Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1


“ANGINA PEKTORIS”

Dosen Pengampu:
Ns. Dayan Hisni S.Kep,MNS

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
1. Agustina Ernes (204201516066)
2. Diah Ayu Retnosari (204201516094)
3. Dilla Ananda Putri (204201516106)
4. Luh Juli Antari (204201516118)
5. Merrin (204201516067)
6. Murti Anggraini (204201516075)
7. Nengah Hendri Budiana (204201516115)
8. Siti Aisyah (204201516084)
9. Tarisya Febriani R (204201516056)
10. Tiara Pridyani Pratiwi (204201516052)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA SELATAN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
dalam menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-
Nya, kami tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, Risalah
Beliaulah yang bermanfaat bagi kita semua sebagai petunjuk menjalani
kehidupan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ns. Dayan Hisni
S.Kep,MNS selaku dosen mata Keperawatan Medikal Bedah 1 yang telah
memberi materi dan bimbingan kepada kami dalam penyelesaian makalah ini.
Tidak lupa kepada orang tua serta teman-teman yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini sehingga dapat selesai dengan baik dan tepat
waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan
karena kesalahan dan kekurangan. Kami terbuka terhadap kritik dan saran
pembaca agar karya ilmiah ini dapat lebih baik. Demikian yang dapat kami
sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Jakarta, 11 Desember 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.3 Manfaat......................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Angina Pektoris..................................................................4
2.1.1 Pengertian..........................................................................................4
2.1.2 Etiologi..............................................................................................4
2.1.3 Patofisiologi......................................................................................6
2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Angina Pektoris..................................7
2.1.5 Klasifikasi.......................................................................................10
2.1.6 Manifestasi Klinis...........................................................................11
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang..................................................................12
2.1.8 Penatalaksanaan..............................................................................14
2.1.9 Pencegahan......................................................................................15
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Angina Pektoris..................17
2.2.1 Pengkajian........................................................................................17
2.2.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................20
2.2.3 Intervensi (Rencana Asuhan Keperawatan......................................21
2.2.4 Implementasi Keperawatan..............................................................34
2.2.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................35
BAB III..................................................................................................................37
PENUTUP..............................................................................................................37
3.1 Kesimpulan..............................................................................................37
3.2 Saran........................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan kardiovaskuler adalah suatu kondisi terganggunya
kemampuan jantung untuk memompa darah. Salah satu gangguan jantung
di antaranya Angina Pektoris. Angina pektoris merupakan nyeri dada yang
dirasakan secara tiba – tiba yang diakibatkan karena pembuluh darah
jantung tidak mampu untuk menyuplai oksigen ke jantung secara adekuat,
dikarenakan terbentuknya plak di dalam pembuluh darah yang
menyebabkan pembuluh darah menyempit atau obstruksi (Rosdahl &
Kowalski, 2017). Penyakit kardiovaskuler menjadi permasalahan
kesehatan global.
Data yang diperoleh dari World Health Organization 2017
menyebutkan bahwa angka kematian oleh karena penyakit kardiovaskuler
sebesar 17,7 juta orang setiap tahunnya dan 31% merupakan penyebab
dari seluruh kematian global. Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukan
bahwa angka prevalensi penyakit jantung di Indonesia sebanyak 1,5%
dengan urutan tertinggi Kalimantan Utara 2,2% dan terendah NTT 0,7%.
Dari hasil Riskesdas juga didapatkan data bahwa kelompok umur di atas
75 tahun lebih berisiko terkena penyakit jantung, dengan prevalensinya
sebesar 4,7% (Indonesia, 2018)
Angina pektoris disebabkan oleh iskemia miokardium reversible
dan sementara yang dicetuskan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan
oksigen miokardium dan suplai oksigen miokardium. Pada kebanyakan
kasus angina pektoris diakibatkan oleh penurunan suplai oksigen.
Penyebab yang paling umum dari penurunan suplai oksigen berasal dari
penyempitan aterosklerosis arteri koroner. Thrombus nonoklusif terjadi
ketika plak aterosklerosis yang mengalami gangguan, yang menimbulkan
penurunan perfusi miokardium. Ketika darah yang mengalir ke
miokardium berkurang, autoregulasi aliran darah koroner terjadi sebagai
mekanisme kompensasi. Otot polos arterional mengalami relaksasi

1
sehingga mengurangi resistensi terhadap aliran darah pada dasar arteriol.
Ketika mekanisme kompensasi ini tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan
metabolik, iskemia miokardium terjadi dan individu merasa nyeri (Morton,
D, C, & B, 2013).
Penatalaksanaan pada pasien dengan angina pektoris yaitu
pemberian nitrogliserin. Nitrogliserin adalah bagian utama terapi dan
digunakan sublingual atau semprot untuk serangan angina akut. Jika tiga
tablet sublingual (0,4 mg) atau semprot yang digunakan setelah 5 menit
tidak meredakan nyeri angina, nitrogliserin intravena dapat membantu.
Nitrogliserin IV harus mulai diberikan dengan kecepatan 10 µg/menit
setiap 3 hingga 5 menit sampai beberapa gejala atau respons tekanan darah
terlihat. Jika tidak ada respons yang terlihat pada kecepatan 20 µg/menit,
penambahan 10 µg/menit, dan selanjutnya 20 µg/menit dapat digunakan
(Morton, D, C, & B, 2013).
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan guna untuk
mencegah dan meningkatkan kesehatan pasien. Peran perawat di ruang
ICCU dalam menangani pasien dengan angina pektoris yaitu memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif yaitu dengan membatasi
aktivitas untuk mengurangi beban kerja jantung dan mengurangi rasa
nyeri. Selain itu tindakan lainnya dapat berupa pengaturan pola makan,
mengurangi rokok dan stress emosional. Peran perawat di ruang ICCU
dalam menangani pasien dengan Angina Pektoris sangat penting, karena
sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan pasien.

1.2 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui mengenai konsep angina pektoris
2. Untuk dapat mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan angina
pektoris
3. Untuk dapat mengetahuai konsep asuhan keperawatan pada pasien
angina pektoris

2
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Penulis
Manfaat penulisan ini bagi penulis dapat memahami peyakit angina
pektoris dan konsep asuhan keperawatan angina pektoris
2. Pembaca
Hasil penulisan ini diharapkan berguna untuk mengembangkan dan
menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien angina
pektoris
3. Bagi Institusi Fakultas Kesehatan Universitas Nasional
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai
tambahan wawasan dan referensi sehingga dapat menambah
pengetahuan penyakit angina pektoris.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Angina Pektoris


