeriksaan fisik yaitu tinggi badan (TB), berat badan (BB),
indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah (TD) serta tanda vital lainnya, dan
pemeriksaan fisik lain sesuai indikasi seperti pemeriksaan sensori kaki pada
penderita DM atau pemeriksaan ulkus. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan
laboratorium secara rutin.Pada penderita DM akan dilakukan pemeriksaan kadar
gula darah puasa (GDP) dan kadar gula darah sesudah makan (GDPP) setiap bulan
sekali. Pemeriksaan HbA1c setiap enam bulan serta pemeriksaan profil lipid
(Cholesterol total, HDL, LDL, Trigliserida) setiap tahun.
2. Konsultasi medis
Konsultasi medis dilakukan secara perseorangan sesuai dengan keluhan yang
dirasakan oleh masing-masing pasien.

16
3. Edukasi kelompok
Edukasi kelompok dilakukan dalam bentuk penyuluhan yang dilakukan minimal
sekali setiap bulan dengan tema yang berkaitan dengan pengelolaan penyakit
kronis.
4. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik atau senam dilakukan sekali dalam seminggu dengan dibantu oleh
instruktur atau petugas yang terlatih.
5. Pemberian obat sesuai indikasi
Obat untuk DM tipe 2 dan HT diberikan setelah seluruh rangkaian kegiatan
dilakukan. Obat lain bisa diberikan jika ada indikasi. Obat yang sudah rutin
diberikan (tercantum dalam buku program rujuk balik) disediakan oleh Apotek
Kimi Farma Pamulang. Pada saat kegiatan berlangsung, petugas dari apotek
dating ke Puskesmas Pondok Benda.
6. Home visit
Home visit atau kunjungan rumah dilakukan pada peserta Klub Prolanis yang baru
terdiagnosis DM, peserta prolanis yang 3 bulan berturut-turut tidak berkunjung ke
FKTP, atau peserta Prolanis yang hasil gula darah atau TD selama 3 kali
pertemuan selalu di atas normal.

17
BAB III
PEMBAHASAN

A. Perencanaan dan Pembentukan Klub Jantung Sehat (KJS) Puskesmas Pondok


Benda
Klub Jantung Sehat (KJS) Puskesmas Pondok Benda dibentuk berdasarkan
perencanaan yang dibuat oleh Puskesmas Pondok Benda. Berdasarkan data kunjungan
pasien tahun 2015 dan 2016 diketahui bahwa angka kunjungan pasien hipertensi
mengalami peningkatan dan selalu menjadi urutan pertama untuk kunjungan penyakit
tidak menular. Menurut data laporan PHBS tatanan rumah tangga yang rutin dilaporkan
ke dinas kesehatan juga terlihat bahwa persentase rumah tangga yang melakukan
aktivitas fisik secara rutin hanya berada pada kisaran 87%-90%. Persentase ini berada
pada urutan kedua terbawah setelah tidak merokok di dalam rumah. Seperti diketahui,
salah satu faktor resiko penyakit hipertensi adalah kurangnya aktivitas fisik dan
merokok. Melihat kondisi tersebut maka Puskesmas Pondok Benda berupaya membentuk
wahana aktivitas fisik yang tidak sekedar senam semata.
Sebelum KJS terbentuk, sudah ada kegiatan senam rutin di Puskesmas yang mayoritas
pesertanya adalah kader kesehatan Kelurahan Pondok Benda. Selain itu, juga sudah
mulai berjalan kegiatan PROLANIS yang pesertanya adalah anggota BPJS Kesehatan
yang menderit penyakit kronis (Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi) terkontrol.
Puskesmas melihat adanya kesamaan tujuan antara kegiatan senam, PROLANIS, dan
wahana yang direncanakan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit jantung dan
pembuluh darah. Puskesmas juga melihat adanya peluang bekerja sama dengan lintas
sektor yaitu dengan Yayasan Jantung Indonesia yang memiliki tujuan yang sama untuk
pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Untuk mengetahui harapan dan respon masyarakat maka wacana pembentukan klub
jantung sehat dimasukkan dalam kuesioner survey mawas diri (SMD). Hasil SMD
menunjukkan respon yang positif sehingga pembentukan KJS Puskesmas Pondok Benda
dapat segera diinisiasi. Untuk memaksimalkan integrasi program antara PTM,
PROLANIS, dan Klub Jantung Sehat, maka peserta KJS diutamakan peserta BPJS
Kesehatan Faskes Puskesmas Pondok Benda yang memiliki penyakit kronis hipertensi
dan DM tipe 2 terkontrol. Meskipun demikian, kepesertaan tetap terbuka untuk
masyarakat lain yang ingin bergabung.

