Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN

PELAYANAN KEFARMASIAN
DI UPT PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE

Nama : Budy Wijiyanto, S.Farm., Apt.


Angkatan 9
Instansi : UPTD Puskesmas Welahan II

PELATIHAN PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI


TENAGA KEFARMASIAN DI PUSKESMAS (DISTANCE
LEARNING) BBPK CILOTO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggungjawab atas kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama.
Dalam menyelenggarakan fungsi UKM dan UKP, Puskesmas harus memiliki
substansi penunjang salah satunya yaitu pelayanan kefarmasian (Kementerian
Kesehatan RI, 2014).
Pelayanan Kefarmasian merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan upaya kesehatan yang berperan penting dalam peningkatan mutu
pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian merupakan
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan
sediaan farmasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas, pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan,
yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan kegiatan pelayanan farmasi klinik
(Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Pelayanan kefarmasian di puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan
memiliki peran yaitu menyediakan data dan informasi obat dan pengelolaan obat
yang meliputi kegiatan perencanaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi,
pencatatan dan pelaporan, dan evaluasi). Obat dan perbekalan kesehatan
hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat
jenis, tepat penyimpanan, tepatmwaktu pendistribusian, tepat penggunaan dan
tepat mutunya di tiap unit. Dalam melakukan pelayanan kefarmasian yang
bermutu harus dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang kompeten sesuai dengan
bidangnya. Tenaga kesehatan termasuk didalamnya yaitu tenaga kefarmasian
harus bertanggung jawab, memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian,
kewenangan dan kompetensi yang secara terus menerus harus ditingkatkan
mutunya, salah satunya melalui pelatihan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Pelatihan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian dapat dilakukan melalui
beberapa kegiatan seperti pembelajaran, seminar, workshop, atau observasi
lapangan. Observasi Lapangan (OL) merupakan kegiatan pengumpulan data
melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di
lapangan atau lokasi penelitian. Melaui observasi lapangan ini peserta pelatihan
akan mendapat kesempatan untuk mengembangkan cara berpikir, menambah ide-
ide yang berguna dan dapat menambah pengetahuaan dari apa yang sudah
dipelajari di tempat observasi. Oleh karena itu observasi lapangan perlu dilakukan
untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian kea rah yang lebih baik.

B. Tujuan Observasi Lapangan


1. Tujuan Umum
Setelah selesai melakukan observasi lapangan, peserta pelatihan mendapatkan
pengalaman nyata tentang penerapan pelayanan kefarmasian di Puskesmas,
sebagai satu pengalaman (lesson learnt) yang didapat dari proses pelatihan.
2. Tujuan Khusus
Setelah selesai observasi lapangan, peserta diharapkan :
a. Mengetahui pelayanan kefarmasian yang dilakukan Puskesmas dalam
melakukan pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP dan pelayanan farmasi
klinik di Puskesmas.
b. Memotret dan mempelajari program inovasi pelayanan kefarmasian yang
dilaksanakan Puskesmas serta latar belakang dan metode inisiasi program
inovasi tersebut.
C. Waktu dan Tempat
Observasi Lapangan (OL) pelatihan kefarmasian di Puskesmas ini dilakukan
secara distance learning melalui zoom pada hari Jum’at 18 September 2020 pukul
13.00 – 15.00 WIB. Observasi Lapangan (OL) dilakukan di UPT Puskesmas
Ibrahim Adjie yang beralamat di jalan Ibrahim Adjie No. 88 Kelurahan Kebon
Waru Kecamatan Batununggal Kota Bandung Provinsi Jawa Barat.

D. Proses Observasi Lapangan


Pembelajaran ini dilaksanakan dengan metode distance learning (full e-
learning), sehingga kegiatan Observasi Lapangan juga dilaksanakan melalui kelas
virtual. Setiap angkatan peserta akan mengikuti 2 sesi OL sebagai berikut :
1. Observasi Lapangan sesi 1 - melalui pengamatan video pembelajaran tentang
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Ibarhim Adjie. Melalui video visitasi
Puskesmas tersebut, peserta dapat mengamati, mendapatkan informasi, dan
mengambil kesimpulan tentang pelaksanaan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas Ibrahim Adjie tersebut. Sehingga peserta dapat mengambil
pembelajaran lesson learnt untuk dapat diaplikasikan / dimodifikasi di
Puskesmas tempat kerjanya.
2. Observasi Lapangan sesi 2 – melalui diskusi dengan nara sumber dari
Puskesmas tsb, yang dihadirkan melalui kelas virtual. Pada sesi ini peserta
dapat menggali informasi yang mereka butuhkan pasca melihat tayangan video
mengenai pelayanan kefarmasian puskesmas X tsb. Peserta dapat pula menggali
1 program inovasi di layanan farmasi. OL sesi ke 2 dilaksanakan melalui zoom
meting untuk dapat menggali pengalaman lebih dalam.
3. Penyusunan Laporan Observasi Lapangan dilakukan oleh tiap peserta. Masing –
masing peserta menyusun laporan sesuai dengan format laporan yang
ditentukan dan mengumpulkan melalui CLC.
BAB II
HASIL KEGIATAN OBSERVASI LAPANGAN

