Anda di halaman 1dari 26

VISUALISASI SUB LPLPO UNIT LAYANAN DALAM RANGKA

PENINGKATAN MUTU TATA KELOLA OBAT DI PUSKESMAS


TAMALATE

Oleh:

Sitti Sulaeha, S.Si, Apt.


NIP. 197607022011012003

SELEKSI TENAGA KESEHATAN TELADAN


KATEGORI TENAGA FARMASI TAHUN 2019

PUSKESMAS TAMALATE
DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah subhaanahu wa ta'ala yang telah menganugerahkan kesempatan
dan kesehatan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah yang berjudul
"Visualisasi Sub LPLPO Unit Layanan Dalam Rangka Peningkatan Mutu Tata Kelola
Obat di Puskesmas Tamalate” berisi tentang upaya penerapan visualisasi lplpo dari setiap
uniy layanan dalam rangka mewujudkan sistem Tata Kelola Obat yang baik.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas sebagai peserta seleksi tenaga
kesehatan teladan kategori Tenaga Farmasi tahun 2019. Makalah ini juga sebagai bentuk
inovasi dari program Puskesmas dalam hal integrasi antara Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) di Puskesmas Tamalate Dinas Kesehatan
Kota Makassar.
Ucapan terima kasih kepada pembimbing sekaligus Kepala Puskesmas Tamalate, dr. Hj.
Tri Raparti Arifin, M.Kes. dan Kasubag Tata Usaha Puskesmas Tamalate, Hj. Dwi
Pangastuty, SKM, M.Kes., atas dukungan dan kepercayannya selama ini. Kepada teman
sejawat Apoteker di Puskesmas Tamalate yang selalu kompak dan penuh dedikasi. Kepada
seluruh teman-teman medis, paramedis dan nonmedis Puskesmas Tamalate yang selalu
semangat dalam segala kondisi. Terima kasih secara khusus kepada suami tercinta dan anak-
anak tersayang yang kapan pun dan di mana pun selalu ada untuk saya. Terima kasih dan
semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini membawa manfaat khususnya untuk penulis sendiri, untuk
Puskesmas Tamalate, dan untuk seluruh pembaca. Masih banyak kekurangan di dalam
makalah ini baik dari segi isi maupun struktur penulisan. Atas kekurangan tersebut, saya
memohon maaf dan mengharapkan masukan dan saran untuk perbaikan.

Makassar, 5 Januari 2019

Sitti Sulaeha, S.Si, Apt.


NIP. 19760702 201101 2 003

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A.Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Masalah .............................................................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................... 3
A. Permenkes No. &4 Tahun 2016 tentang “Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas,” ...................................................................................................................... 3
B. Pedoman Pengeloaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Provinsi dan
Kabupaten/Kota. ............................................................................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 8
B. Rencana Tindak Lanjut ....................................................................................................8
C. Saran ................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

ii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. SK Kepala Puskesmas Tamalate Tentang Tim TPOT ..............................................11