18
B. Struktur Organisai KJS Puskesmas Pondok Benda
Sesuai dengan aturan yang dipersyaratkan oleh Yayasan Jantung Indonesia, maka
dibuatlah susunan pengurus KJS Puskesmas Pondok Benda. Pengurus KJS Puskesmas
Pondok Benda terdiri dari petugas Puskesmas dan warga masyarakat. Susunan
kepengurusan KJS Puskesmas Pondok Benda adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Kepengurusan KJS Puskesmas Pondok Benda

Kepengurusan KJS Nama Jabatan


Pembina dr. Ronald Adrianto S. Kepala Puskesmas Pondok Benda
Sucipto Yayasan Jantung Indonesia
Ketua Pelaksana Nia Kania Rizal Nutrisionis Puskesmas Pondok Benda
Wakil ketua Asih Prihatini Kader kesehatan
Sekretaris Ngamini Warga masyarakat
Dwi Harti Kader kesehatan
Bendahara Kholifah Perawat Puskesmas Pondok Benda
Sri S. Warga masyarakat
Enung R. Warga masyarakat
Sie Humas Sri Wati Kader Kesehatan
Sie Latihan Sari Nurwati Warga masyarakat
Sie Transportasi Sri Wahyuni Kader kesehatan
Pemeriksa dr. Piolitta Cyrenia PJ Program Kes OR
Tris Noviyanti PJ PTM Puskesmas Pondok Benda
Siwi Anggupitosri PJ Lansia Puskesmas Pondok Benda
Promkes Ade Amalia PJ Promkes Puskesmas Pondok Benda
PROLANIS dr. Ulfa Putri Azizah Dokter Puskesmas Pondok Benda

19
C. Pelaksanaan Kegiatan KJS Puskesmas Pondok Benda
Seperti dijelaskan sebelumnya, kegiatan KJS Puskesmas Pondok Benda merupakan
integrasi antara UKP, UKM, lintas program, dan lintas sektor. Gambaran integrasinya
adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Integrasi Lintas Sektor dan Lintas Program dalam Kegiatan KJS Puskesmas Pondok Benda

Sektor Program Peranan


UPT Puskesmas UKM Promkes Sebagai penanggung jawab kegiatan promosi
Pondok Benda PHBS dan Germas kepada masyarakat khususnya
peserta KJS
UKM P2P PTM Sebagai koordinator keseluruhan kegiatan KJS
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan,
dan evaluasi
UKM Lansia Sebagai penanggung jawab terkait pemeriksaan
khusus terhadap peserta lansia dan pelaporan
kesehatan lansia
UKM Gizi Sebagai penanggung jawab terkait diet gizi
seimbang dan konsultasi gizi terkait penyakit tidak
menular
UKM KES OR Sebagai penanggung jawab pada kegiatan aktivitas
fisik dan pemantauan kesehatan peserta KJS
UKP (dokter) Sebagai penanggung jawab pada kegiatan
pengobatan dan edukasi individual terkait penyakit
masing-masing individu
Yayasan Jantung Indonesia Sebagai pembina KJS Puskesmas Pondok Benda.
Memantau dan membantu pelaksanaan kegiatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
penyakit jantung dan pembuluh darah.
BPJS Kesehatan Sebagai Pembina klub prolanis yang tergabung
dalam klub jantung sehat. Salah satu sumber
pembiayaan KJS adalah dari dana kapitasi BPJS
Kesehatan.
Masyarakat Sebagai pengurus dan peserta KJS Puskesmas
Pondok Benda. Pengurus terlibat dalam