2.1.1 Pengertian
Secara harfiah angina pektoris (biasanya disebut sebagai angine)
berarti “nyeri dada”. Angina terjadi secara tiba – tiba ketika beraktivitas
berat mengharuskan arteri meningkatkan suplai darah ke jantung. Arteri
yang menyempit atau obstruksi tidak dapat memberikan suplai yang
diperlukan. Akibatnya otot jantung terbebani (Rosdahl & Kowalski, 2017).
Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan episode
atau tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner,
menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata
lain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat (Ns. Reny Yuli Aspiani,
2016).
Angina Pektoris adalah suatu sindroma klinis dimana klien
mendapat serangan sakit dada di daerah sternum atau dibawah sternum
(substernal) atau pada dada sebelah kiri yang khas yaitu seperti ditekan
atau serasa berat didada yang sering kali menjalar ke lengan kiri, kadang-
kadang menjalar ke punggung rahang, leher atau ke lengan kanan. Sakit
pada dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan
aktivitas. (Kasron, 2016) Coronary Artery Disease adalah penyakit
kerusakan pada bagian arteri koroner angina pektoris serta infark miokard,
disebut ACS (Acute Coronary Syndrome) atau sindrom koroner akut.
Pengertian Angina secara klinis adalah keadaan iskemia miokard yang
disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen ke sel-sel otot jantung
(miokard) karena adanya penyumbatan atau penyempitan arteri koroner,
peningkatan beban kerja jantung, dan menurunnya kemampuan darah
mengikat oksigen.

4
2.1.2 Etiologi
Penyebab paling umum Angina pektoris adalah Aterosklerosis atau
penyakit arteri koroner yang digolongkan sebagai akumilasi sel-sel otot
halus, lemak dan jaringan konektif disekitar lapisan intima arteri. Suatu
plak fibrous adalah lesi khas dari aterosklerosis, lesi ini dapat bervariasi
ukurannya dalam dinding pembuluh darah, yang dapat meningkatkan
obstruksi aliran darah persial maupun komplit. Komplikasi lebih lanjut
dari lesi tersebut terdiri atas plak fibrous dengan deposit kalsium, disertai
dengan pembentukan thrombus. Obstruksi pada lumen akan mengurangi
atau menghentikan aliran darah kepada jaringan disekitarnya.
Beberapa penyebab angina pektoris menurut (Ns. Reny Yuli
Aspiani, 2016), yaitu:
1. Faktor penyebab
1) Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh tiga
faktor: faktor pebuluh darah: aterosklerosis, spasme, dan ateritis,
faktor sirkulasi: hipotensi, stenosis aorta, dan insufisiensi aorta, dan
faktor darah: anemia, hipoksemia, dan polisitemia.
2) Peningkatan curah jantung dapat disebabkan oleh aktivitas emosi,
makan terlalu banyak, anemia, hipertiroidisme.
3) Peningkatan kebutuhan oksigen miokard dapat disebabkan oleh
kerusakan miokard, hipertrofi miokard, hipertensi diastolik.
2. Faktor predisposisi
1) Dapat diubah (dimodifikasi): diet (hiperlipidemia), merokok,
hipertensi, obesitas, kurang aktivitas, diabetes mellitus, pemakaian
kontrasepsi oral.
2) Tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, hereditas.
3. Faktor pencetus serangan
1) Emosi atau berbagai emosi akibat sesuatu situasi yang
menegangkan, mengakibatkan frekuensi jantung meningkat, akibat
pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah, dengan
demikian beban kerja jantung juga meningkat.

5
2) Kerja fisik terlalu berat dapat memicu serangan dengan cara
meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
3) Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah
mesentrik untuk pencernaan sehingga menurunkan ketersediaan
darah untuk suplai jantung (pada jantung yang sudah sangat parah,
pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri angina semakin
buruk).
4) Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokonstriksi dan
peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.

2.1.3 Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada
ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel – sel miokardium yang diakibatkan
karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner
(aterosklerosis koroner). Penyebab aterosklerosis tidak diketahui secara
pasti, tetapi jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang berperan atas
penyebab aterosklerosis. Aterosklerosis merupaka penyakit arteri koroner
yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan
meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat.
Pada kondisi jantung yang sehat apabila kebutuhan meningkat,
maka arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan
oksigen ke otot jantung. Akan tetapi, apabila arteri koroner mengalami
kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi
sebagai repons terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, terjadi
iskemik (kekurangan suplai darah) ke miokardium. Berkurangnya kadar
oksigen memaksa miokardium mengubah metabolisme yang bersifat
aerobic menjadi metabolism anaerobic. Metabolism anaerobic dengan
perantaraan lintasan glikolitik jauh lebih tidak efisien dibandingkan
dengan metabolism aerobic melalui fosforilasi oksidatif dan siklus kreb.
Pembentukan fosfat berenergi tinggi mengalami penurunan yang cukup
besar. Metabolism anaerob akan memiliki hasil akhir berupa asam laktat
yang akan mengurangi pH sel dan menimbulkan nyeri. Kombinasi

6
hipoksia, penurunan ketersediaan jumlah energy, dan juga asidosis
menyebabkan gangguan fungsi ventrikel kiri.
Kekuatan kontraksi daerah miokardium yang terserang berkurang
menyebabkan pemendekan serabut sehingga kekuatan dan kecepatannya
berkurang. Selain itu, gerakan dinding sekmen yang mengalami iskemia
menjadi abnormal. Bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali
berkontraksi. Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung
mengubah hemodinamika. Respons hemodinamika dapat berubah – ubah,
sesuai dengan ukuran sekmen yang mengalami iskemia dan derajat respon
reflex kompensasi oleh sistem saraf otonom. Berkurangnya fungsi
ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung dengan mengurangi volume
sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut)
(Ns. Reny Yuli Aspiani, 2016).

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Angina Pektoris


Terdapat dua fator risiko terhadap Angina Pektoris yaitu faktor
yang bisa diubah dan faktor yang tidak bisa diubah. (Sumiati et al., 2010)
yaitu:
Adapun faktor risiko yang tidak bisa diubah :
a) Umur atau usia
Telah dibutikan adanya hubungan anatara umur dan kematian
akibat penyakit Coronary artery desease. Sebagaian besar kasus
kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat
dengan bertambahnya umur. Juga didapatkan hubungan antara umur
dengan kadar kolesterol total akan meningkat dengan bertambahnya
umur, kadar kolesterol perempuan sebelum menopause (45-60 tahun)
lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama, setelah
perempuan mengalami menopause kadar kolesterol perempuan akan
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. (Sumiati et al., 2010).
b) Gender atau jenis kelamin
Lebih banyak menyerang pria dibandingkan wanita, namun
penyebab pasti belum diketahui, sebelum umur 60 tahun didapatkan

7
2-3 kali lebih besar dari pada perempuan. Perempuan yang masih
mengalami menstruasi lebih terlindungi dari pada laki-laki karena
pengaruh hormone esterogen dari wanita. (Sumiati et al., 2010).

c) Riwayat keluarga atau faktor gemetik


Faktor genetik sangat berpengaruh terutama pada laki-laki,
faktor ini dapat ditangani dengan gaya hidup yang sehat dan
menghindari gaya hidup yang tidak sehat seperti : kolesterol tinggi,
kebiasaan merokok, hipertensi, obesitas dan diabetes.

