Disusun Oleh :
Kelompok B
Ketua : Ikeu (213116112)
Scriber 1: Fennita Eka Putri N. (213116066)
Scriber 2: Lusyana Ahmad Septiani (213116032)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya pulalah laporan tentang Cidera Kepala Berat.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan tentang Konsep Penyakit Cidera
Kepala Berat ini dapat bermanfaat untuk masyarakat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
A. Pendahuluan ................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................................... 4
BAB II ......................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 5
A. Skenario Kasus .............................................................................................................. 5
B. Pembahasan .................................................................................................................. 5
STEP 1 ................................................................................................................................ 5
STEP 2 ................................................................................................................................ 7
STEP 3 ................................................................................................................................ 7
BAB III ...................................................................................................................................... 21
PENUTUP ................................................................................................................................. 21
A. Simpulan ..................................................................................................................... 21
Daftar Pustaka......................................................................................................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Cidera kepala berat merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi
akibat kecelakaan lalulintas. (Mansjoer, 2002).
Di Indonesia jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat dari tahun ke
tahun. Menurut data Direktorat Keselamatan Transportasi Darat
Departemen Perhubungan (2005), jumlah korban kecelakaan lalu lintas
pada tahun 2003 terdapat 24.692 orang dengan jumlah kematian 9.865
orang (39,9%), tahun 2004 terdapat 32.271 orang dengan jumlah kematian
11.204 orang (34,7%), dan pada tahun 2005 menjadi 33.827 kasus dengan
jumlah kematian 11.610 orang (34,4%). Dari data tahun 2005 di atas,
didapatkan bahwa setiap harinya terdapat 31 orang yang meninggal atau
dengan kata lain setiap 45 menit terdapat 1 orang yang meninggal akibat
kecelakaan lalu lintas.
Selama dua puluh tahun terakhir, banyak dipelajari tentang
penanganan kritis CKB. Pada tahun 1996 Brain Trauma Foundation (BTF)
memberikan pedoman pertama untuk penanganan CKB yang telah di setujui
oleh American Assosiation of Surgeons Neurologis dan disahkan oleh
Komite Organisasi Kesehatan Dunia Neurotraumalogy dan direvisi pada
tahun 2007 adalah stabilisasi pasien, mencegah peningkatan tekanan
intrakranial, menjaga kestabilan tekanan perfusi jaringan (CPP), mencegah
cidera otak sekunder dan infeksi sistemik, optimalisasi hemodinamik
cerebral dan oksigenasi (Katsuji, 2010)
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan mekanisme serta efek dari hypernatremia pada kasus diatas
2. Jelaskan mekanisme peningkatan laktat berdasarkan kasus diatas
3. Buatlah pathway dari kasus diatas
4. Buatlah asuhan keperawatan berdasarkan teori/konsep
5. Buatlah asuhan keperawatan sesuai kasus diatas (minimal 4 diagnosa
keperawatan prioritas beserta intervensinya)
C. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami prinsip asuhan keperawatan pada klien dengan
Cidera Kepala Berat.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Skenario Kasus
Pasien, wanita umur 65 tahun, BB 70 kg, dirujuk ke RSHS dengan kesadaran
menurun. Empat hari sebelumnya pasien tertabrak angkot. Pasien pingsan
sekitar 10 menit, muntah, keluar darah dari telinga dan hidung, serta tidak
mengingat kejadian. Pasien lalu dbawa ke RSUD. Saat masuk RS, pasien
dalam keadaan sadar. Hasil CT scan menunjukkan perdarahan di lobus frontalis
kiri dan kanan. Selama perawatan, pasien mendapatkan terapi sefotaksim, asam
traneksamat, manitol, lansoprazol, insulin, dan neurobon. Pada perawatan hari
ke 3, kesadaran semakin menurun. Karena fasilitas yang kurang dan
permintaan keluarga, pasien dirujuk ke RSHS. Pasien diketahui menderita
kencing manis sejak 5 tahun yang lalu. Pasien juga menderita tekanan darah
tinggi, dengan tekanan darah sistol berkisar 140-180 mmHg. Saat masuk IGD
RSHS TD 150/90, CAD pada EKG, ada kaku kuduk, hasil CT scan ulang
menunjukkan perdarahan intraserebral lobus frontalis bilateral, perdarahan
subarachnoid, dan edema serebri. Hasil lab: Na+ 172, K+ 3,3, Cl- 113, AGD
(pasien mendapat O2 10-12 liter/menit) : pH 7,28, HCO3- 34, pCO2 50, SaO2
90,8%, laktat 2,7. Pasien diputuskan untuk diintubasi dan dirujuk ke ICU.
Terapi di ICU : cefotaxim, fluimucy, citicolin, OMZ, VIt C, midazolam,
koreksi KCl 25 meq, sistenol.
B. Pembahasan
STEP 1
1. Citicolin (Ilva)
2. Sistenol ( Dini)
3. Lansoprazol (Meilia)
4. Fluimucy (Romiyatul)
5. Isokor (Radina)
6. Subarachnoid (Desi)
7. Manitol (Erwin)
5
8. OMZ (Ikeu)
9. Midazolam (Fennita)
Jawab !
1. Obat untuk penyakit alzeimer dan jenis demensia lainnya. Obat ini juga
bias digunakan untuk mengobati luka di kepala, penyakit serebrovaskuler,
seperti stroke dan hilang ingatan. (Elis)
2. Obat yang digunakan sebagai penurun demam, yang disertai batuk pada
gejala influenza. Mengandung paracetamol sebagai obat yang memiliki
aktivitas sebagai antipiretik dan analgetik yang dikombinasikan dengan
Acetyl Cistine untuk mengurangi fiskositas dahak. (Rivan & Suci)
3. Obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan pada system pencernaan
akibat produksi asam lambung yang berlebihan. (Rosti)
4. Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit pada saluran
pernafasan yang ditandai dengan dahak yang berlebihan, misalnya
bronchitis akut atau kronis, emfisema paru, mucofiscidosis dan
bronchiectasis. Obat ini mengandung Acetyl Cystine. (Ilva)
5. Keadaan dimana kedua pupil sama besar dan bentuknya. (Novia)
6. Ruang antara 2 lapisan membrane yang membungkus otak, terdapat
tempat dibawah membrane Arachnoid diatas piamater. Ruang
Subarachnoid adalah ruang berkumpulnya cairan otak (cerebrospinal),
yang berperan melindungi otak dan syaraf tulang belakang serta
mengandung banyak pembuluh darah yang berfungsi untuk membawa
nutrisi dan O2 ke otak.
Perdarah Subarachnoid (Sbarachnoid Hemorrhage) adalah perdarahan
mendadak di celah antara otak dan membrane tengah yang membungkus
otak. (Dini, Erwin, & Romiyatul)
7. Obat diuretic yang digunakan untuk mengurangi tekanan dalam kepala
akibat pembengkakan otak serta penurunan tekanan bola mata akibat
glautoma. (Idedio)
6
8. Obat untuk mengatasi gangguan lambung seperti penyakit asam lambung
dan tukak lambung. (Radina)
9. Obat golongan Benzodiazepine tang diberikan sebelum operasi untuk
mengatasi rasa cemas, membuat pikiran dan tubuh menjadi rileks, serta
menimbulkan rasa kantuk dan tidak sadarkan diri. Obat ini bekerja dengan
cara memperlambat kerja otak dan system saraf. (Ikeu)
STEP 2
1. Jelaskan mekanisme serta efek dari hypernatremia pada kasus diatas.
2. Jelaskan mekanisme peningkatan laktat berdasarkan kasus diatas.
3. Buatlah pathway dari kasus diatas.
4. Buatlah asuhan keperawatan berdasarkan teori/konsep
5. Buatlah asuhan keperawatan sesuai kasus diatas (minimal 4 diagnosa
keperawatan prioritas beserta intervensinya)
STEP 3
1.
2. Pertama, pasien mengalami kecelakan karena tertabrak dan mengalami
perdarahan intraserebral lobus frontalis bilateral, perdarahan subarachnoid
dan edema serebri yang mengakibatkan tekanan intracranial. Sehingga otak
tidak mendapatkan oksigen secara maksimal dan terjadinya metabolisme
anaerob menyebabkan peningkatan asam laktat.
Kedua, pasien mengalami CAD, sehingga terjadinya iskemik pada arteri
coroner yang menyebabkan hipoksia otot jantung mengakibatkan
metabolisme anaerob. Sehingga asam laktat meningkat.
3. Wanita 65 tahun, BB 70 kg
7
Dibawa ke RSUD dalam keadaan sadar
Rujuk ke RSHS
8
Dirujuk ke ICU
1) Pengkajian Primer
a) Airway
9
dilahirkan secara forcep/ vakum. Apakah pernah mengalami
gangguan sensorik atau gangguan neurologis sebelumnya. Jika
pernah kecelakaan bagimana penyembuhannya. Bagaimana
asupan nutrisi.
c) Riwayat Keluarga
8. Berikan posisi
dengan kepala
10
b. Perfusi jaringan elevasi 30-40O
serebral, dengan dengan leher dalam
indicator : posisi netral
3. Monitor tanda-
tanda vital
4. Monitor keluhan
nyeri kepala, mual,
dan muntah
5. Monitor respon
klien terhadap
pengobatan
6. Hindari aktivitas
jika TIK meningkat
11
7. Observasi kondisi
fisik klien
2. Pertahankan jalan
nafas tetap efektif
3. Berikan oksigen
sesuai instruksi
4. Monitor aliran
oksigen, kanul
oksigen, dan
humidifier
5. Beri penjelasan
kepada klien
tentang pentingnya
pemberian oksigen
6. Observasi tanda-
tanda hipoventilasi
7. Monitor respon
klien terhadap
pemberian oksigen
8. Anjurkan klien
untuk tetap
memakai oksigen
selama aktivitas dan
tidur
12
verbal atau non Setelah dilakukan asuhan frekuensi, kualitas,
verbal keperawatan selama …. x dan beratnya nyeri.
24 jam, klien dapat :
2. Respon autonom 1. Mengontrol nyeri, 2. Observasi respon
(perubahan vital dengan indikator: ketidaknyamanan
sign, dilatasi secara verbal dan
a. Mengenal faktor-
pupil) non verbal.
faktor penyebab
3. Tingkah laku 3. Pastikan klien
b. Mengenal onset
ekspresif menerima
nyeri
(gelisah, perawatan analgetik
menangis, c. Tindakan dengan tepat.
merintih) pertolongan non
4. Gunakan strategi
farmakologi
4. Fakta dari komunikasi yang
observasi d. Menggunakan efektif untuk
analgetik mengetahui respon
5. Gangguan tidur penerimaan klien
(mata sayu, e. Melaporkan terhadap nyeri.
menye-ringai, gejala-gejala
dll) nyeri kepada tim 5. Evaluasi
kesehatan. keefektifan
penggunaan kontrol
f. Nyeri terkontrol nyeri
2. Menunjukkan tingkat 6. Monitoring
nyeri, dengan perubahan nyeri
indikator: baik aktual maupun
potensial.
a. Melaporkan nyeri
7. Sediakan
b. Frekuensi nyeri
lingkungan yang
c. Lamanya episode nyaman.
nyeri
8. Kurangi faktor-
d. Ekspresi nyeri; faktor yang dapat
wajah menambah
ungkapan nyeri.
e. Perubahan
respirasi rate 9. Ajarkan
penggunaan tehnik
f. Perubahan relaksasi sebelum
tekanan darah
13
g. Kehilangan nafsu atau sesudah nyeri
makan berlangsung.
Manajemen
pengobatan (2380)
1. Tentukan obat yang
dibutuhkan klien
dan cara mengelola
sesuai dengan
anjuran/ dosis.
2. Monitor efek
teraupetik dari
pengobatan.
3. Monitor tanda,
gejala dan efek
samping obat.
4. Monitor interaksi
obat.
6. Jelaskan manfaat
pengobatan yg
dapat
14
mempengaruhi gaya
hidup klien.
Pengelolaan analgetik
(2210)
1. Periksa perintah
medis tentang obat,
dosis & frekuensi
obat analgetik.
2. Periksa riwayat
alergi klien.
3. Pilih obat
berdasarkan tipe
dan beratnya nyeri.
4. Pilih cara
pemberian IV atau
IM untuk
pengobatan, jika
mungkin.
6. Kelola jadwal
pemberian analgetik
yang sesuai.
7. Evaluasi efektifitas
dosis analgetik,
observasi tanda dan
gejala efek
samping, misal
depresi pernafasan,
mual dan muntah,
mulut kering, &
konstipasi.
15
8. Kolaborasi dgn
dokter untuk obat,
dosis & cara
pemberian yg
diindikasikan.
9. Tentukan lokasi
nyeri, karakteristik,
kualitas, dan
keparahan sebelum
pengobatan.
11. Dokumentasikan
respon dari
analgetik dan efek
yang tidak
diinginkan
16
meningkat, nadi kepala, lethargi,
kuat dan lambat) gelisah, nafas
keras, gerakan
4. Pupil melebar, re- tak bertujuan,
flek pupil perubahan
menurun mental
5. Muntah 2. Tinggikan kepala
6. Klien mengeluh 30-40O jika tidak
mual ada kontra indikasi
a. Masase karotis
b. Fleksi dan
rotasi leher
berlebihan
c. Stimulasi anal
dengan jari,
menahan nafas,
dan mengejan
d. Perubahan
posisi yang
cepat
5. Konsul dengan
dokter untuk
pemberian pe-lunak
faeces, jika perlu
6. Pertahankan
lingkungan yang
tenang
17
7. Hindarkan
pelaksanaan urutan
aktivitas yang dapat
meningkatkan TIK
(misal: batuk,
penghisapan,
pengubahan posisi,
memandikan)
8. Batasi waktu
penghisapan pada
tiap waktu hingga
10 detik
9. Hiperoksigenasi
dan hiperventilasi
klien sebelum dan
sesudah
penghisapan
11. Pertahankan
ventilasi optimal
melalui posisi yang
sesuai dan
penghisapan yang
teratur
18
a. Sedasi,
barbiturat
(menurunkan
laju
metabolisme
serebral)
b. Antikonvulsan
(mencegah
kejang)
c. Diuretik
osmotik
(menurunkan
edema serebral)
d. Diuretik non
osmotik
(mengurangi
edema serebral)
e. Steroid
(menurunkan
permeabilitas
kapiler,
membatasi
edema serebral)
19
20
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Cedera kepala atau cedera otak merupakan suatu gangguan traumatik dari
fungsi otak yang di sertai atau tanpa di sertai perdarahan innterstiil dalm substansi
otak tanpa di ikuti terputusnya kontinuitas otak. (Arif Muttaqin, 2008, hal 270-
271)
Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala meliputi trauma
oleh benda/serpihan tulang yang menembus jaringan otak, efek dari kekuatan atau
energi yang diteruskan ke otak dan efek percepatan dan perlambatan (ekselerasi-
deselarasi) pada otak.
21
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/5029694/Contoh_Makalah_Analisis_SWOT
22