20
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Peserta
harus aktif dalam kegiatan dan wajib membayar
iuran kepesertaan.

Dalam pelaksanaannya, KJS Puskesmas Pondok Benda juga memberdayakan


masyarakat. Pengurus KJS sebagian besar adalah warga masyarakat dan selalu aktif
dalam setiap kegiatan. Hal-hal teknis yang berkaitan dengan kegiatan diserahkan secara
sepenuhnya kepada warga masyarakat. Pengurus juga dilibatkan dalam proses
perencanaan kegiatan dan perencanaan anggaran untuk kegaiatan KJS serta evaluasi
pelaksanaan kegiatan. Pencatatan dan pelaporan kegiatan rutin dilakukan oleh sekretaris
yang merupakan warga masyarakat.
Bentuk kegiatan Klub Jantung Sehat Puskesmas Pondok Benda didesain untuk dapat
mengakomodir semua kebutuhan peserta dan mengakomodir pencapaian program terkait.
Kegiatannya mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan juga
rekreatif. Jenis kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan peserta tetapi tetap
pada koridor pencegahan dan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah.
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan KJS Puskesmas Pondok Benda dapat dilihat pada
table berikut:
Tabel 7. Kegiatan Klub Jantung Sehat Puskesmas Pondok Benda

Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan Jadwal Pelaksanaan


Pemantauan Kegiatan pemantauan kesehatan Pemeriksaan fisik
Kesehatan dilakukan dengan melakukan dilakukan setiap bulan;
anamnesis singkat, pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium
tanda vital (tekanan darah, frekuensi sederhana setiap 3 bulan;
napas, frekuensi nadi), IMT, Pemeriksaan laboratorium
pemeriksaan laboratorium sederhana lanjutan sesuai indikasi (1-
(GDP, Chol, As. Urat), dan 2x/tahun).
pemeriksaan laboratorium lanjutan
atas indikasi (HbA1c, profil lipid,
urinalisis, fungsi hati, dan fungsi
ginjal)
Penyuluhan Penyuluhan kesehatan terkait topik Kegiatan penyuluhan
Kesehatan kesehatan pencegahan secara umum dilakukan sekali dalam

21
dan topik khusus penyakit jantung sebulan sesudah olahraga
dan pembuluh darah. Pada kegiatan rutin.
ini Puskesmas dapat mengundang
dokter spesialis untuk memberikan
penyuluhan terkait kasus spesialistik.
Olahraga rutin Kegiatan olahraga berupa senam Olahraga rutin dilakukan
jantung sehat, senam lantai, jalan setiap hari Sabtu.
sehat, dan berbagai modifikasi senam
sesuai dengan kebutuhan peserta.
Kegiatan senam dipimpin oleh
instruktur senam professional.
Aquarobic Aquarobic adalah kegiatan senam Aquarobic dilakukan
atau olahraga yang dilakukan di setiap tiga bulan
dalam air (kolam renang), dipimpin
dan diawasi oleh instruktur senam
professional.
Wisata raga Wisata raga adalah salah satu bentuk Wisata raga dilakukan
kegiatan rekreasional berupa setiap enam bulan.
perjalanan dan kegiatan olahraga ke
luar kota.