Selain itu faktor yang dapat dirubah/dikendalikan :


a) Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara abnormal, hipertensi yang
mengendap akan menyebabkan arterosklerosis koroner karena
hipertensi dapat menimbulkan trauma langsung di dinding pembuluh
darah arteri koronaria. Apabila tekanan tinggi yang terusmenerus
menyebabkan suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat. (Wijaya,
Andra, & Yessie, 2013b).
b) Penyakit diabetes mellitus
Diketahui 2-3 kali lebih banyak pada orang dengan diabetes,
tanpa memandang kadar lipid dalam darah. Predisposisi degenerasi
vaskuler terjadi pada diabetes mellitus serta metabolisme lipid yang
tidak normal juga dalam pertumbuhan atheroma. Berpegang teguh
pada regimen medis yang dianjurkan untuk mengatur glukosa dapat
mengurangi faktor risiko dan itu menjadi tanggung jawab setiap
individu untuk realisasinya (Wijaya et al., 2013a).
c) Merokok
Merokok dapat memperparah dengan cara yaitu kandungan
karbon monoksida (CO) lebih mudah terikat oleh hemoglobin
sehingga oksigen yang disuplai ke jantung sangat berkurang dan

8
membuat jantung bekerja lebih berat untuk menghasilkan energi yang
sama besarnya. Asam nikotinat dalam tembakau memicu pelepasan
katekolamin yang menyebabkan kontriksi arteri sehingga aliran darah
dan oksigenasi jaringan terganggu. (Brunner & Sudadarth, 2002).

d) Kolesterol
Beberapa parameter yang dipakai untuk mengetahui adanya
resiko CAD dan hubungannya dengan kadar kolesterol darah meliputi
kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol, high-
density lipoprotein (HDL) kolesterol, rasio kolesterol total, dan kadar
trigliserida. Pada kolesterol total >200 mg/dL berarti risiko terjadinya
PJK meningkat. LDL kolesterol bersifat buruk karena bila kadar LDL
meninggi (>160 mg/dL) menyebabkan penebalan dinding pembuluh
darah. HDL kolesterol bersifat baik, namun makin rendah kadar HDL
(<45 mg/dL) kolestrol maka makin besar kemungkinan PJK (Kasron,
2012). Kadar HDL bisa dinaikan dengan mengurangi berat badan,
berhenti merokok dan menambah olahraga karena membantu proses
metabolism dan menurunkan kadar LDL (Brunner & Sudadarth,
2002).
e) Kegemukan/obesitas
Obesitas muncul bersamaan dengan penderita hipertensi,
diabetes melitus dan hipertrigliseridemia yang meningkatkan kadar
kolesterol dan LDL kolesterol dengan berat badan mulai melebihi
20% dari berat badan ideal. (Sumiati et al., 2010).
f) Stress
Faktor stress psikologik dan penyakit jantung sangat erat
hubungannya dengan PJK terutama akan menyebabkan angina
pektoris. Secara teoritis, stress yang terus menerus/berlangsung lama
akan meninggikan kadar katekolamin dan tekanan darah, sehingga
akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri koroner.
(Sumiati et al., 2010)
g) Kurangnya aktifitas fisik

9
Orang yang kurang bergerak (olahraga) cenderung gemuk
sehingga berpotensi menderita diabetes melitus, tekanan darah tinggi
dan naiknya kolesterol. Data menunjukkan bahwa pada orang yang
kurang gerak, pembuluh darah kolateral dari arteri koronaria juga
kurang sehingga aliran darah ke jantung berkurang. Latihan fisik
dapat meningkatkan kadar HDL sehingga resiko CAD dapat
dikurangi karena latihan fisik bermanfaat untuk memperbaiki fungsi
paru dan pemberian oksigen ke miokard, menurunkan berat badan
lemak tubuh yang berlebihan, menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan kesegaran jasmani. (Sumiati et al., 2010).

2.1.5 Klasifikasi
a. Angina Pektoris Stabil
Angina ini disebut juga angina klasik, dilatasi terjadi karena
penyempitan arteri koroner yang tidak dapat meningkatkan alirannya
sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Aktivitas misalnya olahraga
dapat menyebabkan peningkatan kerja jantung. Secara klasik
berkaitan dengan latihan dan aktivitas atau mengalami stress psikis /
emosi tinggi yang meningkatkan kebutuhan oksigen, nyeri akan
segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktivitas. (Kasron,
2016) Serangan berlangsung kurang dari 10 menit dan stabil
(frekuensi ,lama serangan faktor pencetus menetap dalam 30 hari
terakhir). Serangan nyeri dada hilang bila klien beristirahat dan
mendapatkan obat nitrogliserin. (Udjianti, 2010).
b. Angina Pektoris Tidak Stabil
Angina tidak stabil adalah kombinasi angina stabil dengan
angina prinzmetal, dijumpai pada individu dengan perburukan
penyakit arteri pembuluh jantung. Angina ini biasanya menyertai
peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat
arterosklerosis pembuluh jantung, yang ditandai oleh thrombus yang
tumbuh dan mudah mengalami spasme. Durasi serangan dapat timbul
lebih lama dari nyeri dada stabil. Pencetus dapat terjadi pada keadaan

10
istirahat atau pada tingkat aktifitas ringan. Kurang responsive
terhadap nitrat. Lebih sering ditemukan depresisegmen ST. Dapat
disebabkan oleh rupture plak aterosklerosis, spasmus, thrombus atau
trombosit yang beragregasi.
c. Angina Prinzmental (Angina Varian)
Angina yang terjadi karena spasme arteri koronaria.
Berhubungan dengan risiko tinggi terjadinya infark. Sakit dada atau
nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari. Nyeri
disebabkan karena spasmus pembuluh jantung aterosklerotik. EKG
menunjukkan elevasi segmen ST. Cenderung berkembang menjadi
infark miokard akut. Dapat terjadi aritmia. (Kasron,2012).

2.1.6 Manifestasi Klinis


Nyeri biasanya lebih hebat di atas dada, meskipun nyeri dapat
menyebar ke bahu, lengan, leher, rahang, dan punggung. Klien
mendeskripsikan sensasi sebagai pengencangan, seperti terjepit, atau
tercekik. Dyspepsia sering kali menjadi keluhan utama. Klien lebih sering
merasakan nyeri pada lengan kiri, karena merupakan arah percabangan
aorta. Namun, klien dapat merasakan nyeri pada lengan yang lain. Klien
Nampak pucat, merasa seperti pingsan, atau dispnea. Nyeri sering berhenti
dalam waktu kurang dari 5 menit, tetapi nyeri dapat terjadi secara intens
saat berlangsung. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa jantung tidak
mendapatkan cukup darah dan oksigen. Klien yang mengabaikan tanda
peringatan ini, berisiko mengalami penyakit yang serius atau kematian
yang tiba – tiba jika mereka tidak segera mendapatkan perawatan dari
dokter. Klien mungkin akan mengalami serangan angina berulang, tetapi
terapi mengurangi bahaya serangan yang fatal (Rosdahl & Kowalski,
2017).
Sedangkan menurut (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2016) mengatakan
bahwa manifestasi klinis dari angina pektoris, yaitu ditandai dengan nyeri
dada substernal atau retrosternal yang menjalar ke leher, tenggorokan
daerah interskapula atau lengan kiri. Nyeri ini berawal sebagai rasa

