Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ANGINA

PECTORIS
KELOMPOK 8

Dosen Pengampu: Arif Rakhman, S.Kep.,Ns.,MAN.


Disusun Oleh :
1. Shania Faizah Izzati ( C1021125 )
2. Siti Nurhalizah ( C1021126 )
3. Abas Safii ( C1021142 )
4. Ajeng Eka Velia Vernanda ( C1021143 )
5. Sulissatun Nafiroh ( C1021158 )
6. Irfan Kholid ( C1021159 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT.Yang telah memberikan


rahmat dan hidayah Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Angina Pectoris”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I di Universitas Bhakti
Mandala Husada. Dalam penulisan makalah ini, kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna
sehingga kritik, koreksi dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan
makalah kami senjutnya senantiasa akan kami terima dengan tangan terbuka.
Dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Arif
Rakhman, S.Kep.,Ns.,MAN. selaku dosen yang telah memberikan serta
membimbing kami untuk tugas makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kelompok kami maupun kepada pembaca umumnya.

Slawi, 22 September 2022

Penyusun

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 3
2.1 Definisi ................................................................................. 3
2.2 Etiologi ................................................................................. 3
2.3 Manifestasi Klinis ................................................................ 4
2.4 Patofisiologi ......................................................................... 5
2.5 Pemeriksaan Penunjang ....................................................... 7
2.6 Komplikasi ........................................................................... 8
2.7 Penatalaksanaan .................................................................. 8
2.8 Phatways .............................................................................. 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN (Teori) ...................................... 12
3.1 Pengkajian ............................................................................ 12
3.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................... 13
3.3 Intervensi Keperawatan ....................................................... 14
BAB IV JURNAL ILMIAH .................................................................... 20
4.1 Judul .................................................................................... 20
4.2 Tujuan Penelitian ................................................................ 20
4.3 Metode ................................................................................ 20
4.4 Hasil dan Pembahasan ......................................................... 21
BAB V PENUTUP .................................................................................. 25
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 25
5.2 Saran..................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan kardiovaskuler adalah suatu kondisi terganggunya
kemampuan jantung untuk memompa darah. Salah satu gangguan jantung di
antaranya Angina Pektoris. Angina pektoris merupakan nyeri dada yang
dirasakan secara tiba – tiba yang diakibatkan karena pembuluh darah jantung
tidak mampu untuk menyuplai oksigen ke jantung secara adekuat,
dikarenakan terbentuknya plak di dalam pembuluh darah yang menyebabkan
pembuluh darah menyempit atau obstruksi (Rosdahl & Kowalski, 2017).
Penyakit kardiovaskuler menjadi permasalahan kesehatan global. Data
yang diperoleh dari World Health Organization 2017 menyebutkan bahwa
angka kematian oleh karena penyakit kardiovaskuler sebesar 17,7 juta orang
setiap tahunnya dan 31% merupakan penyebab dari seluruh kematian global.
Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukan bahwa angka prevalensi penyakit
jantung di Indonesia sebanyak 1,5% dengan urutan tertinggi Kalimantan
Utara 2,2% dan terendah NTT 0,7%. Dari hasil Riskesdas juga didapatkan
data bahwa kelompok umur di atas 75 tahun lebih berisiko terkena penyakit
jantung, dengan prevalensinya sebesar 4,7% ( Indonesia, 2018)
Angina pektoris disebabkan oleh iskemia miokardium reversible dan
sementara yang dicetuskan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen
miokardium dan suplai oksigen miokardium. Pada kebanyakan kasus angina
pektoris diakibatkan oleh penurunan suplai oksigen. Penyebab yang paling
umum dari penurunan suplai oksigen berasal dari penyempitan aterosklerosis
arteri koroner. Thrombus nonoklusif terjadi ketika plak aterosklerosis yang
mengalami gangguan, yang menimbulkan penurunan perfusi miokardium.
Ketika darah yang mengalir ke miokardium berkurang, autoregulasi aliran
darah koroner terjadi sebagai mekanisme kompensasi. Otot polos arterional
mengalami relaksasi sehingga mengurangi resistensi terhadap aliran darah
pada dasar arteriol. Ketika mekanisme kompensasi ini tidak dapat lagi

1
memenuhi kebutuhan metabolik, iskemia miokardium terjadi dan individu
merasa nyeri (Morton, D, C & B, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis dapat menemukan
rumusan masalah berikut: Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada
pasien Angina Pectoris?