Pembiayaan kegiatan KJS Puskesmas Pondok Benda bersumber dari antara lain: 1)
Iuran Peserta KJS; 2) Dana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Penggunaan dan
pengelolaan dana dari iuran peserta diserahkan kepada pengurus bendahara dari
masyarakat, sementara penggunaan dan pengelolaan dana JKN diatur oleh bendahara
Puskesmas sesuai dengan aturan yang berlaku. Besarnya pembiayaan yang bersumber
dari dana JKN sebesar Rp. 52.550.000,00 (lima puluh dua juta lima ratus lima puluh ribu
rupiah) antara lain untuk honor instruktur senam, honor narasumber penyuluhan (dokter
spesialis), snack senam lansia, serta konsumsi saat kegiatan penyuluhan. Besarnya
pembiayaan yang bersumber dari iuran peserta sebesar Rp. 8.313.000,00 (delapan juta
tiga ratus tiga belas ribu rupiah) antara lain untuk pembelian air mineral, alat tulis,
perbaikan sound system, dan untuk keperluan teknis lain-lain.

22
D. Monitoring dan Evaluasi
1. Monitoring
Kegiatan monitoring dilakukan oleh Penanggung Jawab UKM Puskesmas Pondok
Benda dalam hal ketepatan pelaksanaan kegiatan, ketepatan pencapaian target sasaran,
dan pencapaian indicator mutu. Ketepatan pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan
rencana kegiatan (RPK) yang telah dibuat di awal tahun, sedangkan ketepatan
pencapaian target sasaran dibandingkan dengan indikator yang sudah ada.
Indikator target sasaran yang harus tercapai dalam kegiatan KJS antara lain:
a. Jumlah peserta KJS minimal 20 orang (Target dari Yayasan Jantung Indonesia)
b. Kehadiran minimal 50% dari peserta PROLANIS (Target dari PROLANIS
BPJS Kesehatan)
c. Skrining PTM pada 100% kelompok sasaran (Target dari PTM Dinkes)
d. Pasien diberikan terapi sesuai indikasi dan sesuai standar (Target UKP)
Hasil monitoring ketepatan pelaksanaan KJS selama tahun 2017 dan pencapaian
target sasaran dapat dilihat pada table dan grafik berikut:
Tabel 8. Monitoring ketepatan pelaksanaan kegiatan KJS tahun 2017
Kegiatan Rencana Pelaksanaan Capaian
Pemantauan Kesehatan 12x/ tahun 10 x/ tahun 83.33%
Penyuluhan Kesehatan 12x/ tahun 10x/ tahun 83.33%
Olahraga rutin 4x/ bulan (44 x/ tahun) 40 x/ tahun 90.91%
Aquarobic 4x/ tahun 4x/ tahun 100%
Wisata raga 2x/ tahun 2x/ tahun 100%
Ketepatan Pelaksanaan Kegiatan KJS Tahun 2017 91.51%

Grafik 1. Monitoring jumlah peserta KJS pada setiap kegiatan olahraga rutin KJS

23
Grafik 2. Monitoring kehadiran peserta PROLANIS dalam kegiatan KJS

Monitoring cakupan skrining PTM pada kelompok sasaran dilihat dari data
pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan sebanyak sepuluh kali kegiatan. Seluruh
peserta KJS sudah pernah dilakukan skrining PTM berupa pengukuran tekanan darah
dan kadar gula darah sewaktu (minimal sekali dalam setahun).
Monitoring pencapaian target UKP dilakukan pada peserta PROLANIS di mana
seluruh peserta mendapatkan pengobatan sesuai dengan standar (100%). Seluruh
peserta PROLANIS mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar berupa
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, konseling, informasi,
edukasi, pemberian terapi farmakologis, serta konsultasi rujukan ke dokter spesialis
(rujukan ke Faskes Rujukan BPJS) atas indikasi.
Selain dilakukan penilaian terhadap target dan sasaran di atas, juga dilakukan
penilaian indikator mutu pelaksanaan KJS Klub Jantung Sehat Puskesmas Pondok
Benda. Indikator mutunya yaitu terkontrolnya tekanan darah pada pasien hipertensi.
Penilaian dilakukan dengan melihat hasil pencatatan tekanan darah pada saat kegiatan
KJS dan PROLANIS. Dikarenakan jumlah peserta yang hadir antara minggu satu dan
minggu yang lain tidak selalu sama, maka penilaian hanya dilakukan berdasarkan
persentase hasil pengukuran tekanan darah.
Pengklasifikasian tekanan darah disesuaikan dengan JNC VII. Dari setiap catatan
pemeriksaan darah kemudian dihitung ada berapa hasil pemeriksaannya normal,
prehipertensi, hipertense stage1, dan hipertensi stage 2. Hasil kemudian disajikan
dalam bentuk table dan grafik dan dianalisis secara kasar. Hasil analisis ini tidak
menunjukkan monitoring tekanan darah secara individual.