11
terhimpit, rasa terjepit atau rasa terbakar yang menyebar ke lengan kiri
bagian dalam dan kadang hingga pundak, bahu dan leher kiri bahkan
sampai ke kelingking kiri. Perasaan ini juga dapat pula menyebar ke
pinggang, tenggorokan, rahang dan ada juga yang sampai ke lengan kanan.
Rasa tidak enak ini juga dapat dirasakan di ulu hati, tetapi jarang terasa di
daerah apeks kordis. Nyeri dapat disertai beberapa atau salah satu gejala,
seperti keringat dingin, mual dan muntah, lemas, berdebar dan rasa akan
pingsan (fainting). Serangan nyeri berlangsung hanya beberapa menit (1 –
5 menit) tetapi dapat hingga lebih dari 20 menit. Tanda yang lain, yaitu:
1. Pemeriksaan fisik di luar serangan umumnya tidak menunjukan
kelainan yang berarti. Pada waktu serangan, denyut jantung
bertambah, tekanan darah meningkat dan di daerah prekordium
pukulan jantung terasa keras.
2. Pada auskultasi, suara jantung terdengar jauh bising sistolik terdengar
pada pertengahan atau akhir sistol dan terdengar bunyi keempat.
3. Nyeri hilang atau berkurang bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
4. Gambaran EKG: depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
5. Gambaran EKG sering kali normal pada waktu tidak timbul serangan.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk pasien angina pekoris
menurut (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2016), yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium
Untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka
sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim
tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina
kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah, seperti kadar kolesterol,
HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor
risiko.
2. Elektrokardiogram (EKG)
Gambaran EKG terkadang menunjukan bahwa klien pernah
mendapat infark miokard pada masa lampau, menunjukan pembesaran

12
ventrikel kiri pada klien hipertensi dan angina, dan menunjukan perubahan
segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan
angina, EKG menunjukan adanya depresi segmen ST dan gelombang T
menjadi negatif.

3. Foto rontgen dada


Sering kali menunjukan bentuk jantung yang normal, tetapi pada
pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan terkadang
tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
4. Arteriografi koroner
Suatu karakter dimasukan lewat arteri femoralis ataupun brakialis
dan diteruskan ke aorta ke dalam muara arteri koronaria kanan dan kiri.
Media kontras radiografik kemudian disuntikan dan cineroentgenogram
akan memperlihatkan kuntur arteri serta daerah penyempitan. Kateter ini
kemudian didorong lewat katup aorta untuk masuk ventrikel kiri dan
disuntikan lebih banyak media kontras untuk menentukan bentuk, ukuran,
dan fungsi ventrikel kiri.
5. Uji latihan (Treadmill)
Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu
pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda
ergometer sehingga pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau
submaksimal dan selama latihan EKG diobservasi demikian pula setelah
selesai EKG terus diobservasi. Tes dianggap positif bila didapatkan
depresi segmen ST sebesar 1mm atau lebih pada waktu latihan atau
sesudahnya. Lebih – lebih bila di samping depresi segmen ST juga timbul
rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar
pasien memang menderita angina pektoris.
6. Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama – sama uji latihan jasmani dan
dapat menambah sensitivitas dan spesifitas uji latihan. Thallium 201

13
disuntikan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan
pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan
diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia
maka akan tampak cold spot pada daerah yang menderita iskemia pada
waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini
juga menunjukan bagian otot jantung yang menderita iskemia.

2.1.8 Penatalaksanaan
Angina dapat dikendalikan menggunakan tablet nitrogliserin.
Segera setelah serangan dimulai, klien meletakkan tablet di bawah lidah
(sublingual) sehingga tablet larut. Nitrogliserin memberikan efek peredaan
yang cepat dengan mendilatasi arteri koroner. Klien dapat menggunakan
obat ini dengan aman selama bertahun – tahun tanpa adanya efek yang
menyebabkan penyakit. Salep nitrogliserin topical atau balutan
transdermal yang dibasahi dengan nitrogliserin digunakan secara luas
untuk memberi perlindungan terhadap nyeri angin dan mendukung
pemulihan nyeri. Jika obat gagal mengendalikan serangan angina
seseorang, PTCA atau bedah arteri koroner mungkin perlu dilakukan
(Rosdahl & Kowalski, 2017).
Sedangkan menurut (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2016)
penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan angina
pektoris, yaitu :
1. Terapi farmakologi
a) Nitrat dan nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat
bermanfaat untuk mengurangi gejala angina pektoris dan juga
memiliki efek antitrombotik dan antiplatelet. Obat yang tergolong
golongan ini, yaitu isosorbit dinitrat (sorbitrat) diberikan dengan
jumlah dosis 10 – 20 mg tiap 2 – 4 jam, nitrat transdermal diserap
melalui kulit dan dapat digunakan sebagai pasta yang dioleskan
pada dinding dada, dan preheksilin maleat diberikan dosis sebesar

14
100 mg per oral tiap 12 jam, kemudian ditingkatkan hingga 200 mg
setiap 12 jam.
b) Nitrogliserin
Bahan vasoaktif yang berfungsi melebarkan pembuluh
darah sehingga memengaruhi sirkulasi perifer dan juga
menurunkan konsumsi oksigen jantung yang akan mengurangi
iskemia nyeri angina. Obat ini biasanya diletakkan di bawah lidah
(sublingual) atau di pipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan
iskemia dalam 3 menit. Nitrogliserin juga tersedia dalam bentuk
topical (Lnilin – petrolatum) yang dioleskan dikulit sebagai
perlindungan terhadap nyeri angina dan mengurangi nyeri.
c) Penyekat beta adrenergic
Digunakan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard
dengan menurunkan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas,
tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Obat
yang digunakan, antara lain atenolol, metoprolol, propanolol,
nadolol.
d) Antagonis kalsium
Obat ini meningkatkan suplai oksigen jantung dengan cara
melebarkan dinding otot polos arteriol koroner dan mengurangi
kebutuhan jantung dengan menurunkan tekanan arteri sistemik dan
demikian juga beban kerja ventrikel kiri. Tiga jenis antagonis
kalsium yang sering digunakan adalah nifedipin (prokardia),
verapamil (isoptil, calan), dan diltiazen (cardiazem).
e) Antitrombin
Heparin adalah glikosaminoglikan yang terdiri dari
perbagai polisakarida yang berbeda panjangnya dengan aktivitas
antikoagulan yang berbeda – beda. Hirudin dapat menurunkan
angka kematian infark miokard.