A. Geografi Dan Data Demografi UPT Puskesmas Ibrahim Adjie


UPT Puskesmas Ibrahim Adjie merupakan puskesmas yang beralamat di
Jalan Ibrahim Adjie No. 88 Kelurahan Kebon Waru Kecamatan Batununggal Kota
Bandung Provinsi Jawa Barat. Wilayah kerja dari UPT Puskesmas Ibrahim Adjie
meliputi Kelurahan Kebon Waru, Kebon Gedang dan Cibangkong yang terdiri dari
29 RW. Luas Wilayah kerja dari UPT Puskesmas Ibrahim Adjie adalah 188,6 Ha
(1,886 Km2) dengan jumlah penduduk 44.218 jiwa.
Secara administratif wilayah kerja UPT Puskesmas Ibrahim Adjie berbatasan
dengan :
1. Sebelah utara : Kecamatan Cibeunying Kidul
2. Sebelah selatan : Kecamatan Bandung Kidul
3. Sebelah barat : Kecamatan Lengkong
4. Sebelah timur : Kecamatan Kiara Condong

B. Visi, Misi, Motto Dan Tata Nilai UPT Puskesmas Ibrahim Adjie
1. Visi
“Terwujudnya Masyarakat Sehat Yang Mandiri di Wilayah Kecamatan
Batununggal Tahun 2020”
2. Misi
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu, merata, dan
terjangkau
b. Mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan dan menggerakkan
masyarakat berperilaku hidup dan hidup sehat
c. Meningkatkan tata kelola manajemen dan system informasi kesehatan
melalui ketersediaan sumber daya yang memadai.
3. Motto
Motto dari UPT Puskesmas Ibrahim Adjie adalah :
Kami Hadir Dengan Pelayanan JUARA (Jujur, Unggul, Adil, Ramah,
Akuntabel).
4. Tata Nilai
Tata Nilai dari UPT Puskesmas Ibrahim Adjie disingkat dengan istilah IBRA
(Inovatif, Berdedikasi, Responsif, Amanah) adapun penjelasan dari masing –
masing tata nilai sebagai berikut :
Inovatif : Terus menerus melakukan upaya inovatif dan ide – ide
baru untuk meningkatkan pelayanan
Berdedikasi : Bermotivasi tinggi, kompeten dan komitmen mencapai tujuan
Puskesmas
Responsif : Cepat tanggap menghadapi permasalahan kesehatan
masyarakat
Amanah : Meyakini bahwa dalam melaksanakan tugas semata mata
mengharap ridho Allah SWT.

C. Manajemen Sumber Daya Manusia Di Ruang Farmasi UPT Puskesmas


Ibrahim Adjie
Apotek Puskesmas Ibrahim Adjie mempunyai 1 orang Apoteker
penanggung jawab dan 5 orang tenaga teknis kefarmasian. Apoteker di Puskesmas
Ibrahim Adjie yang sudah memenuhi standar mempunyai STRA (Surat Tanda
Registrasi Apoteker) dan SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker) serta sarana dan
prasarana yang baik. Tenaga teknis kefarmasian juga memenuhi standar memiliki
STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian) dan SIKTTK
(Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasia).
D. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie
meliputi kegiatan perencanaan pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, ,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi
pengelolaan obat. Tujuan dari pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP adalah
untuk menjamin kelangsungan ketersediaan serta keterjangkauan obat dan BMHP
yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi atau kemampuan
tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan.