24
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Jan Feb Mar Apr Jul Agt Sept Okt Nov Des
HT 2 1 0 0 1 0 2 1 1 0 0
HT 1 9 4 13 11 5 10 10 9 7 9
Pre-HT 15 16 14 12 12 18 15 14 13 15
Normotensi 15 20 33 39 28 35 45 45 40 50

Grafik 3. Hasil pengukuran tekanan darah peserta KJS Januari 2017 s.d. Desember 2017

80.00%

70.00%

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
Jan Feb Mar Apr Jul Agt Sep Okt Nov Des
Normotensi 37.50% 50.00% 55.00% 61.90% 62.22% 58.33% 64.29% 66.18% 66.67% 67.57%
Pre-HT 37.50% 40.00% 23.33% 19.05% 26.67% 30.00% 21.43% 20.59% 21.67% 20.27%
HT 1 22.50% 10.00% 21.67% 17.46% 11.11% 16.67% 14.29% 13.24% 11.67% 12.16%
HT 2 2.50% 0.00% 0.00% 1.59% 0.00% 3.33% 1.43% 1.47% 0.00% 0.00%

Grafik 4. Persentase hasil pengukuran tekanan darah peserta KJS Januari 2017 s.d.
Desember 2017

Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari bulan Januari 2017 ke bulan Desember
2017 terjadi peningkatan persentase peserta dengan tensi normal (normotensi). Hal ini
diiringi dengan adanya penurunan persentase peserta dengan pre-hipertensi, hipertensi
stage 1, dan hipertensi stage 2.
Dengan metode analisis yang sederhana ini dapat dilihat bahwa indikator mutu
pelaksanaan KJS Puskesmas Pondok Benda, yaitu terkontrolnya tekanan darah peserta
KJS, maka dapat dikatakan baru tercapai sebagian. Masih terdapat peserta dengan
hipertensi stage 1 dan hipertensi stage 2 yang seharusnya bisa dikontrol lagi tekanan
darahnya.

25
2. Evaluasi
Terdapat beberapa masalah dalam pelaksanaan kegiatan Klub Jantung Sehat
Puskesmas Pondok Benda selama tahun 2017.
Tabel 9. Analisis masalah dalam pelaksanaan KJS tahun 2017