2. Terapi invasive
a) Percutanens transluminal coronary angioplasty (PTCA)

15
Merupakan upaya memperbaiki sirkulasi koroner dengan
cara memecahkan plak atau ateroma dengan cara memasukan
kateter dengan ujung berbentuk balon.
b) Coronary artery bypass graft (CABG)

2.1.9 Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Adalah upaya pencegahan yang dilakukan sebelum seseorang
menderita PJK. Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk
menghambat berkembangnya dan meluasnya faktor-faktor risiko PJK.
Upaya pencegahan ini berupa ;
1) Peningkatan kesadaran pola hidup sehat.
Upaya ini lebih baik dilakukan sejak bayi, dengan tidak
membiarkan bayi jadi gemuk dan merubah kriteria bayi gemuk
sebagai pemenang kontes bayi sehat. Kegemukan pada bayi akan
lebih memudahkan waktu ia dewasa. Menganjurkan anak-anak
banyak makan sayuran dan buah serta menghindari makanan yang
kurang mengandung serat dan banyak kolesterol. Melakukan
olahraga secara teratur. faktor-faktor risiko yang lain, khususnya
faktor PJK yang dapat dimodifikasi. Secara mudah pola hidup
SEHAT dapat dilakukan, yang dapat dijabarkan yaitu : eimbang
gizi, nyahkan rokok, indari Stres, wasi tekanan darah, dan eratur
berolahraga.
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala
Pemeriksaan kesehatan dalam rangka pencegahan primer
perlu dilakukan terutama pada :
a) Orang sehat (tanpa keluhan) diatas usia 40 tahun.
b) Anak dari orang tua dengan riwayat hipertensi, diabetes melitus,
familier dislipidemia, mati mendadak pada usia kurang dari 50
tahun
c) Obesitas
Adapun jenis pemeriksaan yang bdianjurkan adalah

16
a) Pemeriksaan fisik mengenai kemungkinan adanya kelainan
organis pada jantung ataupun hipertensi.
b) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) pada waktu istirahat.
c) Pemeriksaan laboratorium seperti : gula darah, total kolesterol,
HDL, Kolesterol, LDL kolesterol, Trigliserida, ureum, dan
kreatinin.
d) Pemeriksaan treadmill test, terutama bagi penderita yang hasil
EKG nya meragukan dengan adanya keluhan nyeri dada (Chest
pain).
e) Pemeriksaan Ekokardiografi terutama untuk melihat kelainan
struktur / organis jantung.

b. Pencegahan Sekunder
Adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang yang sudah
menderita PJK. Tujuan Pencegahan Sekunder adalah supaya : 1) tidak
terjadi komplikasi lebih lanjut, 2) tidak merasa invalid (cacat di
masyarakat), dan 3) status psikologis penderita menjadi cukup mantap.
Untuk itu kiranya perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikiut ;
a) Pemeriksaan fisik yang lebih teliti untuk mengetahui kemampuan
jantung dalam melaksanakan tugasnya.
b) Mengendalikan faktor risiko yang menjadi dasar penyakitnya
c) Pemeriksaan treadmill test untuk menentukan beban/aktivitas fisik
sehari-hari.
d) Pemeriksaan laboratorium secara rutin
e) Pemeriksaan Ekokardiografi (EKG). untuk melihat seberapa berat
otot jantung yang telah mati.
f) Dilakukan pemeriksaan Angiografi koroner untuk melihat
pembuluh darah koroner mana yang tersumbat dan seberapa berat
sumabatannya.
g) Ikut Klub Jantung Sehat.
h) Terapi Penykit lebih lanjut : PTCA (ditiup) ataupun bedah pintas
koroner (CABG).

17
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Angina Pektoris
2.2.1 Pengkajian
Menurut (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 2012) menunjukan
bahwa pengkajian pada pasien dengan angina pektoris, yaitu:
1. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala:
1) Pola hidup monoton, kelemahan
2) Kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan
3) Nyeri dada bila bekerja
4) Menjadi terbangun bila nyeri dada
5) Dispnea saat kerja.
2. Sirkulasi
Tanda dan gejala:
1) Riwayat penyakit jantung, hipertensi, obesitas
2) Takikardi, disritmia
3) Tekanan darah normal, meningkat atau menurun
4) Bunyi jantung: mungkin normal, S4 lambat atau murmur sistolik
transen lambat (disfungsi otot papilaris)vmungkin ada saat nyeri
5) Kulit/membrane mukosa lembab, dingin, pucat pada adanya
vasokontriksi.

3. Makanan/cairan
Tanda dan gejala:
1) Mual, nyeri ulu hati/epigastrium saat makan
2) Diet tinggi kolesterol/lemak, garam kafein, minuman keras
3) Sesak, distensi gaster

4. Integritas ego
Tanda dan gejala:
1) Stressor kerja, keluarga, lain – lain
2) Ketakutan, mudah marah

18
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Tanda dan gejala:
1) Nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu
dan ekstremitas atas (lebih pada kiri dari pada kanan)
2) Kualitas: macam: ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan,
terjepit, terbakar
3) Durasi: biasanya kurang dari 15 menit, kadang – kadang lebih dari 30
menit (rata – rata 3 menit)
4) Faktor pencetus: nyeri sebuhungan dengan kerja fisik atau emosi
besar, seperti marah atau hasrat seksual, olahraga pada suhu ekstrem,
atau mungkin tak dapat diperkirakan dan/atau terjadi selama istirahat.
5) Faktor penghilang: nyeri mungkin responsive terhadap mekanisme
penghilang tertensu (contoh: istirahat, obat antiangina)
6) Nyeri dada baru atau terus – menerus yang telah berubah frekuensi,
durasi, karakter atau dapat diperkirakan (contoh: tidak stabil, bervariasi,
prinzmetal)
7) Wajah berkeruh, meletakan pergelangan tangan pada midsternum,
memijit tangan kiri, tegangan otot, gelisah
8) Respon otomatis (contoh: takikardi, perubahan TD)

6. Pernapasan
Tanda dan gejala:
1) Dispnea saat kerja
2) Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
3) Riwayat merokok
4) Meningkat pada frekuensi/irama dan gangguan kedalaman
5) Pucat/cianosis

7. Hygiene
Tanda dan gejala: Kesulitan melakukan tugas perawatan

8. Neurosensori
Tanda dan gejala:

19
1) Pusing, berdenyut saat tidur atau saat terbangun (duduk atau istirahat)
2) Perubahan mental, kelemahan

9. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:
1) Riwayat keluarga sakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes
2) Penggunaan/kesalahan penggunaan obat jantung, hipertensi atau obat
yang dijual bebas
3) Penggunaan alcohol teratur, obat narkotik (contoh: kokain, amfetamin)
4) Rencana pemulangan: perubahan pada penggunaan/terapi obat,
bantuan/pemeliharaan tugas dengan perawat di rumah, perubahan pada
susunan fisik rumah

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 2012) Diagnosa keperawatan
yang sering muncul pada pasien dengan angina pektoris, yaitu:
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera biologis.
2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan
frekuensi/irama jantung dan konduksi elektrikal.
3. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status
kesehatan saat ini.
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi
tentang penyakit jantu