1.3 Tujuan Penelitian


Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis penyakit Angina Pectoris.
Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
penyakit Angina Pectoris.
1. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
penyakit Angina Pectoris.
2. Menyusun rencana keperawatan atau intervensi pada pasien dengan
diagnosa medis penyakit Angina Pectoris.

1.4 Manfaat Penelitian


Untuk pengembangan ilmu keperawatan gawat darurat (jantung) dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Angina
Pektoris.
1. Bagi penulis
Dapat menambah, memperluas wawasan dan memberikan
pengalaman langsung bagi penulis selanjutnya dalam melaksanakan
praktik dan mengaplikasikan berbagai teori dan konsep mengenai Angina
Pektoris.
2. Bagi institusi
Sebagai suatu referensi untuk bahan penelitian serta dapat digunakan
sebagai langkah untuk praktik selanjutnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Secara harfiah angina pektoris (biasanya disebut sebagai angine) berarti
“nyeri dada”. Angina terjadi secara tiba – tiba ketika beraktivitas berat
mengharuskan arteri meningkatkan suplai darah ke jantung. Arteri yang
menyempit atau obstruksi tidak dapat memberikan suplai yang diperlukan.
Akibatnya otot jantung terbebani (Rosdahl & Kowalski, 2017).
Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan
episode atau tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner,
menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain,
suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2016).
Angina pektoris adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
nyeri dada atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh penyakit arteri
koronaria. Pasien dapat menggambarkan sensasi seperti tekanan, rasa penuh,
diremas, berat, atau nyeri (Morton, D, C & B, 2013).

2.2 Etiologi
Beberapa penyebab angina pektoris menurut (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2016),
yaitu:
1. Faktor penyebab:
a. Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh tiga faktor:
faktor pebuluh darah: aterosklerosis, spasme, dan ateritis, faktor
sirkulasi: hipotensi, stenosis aorta, dan insufisiensi aorta, dan faktor
darah: anemia, hipoksemia, dan polisitemia.
b. Peningkatan curah jantung dapat disebabkan oleh aktivitas emosi,
makan terlalu banyak, anemia, hipertiroidisme.
c. Peningkatan kebutuhan oksigen miokard dapat disebabkan Loe
kerusakan miokard, hipertrofi miokard, hipertensi diastolik.

3
2. Faktor predisposisi
a. Dapat diubah (dimodifikasi): diet (hiperlipidemia), merokok, hipertensi,
obesitas, kurang aktivitas, diabetes mellitus, pemakaian kontrasepsi
oral.
b. Tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, hereditas.
3. Faktor pencetus serangan
a. Emosi atau berbagai emosi akibat sesuatu situasi yang menegangkan,
mengakibatkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin
dan meningkatnya tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung
juga meningkat.
b. Kerja fisik terlalu berat dapat memicu serangan denga cara
meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
c. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah
mesentrik untuk pencernaan sehingga menurunkan ketersediaan darah
untuk suplai jantung (pada jantung yang sudah sangat parah, pintasan
darah untuk pencernaa membuat nyeri angina semakin buruk).
d. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokonstriksi dan
peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.