Kegiatan Masalah Analisis Penyebab Masalah


Pemantauan Kegiatan hanya terlaksana Kegiatan pada bulan Juni tidak
kesehatan 11 kali dari target 12 kali. dapat dilaksanakan karena kegiatan
olahraga rutin diliburkan (bulan
puasa)
Penyuluhan Kegiatan hanya terlaksana Kegiatan pada bulan Januari tidak
Kesehatan 10 kali dari target 12 kali terlaksana karena petugas masih
sibuk dengan perencanaan
Puskesmas. Kegiatan pada bulan
Juni tidak terlaksana karena
kegiatan KJS diliburkan terkait
dengan bulan puasa, sehingga
kegiatan penyuluhan juga libur.
Olahraga rutin Kegiatan hanya terlaksana Kegiatan harus dibatalkan terkait
39 kali dari target 44 kali cuaca yang tidak mendukung (hujan
deras)
Kehadiran Pada bulan September dan Pada bulan September dan Oktober,
peserta Oktober jumlah kehadiran peserta banyak yang berhalangan
PROLANIS peserta tidak mencapai hadir karena ada acara keluarga atau
target halangan lainnya.
Terdapat beberapa peserta yang
pindah Faskes tanpa melakukan
pemberitahuan sehingga
kehadirannya tidak dapat dihitung.
Indikator Mutu Masih ada peserta KJS Tidak terkontrolnya tekanan darah
yang tekanan darahnya dipengaruhi oleh: pola makan,
belum terkontrol. aktivitas, paparan rokok, stress, dan
kepatuhan minum obat hipertensi
serta kontrol tekanan darah

26
E. Rencana Tindak Lanjut
Kegiatan Klub Jantung Sehat (KJS) Puskesmas Pondok Benda tetap dilaksanakan
pada tahun 2018 dengan beberapa rencana tindak lanjut sesuai dengan analisis
permasalahan yang didapat pada tahun 2017. Beberapa tindak lanjut untuk KJS tahun
2018 adalah:
a. Meningkatkan keterlibatan peserta KJS dalam penyusunan RPK 2018 terutama
untuk menentukan jadwal kegiatan.
b. Menekankan pentingnya kehadiran dan peran aktif peserta dalam seluruh rangkaian
kegiatan KJS mulai dari pemantauan kesehatan, penyuluhan kesehatan, olahraga
rutin, aquarobic, dan wisata raga.
c. Mengingatkan kembali komitmen dari peserta PROLANIS untuk hadir dalam
kegiatan KJS, terutama pada minggu pemantauan kesehatan.
d. Melakukan pendataan ulang untuk kepesertaan BPJS (nomor BPJS dan nama
Faskes) sehingga kepesertaan PROLANIS tepat sasaran.
e. Melakukan pencatatan hasil tekanan darah dan pemeriksaan lainnya dalam bentuk
kohort sehingga lebih mudah dipantau. Peserta yang tekanan darahnya tidak
terkontrol diarahkan untuk melakukan konsultasi secara individual guna
mendapatkan tata laksana lebih lanjut.

27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit tidak menular yang bisa terjadi
akibat pola hidup yang tidak sehat seperti merokok, pola makan tidak sehat, dan
kurangnya aktivitas fisik. Pemerintah melalui seksi PTM Kementerian Kesehatan
mengkampanyekan “CERDIK” sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit ini.
CERDIK akronim dari : cek kesehatan rutin, enyahkan asap rokok, rajin olahraga, diet
gizi seimbang, istirahat cukup, dan kelola stress dengan baik.
2. Pencegahan dan pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah di Puskesmas
Pondok Benda dilakukan dengan mengintegrasikan UKP dengan UKM (Promkes,
PTM, Lansia, Gizi, Kesehatan Olahraga), dengan lintas sektor (Yayasan Jantung
Indonesia, BPJS Kesehatan-PROLANIS), dan melakukan pemberdayaan masyarakat
sebagai pengurus KJS Puskesmas Pondok Benda.
3. Kegiatan-kegiatan dalam KJS Puskesmas Pondok Benda tahun 2017 adalah
pemeriksaan kesehatan rutin, olahraga rutin setiap sabtu, penyuluhan penyakit kronis,
aquarobic, dan wisata raga.
4. Capaian kegiatan KJS Puskesmas Pondok Benda tahun 2017 adalah: ketepatan
pelaksanaan kegiatan sebesar 91.51%, capaian skrining PTM pada sasaran sebesar
100%, peningkatan persentase peserta dengan normotensi (37.5% menjadi 67.57%),
penurunan persentase peserta dengan klasifikasi pre-hipertensi (37.5% menjadi
20.27%), hipertensi stage 1 (22.5% menjadi 12.16%), dan hipertensi stage 2 (2.5%
menjadi 0%).
B. Saran
1. Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan kesehatan dalam bentuk kohort mulai April
2018 sehingga pemantauan lebih mudah dilakukan.
2. Mencari sponsor untuk kegiatan Klub Jantung Sehat sehingga pembiayaan dari
anggaran JKN dan iuran peserta dapat ditekan.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Cardiovascular Disease. Januari 2017 (disitasi 10 Maret 2018). Diunduh dari