20
2.2.3 Intervensi (Rencana Asuhan Keperawatan
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan
Tujuan Intervensi Tindakan

1. Nyeri akut berhubungan dengan Dalam waktu 1 X 24 jam Intervensi Utama: Manajemen Nyeri
agen cedera biologis. setelah dilakukan intervensi SIKI, I. 08238, hal 201
- Manajemen
(SDKI, D. 0077, Hal.172) keperawatan maka Tingkat Observasi
Nyeri
Nyeri menurun (SLKI L.
- Pemberian - Identifikasi lokasi,
Gejala dan Tanda Mayor 08066, hal 145) dengan
Ansigesik karakteristik, durasi, frekuensi,
DS : kriteria hasil :
kalitas, intensitas nyeri
1. Mengeluh nyeri - Keluhan nyeri Intervensi pendukung: - Identifikasi skala nyeri
DO : menurun - Identifikasi respons nyeri non
- Aromaterapi
- Meringis menurun verbal
1. Tampak meringis - Dukungan
2. Bersikap protektif - Sikap protektif - Identifikasi faktor yang
Hipnosis Diri
3. Gelisah menurun memperberat dan meringankan
- Dukungan
4. Frekuensi nadi - Gelisah menurun nyeri
Pengungkapan
meningkat - Kesulitan tidur - Identifikasi pengetahuan dan
Kebutuhan
5. Sulit tidur menurun keyakkinan tentang nyeri
- Edukasi Efek
- Menarik diri - Identifikasi pengaruh budaya

21
Gejala dan Tanda Minor - Berfokus pada diri Samping Obat terhadap respon nyeri
DS : sendiri - Edukasi - Identifikasi pengaruh budaya
(tidak tersedia) - Diaforesis Manajemen terhadap respon nyeri
DO : - Perasaan depresi Nyeri - Identifikasi pengaruh nyeri
(tertekan) - Edukasi Proses pada kualitas hidup
1. Tekanan darah meingkat
- Perasaan takut Penyakit - Monitor keberhasilan terapi
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah mengalami cedera - Edukasi Teknik komplementer yang sudah

4. Proses berpikir berulang Napas diberikan

terganggu - Anoreksia - Kompres Dingin - Monitor efek samping

5. Menarik diri - Perineum terasa - Kompres panas penggunaan analgetik

6. Berfokus pada diri tertekan - Konsultasi Teraupetik

sendiri - Uterus teraba - Latihan - Berikan teknik


7. Diaforesis membulat Pernapasan nonfarmakologis untuk
- Ketegangan otot - Manajemen Efek mengurangi rasa nyeri (mis.
- Pupil dilatasi Samping Obat TENS, hypnosis, akupresur,
- Muntah terapi music)
- Mual - Kontrol lingkungan yang
- Frekuensi nadi memperberat rasa nyeri

22
membaik - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pola napas membaik - Pertimbangkan jenis dan
- Tekanan darah sumber nyeri dalam pemilihan
membaik strategi meredakan nyeri
- Proses berpikir Edukasi
membaik
- Jelaskan penyebab, periode,
- Focus membaik
dan pemicu nyeri
- Fungsi berkemih
- Jelaskan strategi meredakan
membaik
nyeri
- Perilaku membaik
- Anjurkan memonitor nyeri
- Nafsu makan membaik secara mandiri
- Pola tidur membaik - Anjurkan penggunaan
analgetic secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis utuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian

23
analgetic, jika perlu
2. Penurunan curah jantung Dalam waktu 1 X 24 jam Intervensi Utama : Perawatan Jantung
berhubungan dengan perubahan setelah dilakukan intervensi SIKI, I. 02075, hal 317
- Perawatan Jantung
frekuensi/irama jantung dan keperawatan Curah jantung Observasi
- Perawatan jantung
konduksi elektrikal. meningkat (SLKI L. 02008,
akut - Identifikasi tanda/gejala prier
(SDKI, D. 0008, Hal.34) hal 20) dengan kriteria hasil:
penurunan curah jantung
- Kekuatan nadi perifer Intervensi Pendukung: (meliputi dispnea, kelelahan,
Gejala dan Tanda Mayor
meningkat edema, ortopnea, paroxysmal
DS : - Code Management
- Ejection fraction (EF) nocturnal dyspnea,
- Edukasi
1. Penurunan irama meningkat peningkatan CVP)
Rehabilitasi
jantung - Cardiec todex (CI) - Identifikasi tanda/gejala
Jantung
- Palpitasi meningkat sekunder penurunan curah
- Insersi Intravena
2. Perubahan preload - Left ventricular stroke jantung
- Konnsultasi
- Lelah work meningkat - Monitor tekanan darah
- Manajemen Alat
3. Perubahan afterload - Stroke volume index - Monitor intake dan ouput
Pacu Jantung
- Dispenea (SVI) meningkat cairan
Perrmanen
4. Perubahan kontraktilitas - Palitasi menurun - Monitor berat badan setiap hari
- Manajemen Alat
- Paroxysmal - Bradikardia menurun pada waktu yang sama
Pacu Jantung
nocturnal (PND) - Takikardia menurun - Monitor saturasi oksigen

24
- Ortopnea - Gambaran EKG Sementara - Monitor keluhan nyeri dada
- Batuk aritmia menurun - Manajemen - Monitor EKG 12 sadapan
DO : - Lelah menurun aritmia - Monitor aritmia (kelainan
- Edema menurun - Manajemen Cairan irama dan frekuensi)
1. Perubahan irama
- Distensi vena jugularis - Manajemen - Monitor nilai laboratorim
jantung
menurun Elektrolit jantung
- Bradikardia/
- Dispnea menurun - Manajemen Nyeri - Periksa tekanan darah dan
Takirardia
- Oliguria menurun - Manajemen frekuensi nadi sebelum dan
- Gambaran EKG
- Pucat menurun Overdosis sesudah aktivitas
aritmia atau
- Paroxysmal nocturnal - Manajemen - Periksa tekanan darah dan
gangguan konduksi
dyspnea (PND) Spesimen Darah frekuensi nadi sebelum
2. Perubahan preload
menurun pemberian obat
- Edema
- Ortopnea meurun Terapeutik
- Distensi vena
jugularis - batuk menurun - Posisikan pasien semi-Fowler
- Central Venous - Suara jantung S3 atau Fowler dengan kaki ke
Pressure (CVP) menurun bawah atau posisi nyaman
meningkat/menurun - Suara jantung S4 - Berikan diet jantung yang
- Hepatomegali menurun sesuai

25
3. Perubahan afterload - Murmur jantung - Gunakan stocking elastis atau
- Tekanan darah menururn pneumatic intermiten, sesuai
meningkat/menurun - Berat badan meururn indikasi
- Nadi perifer teraba - Hepatomegaly - Fasilitasi pasien dan keluarga
lemah menururn untuk modifikasi gaya hidup
- Capillary refill time - Pulmonary vascular sehat
>3 detik resistance (PVR) - Berikan terapi relaksasi untuk
- Oliguria menurun mengurangi stress, jika perlu
- Warna kulit pucat - Systemic vascular - Berikan dukungan emosional
dan/atau sianosis resistance menurun dan spiritual
- Tekanan darah - Berikan dukungan emosional
Gejala dan Tanda Miror membaik dan spiritual
DS : - Capillary reedill time Edukasi
(CPT) membaik
1. Perubahan preload - Anjurkan beraktivitas fisik
(tidak tersedia) - Pulmonary artery
sesuai toleransi
2. Perubahan afterload pressure wedge
- Anjurkan beraktivitas fisik
(tidak tersedia) (membaik)
secara bertahap
3. Perubahan kontraktilitas - Central venous
- Anjurkan berhenti merokok
pressure membaik

26
(tidak tersedia) Kolaborasi
4. Perilaku/emosional
- Kolaborasi pemberian
- Cemas
antiaritmia, jika perlu
- Gelisah
- Rujuk ke program rehabilitasi
DO :
jantung
1. Perubahan preload
- Murmur jantung
- Berat badan
bertambah
- Pulmonary artery
wedge pressure
(PAWP) menurun
2. Perubahan afterload
- Pulmonary vascular
resistance (PVR)
- Systemic vascular
resistance (SVR)
meningkat/menurun

27
3. Perubahan kontraktilitas
- Cardiac index (CI)
- Left Ventricular
stroke work index
(LVSWI) menurun
- Stroke volume
index (SVI)
menurun
4. Perilaku/emosional
(tidak tersedia)

3. Ansietas yang berhubungan Dalam waktu 1 X 24 jam Intervensi Utama : Reduksi Ansietas
dengan ancaman terhadap setelah dilakukan intervensi SIKI, 1.09314, Hal.387
- Reduksi Ansietas
perubahan status kesehatan saat keperawatan maka Tingkat Observasi
- Terapi Relaksasi
ini. Ansietas menurun (SLKI L.
- Identifikasi saat tingkat
(SDKI,D 0080,Hal.172) 09093, hal 132) dengan
Intervensi asnietas berubah ( mis.
kriteria hasil :
Pendukung : Kondisi, waktu, stressor )

28
Gejala dan Tanda Mayor - Verbalisasi - Bantuan control - Identifikasi kemampuan
DS : kebingungan menurun marah mengambil keputusan
- Verbalisasi khawatir - Biblioterapi - Monitor tanda-tanda ansietas
1. Merasa bingung
menurun - Dukungan emosi (veral dan nonverbal)
2. Merasa khawatir dengan
- Perilaku gelisah - Dukungan Terapeutik
akibat dari kondisi yang
dihadapi menurun hypnosis diri - Ciptakan suasana terapeutik
3. Sulit berkonsentrasi - Perilaku tegang - Dukungan untuk menumbuhan
DO : menurun kelompok kepercayaan
- Keluhan pusing - Dukungan proses
1. Tampak gelisah - Temani pasien untuk
menurun berduka
2. Tampak tegang mengurangi kecemasan, jika
- Anoreksia menurun - Dukungan
3. Sulit tidur dimemungkinkan
- Palpitasi menurun pelaksanaan - Pahami situasi yang membuat
- Frekuensi pernapasan ibadah ansietas dengarkan dengan
Gejala dan Tanda Minor
menurun - Teknik penuh perhatian
DS :
- Frekuensi nadi menenangkan - Gunakan pendekatan yang
1. Mengeluh pusing menurun - Teknik imajinasi tenang dan meyakinkan
2. Anoreksia - Tekanan darah terbimbing - Tempatkan barang pribadi
3. Palpitasi menurun yang memberikan kenyamanan
4. Merasa tidak berdaya

29
DO : - Diaphoresis menurun - Motivasi mengidetifikasi
- Tremor menurun situasi yang memicu
1. Frekuensi napas
- Pucat menurun kecemasan
menignkat
- Diskusikan perencanaa realistis
2. Frekuensi nadi
tentang peristiwa yang akan
meningkat
datang
3. Tekanan darah
Edukasi
meningkat
4. Diaphoresis - Jelaskan prosedur, termasuk
5. Ttremor sensasi yang mungkin dialami
6. Muka tampak pucat - Informasikan secara factual
7. Suara bergetar mengenai diagnosis,
8. Kontak mata buruk pengobatan, dan prognosis
9. Sering berkemih - Anjurkan keluarga untuk tetap
10. Berorientasi pada masa bersama pasien, jika perlu
lalu - Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan

30
persaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi ketegangan
- Latih pengunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat


antlansietas, jika perlu
4. Kurang pengetahuan yang Dalam waktu 1 X 24 jam Intervensi Utama : Edukasi Kesehatan
berhubungan dengan kurang setelah dilakukan intervensi SIKI,1.12383, Hal.65
- Edukasi
informasi tentang penyakit keperawatan maka Tingkat Observasi
Kesehatan
(SDKI, D.0111, Hal.246) Pengetahuan meningkat
- Identifikasi kesiapan dan
(SLKI L. 12111, hal 146)
Intervensi kemampuan menerima
Gejala dan Tanda Mayor dengan kriteria hasil :
Pendukung : informasi
DS :
- Perilaku sesuai anjuran - Identifikasi factor-faktor yang
- Bimbingan
1. Menanyakan masalah verbalisasi minat dapat meningkatkan dan
system kesehatan
yang dihadapi dalam belajar menurunkan motivasi perilaku
- Edukasi

31
DO : meningkat akvitas/istirahat hidup bersih dan sehat
- Kemampuan - Edukasi alat Terapeutik
1. Menunjukkan perilaku
menjelaskan bantu dengar
tidak sesuai anjuran - Sediakan materi dan media
pengetahuan tentang - Edukasi
2. Menunjukkan persepsi pendidikan kesehatan
suatu topic meningkat analgesia
yang keliru terhadap - Jadwalkan pendidikan
- Kemampuan terkontrol
masalah. kesehatan sesuai kesepakatan
menggambarkan - Edukasi berat
- Berikan kesempatan untuk
pengalaman badan efektif
Gejala dan Tanda Minor bertanya
sebelumnnya sesuai - Edukasi berhenti
DS : Edukasi
dengan topic merokok
1. ( Tidak tersedia ) - Jelaskan factor resiko yang
meningkat - Edukasi
DO : dapat mempengaruhi kesehatan
- Perilaku sesuai dengan dehidrasi
1. Menjalani pemeriksaan pengetahuan - Edukasi - Ajarkan perilaku hidup bersih

yang tidak tepat meningkat komnikasi efektif dan sehat

2. Menunjukkan perilaku - Pertanyaan tentang - Edukasi latihan - Ajarkan strategi yang dapat

berlebihan ( mis. Apatis, masalah yang dihadapi fisik digunakan untuk meningkatkan
bermusuhan , agitasi, menurun perilaku hidup bersih dan
- Edukasi
hysteria ) - Persepsi yang keliru sehat.
manajemen
terhadap masalah stress

32
menurun - Edukasi
pengukuran
tekanan darah
- Edukasi
pengukuran nadi
radialis
- Edukasi
pengukuran
respirasi
- Edukasi
pengukuran suhu
tubuh edukasi
proses penyakit
- Edukasi
rehabilitasi
jantung

33
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari perencanaan intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik, oleh karena itu rencana intervensi yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping. (Nursalam, 2011b)
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau tindakan spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan, didalam proses implementasi keperawatan pada pasien angina
pektoris dengan gangguan intoleransi aktivitas menggunakan standar
intervesni keperawatan Indonesia yaitu manajemen energi yaitu
mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi untuk mengatasi dan
mencegah kelelahan serta mengoptimalkan proses pemulihan. (Tim Pokja
SIKI DPP, 2018).
Dalam melakukan pelaksanaan keperawatan angina pektoris dengan
Intoleransi aktivitas diharapkan klien istirahat, minta klien untuk tidur
terlentang atau setengah duduk sampai keadaan pasien stabil dan mampu
untuk kembali beraktivitas. Pasien sangat dianjurkan untuk beristirahat baik
secara fisik maupun emosional karena akan dapat mengurangi kerja jantung,
meningkatkan tenaga cadangan jantung, menurunkan tekanan darah,
mengurangi kerja otot meningkatkan tenaga cadangan jantung, mengurangi
kerja otot pernapasan dan penggunaan oksigen (Aspiani, 2015).
Istirahat yang cukup sangat membantu pasien dalam pemenuhan
energi, jika pasien sudah memiliki energi yang cukup tindakan selanjutnya
yang dapat 24 dilaksanakan dengan memulai latihan dan imobiliasi secara
bertahap pada setiap harinya karena sangat penting dilakukan untuk melatih
pasien untuk memperbaiki toleransi terhadap aktivitasnya dengan cara
latihan nafas dalam yang bertujuan untuk mencapai ventilasi yang lebih
terkontrol, meningkatkan relaksasi otot dan efisien mengurangi rasa ansietas
serta stress, dapat juga dilakukan gerakan aktif anggota gerak setiap 5x

34
melakukan gerakan pasif dari ekstremitas 3x duduk mulai dari dipinggir
tempat tidur dengan kaki ke bawah atau dapat juga dilakukan menurunkan
kaki ke bawah dan diletakan diatas kursi selama 20 menit sebanyak 2x
sehari, dapat juga dilakukan latihan mulai turun dari tempat tidur, makan
sendiri, mulai berjalan di sekitar ruangan 2x sehari serta memberikan
pendidikan menganai tanda dan gejala, faktor risiko dan pengendalian dari
angina pektoris. (Aspiani, 2015).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan
rencana intervensi dan implementasinya, evaluasi sebagai sesuatu yang
direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien.
Tujuan evalusi keperawatan adalah untuk melihat kemampuan klien untuk
mencapai tujuan, hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat
mengambil keputusan seperti : mengakhiri rencana asuhan keperawatan jika
klien sudah mencapai tujuan yang ditetpakan, memodifikasi rencana asuhan
keperawatan jika klien mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan,
meneruskan rencana asuhan keperawatan jika klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan. (Nursalam, 2011b).
Pada tahap evaluasi yang dimana evaluasi keperawatan ini dicatat
dan disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi untuk setiap
diagnosa keperawatan meliputi data subjektif (S) dan objektif (O), Analisa
permasalahan (A) klien berdasarkan S dan O, serta perencanaan ulang (P)
berdasarkan hasil Analisa data diatas. Evaluasi ini disebut juga evaluasi
proses. Semua dicatat pada formulir catatan perkembangan (Dinarti, Aryani,
& Heni Chairani, 2013). Di dalam evaluasi keperawatan pada pasien angina
pektoris berjalan secara kontinu. Tujuan dan Kriteria hasil yang diharapkan
setelah tindakan yang diberikan untuk intoleransi aktivitas yaitu :
a. Frekuensi nadi menurun.
b. Keluhan lelah menurun

35
c. Dispnea saat aktivitas menurun.
d. Dispnea setelah aktivitas menurun.
e. Perasaan lemah menurun
f. Aritmia saat aktivitas menurun
g. Aritmia setelah aktivitas menurun
h. Sianosis menurun.
i. Tekanan darah membaik.
j. Frekuensi nafas membai
k. EKG Iskemia membaik

36
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1. Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan
episode atau tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah
koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau
dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat.
2. Penyebab paling umum Angina pektoris adalah Aterosklerosis atau
penyakit arteri koroner yang digolongkan sebagai akumilasi sel-sel otot
halus, lemak dan jaringan konektif disekitar lapisan intima arteri.
3. Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada
ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel – sel miokardium yang
diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri
koroner (aterosklerosis koroner).
4. Angina pektoris diklasifikasi menjadi 3, yaitu angina pektoris stabil
terjadi karena penyempitan arteri koroner yang tidak dapat
meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen meningkat., angina
pektoris tidak stabil dijumpai pada individu dengan perburukan
penyakit arteri pembuluh jantung, dan angina prinzmental terjadi karena
spasme arteri koronaria berhubungan dengan risiko tinggi terjadinya
infark.
5. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan EKG, foto rontgen dada, arteriografi
coroner, dan uji latihan atau treadmill
6. Angina dapat dikendalikan menggunakan tablet nitrogliserin.
Melakukan terapi farmakologi, dan terapi invasive seperti Percutanens
transluminal coronary angioplasty (PTCA) dan Coronary artery bypass
graft (CABG).
7. Pencegahan angina pektoris berupa pencegahan primer dengan pola
hidup sehat dan pemeriksaan kesehatan secara berkala, dan pencegahan
sekunder.

37
1.2 Saran
Diharapkan hasil makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan
mahasiswa mengenai angina pektoris dan konsep asuhan keperawatan pada
pasien angina pektoris, dan diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menerapkan yang telah dipelajarinya dengan baik dan benar.

38
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M. G., Butcher, K. H., Dochterman, M. J., & Wagner, M. C. (2016).


Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi Keenam. Singapore:
Elsevier. Doenges, M.
E., Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2017). NANDA Internasional Diagnosis
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Indonesia, K. K. (2018). Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta: Lembaga Penerbit
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Moprhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NIC), Edisi Keenam. Singapore: Elsevier.
Morton, G. P., D, F., C, H.
M., & B, G. M. (2013). Keperawatan Kritis, Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta:
EGC. Ns. Reny Yuli Aspiani, S. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Klien Gangguan Kardiovaskuler, Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.
Rosdahl, B. C., & Kowalski, T. M. (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar,
Gangguan Kardiovaskuler, Darah & Limfe, Kanker, Gangguan
Muskuloskletal, Alergi, Imun & Gangguan Autoimun, Terapi Oksigen,
Edisi 10. Jakarta: EGC.
Widodo, A. (2012). Upaya Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk. Publikasi
Ilmiah UMS, 11-33.

39

Anda mungkin juga menyukai