Lampiran 2. Foto kegiatan pertemuan Tim TPOT Puskesmas Tamalate ......................................12
Lampiran 3. Foto kegiatan pemantauan tata kelola obat di pustu Hartako ................................... 13
Lampiran 4. Foto kegiatan pertemuan rutin dengan penanggung jawab unit layanan dan
penanggung jawab program..................................................................................... 14
Lampiran 5. Form. Verifikasi Data SCM unit layanan di Puskesmas Tamalate ........................... 15
Lampiran 6. Absen pertemuan dengan penanggung jawab unit layanan dan program ................. 18
Lampiran 7. Notulen Rapat rutin dengan penanggung jawan unit layanan dan program ............. 19
Lampiran 8. Foto Visualisasi Sub LPLPO unit layanan tahun 2017 ............................................ 20
Lampiran 9. Foto Visualisasi Sub LPLPO unit layanan tahun 2018 ............................................ 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tata kelola obat dan Barang Medis Habis Pakai merupakan salah satu aspek penting
dari Puskesmas. Ketersediaan obat dan BMHP saat ini menjadi tuntutan penting dalam
pelayanan kesehatan. Tata kelola obat dan BMHP di Puskesmas meliputi tahap – tahap
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, evaluasi dan
monitoring yang saling terkait satu sama lain, sehingga harus terkoordinasi dengan baik agar
masing – masing dapat berfungsi secara optimal. Ketidakterkaitan antara masing – masing
tahap akan mengakibatkan tidak efisiennya sistem suplai obat yang ada, ini juga memberikan
dampak negatif terhadap Puskesmas baik secara medis maupun ekonomis.
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi dua kegiatan yaitu pengelolaan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Tata
kelola Obat dan BMHP adalah bagian dari Puskesmas yang bertugas menyeleggarakan,
mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta
melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di Unit layanan puskesmas. Agar pengelolaan
perbekalan farmasi dan BMHP di Puskesmas Tamalate maka perlu dibuat suatu sistem yang
mampu menjamin mutu tata kelola obat dan terciptanya koordinasi yang baik antara
Penanggung jawab Farmasi dan Penanggungjawab Unit Layanan.
Unit layanan Puskesmas terdiri dari Poli Umum, Poli Gigi, Poli KIA, Poli KB,
Ruang Tindakan, Laboratorium, Pustu, Puskel, dan beberapa Program yang semuanya
terlibat dalam pengelolaan Obat dan BMHP. Semua Unit layanan tersebut melakukan
permintaan, penyimpanan, dan pelaporan pemakaian obat dan BMHP di Puskesmas untuk
menunjang pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
Puskesmas Tamalate adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di bawah Dinas
Kesehatan Kota Makassar. Puskesmas Tamalate memiliki tiga kelurahan binaan yaitu
Kelurahan Parang Tambung, Kelurahan Bontoduri, dan Kelurahan Balang Baru. Puskesmas
Tamalate memiliki visi "Mewujudkan masyarakat Tamalate sehat". Untuk mencapai visi
tersebut, maka Puskesmas Tamalate memiliki misi:
1. Memelihara, meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat, serta
lingkungan.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas program.
4. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan berkualitas maka maka perlu penyediaan
pelayanan kesehatan yang berkualitas juga, salah satunya adalah penyediaan Obat-obatan dan
Bahan Medis Habis Pakai. Olehnya itu Puskesmas akan terus berusaha meningkatkan Sistem
Tata Kelola Obat dan BMHP yang baik dan benar sesuai harapan masyarakat.

1
B. Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas berbagai masalah dan kendala dalam hal pengelolaan
dan BMHP di Puskesmas Tamalate yaitu :
1. Adanya Obat dan BMHP yang rusak dan Expire Date di Unit layanan
2. Pengadaan Obat Program yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan sasaran.
3. Adanya ketidaksesuaian antara jumlah obat dan BMHP yang tersimpan dengan Kartu
Stok.
4. Lemahnya koordinasi antara pengelola kefarmasian dan penanggung jawab unit
layanan.

C. Tujuan
Tujuan umum
Membuat Visualisasi Sub LPLPO Unit Layanan dalam rangka peningkatan mutu Tata
Kelola Obat di Puskesmas Tamalate.
Tujuan khusus
1. Menciptakan Sistem Tata Kelola Obat satu pintu (One Gate Policy)
2. Pengadaan Obat program yang sesuai kebutuhan dan sasaran.
3. Tata kelola obat di unit layanan terkelola dengan baik
4. Menciptakan koordinasi yang baik antara pengelola kefarmasian dan penanggung
jawab Unit Layanan.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. PERMENKES NO. 74 TAHUN 2016 TENTANG “STANDAR PELAYANAN


KEFARMASIAN DI PUSKESMAS”

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang


bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan lansung dan bertanggung jawab kepada pasien
yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan kehidupan pasien.

Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan mutu


pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian , dan melindungi
pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan
pasien (patient safety).

Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi standar pengelolaan Sediaan


Farmasi/BMHP, dan Pelayanan Farmasi Klinik. Khusus untuk standar pengelolaan sediaan
Farmasi/BMHP, meliputi :

1. Perencanaan kebutuhan
2. Permintaan
3. Penerimaan
4. Penyimpanan
5. Pendistribusian
6. Pengendalian
7. Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan, dan
8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan.

Sedangkan Pelayanan Farmasi klinik, meliputi :

1. Pengkajian resep, penyerahan Obat, dan pemberian informasi Obat


2. Pelayanan Informasi Obat (PIO),
3. Konseling
4. Ronde/Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap),
5. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat,
6. Pemantauan terapi obat, dan
7. Evaluasi penggunaan Obat.

3
B. PEDOMAN PENGELOLAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN
DI PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA.

Kesehatan adalah salah satu unsur penting bahkan sangat strategis dalam upaya
pembangunan Manusia. Dengan kondisi kesehatan yang optimal, seseorang ataupun masyarakat
suatu daerah bahkan suatu Negara akan mempunyai kesempatan dan kemampuan yang lebih
besar untuk memenuhi kebutuhannya akan pendidikan dan ekonomi yang pada gilirannya akan
berdampak pada meningkatnya kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan.
Departemen Kesehatan melalui visi Indonesia Sehat 2010 terkandung keinginan
mewujudkan suatu kondisi masyarakat yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam
lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya diseluruh wilayah Indonesia.
Untuk mewujudkan tujuan dan keinginan diatas, banyak upaya dan program yang telah
dilaksanakan secara berkesinambungan antara pemerintah dan masyarakat, baik program yang
bernuansa promotif, preventif dan kuratif maupun yang bersifat rehabilitatif. Salah satunya
adalah program pengelolaan obat di Propinsi, Kabupaten dan Kota.
Kebijakan pemerintah terhadap peningkatan akses obat diselenggarakan melalui beberapa
strata kebijakan yaitu Undang-Undang sampai Keputusan Menteri Kesehatan yang mengatur
berbagai ketentuan berkaitan dengan obat.
Obat dan Perbekalan Kesehatan merupakan salah satu subsistem dari Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) tahun 2004 yang bertujuan agar tersedia obat dan perbekalan kesehatan yang
aman, bermutu, bermanfaat serta terjangkau oleh masyarakat untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Obat merupakan komponen esensial dari suatu pelayanan kesehatan, selain itu karena
obat sudah merupakan kebutuhan masyarakat, maka persepsi masyarakat tentang hasil dari
pelayanan kesehatan adalah menerima obat setelah berkunjung ke sarana kesehatan, yaitu
Puskesmas, Poliklinik, Rumah Sakit, Dokter praktek swasta dan lain - lain. Bila di umpamakan
tenaga medis adalah tentara yang sedang berperang di medan tempur, maka obat adalah amunisi
yang mutlak harus dimiliki untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Oleh karena vitalnya obat
dalam pelayanan kesehatan, maka pengelolaan yang benar, efisien dan efektif sangat diperlukan
oleh petugas di Pusat/Provinsi/ Kabupaten/Kota.

Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Kabupaten dan Kota memiliki
tugas dan fungsi sebagai berikut :
1. Menggandakan dan mensosialisasikan Keputusan Menteri Kesehatan serta informasi
lain tentang obat dan perbekalan kesehatan pada instansi terkait dan lintas program.
2. Merencanakan kebutuhan obat untuk pelayanan kesehatab dasar dengan menyusun
suatu tim perencanaan obat terpadu berdasarkan sistem “botton up”
3. Menghitung rencana kebutuhan obat untuk satu tahun anggaran yang dibuat dengan
menggunakan pola konsumsi dan atau epidemiologi.

4
4. Mengkoordinasikan perencanaan kebutuhan obat dari beberapa sumber dana, agar
jenis dan jumlah obat yang disediakan sesuai kebutuhan dan tidak tumpang tindih.
5. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengajukan rencana kebutuhan obat
kepada Pemerintah Kabupaten/Kota, Pusat, Provinsi daan sumber lainnya
6. Melakukan pelatihan Petugas Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk
Puskesmas dan Sub unitnya.
7. Melakukan Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi Ketersediaan Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan ke Puskesmas dan Subunitnya.
8. Melaksanakan Advokasi Penyediaan Anggaran Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota.
9. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab terhadap pen-distribusian obat
kepada unit pelayanan kesehatan dasar.
10. Dinas Kesehatan Kab/Kota bertanggungjawab terhadap penanganan obat dan
perbekalan kesehatan yang rusak, hilang dan kadaluarsa.