1. Perencanaan Kebutuhan Obat dan Perbekalan Kesehatan


Perencanaan kebutuhan obat di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie dihitung
dari laporan LPLPO dan disesuaikan dengan anggaran yang ada. Anggaran
yang dapat digunakan untuk pembelian obat meliputi APBN, APBD, DAU
(Dana Alokasi Umum) dan BLUD. Perencanaan obat di UPT Puskesmas
Ibrahim Adjie dilaksanakan secara terpadu sehingga dapat menghindari
tumpang tindih penggunaan anggaran, adanya keterpaduan dalam evaluasi
penggunaan dan perencanaan, kesamaan persepsi antara pemakaian obat dan
penyedia anggaran, estimasi kebutuhan lebih tepat, dan pemanfaatan dana
pengadaan obat lebih optimal.

2. Pengadaan Obat dan Perbekalan Famasi


Pengadaan di Puskesmas Ibrahim Adjie dapat dibagi menjadi dua. Yang
pertama pengadaan dengan APBD yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota
Bandung dimana puskesmas akan melakukan permintaan 1 bulan sekali dengan
formulir LPLPO. Apabila terjadi kekosongan obat karena UPT Puskesmas
Ibrahim Adjie merupakan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dapat
melaksanakan pengadaan sendiri yang dilakukan oleh pejabat pengadaan
dengan mengajukan kebutuhan obat untuk 1 – 3 bulan. Selanjutnya pejabat
pengadaan akan melakukan pembelian. Pembelian dapat dilakukan melalui e-
catalog dan jika di e- catalog tidak tersedia maka dapat dilakukan pengadaan
langsung ke penyedia.

3. Penerimaan Obat dan Perbekalan Famasi


Penerimaan obat dilakukan terhadap obat yang dikirim dari Dinas
Kesehatan Kota Bandung maupun pembelian obat mandiri oleh puskesmas
dengan dana BLUD. Pada saat penerimaan obat dari Dinas Kesehatan maka
obat dicocokkan dengan SBBK yang diterima sedangkan penerimaan obat
pengadaan mandiri dicocokkan dengan faktur dari PBF. Adapun item yang
harus dilakukan crosscheck adalah nama obat, jumlah, bentuk sediaan, no batch
dan tanggal kadaluarsa.

4. Penyimpanan
Penyimpanan obat yang dilakukan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie
dilakukan di dua tempat yaitu di gudang farmasi dan di ruang pelayanan.
Penyimpanan obat di gudang dilakukan secara alfabetis dengan metode FEFO
(First Expired First Out) dimana obat yang memiliki masa kadaluwarsa lebih
dahulu maka akan di keluarkan terlebih dahulu. Penandaan masa kadaluwarsa
dilakukan dengan memberi tanda traffic light seperti warna hijau untuk obat
yang masa kadaluwarsanya lebih dr 1 tahun, warna kuning untuk obat yang
masa kadaluwarsanya lebih dr 6 bulan - 1 tahun, dan warna merah untuk obat
yang masa kadaluwarsanya kurang dari 6 bulan. Penyimpanan juga dibedakan
berdasarkan bentuk sediaan yaitu tablet, sirup, sediaan luar (salep, krim) dan
BMHP. Gudang penyimpanan obat dilengkapi dengan exhause fan dan AC
serta alat pengukur suhu ruangan dan juga tidak boleh digunakan untuk
menyimpan barang lain selain obat dan BMHP untuk menghindari kontaminasi.
Penyimpanan obat di ruang pelayanan dilakukan secara farmakologi
dengan metode FEFO. Penyimpanan secara farmakologi dilakukan dengan
meberi tanda warna – warni misalnya untuk kelompok analgesic diberi warna
orange, saluran pernafasan diberi warna hijau, saluran pencernaan diberi warna
ungu dan untuk alergi diberi warna kuning. Obat – obat yang memiliki nama
sama atau mirip harus diberikan tanda LASA (Look Alike Sound Alike). Obat
yang termasuk dalam kategori fast moving ditempatkan di rak paling bawah
untuk memudahkan pengambilan obat sedangkan obat – obat yang slow moving
ditempatkan di rak paling atas. Obat – obat yang masuk dalam high alert seperti
obat jantung dan obat – obat diabetes harus ditempatkan di almari tersendiri dan
diberi penandaan high alert. Obat – obat yang harus disimpan pada suhu 2-8°C
ditempatkan di dalam lemari es. Obat narkotika dan psikotropika juga
dibedakan penyimpanannya di lemari khusus dengan dua kunci ganda yang
dipegang oleh dua petugas yang berbeda.