http://www.who.int/cardiovascular_disease/en/
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal
di Bidang kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 514 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis
bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI. 2006.
8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS
2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013 (disitasi 10 Maret
2018). Diunduh dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
9. Whelton PK, et al. 2017 High Blood Pressure Clinical Practice Guidelines. American
College of Cardiology Foaundation and American Heart Association. 2017 (disitasi 10
Maret 2018). Diunduh dari
http://hyper.ahajournals.org/content/hypertensionaha/early/2017/11/10/HYP.0000000000
000065.full.pdf
10. Gomar FS, et al. Epidemiology of Coronary Heart Disease and Acute Coronary
Syndrome. Annalas of Translational Medicine. 2016 (disitasi 10 Maret 2018). Diunduh
dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4958723/
11. The Top Ten Causes of Death. World Hearth Organization. 2017 (disitasi 10 Maret
2018). Diunduh dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/
12. Djohan TBA. Penyakit Jantung Koroner dan Hipertensi. Universitas Sumatera Utara.
2004 (disitasi 10 Maret 2018). Diunduh dari
http://www.academia.edu%2Fdownload%2F35027793%2F
Penyakit_Jantung_Koroner_Dan_Hypertensi.pdf

29
13. Yayasan Jantung Indonesia. 2017 (disitasi 10 Maret 2018). Diunduh dari
www.inaheart.or.id/tentang-kami/
14. Panduan Praktis PROLANIS. BPJS Kesehatan. 2017 (disitasi 10 Maret 2018). Diunduh
dari http://bpjs-kesehatan.go.id./bpjs/dmdocuments/06-PROLANIS.pdf

30
Lampiran I. Dokumentasi kegiatan

Pemantauan Kesehatan KJS Puskesmas


Pondok Benda

Olahraga rutin (senam) KJS


Puskesmas Pondok Benda

31
Olahraga rutin (senam lantai) KJS
Puskesmas Pondok Benda

Kegiatan Aquarobic KJS Puskesmas Pondok Benda

32
Lampiran 2. Contoh kohort yang disarankan

KOHORT PEMANTAUAN TEKANAN DARAH PESERTA KLUB JANTUNG SEHAT PUSKESMAS PONDOK BENDA
TAHUN :
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI
NO NAMA PESERTA
N PRE HT 1 HT 2 N PRE HT 1 HT 2 N PRE HT 1 HT 2 N PRE HT 1 HT 2 N PRE HT 1 HT 2
1 Ulfa 110/70 110/70
2 Putri 170/90 150/90
3 Azizah 130/80 120/80
4 Nia 120/80 110/70
5 Kania 110/80 110/70
6 Rizal 140/80 130/80
7 Mela 110/70 110/70
8 Sri 130/80 120/80
9 Lidia 120/80 120/80
10 Wati 120/80 120/80
11 Ervanny 140/80 140/80
12 Rachim 120/80 120/80
13 Sari 130/80 140/80
14 Hartati 120/80 120/80
15 Anisa 120/80 120/80
16 Iyus 110/70 120/80
17 Sofa 120/70 120/80
18 Fauzi 150/90 140/90
19 Joni 160/100 150/90
20 Astari 130/85 130/80
TOTAL 11 4 3 2 13 2 5 0

Anda mungkin juga menyukai