2.3 Manifestasi Klinis


Nyeri biasanya lebih hebat di atas dada, meskipun nyeri dapat
menyebar ke bahu, lengan, leher, rahang, dan punggung. Klien
mendeskripsikan sensasi sebagai pengencangan, seperti terjepit, atau tercekik.
Dyspepsia sering kali menjadi keluhan utama. Klien lebih sering merasakan
nyeri pada lengan kiri, karena merupakan arah percabangan aorta. Namun,
klien dapat merasakan nyeri pada lengan yang lain. Klien Nampak pucat,
merasa seperti pingsan, atau dispnea. Nyeri sering berhenti dalam waktu
kurang dari 5 menit, tetapi nyeri dapat terjadi secara intens saat berlangsung.
Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa jantung tidak mendapatkan cukup
darah dan oksigen. Klien yang mengabaikan tanda peringatan ini, berisiko
mengalami penyakit yang serius atau kematian yang tiba – tiba jika mereka

4
tidak segera mendapatkan perawatan dari dokter. Klien mungkin akan
mengalami serangan angina berulang, tetapi terapi mengurangi bahaya
serangan yang fatal (Rosdahl & Kowalski, 2017).
Sedangkan menurut (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2016) mengatakan bahwa
manifestasi klinis dari angina pektoris, yaitu ditandai dengan nyeri dada
substernal atau retrosternal yang menjalar ke leher, tenggorokan dara
interskapula atau lengan kiri. Nyeri ini berawal sebagai rasa terhimpit, rasa
terjepit atau rasa terbakar yang menyebar ke lengan kiri bagian dalam dan
kadang hingga pundak, bahu dan leher kiri bahkan sampai ke kelingking kiri.
Perasaan ini juga dapat pula menyebar ke pinggang, tenggorokan, rahang dan
ada juga yang sampai ke lengan kanan. Rasa tidak enak ini juga dapat
dirasakan di ulu hati, tetapi jarang terasa di daerah apeks kordis. Nyeri dapat
disertai beberapa atau salah satu gejala, seperti keringat dingin, mual dan
muntah, lemas, berdebar dan rasa akan pingsan (fainting). Serangan nyeri
berlangsung hanya beberapa menit (1 – 5 menit) tetapi dapat hingga lebih dari
20 menit. Tanda yang lain, yaitu:
1. Pemeriksaan fisik di luar serangan umumnya tidak menunjukan kelainan
yang berarti. Pada waktu serangan, denyut jantung bertambah, tekanan
darah meningkat dan di daerah prekordium pukulan jantung terasa keras.
2. Pada auskultasi, suara jantung terdengar jauh bising sistolik terdengar pada
pertengahan atau akhir sistol dan terdengar bunyi keempat.
3. Nyeri hilang atau berkurang bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
4. Gambaran EKG: depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
5. Gambaran EKG sering kali normal pada waktu tidak timbul serangan.

2.4 Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada
ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel – sel miokardium yang diakibatkan
karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (aterosklerosis
koroner). Penyebab aterosklerosis tidak diketahui secara pasti, tetapi jelas
bahwa tidak ada faktor tunggal yang berperan atas penyebab aterosklerosis.

5
Aterosklerosis merupaka penyakit arteri koroner yang paling sering
ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan
oksigen juga meningkat. Pada kondisi jantung yang sehat apabila kebutuhan
meningkat, maka arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak
darah dan oksigen ke otot jantung. Akan tetapi, apabila arteri koroner
mengalami kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat
berdilatasi sebagai repons terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen,
terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) ke miokardium. Berkurangnya
kadar oksigen memaksa miokardium
mengubah metabolisme yang bersifat aerobic menjadi metabolisme
anaerobic. Metabolism anaerobic dengan perantaraan lintasan glikolitik jauh
lebih tidak efisien dibandingkan dengan metabolism aerobic melalui
fosforilasi oksidatif dan siklus kreb. Pembentukan fosfat berenergi tinggi
mengalami penurunan yang cukup besar. Metabolism anaerob akan memiliki
hasil akhir berupa asam laktat yang akan mengurangi pH sel dan
menimbulkan nyeri. Kombinasi hipoksia, penurunan ketersediaan jumlah
energy, dan juga asidosis menyebabkan gangguan fungsi ventrikel kiri.
Kekuatan kontraksi daerah miokardium yang terserang berkurang
menyebabkan pemendekan serabut sehingga kekuatan dan kecepatannya
berkurang. Selain itu, gerakan dinding sekmen yang mengalami iskemia
menjadi abnormal. Bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali
berkontraksi. Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung
mengubah hemodinamika. Respons hemodinamika dapat berubah – ubah,
sesuai dengan ukuran sekmen yang mengalami iskemia dan derajat respon
reflex kompensasi oleh sistem saraf otonom. Berkurangnya fungsi ventrikel
kiri dapat mengurangi curah jantung dengan mengurangi volume sekuncup
(jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut) (Ns. Reny Yuli
Aspiani, 2016).

6
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk pasien angina
pectoris menurut (Ns. Reny Yuli Aspiani, 2016), yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium
Untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka
sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim
tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina
kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah, seperti kadar kolesterol,
HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor
risiko.
2. Elektrokardiogram (EKG)
Gambaran EKG terkadang menunjukan bahwa klien pernah
mendapat infark miokard pada masa lampau, menunjukan pembesaran
ventrikel kiri pada klien hipertensi dan angina, dan menunjukan perubahan
segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan
angina, EKG menunjukan adanya depresi segmen ST dan gelombang T
menjadi negatif.
3. Foto rontgen dada
Foto rontgen dada menunjukan bentuk jantung yang normal, tetapi
pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-
kadang tampak adanya klasifikasi arkus aorta (Kasron, 2016).
4. Arteriografi koroner
Suatu karakter dimasukan lewat arteri femoralis ataupun brakialis
dan diteruskan ke aorta ke dalam muara arteri koronaria kanan dan kiri.
Media kontras radiografik kemudian disuntikan dan cineroentgenogram
akan memperlihatkan kuntur arteri serta daerah penyempitan. Kateter ini
kemudian didorong lewat katup aorta untuk masuk ventrikel kiri dan
disuntikan lebih banyak media kontras untuk menentukan bentuk, ukuran,
dan fungsi ventrikel kiri.

7
5. Uji latihan (Treadmill)
Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu
pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda
ergometer sehingga pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau
submaksimal dan selama latihan EKG diobservasi demikian pula setelah
selesai EKG terus diobservasi. Tes dianggap positif bila didapatkan
depresi segmen ST sebesar 1mm atau lebih pada waktu latihan atau
sesudahnya. Lebih – lebih bila di samping depresi segmen ST juga timbul
rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar
pasien memang menderita angin pektoris.
6. Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama – sama uji latihan jasmani dan
dapat menambah sensitivitas dan spesifitas uji latihan. Thallium 201
disuntikan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan
pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan
diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia
maka akan tampak cold spot pada daerah yang menderita iskemia pada
waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini
juga menunjukan bagian otot jantung yang menderita iskemia

2.6 Komplikasi
Komplikasi utama angina pectoris adalah kejadian penyakit jantung di
masa depan, seperti infark miokard. Dalam sebuah penelitian, perkiraan
bahwa risikoinfark miokard dalam 10 tahun lebih dari 10 persen pada wanita
dengan angina pectoris stabil kronis mulai dari saat pertama terkena angina
pectoris tersebut. Suatu jenis nyeri dada yang disebabkan oleh berkurangnya
aliran darah ke jantung.

2.7 Penatalaksanaan
Angina dapat dikendalikan menggunakan tablet nitrogliserin. Segera
setelah serangan dimulai, klien meletakkan tablet di bawah lidah (sublingual)