5
BAB III
PEMBAHASAN

Sistem Tata Kelola Obat dan BMHP di Puskesmas Tamalate merupakan hal yang sangat
penting yang perlu diperhatikan, mengingat dengan pengelolaan obat dan BMHP yang tidak
sesuai dengan prosedur yang tepat akan terjadi masalah tumpang tindih anggaran dan pemakaian
yang tidak tepat guna. Pengelolaan Obat yang tidak efisien menyebabkan tingkat ketersediaan
obat menjadi berkurang, terjadi kekosongan obat, banyaknya obat yang menumpuk akibat
perencanaan obat yang tidak sesuai, serta tidak maksimalnya ketersediaan dan penggunaan obat
program akibat lemahnya koordinasi antara pengelola obat dan penanggung jawab program.

Mengingat bahwa obat dan BMHP merupakan elemen penting dalam pelayanan
kesehatan maka sistem tata kelola obat di Puskesmas Tamalate terus menerus ditingkatkan dan
diperbaiki sehingga dapat memenuhi kebutuhan program pelayanan kesehatan dasar. Maka pada
tahun 2018 Sistem Tata Kelola Obat di Puskesmas Tamalate sudah menerapkan Sistem Satu
Pintu (One Gate Policy) Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk menjamin peningkatan
sistem tata kelola obat di puskesmas adalah :

1. Perencanaan, adapun kegiatan perencanaan yang dilakukan di Puskesmas Tamalate


adalah sebagai berikut :
a. Kepala Puskesmas Membentuk Tim Perencanaan Obat Terpadu internal Puskesmas
Tamalate dimana Pengelola Obat sebagai Ketua Tim dan anggotanya melibatkan
Dokter umum, dokter gigi, penanggung jawab unit layanan, dan penanggung jawab
program.
b. Tim Perencanaan Obat Terpadu Puskesmas Tamalate membuat perencanaan obat dan
BMHP untuk kebutuhan Pasien dalam gedung, Unit layanan, dan Obat program.
c. Pengelola Obat merekap kebutuhan Obat dan BMHP Puskemas untuk anggaran satu
tahun dengan menggunakan pola konsumsi dan epidemiologi.
d. Kepala Puskesmas menandatangani daftar Rencana Kebutuhan Obat untuk dilaporkan
ke Dinas Kesehatan Kota Makassar
2. Permintaan, adapun permintaan obat dan BMHP ditujukan kepada IFK Makassar
dengan kegiatan sebagai berikut :
a. Pengelola obat menganalisa jumlah kebutuhan obat dan BMHP untuk satu bulan
pemakaian.
b. Membuat LPLPO dengan mencamtumkan jumlah permintaan obat dan bmhp dan
ditujukan kepada IFK dan Dinkes Kota Makassar.
3. Penerimaan, Obat dan BMHP dari IFK diterima di gudang obat puskesmas dan
diperiksa secara keseluruhan terhadap jenis dan jumlah, Tanggal kadaluarsa, Nomor
Batch Produk, dan pemeriksaan organoleptik secara sampling.
4. Penyimpanan, Obat dan BMHP yang diterima dari IFK dilakukan penyimpanan di
gudang obat dan selanjutnya disimpang ke lemari atau rak penyimpanan dengan berbagai
dasar penyimpanan yaitu didasarkan pada sumber anggaran, jenis sediaan, bentuk
sediaan, FIFO, dan FEFO.

6
5. Pendistribusian, pendistribusian Obat dan BMHP dilakukan berdasarkan permintaan
dari unit layanan yang tertera dalam Sub LPLPO Unit Layanan yang dibuat dan
dilaporkan setiap bulan ke Pengelola Obat Puskesmas Tamalate. Sebelum Pengeloa obat
mendistribusikan obat dan BMHP ke unit layanan terkebih dahulu dilakukan evaluasi
terhadap jumlah pemakaian dan sisa stok yang tercantum pada sub LPLPO.
6. Pengendalian, Obat dan BMHP yang masuk ke Puskesmas dicatat di kartu kendali
dalam hal ini Kartu Stok sebagai barang mutasi dari IFK, begitupun juga ketika ada
pengeluaran obat dan BMHP ke unit layanan maka dicatat lagi di Kartu Stok sebagai
barang mutasi ke unit. Setiap bulan dilakukan Stok Opname terhadap ketersediaan obat
dan BMHP di Puskesmas yang bertujuan untuk menjaga agar tidak terjadi kehilangan
obat dan BMHP di gudang obat dan juga sebagai dasar pertimbangan dalam permintaan
obat dan BMHP untuk bulan berikutnya.
7. Pencatatan, Pelaporan, dan Pengarsipan, Puskesmas Tamalate telah merancang suatu
laporan yang memudahkan pengelola obat memantau jumlah pemakaian dan jumlah
ketersediaan obat dan BMHP di unit layanan yaitu SUB LPLPO. Sub LPLPO ini dibuat
oleh masing-masing penanggung jawab unit layanan dan dilaporkan ke pengelola obat
setiap bulannya, dan selanjutnya dijadikan sebagai acuan oleh pengelola obat untuk
merekap jumlah pemakaian dan jumlah ketersediaan obat untuk Puskesmas Tamalate.
Selanjutnyaa pengelola obat memindahkan jumlah pemakaian dan jumlah ketersediaan
obat dan BMHP tersebut ke dalam LPLPO induk yang akan dilaporak ke IFK dan Dinkes
Kota Makassar.
8. Pemantauan dan Evaluasi pengelolaan, Puskesmas Tamalate telah membuat suatu
inovasi terkait dengan sisten pemantauan dan evaluasi tata kelola obat dan BMHP yaitu :
a. Pengelola Obat melakukan pemantauan terhadap sistem tata kelola obat di unit
layanan setiap bulan. Hal-hal yang perlu dipantau disetiap unit adalah penyimpanan
obat dan BMHPnya, kesesuaian antara jumlah obat dan BMHP yang tercantum pada
kartu stok dan jumlah fisiknya, kesesuaian antara kartu stok dan Sub LPLPO nya,
adanya pencatatan pemakaian obat dan BMHP, dan ketepatan waktu pembuatan dan
penyerahan sub LPLPO.
b. Hasil pemantauan tersebut dilaporkan ke Kepala Puskesmas dalam bentuk
Visualisasi. Kepala puskesmas Tamalate menindak lanjuti hasil pemantauan tersebut
dengan melakukan pertemuan setiap bulan bilamana ada hal-hal yang perlu diperbaiki
terkait tata kelola obat diunit layanan.
c. Kepala puskesmas mengundang semua penanggung jawab unti layanan dan
penanggung jawab program untuk membicarakan berbagai masalah yang timbul dan
tindak lanjutnya dalam hal tata kelola obat di Unit Layanan.

7
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya Visualisasi Sub LPLPO Unit Layanan di Puskesmas Tamalate diharapkan
tidak terdapatnya berbagai masalah yang sering terjadi di Puskesmas Tamalate sebelumnya,
yaitu
1. Sudah tidak ditemukan lagi Obat dan BMHP yang rusak dan Expire Date di Unit layanan
karena pengelola obat setiap bulan melakukan pemantauan terehadap penyimpanan dan
suhu penyimpanannya di unit layanan.
2. Pengadaan Obat Program sudah sesuai dengan kebutuhan dan sasaran karena dalam
perencanaan kebutuhan obat program sudah melibatkan penanggung jawab program
dimana perencanaannya bukan hanya melihat jumlah sasaran tapi juga
mempertimbangkan sisa stok obat program yang masih tersedia di Puskesmas Tamalate.
Harapannya adalah tidak ada lagi ketersediaan obat program yang berlebih di Puskesmas
Tamalate yang menyebabkan kerugian anggaran belanja daerah terhadap obat program.
3. Adanya kesesuaian antara jumlah obat dan BMHP yang tersedia di unit layanan baik
terhadap kartu stok maupun sub LPLPO karena pengelola obat setiap bulan melakukan
pemantauan terhadap sistem tata kelola obat di unit layanan.
4. Telah terbentuk koordinasi yang baik antara pengelola kefarmasian dengan penanggung
jawab unit layanan dan penanggung jawab program dengan adanya pertemuan rutin yang
dilakukan untuk membahas kendala dan masalah yang terjadi di unit layanan dan
pemegang program terkait tata kelola obat.
5. Telah terbentuk Sistem Tata Kelola Obat Satu Pintu (One Gate Policy) di Puskesmas
Tamalate yang mana semua obat program (vaksin, obat TB, obat Malaria, obat cacing,
tablet tambah darah, reagen-reagen, obat Alokon, dan lain-lainya) sudah dibawah
pengelolaan dan pengendalian Pengelola Obat. Penanggung Jawab program melakukan
permintaan ke Gudang Obat setian bulan sesuai kebutuhan atau setiap akan melakukan
kegiatan program.

B. Rencana Tindak Lanjut


1. Pada Tahun 2017, Visualisasi LPLPO Unit Layanan Puskesmas Tamalate terdiri dari 2
(dua) indikator yaitu Kartu Stok dan Sub LPLPO.
2. Pada Tahun 2018, Visualisasi LPLPO Unit Layanan Puskesmas Tamalate ditambahkan
satu indikator lagi sehingga sudah menjadi 3 (tiga) indikator yaitu Kartu Stok, Sub
LPLPO, dan Pencatatan. Pencatatan yang dimaksud adalah bukti pemakaian obat dan
BMHP tertuang dalam suatu Pencatatan setiap hari.
3. Pada Tahun 2019, Visualisasi LPLPO Unit Layanan Puskesmas Tamalate akan
ditambahkan lagi beberapa indikator untuk lebih menjamin peningkatan kualitas Tata
Kelola Obat dan untuk menjamin tidak adanya temuan penggunaan Obat dan BMHP
yang tidak sesuai peruntukkan.

8
C. SARAN
1. Diharapkan masukan dari pembimbing dan pihak lain untuk menentukan beberapa
indikator yang akan ditambahkan pada Visualisasi LPLPO Unit Layanan Puskesmas
Tamalate untuk Tahun 2019.
2. Diharapkan kepada Kepala Puskesmas untuk menyediakan segala fasilitas untuk
menunjang sistem tata kelola obat dan BMHP di masing-masing Unit Layanan.
3. Diharapkan kepada semua penanggung jawab program dan penanggung jawab unit
layanan memperhatikan Kartu Stok, Sub LPLPO, dan Pencatatanya untuk menjadikan
Sistem Tata Kelola Obat di Puskesmas Tamalate terbaik di seluruh Indonesia,

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta


2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Puskesmas.
3. Depkes RI, Dirjen Binfar dan Alkes, 2017, “Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan di Daerah.”
4. Kemenkes RI, Dirjen Binfar dan Alkes, 2017, “Juknik Tata Laksana Indikator Kinerja Tata
Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2017-2019.”

10
Lampiran 1. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Tamalate tentang Tim Perencanaan
Obat Terpadu (SK TPOT)

11
Lampiran 2. Foto Kegiatan Pertemuan Tim Perencanaan Obat Terpadu Puskesmas
Tamalate untuk membuat RKO Tahun 2019

12
Lampiran 3. Foto Kegiatan Pemantauan Sistem Tata Kelola Obat di Pustu Hartako

13
Lampiran 4. Foto Kegiatan Pertemuan rutin dengan Penanggung Jawab unit layanan dan
penanggung jawab program.

14
Lapiran 5.
FORM VERIFIKASI DATA KOMPONEN SCM UNIT LAYANAN
DI PUSKESMAS TAMALATE

NAMA UNIT LAYANAN :


PENANGGUNG JAWAB :
NAMA VERIFIKATOR :
KETERANGAN
NO INDIKATOR PENILAIAN
Ada Tidak Ada Sesuai Tidak Sesuai
Data jumlah seluruh item obat dan perbekalan
1
kesehatan
Keterangan Tambahan : Verifikasi data kesesuaian
antara data yang ada dengan fisik sediaan, dan
lampirkan hardcopy dan softcopy (jika ada)

Catatan untuk verifikator

2 Data obat rusak dan expired date


Keterangan Tambahan :
1. Periksa Kartu stok barang apa sudah dimutasi dari
rak
2. Periksa tempat penyimpanan obat rusak dan
expired date (apakah masih berada di rak
penyimpanan atau di tempat khusus yang diberi label
obat rusak/expired date)
3. Periksa berita acara mutasi barang
4. Data yang diambil adalah data tahun 2015-2017

Catatan untuk Verifikator

Obat/BMHP disusun berdasarkan FIFO/FEFO dan


3
Alfabetis
Keterangan Tambahan :
1. Periksa penyimpanan obat
2. Periksa ekpire date obat dan BMHP

Catatan untuk Verifikator

15
Kartu Stock untuk semua item obat dan perbekalan
4
kesehatan
Keterangan Tambahan : Lakukan verifikasi secara
acak
1. Verifikasi kesesuaian antara kartu stok dan fisik
sediaan
2. Verifikasi kesesuaian pengeluaran di kartu stok
dengan resep/surat permintaan

3. Periksa apakah sediaan disimpan dengan metode


First Expired First Out (FEFO) yaitu sediaan dengan
masa kadaluarsa lebih pendek diletakkan posisi
bagian depan dan masa kadaluarsa lebih panjang
diletakkan posisi bagian belakang (jika pada kemasan
sediaan tertera masa kadaluarsa)

Catatan untuk Verifikator

5 SUB LPLPO Unit


Keterangan Tambahan : Lampirkan data hardcopy
dan softcopy (jika ada)
Keterangan :
1. Sub LPLPO rutin dibuat setiap bulan
2. Kesesuaian data yang tercatat
3. Ada analaisa pemakaian terhadap permintaan.

Catatan untuk Verifikator

6 Ketapatan Waktu pengumpulan Sub LPLPO


Keterangan Tambahan :

1. Tersedia batasan waktu pengumpulan Sub LPLPO

2. Bukti Penyerahan Sub LPLPO

Catatan untuk Verifikator

7 Ada bukti pencatatan pemakaian Obat dan BMHP

16
Keterangan Tambahan : Lampirkan hardcopy dan
softcopy (jika ada)

Catatan untuk Verifikator

Makassar, .......................... 2019

Penanggung Jawab Unit Layanan, Verifikator,

(..................................................) (.................................................)
Nip. Nip.

17
Lampiran 6. Absen Pertemuan rutin dengan penanggung jawab unit layanan dan program

18
Lampiran 7. Notulen Rapat Rutin dengan penanggung jawab unit layanan dan program
NOTULA PERTEMUAN VERIFIKASI DATA DI PUSKESMAS
KOMPONEN SCM
PROYEK GF-HSS DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR

Hari & tanggal : Sabtu, 24 Februari 2018


Waktu : 10.00 – 13.00
Tempat : Puskesmas Tamalate
Pimpinan rapat : Kepala Puskesmas Tamalate
Notulis : Ka. TU Puskesmas Tamalate
Jumlah peserta : 15 orang

Pokok bahasan :

1. Sistem Tata Kelola Obat Satu Pintu untuk Obat Program KB

Hasil pembahasan dan Rencana Tindak Lanjut :

A. Permasalahan
1. Penanggung Jawab Program KB masih menerima Obat KB langsung dari BKKBN Kota
Makassar tanpa koordinasi ke Dines Kesehatan Kota Makassar.
2. Penyimpanan Obat KB masih di Pennggung Jawab program.

B. Solusi
1. Penanggung Jawab Program KB Dinkes Kesehatan Kota Makassar harus berkoordinasi ke
BKKBN untuk mendistribusikan Obat KB ke DKK selanjutnya DKK yang akan mendistribusikan
ke Puskesmas sesuai sasaran..
2. Penyimpanan Obat KB harus Di Gudang Obat selanjutnya didistribusikan ke Penanggung Jawab
Program sesuai kebutuhan secara berkala.

C. Rencana Tindak Lanjut


1. Sistem Tata Kelola Obat KB harus satu Pintu

Makassar, 24 Februari 2018

Penanggung Jawab SCM Notulis

( Sitti Sulaeha, S.Si, Apt ) ( Hj. Dwi Pangastuty, M.Kes.)


Nip. 19760702 201101 2 003 Nip. 19771029 199603 2 001

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Tamalate

( dr. Hj. Tri Raparti Arifin, M.Kes )


Nip. 19611112 199509 2 001

19
Lampiran 8. Foto Visualisasi Sub LPLPO Unit Layanan Tahun 2017

20
Lampiran 9. Foto Visualisasi Sub LPLPO Unit Layanan Tahun 2018

21
1

Anda mungkin juga menyukai