5. Pendistribusian Obat dan Perbekalan Farmasi


Pendistribusian obat dan perbekalan farmasi di UPT Puskesmas Ibrahim
Adjie dilakukan kepada sub unit yang ada puskesmas, puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, dan posyandu dengan metode floorstock atau pemberian
sesuai kebutuhan. Pengeluaran distribusi obat dicatat dalam buku
pendistribusian obat. Adapun pendistribusian di sub unit yang ada di puskesmas
adalah sebagai berikut :
a. Ruang IGD
Pendistribusian di ruang IGD dilakukan secara floorstock dimana
penanggung jawab ketersediaan obat di IGD dilakukan oleh petugas farmasi
sendiri dan akan dilakukan check setiap 1 minggu sekali setiap hari Sabtu
untuk menghindari kekosongan obat dan BMHP di ruang IGD.
b. Ruang Laboratorium
Pendistribusian di laboratorium juga dilaksanakan secara floorstock. Petugas
laboraorium membuat permintaan ke farmasi kemudian farmasi akan
mengeluarkan obat sesuai dengan permintaan. Contoh BMHP yang
didistribusikan ke laboratorium adalah rapid COVID-19.
c. Ruang APD
Ketersediaan APD juga menjadi tanggung jawab dari farmasi dimana
farmasi akan melakukan pendistribusian ke ruang APD kemudian
mengelompokkan menjadi APD level 2 dan level 3 agar memudahkan
petugas dalam penggunaan. APD level 2 digunakan saat pelayanan di
puskesmas sedangkan APD level 3 digunakan petugas swab.
d. Ruang Bersalin
Pendistribusian juga dilakukan farmasi kepada ruang bersalin.
Penanggungjawab ruang bersalin akan membuat perencanaan dan
melakukan permintaan obat setiap 3 bulan sekali, 6 bulan sekali atau tahunan
melalui form yang sudah disediakan. Pemasukan dan pengeluaran juga
dicatat untuk memastikan stok obat dan BMHP yang ada di ruang bersalin.
Ruang bersalin juga dilengkapi oleh obat – obat emergensi yang wajib
diadakan dan di evaluasi secara berkala. Jika terdapat kekosongan obat maka
petugas ruang bersalin akan melakukan permintaan darurat menggunakan
form permintaan.
e. Ruang kesehatan gigi & mulut
Pendistribusian di ruang gigi dilakukan secara floorstock. Petugas ruang gigi
melakukan permintaan obat dan BMHP ke farmasi 1 bulan sekali pada awal
bulan.
f. Ruang TBC
Pasien TBC akan dilayani di ruangan ini dimana alurnya petugas akan
membawa resep ke ruang farmasi kemudian petugas farmasi akan
mengirimkan obat ke ruang TBC agar tidak terjadi kontaminasi penularan
dengan pasien lainnya.
6. Pengendalian Obat dan Perbekalan Farmasi
Pengendalian dilakukan dengan menggunakan kartu stok di masing –
masing ruangan yang diisi oleh masing – masing petugas ruangan sehingga
memudahkan petugas farmasi untuk melihat stok obat.

7. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan kefarmasian yang ada di UPT Puskesmas
Ibrahim Adjie meliputi :
a. Laporan Stok Opname
b. LPLPO
Dibuat 1 bulan sekali yang terdiri dari stok awal, penerimaan, persediaan,
pemakaian, sisa stok, permintaan dihitung dengan rumus (pemakaian x 2 –
sisa stok)
c. Buku Laporan harian pengeluaran obat
d. Buku persediaan obat disertai dengan nilai rupiah
e. Laporan PIO & Konseling
f. Laporan Ketersediaan Obat & Vaksin
g. Laporan catatan jumlah pasien yang mengambil obat di ruang famasi
h. Laporan Penggunaan Obat Rasional (POR)
i. Rincian pengajuan pengadaan ke pejabat pengadaan atau PPK
j. Laporan ketersediaan barang yang dilakukan pengadaan disertai dengan nilai
rupiah dilaporkan ke bendahara setiap 1 bulan sekali
k. Surat Pesanan
l. LPLPO obat beli dan hibah
m. Berita Acara pengeluaran obat kontrasepsi
n. Buku catatan penerimaan barang
o. Buku distribusi obat ke unit
p. Buku penerimaan hibah dan berita acara
q. Buku rekap PIO
8. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi penggunaan obat bertujuan untuk
mengendalikan ketidaksesuaian atau kekeliruan dalam pengelolaan obat.
Monitoring dan evaluasi dilakukan secara periodik terhadap stok obat yaitu
dengan cara membandingkan jumlah yang tertulis pada kartu stok dengan
jumlah sebenarnya yang ada.