8
sehingga tablet larut. Nitrogliserin memberikan efek peredaan yang cepat
dengan mendilatasi arteri koroner. Klien dapat menggunakan obat ini dengan
aman selama bertahun – tahun tanpa adanya efek yang menyebabkan
penyakit. Salep nitrogliserin Tropical atau balutan transdermal yang dibasahi
dengan nitrogliserin digunakan secara luas untuk memberi perlindungan
terhadap nyeri angin dan mendukung pemulihan nyeri. Jika obat gagal
mengendalikan serangan angina seseorang, PTCA atau bedah arteri koroner
mungkin perlu dilakukan (Rosdahl & Kowalski, 2017). Sedangkan menurut
(Ns. Reny Yuli Aspiani, 2016) penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan
pada pasien dengan angina pektoris, yaitu
1. Terapi farmakologi
a. Nitrat dan nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat
untuk mengurangi gejala angina pektoris dan juga memiliki efek
antitrombotik dan antiplatelet. Obat yang tergolong golongan ini, yaitu
isosorbit dinitrat (sorbitrat) diberikan dengan jumlah dosis 10 – 20 mg
tiap 2 – 4 jam, nitrat transdermal diserap melalui kulit dan dapat
digunakan sebagai pasta yang dioleskan pada dinding dada, dan
preheksilin maleat diberikan dosis sebesar 100 mg per oral tiap 12 jam,
kemudian ditingkatkan hingga 200 mg setiap 12 jam.
b. Nitrogliserin
Bahan vasoaktif yang berfungsi melebarkan pembuluh darah
sehingga memengaruhi sirkulasi perifer dan juga menurunkan konsumsi
oksigen jantung yang akan mengurangi iskemia nyeri angina. Obat ini
biasanya diletakkan di bawah lidah (sublingual) atau di pipi (kantong
bukal) dan akan menghilangkan iskemia dalam 3 menit. Nitrogliserin
juga tersedia dalam bentuk Tropical (Lnilin – petrolatum) yang
dioleskan dikulit sebagai perlindungan terhadap nyeri angina dan
mengurangi nyeri.

9
c. Penyekat beta adrenergic
Digunakan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard
dengan menurunkan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan di
arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Obat yang digunakan,
antara lain atenolol, metoprolol, propanolol, nadolol.
d. Antagonis kalsium
Obat ini meningkatkan suplai oksigen jantung dengan cara
melebarkan dinding otot polos arteriol koroner dan mengurangi
kebutuhan jantung dengan menurunkan tekanan arteri sistemik dan
demikian juga beban kerja ventrikel kiri. Tiga jenis antagonis kalsium
yang sering digunakan adalah nifedipin (prokardia), verapamil (isoptil,
calan), dan diltiazen (cardiazem).

e. Antitrombin
Heparin adalah glikosaminoglikan yang terdiri dari Perbasi
polisakarida yang berbeda panjangnya dengan aktivitas antikoagulan
yang berbeda– beda. Hirudin dapat menurunkan angka kematian infark
miokard.
2. Terapi invasive
a. Percutanens transluminal coronary angioplasty (PTCA)
Merupakan upaya memperbaiki sirkulasi koroner dengan cara
memecahkan plak atau ateroma dengan cara memasukan kateter dengan
ujung berbentuk balon.
b. Coronary artery bypass graft (CABG).

10
2.8 Phathways

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN (Teori)
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal pada proses keperawatan dalam
melakukan proses asuhan keperawatan. Pengkajian meliputi data subjektif
dan objektif yang didapat dari wawancara, rekam medis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang atau diagnostik. Dilakukan pengkajian secara
sistematis pasien mencakup riwayat yang berhubungan dengan gambaran
gejala yang berupa nyeri dada,sulit bernafas (dyspnea), palpitasi, pingsan,
lemah, dan keringat dingin.
Pengkajian Asuhan keperawatan pada pasien Angina Pektoris :
1. Identitas Pasien yang perlu dikaji yaitu : nama, umur, nomor rekam medis
jenis kelamin, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, status,
diagnosa medis, agama, alamat, pekerjaan.
2. Keluhan Utama : Riwayat keluhan utama yang dirasakan seperti: dyspnea,
nyeri dada, pingsan, sesak nafas, merasa lemas dan cepat lelah pulse yang
tidak teratur.
3. Riwayat kesehatan dahulu : Penyakit yang berhubungan langsung dengan
kardiovaskuler, adanya riwayat nyeri dada, nafas pendek, penyakit jantung
bawaan, stroke,pingsan, riwayat hipertensi, merokok, DM, CHF, riwayat
penyakit pernafasan kronis, pola hidup sehat, nyeri yang hilang timbul,
serangan jantung sebelumnya, riwayat penyakit pembuluh darah, oedema.
4. Riwayat Pengobatan : Pengobatan yang sudah dijalani dan obat-obatan
yang dipakai selama pengobatan berlangsung. Pengkajian pengobatan
harus dituliskan nama dari obat dan kegunaan dan efek samping dari obat
tersebut.
5. Riwayat Kesehatan keluarga : meliputi riwayat keluarga penyakit jantung,
infark mikoard , DM, stroke,hipertensi, penyakit vaskuler perifer.
6. Riwayat Kesehatan Sekarang : Kelemahan, kelelahan, tidak dapat istirahat,
faktor perangsang nyeri yang spontan, kualitas nyeri : rasa nyeri yang
digambarkan dengan rasa sesak yang berat /mencekik, lokasi, berat dan

12
waktu nyeri, identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahansaat/setelah melakukan aktivitas, diaforeasi, muntah, mual,
dyspnea.
7. Pola Hidup Sehat : Hubungan yang kuat antara komponen-komponen dari
gaya hidup pasien dan kesehatan kardiovaskuler sangat berpengaruh antara
lain : pola persepsi sehat dan manajemen sehat, pola nutrisi metabolik,
pola eliminasi, pola latihan aktivitas, pola istirahat tidur, pola kognitif-
perspektif, pola persepsi konsep diri, pola hubungan peran, pola toleransi
koping stress, pola nilai-nilai kepercayaan.
8. Data Pasien yang harus dikaji pada pasien dalam buku SDKI pada tahun
2017 yaitu termuat dalam kategori fisiologis dan sup kategori
aktivitas/istirahat yaitu: (Tim Pokja SDKI DPP, 2017). Gejala dan tanda
mayor yang dikaji yaitu mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat dan
gejala dan tanda minor yang dikaji yaitu dyspnea saat/setelah aktivitas,
merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah, tekanan darah
berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukan aritmia
saat/setelah aktivitas, gambaran EKG menunjukan iskemia, dan sianosis.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 2012) Diagnosa
keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan angina pektoris, yaitu:
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan sindrome koroner akut
2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
3. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
4. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.

13
3.3 Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa yang telah ditetapkan, maka intervensi yang akan
dilakukan: (Moprhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2016) dan (Bulechek,
Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016), yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan sindrome koroner akut (D.0077)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan masalah Tingkat
nyeri dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Tingkat nyeri ( L.08066 )
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
Intervensi :
Manajemen nyeri ( 1.08238 )
Tindakan
a. Observasi
1) Identifikasi skala nyeri
Rasional : Untuk mengetahui skala nyeri nya berapa
2) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Rasional : untuk mengetahui faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
3) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Rasional : untuk mengetahui pengaruh nyeri pada kualitas hidup
b. Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Rasional : untuk mengetahui dan mengurangi rasa nyeri
1) Fasilitasi istirahat dan tidur
Rasional : untuk mengetahui istirahat dan tidur yang baik

14
2) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Rasional : untuk pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Rasional : untuk menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
Rasional : untuk mengetahui strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Rasional : untuk mengetahui nyeri secara mandiri
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Rasional : untuk pemberian analgetuk jika diperlukan
2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas (D.0008)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan masalah curah
jantung dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Curah Jantung (L.02008)
a. Takikardla menurun
b. Gambaran EKG aritmia menurun
c. Edema menurun
d. Dispnea menurun
Intervensi:
Perawatan Jantung (I.02075)
Tindakan
a. Observasi
1) Monitor saturasi oksigen
Rasional : Untuk mengetahui saturasi oksigen

15
2) Monitor EKG 12 sadapan
Rasional : untuk mengetahui EKG
3) Monitor aritmla
Rasional : untuk mengetahui aritmla
4) Monitor nilai laboratorium jantung ( Mis. enzim jantung )
Rasional : untuk mengetahui nilai laboratorium jantung
5) Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
beraktifitas
Rasional : untuk mengetahui tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah beraktifitas
b. Terapeutik
1) Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres
Rasional : untuk memberikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres
c. Edukasi
1) Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
Rasional : untuk dianjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
2) Anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap
Rasional : untuk dianjurkan beraktifitas seacara bertahap
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antiaritmia,jika perlu
Rasional : untuk pemberian antiaritmia jika perlu
3. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman terhadap kematian (D.0080)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan masalah tingkat
ansietas dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Tingkat ansietas (L.0909)
a. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
b. Perilaku gelisah menurun
c. Palpitasi menurun
d. Konsentrasi membaik

16
Intervensi:
Reduksi ansietas (I.09314)
Tindakan
a. Observasi
1) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Rasional : untuk mengetahui seberapa kemampuan mengambil
keputusan.
b. Terapeutik
1) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
Rasional : untuk menumbuhkan kepercayaan.
2) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,jika memungkinkan
Rasional : untuk mengurangi kecemaaan pada pasien
c. Edukasi
1) Jelaskan prosedur,termasuk sensasi yang mungkin dialami
Rasional : untuk mengetahui apa yg sensasi yg mungkin dialami
pasien
2) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,pengobatan,dan
prognosis
Rasional : untuk mengetahui diagnosa,pengobatan dan prognosis nya
pasien
3) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Rasional : supaya pasien tenang dengan ditemani bersama keluarga
4) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
Rasional : supaya berlatih kegiatan untuk mengurangi ketegangan
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antlansietas,jika perlu
Rasional : untuk pemberian obat antlansietas jikq diperlukan

17
4. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan masalah
Toleransi aktivitas dapat teratasi.
Kriteria hasil :
1) Toleransi aktivitas (L.05047)
2) Frekuensi nadi menurun
3) Keluhan lelah menurun
4) Dispnea saat aktivitas menurun
5) Dispnea setelah aktivitas menurun
6) Perasaan lemah menurun
7) Aritmia saat aktivitas menurun
8) Sianosis menurun
9) Tekanan darah membaik
10) Frekuensi nafas membaik
11) EKG iskemia membaik
Intervensi:
Manajemen energi (I.05178)
Tindakan
a. Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Rasional : Untuk mengetahui gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
1) Monitor kelelahan fisik emosional
Rasional : untuk memonitor kelelahan fisik emosional
2) Monitor pola dan jam tidur
Rasional : untuk mengetahui pola dan jam tidur yang baik
b. Terapeutik
1) Lakukan latihan rentan gerak pasif dan aktif
Rasional : untuk melakukan latihan rentan gerak pasif dan aktif

18
c. Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
Rasional : untuk melakukan tirah baring
d. Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
Rasional : Untuk mengetahui tentang cara meningkatkan asupan
makanan dengan ahli gizi

19
BAB V
JURNAL IlMIAH

4.1 Judul
Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Pasien Angina Pektoris.

4.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pola nyeri dada pada
pasien sindroma koroner akut. Hasil penelitian ini sangat diperlukan untuk
mendapatkan penanganan yang tepat agar dapat menjaga keselamatan pasien
dan juga mencegah meningkatnya angka kematian akibat penyakit tersebut.

4.3 Metode
1. Waktu dan Tempat
Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai
September 2018 di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Namun, pengambilan data
pasien hanya pada bulan Agustus-September 2018. Jumlah pasien yang
diambil adalah sebanyak jumlah pasien yang berobat ke Instalasi Gawat
Darurat (IGD) pada periode tersebut sesuai dengan keluhan utama yaitu
nyeri dada.
2. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang berobat ke
Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada periode Agustus sampai dengan
September 2018 yang di diagnosa sindroma koroner akut. Kriteria inklusi
adalah pasien dengan keluhan nyeri dada, dewasa, usia 19-60 tahun, jenis
kelamin laki-laki atau wanita, yang selanjutnya di rawat di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Pasien tidak kooperatif
dan menolak untuk berpartisipasi pada penelitian ini dikeluarkan dari
subyek penelitian.

20
4.4 Hasil dan Pembahasan
Terdapat 40 pasien dengan diagnosa sindroma koroner akut, berjenis
kelamin laki-laki dan wanita (seperti yang terlihat pada Gambar 1).
Distribusi Pasien Sindroma Koroner Akut
Jumlah pasien terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki. Pada gambar
2 terlihat bahwa usia yang tertinggi adalah 76 tahun (sebanyak 2,5%) dari
jumlah sampel, sedangkan usia terendah adalah usia 34 tahun (sebanyak
2,5%) dari jumlah sampel. Usia yang terbanyak adalah usia 58 tahun
(sebanyak 10%) dari total sampel. Gambar 3 menunjukkan bahwa jenis
pekerjaan pasienyang terbanyak adalah Swasta yaitu sebanyak 32,5%.

Gambar 1. Jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin pada pasien


Sindroma Koroner Akut.

Gambar 2. Distribusi pasien berdasarkan usia pada pasien Sindroma Koroner


Akut.

21
Gambar 3. Distribusi pasien berdasarkan jenis pekerjaan pada pasien Sindroma
Koroner Akut.

Gambar 4 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis pendidikan jumlah


pasien yang terbanyak adalah yang memiliki tingkat pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) dengan jumlah pasien adalah sebanyak 50% dari
jumlah subjek penelitian. Sedangkan jumlah pasien yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi (tingkat sarjana) adalah sebanyak 2,5% dari jumlah subjek
penelitian. Gambar 5 menujukkan bahwa rata-rata onset yang dialami pasien
adalah 6,11 jam, sedangkan jumlah pasien yang mengalami onset paling
banyak adalah 7 (jam) yaitu sebanyak 32,5% dari totaljumlah subjek pada
penelitian ini. Gambar 6 menunjukkan bahwa skala nyeri yang dialami pasien
terbanyak adalah pada level 6, sedangkan nyeri yang paling sedikit dirasakan
adalah pada skala 5.Namun jika dirata-ratakan maka skala nyeri yang dialami
pasien Sindroma Koroner Akut yang dirawat di RSUDZA Banda Aceh adalah
6,2. Nilai ini menunjukkan bahwa rata-rata pasien mengeluh nyeri pada
tingkat sedang. Gambar 7 memperlihatkan bahwa kategori angina yang paling
banyak diderita pasien adalah Angina de novo, sedangkan kategori angina
yang paling rendah adalah jenis Angina pasca infark.

22
Gambar 4. Distribusi pasien berdasarkan jenis pendidikan pada pasien Sindroma
Koroner Akut.

Gambar 5. Distribusi Onset (jam) pada pasien Sindroma Koroner Akut.

Gambar 6. Gambaran Skala nyeri pada pasien Sindroma Koroner Akut.

23
Gambar 7. Gambaran kategori angina pada pasien Sindroma Koroner Akut.

24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Angina pektoris adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan
episode atau tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner,
menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain,
suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat
Angina pektoris adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
nyeri dada atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh penyakit arteri
koronaria. Pasien dapat menggambarkan sensasi seperti tekanan, rasa penuh,
diremas, berat, atau nyeri.

5.2 Saran
Dari makalah ini kami mengharapkan agar para pembaca bisa
membacanya, memahaminya dan membuat makalah ini menjadi referensi
untuk belajar mengetahui tentang penyakit angina pectoris yang merupakan
salah satu penyakit dari sistem kardiovaskular. Demi kesempurnaannya
makalah ini saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik untuk selanjutnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Askep Angina Pectoris Sdki Slki Siki Oleh Zul Hendri April 10, 2022
Chusnul Chotimah, Elfira Sri Futriani (2022) Perbedaan Tingkat Nyeri Pada
Pasien Angina
Pektoris. JURNAL ANTARA KEPERAWATAN 5 (2). Prodi Keperawatan,
STIKes Abdi Nusantara.

Pono, Kesia (2019) Asuhan Keperawatan Pada Ny. B. S Dengan Angina Pektoris
Di Ruangan ICCU RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kota Kupang.
Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Kupang.
Yanthi, Ni Made Juita Kama Perastika (2020) GAMBARAN ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN ANGINA PEKTORIS DENGAN
INTOLERANSI AKTIVITAS DI RUANG OLEG RSD MANGUSADA
TAHUN 2020. Diploma thesis, Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.

26

Anda mungkin juga menyukai