E. Pelayanan Farmasi Klinis di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie


Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan Farmasi klinis yang dijelaskan
dalam video di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie meliputi kegiatan pengkajian resep,
PIO, dan Konseling.
1. Pengkajian Resep
Pengkajian resep yang dilakukan terdiri dari persyaratan administratif,
farmasetis, dan farmakologi. Persyaratan administratif meliputi nama pasien,
umur, jenis kelamin, alamat, nama dan paraf dokter, tanggal resep dan dari unit
mana resep tersebut berasal. Persyaratan farmasetis meliputi bentuk, kekuatan
sediaan, dosis, jumlah, cara pemakaian, dan inkompatibilitas. Persyaratan klinis
meliputi indikasi, duplikasi dan alergi obat.
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat adalah kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Apoteker
menyerahkan obat disertai Pemberian Informasi Obat (PIO) meliputi nama
obat, indikasi, aturan pakai obat, efek samping, cara pemakaian dan cara
penyimpanan obat. Hasil dari pelaksanaan PIO disokumentasikan dalam buku
catatan PIO dan lembar PIO.
3. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Konseling yang dilakukan di
UPT Puskesmas Ibrahim Adjie dibedakan menjadi dua yaitu konseling untuk
pasien biasa dan pasien dengan HIV-AIDS. Konseling untuk pasien biasa dapat
dilakukan dengan 3 prime question yang terdiri dari 3 pertanyaan yaitu
Bagaiman penjelasan dokter mengenai obat Anda ? Bagaimana penjelasan
dokter mengenai cara pakai obat Anda? dan Bagaimana penjelasan dokter
mengenai harapan setelah minum obat ini?. Konseling kepada pasien dengan
HIV-AIDS berbeda dengan pasien biasa. Kita diharapkan melakukan
pendekatan ke pasien seolah – olah kita ikut merasakan apa yang dia rasakan
sehingga pasien dapat bercerita dengan kita secara nyaman. Selain itu kita harus
dapat menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien.

F. Inovasi Kefarmasian di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie


Inovasi yang dilakukan adalah pembuatan etiket disertai dengan informasi –
informasi yang dibutuhkan pasien. Jadi dalam etiket yang diberikan mengandung
informasi – informasi yang berkaitan dengan obat yang diberikan seperti cara
penanganan deman pada obat deman, cara pemakaian obat dll. Untuk obat yang
diberikan ke anak – anak setiket disertai dengan gambar – gambar animasi yang
lucu untuk menarik perhatian anak – anak. Inovasi lain yang dilakukan adalah
pemberdayaan warga untuk menanam 3 tanaman obat tradisional di masing –
masing rumah warga sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional.
BAB III
LESSON LEARNT

Dari video pembelajaran observasi lapangan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie


tentang pelayanan kefarmasian saya sangat terkesan dengan kelengkapan administrasi
yang dilakukan dengan sangat baik. Setiap pemasukan, penerimaan maupun
pengeluaran obat di catat secara detail oleh ruang farmasi. Penanggungjawab obat di
ruangan sub unit juga dilakukan oleh petugas farmasi sendiri. Laporan – laporan
harian maupun bulanan juga dilakukan secara rutin dan terdokumentasi dengan baik.
Hal kedua yang sangat saya apresiasi adalah adanya kerjasama dan keselarasan antara
petugas farmasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menjaga mutu obat, dan juga
koordinasi antar tenaga kesehatan dilakukan dengan sangat baik sehingga tercipta
pelayanan puskesmas yang baik dan terstandar untuk masyarakat. Ketiga, mengenai
pengadaan obat secara mandiri di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie dilakukan dengan
baik mengikuti peraturan yang berlaku baik Permenkes ataupun Permendagri,
sehingga pekerjaan yang dilakukan legal secara aspek hukum. Semoga semua
kegiatan pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie yang sudah
dilakukan dengan baik dapat menjadi contoh dalam melakukan perbaikan di UPTD
Puskesmas Welahan II, sehingga pelayanan kefarmasian di UPTD Puskesmas
Welahan II dapat menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di


Puskesmas, Jakarta: Menkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2014,tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Depkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas. Jakarta: Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai