Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PERIKARDITIS (AKUT DAN KRONIK)

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah l

Dosen Pengampuh : Titi I. Afelya, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB

Disusun Oleh

Nama - nama Kelompok 6:

1. Evi Yuslinda (2021081024037)

2. Pitaria Bawi (20180811024022)

3 Aleda Kobak (2021081024048)

4.Ersina Wambrauw (2021081024039)

5. Martha V.A. Suarubun (2021081024007)

6.Iman Wenda (2021081024014)

7. Riska J Tungkoye (2021081024005)

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran

Universitas Cenderawasi

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat
serta Karunian-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul "ASUHAN
KEPERAWATAN PERIKARDITIS (AKUT DAN KRONIK)" tepat pada waktunya.

Adapun maksud dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas “Keperawatan medikal beda
Tak lupa juga rasa terima kasih kami kepada yang terhormat “Titi I. Afelya, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB"
selaku dosen Keperawatan medikal bedah l dan orang tua yang telah memberikan dukungan serta
teman teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimatnya
maupun segi tata bahasanya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan menuju kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Jayapura 04 oktober 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang.................................................................................................................................3

1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4

1.3. Tujuan..............................................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Penyakit.............................................................................................................................5

2.1.1. Definisi..........................................................................................................................................5

2.1.2. Anatomi Fisiologi.........................................................................................................................5

2.1.3. Etiologi..........................................................................................................................................6

2.1.4. Manifestasi klinis......................................................................................................................7

2.1.5. Patofisiologi.................................................................................................................................7

2.1.6. Pathway........................................................................................................................................8

2.1.7. Pemeriksaan fisik........................................................................................................................8

2.1.8. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................................9

2.1.9. Penatalaksanaan Penyakit.......................................................................................................10

2.2. Proses Diagnosa keperawatan....................................................................................................11

2.2.1. Pengkajian..................................................................................................................................11

2.2.2. Diagnosis Keperawatan............................................................................................................13

2.2.3. Intervensi....................................................................................................................................15

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan...................................................................................................................................18

3.2. Saran..............................................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa
karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).

Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkkus terdiri
dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung
jantung. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar pergesekan
antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung. Jantung bekerja selama kita
masih hidup, karena itu membutuhkan makanan yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang
terpenting dan memberikan darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri koronaria.

Perikardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan hemodinamika, radang, neoplasi, dan bawaan.
Penyakit perikardium dinyatakan oleh tmbunan cairan (disebut efusi perikardium), radang (yaitu
perikarditis). Perikarditis ialah penyakit sekunder dimanapun di tubuh contohnya penyebaran infeksi
kedalam kantung perikareritematasus sistemik. Tetapi kadang-kadang perikarditis terjadi sebagai
kelainan primer

Pada perikarditis, ditemukan reaksi radang yang mengenai lapisan perikardium viseratis dan atau
parietalis ditemukan banyak penyebab tetapi yang paling sering ialah akut, perikarditis non spesifik
(viral), infark miokard dan uremia.

Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang perikarditis beserta asuhan
keperawatannya dan diharapkan bisa membantu mahasiswa, tenaga kesehatan dan masyarakat umum
untuk lebih memahami tentang masalah perikarditis.
1.2 Rumusan Masalah

Apa konsep teori dari perikarditis dan bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan perikarditis?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien dengan gangguan perikarditis

1.3.2 Tujun Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami definisi dari perikarditis.

b. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari perikarditis.

c. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari perikarditis.

d. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis dari perikarditis.

e. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang dari perikarditis.

f. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan fisik dari perikarditis.

g. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari perikarditis

h. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari perikarditis.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penyakit

2. 1. 1. Definisi

Perikarditis adalah kelainan perikardial yang paling umum. Perikarditis adalah peradangan pada
laposan perikardium jantung, seringkali disertai dengan penumpukan cairan. Perikarditis dapat
disebabkan oleh banyak kelainan seperti infeksi, , trauma, tumor, gangguan metabolisme tetapi bisa
juga idiopatik.

Gejala berupa nyeri dada atau sesak, sering kali diperburuk oleh pernapasan dalam. Curah jantung
dapat sangat berkurang jika terjadi tamponade jantung atau perikarditis konstriktif.

Diagnosis didasarkan pada gejala gesekan, perubahan elektrokardiografi, dan bukti akumulasi cairan
perikardial pada x-ray atau ekokardiogram. Untuk menemukan penyebabnya membutuhkan evaluasi
lebih lanjut. Perawatan tergantung pada penyebabnya, tetapi tindakan umum termasuk analgesik, obat
antiinflamasi, kolkisin, dan operasi. Perikarditis adalah kelainan perikardial yang paling umum.

Perikardium memiliki 2 lapisan. Perikardium viseral adalah satu lapisan sel mesotelial yang melekat
pada miokardium, dengan lapisan berserat yang kuat untuk menyelimuti jantung sebagai perikardium
parietal. Perikardium membatasi distensi ruang jantung dan meningkatkan efisiensi jantung.

2.1.2. Anatomi dan Fisiologi

Perikardium terdiri atas lapisan mesotel di bagian dalamnya dan lapisan fibrosa diluarnya. Di dalam
kantung ini terdapat sekitar 5 sampai 10 cc cairan serous yang berfungsi untuk melumas pergerakan,
sekaligus memberi ruang gerak bagi otot jantung. Bagian kantung yang menempel pada bagian
epikardial jantung disebut perikardium visceral, bagian ini lebih tipis dan fleksibel, sehingga
memudahkan jantung untuk bergerak. Bagian kantung yang tidak menempel dengan jantung (berada
pada posisi luar) disebut perikardium parietal, bagian ini cenderung lebih tebal dan keras, sehingga
dapat melindungi jantung dari benturan luar dan juga menahan pembesaran volume jantung ketika
terjadi kelebihan darah di dalam jantung.

Perikardium berfungsi untuk membungkus bagian epikardial (dalam) jantung. Selain itu, perikardium
juga berfungsi untuk mempertahankan posisi jantung, menjaga fleksibilitas pergerakan jantung,
memberi pelumasan, dan menahan pembesaran berlebihan yang terjadi apabila jantung terisi darah
dalam jumlah yang melebihi kapasitas normalnya.

Perbedaan Perikardium normal dan Infeksi pada Perikardium (Perikarditis) berdasarkan gambar
adalah sebagai berikut.

Sumber: http://obral-askep.blogspot.com/2009/04/pericarditis.html

Pada gambar perikardium normal, lapisan antara parietal dan viseral tampak jelas. Sedangkan pada
perikardium yang terjadi inflamasi, tampak antara lapisan parietal dan viseral terjadi perlengketan
akibat tekanan cairan yang masuk pada lapisan perikardium.

2. 1.3. Etiologi

Sebagian besar kasus perikarditis tidak di ketahui penyebabnya, namun ada beberapa hal yang dapat
menjadi penyebab perikarditis

1. Infeksi Bakteri

2. Infeksi Virus

3. Kanker dari organ lain yang menyebar ke perikardium

4. Serangan Jantung

5. Cedera pada dada


6. Pasca operasi jantung

7. Penyakit peradangan

8. Paparan radiasi dalam radioterapi, khususnya pada kanker payudara dan paru.

2.1.4. Manifestasi Klinis

Nyeri, batuk kering, demam, fatigue, cemas, ulsus paradoksus, JVD, CRT turun, gangguan status mental,
kreatinin meningkat, cardiac marker meningkat,kardiak marker meningkat, ST segmen elevasi, PR
depresi kecuali segmen aVR.

Manifestasi perikarditis konstriktif sangat bervariasi bergantung pada berat, distribusi, dan kecepatan
terjadinya sikatriks. Tanda-tanda perikarditis konstriktif menurut urutan, yaitu dispnea, edema perifer,
pembesaran perut, gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan paroxysmal
nocturnal dyspnea.

Sebagian penderita (60%) mengeluh nyeri dada. Sesuai dengan banyaknya cairan yang terkumpul dalam
rongga perikard, maka dapat menimbulkan gangguan hemodinamika dan akan timbul keluhan sesak
nafas dan gejala bendungan vena. Bila disertai dengan miokarditis (pankarditis) seperti yang sering
ditemukan pada perikarditis reumatik, terdapat pula gambaran gagal jantung kongestif. Kriteria nyeri
pada perikarditis akut dan tajam, berkurang dengan perubahan posisi.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan seorang anak yang tampak sakit berat, dispnea, takikardi dan
terdapat palsus paradoksus yaitu melemahnya tau hilangnya nadi pada inspirasi yang lebih nyata
tampak pada pengukuran tekanan darah.

Bila sudah ada bendungan vena, akan terlihat peninggian tekanan vena jugularis dan pembesaran hepar
yang sukar dibedakan dengan gagal jantung kongestif. Pada inspeksi iktus kordis tidak terlihat dan pada
palpasi juga iktus kordis sukar ditentukan serta aktivitas jantung berkurang.

2.1.5. Patofisiologi

Proses radang yang terjadi dapat menimbulkan penumpukan cairan efusi dalam rongga pericardium dan
kenaikan tekanan intracardial,kenaikan tekanan tersebut akan mempengaruhi daya kontraksi
jantung,akhirnya menimbulkan proses fibrotic dan penebalan pericardial,lama kelamaan terjadi kontriksi
pericardial dengan pembentukan cairan,jika berlangsung secara kronis menyebapkan fibrosis dan
klasifikasi.

Adanya proses inflamasi dan sekunder dari fenomena infeksi pada perikarditis akan memberikan
respons. Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong perikardium.
Hal ini akan membuat peningkatan permeabilitas vaskular sehingga kandungan protein, termasuk
fibrinogen atau fibrin di dalam cairan akan meningkat Peningkatan perpindahan leukosit dapat terjadi
trauma pada parikarditis purulenta.

Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang mungkin. Perubahan patologis
selanjutnya yang terjadi, berupa terbentuknya jaringan parut dan perlengketan disertai klasifikasi dari
lapisan perikardium viseral maupun parietal yang menimbulkan perikarditis konstriktif yang apabila
cukup berat akan menghambat volume jantung pada fase diastolik.

Pada kondisi lain, terakumulasinya cairan pada perikardium dimana sekresi melebihi absorbsi
menyebabkan suatu efusi perikardium. Pengumpulan cairan intraperikardium dalam jumlah yang cukup
untuk menyebabkan obstruksi serius terhadap masuknya darah ke kedua bilik jantung bisa
menimbulkan temponade jantung. Salah satu komplikasi perikarditis yang paling fatal dan memerlukan
tindakan darurat adalah temponade. Temponade jantung merupakan akibat peninggian tekanan
intraperikardium dan restriksi progresif pengisian ventrikel Temponade jantung

Penyebab temponade paling sering adalah perdarahan ke dalam rongga perikardium setelah suatu
operasi jantung, trauma, termasuk yang diakibatkan oleh perforasi selama prosedur diagnostik TBC dan
tumor yang kebanyakan adalah karsinoma paru dan payudara, serta limfoma

Temponade juga dapat timbul pada perikarditis idiopatik dan perikarditis akut karena virus, perikarditis
pasca penyinaran, gagal ginjal selama dialisis, dan hemoperikardium sebagai akibat pengobatan
antikoagulan pada klien dengan berbagai bentuk perikarditis akut.

Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah 250cc bila pengumpulan
cairan tersebut berlangsung cepat, e at, dan 1000cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung
lambat, karena perikardium mempunyai kesempatan untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan
volume cairan yang bertambah tersebut. Jumlah cairan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
temponade bervariasi secara langsung dengan tebalnya miokardium ventrikel, dan berkebalikan dengan
tebalnya perikardium parietal. Temponade lebih sering berlangsung seiring lebih perlahan dan gejala
klinisnya menyerupai gagal jantung, termasuk dispnea, ortopnea, bendungan hati, dan hipertensi vena
jungularis.
2.1.6. Patway

2.1.7. Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum penderita.

Adanya keadaan sakit dan nyeri dada klien nampak memegangi dadanya, klien lemah, klien gelisah,
sesak nafas, pucat

b) Kepala leher

Pada palapasi didapatkan tekanan vena meningkat.

c) Theras

Pada inspeksi didapatkan adanya retraksi otot-otot intercostal, pada perkusi didapatkan Ewart's Sign
yaitu suara pekak di bawah
angulus scapula kiri, pada auskultasi terdapat pericardial friction rub, palapasi didapatkan pembesaran
jantung

d) Abdomen.

Palapasi didapatkan pembesaran pada hati atau hepatomegali.

e) Sistem respirasi Inspesi akan terlihat adanya mafa dangkal dan peningkatan frekuensi nafas,
pernafasan cuping hidung, adanya sesak nafas

1) Sistem kardiovaskuler.

Tekanan darah akan menurun tapi dapat pula meningkat sebagai respon tubuh terhadap perikarditis
terdapat tachikardi juga bradikardi. Pada auskultasi akan didapatkan suara jantung melemah, adanya
bising gesek pericardial yang umumnya trifasik, tapi dapat juga bifasik atau monofisik

g) Sistem perkemihan.

Produksi urine akan menurun, adanya nocturia atau uliguria. Biasanya juga terjadi karena uremia karena
terjadi kerusakan atau keracunan pada ginjal

h) Sistem gastrointestinal

Klien akan mengalami anoreksia, karena pada waktu dilakukan aktifitas nyeri dadanya bertambah hebat

1) Sistem sensorik dan motorik Adanya kelemahan, gelisah, pusing, bingung dan disorientasi

j) Ekstremitas

Terdapat odema pada kaki juga dapat ditemukan kadang-kadang nyeri menjalar ke bahu.

k) Sistem integument

Tampak pucat, keluar keringat dingin, kulit kering (Pedoman diagnosaa dan terapi UPF jantung RSUD Dr.
Soetomo, 1994:39-40)

2.1.8. Pemeriksaan Penunjang

Elektrokardiografi menunjukkan perubahan khas pada penderita perikarditis akut (misalnya kenaikan
segmen ST dalam leads anggota tubuh dan sebagian besar leads prekordial, kompleks QRS berkurang,
dan perubahan ritme).

Sinar-X, ekokardiogram, magnetic resonance imaging, computed tomography, dan angiografi koroner
bisa menunjukkan parut, kontraktur perikardium, atau pembesaran jantung.
Dalam perikarditis akut, elektrokardiogram menunjukkan kenaikan segmen ST dalam leads anggota
tubuh standar dan sebagian besar leads prekordial yang kekurangan perubahan signifikan dalam
morfologi kompleks QRS.

Dalam efusi perikardial, ekokardiografi biasanya bisa mendiagnosis

Jumlah sel darah putih normal atau meningkat, terutama dalam perikarditis menular.

Kadar enzim kardiak sedikit naik, disertai miokarditis yang berkaitan, memastikan diagnosis.

Kultur cairan perikardial didapat dengan drainase melalui pembedahan terbuka atau kardiosentesis
(kadang-kadang mengidentifikasi organisme penyebab dalam perikarditis bakterial atau fungal) juga
memastikan diagnosis.

2.1. 9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tamponade jantung dengan pengobatan yang sesegera mungkin dapat


menyelamatkan klien dari kematian, maka pemeriksaan yang cepat dan tepat untuk menegakkan
diagnosis secara tepat, misalnya pemeriksaan ekokardiografi yang diikuti pemeriksaan kateterisasi
jantung, harus dilaksanakan. Tamponade jantung memerlukan aspirasi pericardium dengan jarum.
Monitor EKG memerlukan perhatian dan kecurigaan yang lebih cermat, karena dalam banyak hal, tidak
ada penyebab yang jelas terlihat yang menyatakan adanya penyakit pericardium. Pada klien dengan
hipotensi dan evaluasi tekanan darah jugularis, dengan lekuk x yang menonjol, bahkan tanpa adanya
lekuk y, kemungkinan adanya tamponade jantung harus diperhatikan.

Tamponade jantung harus dicapai bila terdapat perluasan daerah perkusi yang redup di daerah dada
anterior, nadi paradoksal, gambaran paru yang cukup bersih, pulsasi bayangan jantung yang berkurang
pada fluoroskopi, pengurangan amplitude QRS, gangguan listrik dari P, QRS, dan T, serta hal-hal tersebut
di awal.

Pada tamponade jantung dengan tekanan yang rendah, klien biasanya tanpa gejala, atau mengeluh
sesak dan kelemahan badab yang ringan, dan dalam hal ini diagnosis ditegakkan dengan ekokardiografi.
Kelainan hemodinamikdan gejala klinis segera membaik setelah dilakukan perikardiosentesis.

Perikardiosentesis

Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi pericardium atau pungsi pericardium. Pungsi
pericardium dapat dilakukan untuk konfirmasi dan mencari etiologi efusi sebagai penegakan diagnosis
dan tindakan invasive untuk pengobatan.

Lokasi Pungsi Perikardium

Sudut antara prosesus xifoideus dengan arkus iga kiri. Titik ini paling aman karena jantung tidak ditutupi
paru sehingga mengurangi kemungkinan penyebaran infeksi ke paru atau perikarditis purulen. Hal ini
juga untuk menghindari tertusuknya arteri mamaria interna. Lokasi efusi pericardium umumnya berada
di bawah, sehingga cairan yang sedikit pun dapat diperoleh di sini.

Peran perawat dalam pelaksanaan perikardiosentesis adalah mempersiapkan klien sebelum dan sesudah
tindakan, dukungan psikologis, dan persiapan alat tindakan.

2. 2. Asuhan Keperawatan (Askep Perikarditis)

2.2. 1. Anamnesa

1. Identitas pasien.

2. Keluhan utama: Nyeri dada atau sesak nafas

3. Riwayat penyakit sekarang

Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti edema perifer, gangguan abdominal, lelah,
ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea . Kapan mulai serangan, sembuh
atau bertambah buruk, bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan nyeri
dada.

4. Riwayat penyakit dahulu

Harus diketahui apakah pasien pernah terkena TBC, rheumatoid, uremia, ada trauma dada atau pernah
mengalami serangan jantung lainnya.

Pemeriksaan fisik

B1 : Breathing (Respiratory System)

Sesak nafas, takipnea, suara nafas ronkhi, batuk (+)

B2 : Blood (Cardiovascular system)

takikardi, penurunan TD, aritmia jantung

B3 : Brain (Nervous system)

Normal

B4 : Bladder (Genitourinary system)

penurunan frekuensi / jumlah urine, urine pekat gelap

B5 : Bowel (Gastrointestinal System)

Anorexia, muntah, mual, kekurangan nutrisi


B6 : Bone (Bone-Muscle-Integument)

Lemah dan nyeri pada daerah ekstremitas

Analisa Data

Data Etiologi Masalah

Subyektif: pasien mengeluh nyeri Kemampuan dilatasi jantung Nyeri


dada
Kontraktilitas ventrikel kiri
Obyektif: - CRT > 3 detik
Curah jantung
- Skala nyeri 7

- Penurunan TD
O2
- Aritmia (+)
Nyeri

Subyektif: pasien mengeluh nyeri Kemampuan dilatasi jantung Penurunan curah jantung
dada

Obyektif: - CRT > 3 detik


Kontraktilitas ventrikel kiri
- Pengeluaran urine inadekuat

- Penurunan TD
Curah jantung
- Aritmia (+)

DS: Pasien mengeluh lemah karena Emboli dalam pembuluh darah Gangguan Perfusi
hipoksia Jaringan

DO: Pasien terlihat lemah karena O2


jaringan menurun.
Obstruksi pembuluh darah

Aliran darah ke jaringan


terganggu
Perubahan perfusi jaringan

Subyektif: pasien mengeluh badannya Perfusi jaringan Intoleransi Aktifitas


terasa lemah

Obyektif: klien tidak mampu


bermobilisasi di tempat tidur Aliran darah tidak adekuat ke
sistemik

Kelemahan fisik

Subyektif: - kemampuan dilatasi jatung Risiko tinggi infeksi

Obyektif: terjadi akumulasi cairan di


perikardium
akumulasi bakteri di
perikardium

resiko tinggi infeksi

2.2.3. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d efusi perikardium

2. Penurunan Curah jantung b.d kompresi perikardial

3. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d curah jantung menurun

4. Intoleransi Aktifitas b.d kelemahan dan keletihan fisik

5. Resiko tinggi infeksi b.d akumulasi cairan di perikardium

Masalah Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil

Nyeri b.d efusi perikardium Tujuan : dalam 1x24 jam skala nyeri <2
Kriteria Hasil : - CRT < 3 detik

- TD normal

- Aritmia jantung (-)

- Penurunan curah jantung teratasi.

Penurunan curah jantung b.d kompresi Tujuan : dalam 3x24 jam penurunan curah
perikardial jantung teratasi

Kriteria Hasil : - CRT < 3 detik

- Pengeluaran urine adekuat

- TD normal

- Aritmia jantung (-)

perubahan perfusi jaringan berhubungan Tujuan : Perfusi jaringan kembali normal


dengan proses penyakit.
Kriteria hasil:

mempertahankan atau mendemonstrasikan perfusi


jaringan adekuat secara individual misalnya mental
normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan kering,
nadi perifer`ada atau kuat, masukan/ haluaran
seimbang.

Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan dan Tujuan : meningkatkan kemampuan


keletihan fisik beraktifitas

Kriteria Hasil : - klien mampu bermobilisasi di


tempat tidur

- Aktivitas sehari – hari klien terpenuhi

Resiko tinggi infeksi b.d akumulasi bakteri Tujuan : Tidak terjadi infeksi
di perikardium
Kriteria hasil : akumulasi cairan (-)

Tanda-tanda infeksi (-)


2.2.4. INTERVENSI DAN RASIONAL

1. Nyeri b.d efusi perikardium

Kolaborasi : Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi Rasional : Memaksimalkan ketersediaan oksigen
untuk menurunkan beban kerja jantung dan menurunkan ketidaknyamanan berhungan dengan iskemia.

Mandiri : Palpasi nadi perifer Rasional : Mengontrol penurunan curah jantung

Istirahatkan klien dengan tirah baring optimal Rasional: Menurunkan kebutuhan pemompaan jantung

Observasi adanya hipotensi, peningkatan JVP, perubahan suara jantung, penuruna tingkat kesadaran.
Rasional: Manifestasi klinis pada kardiak tamponade yang mungkin terjadi pada perikarditis ketika
akumulasi cairan eksudat pada rongga perikardial.

Pantau perubahan pada sensorik. Rasional: Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sebagai
dampak sekunder terhadap penuruna curah jantung

Kolaborasi Pemberian diet jantung. Rasional: Pembatasan natrium untuk mencegah, mengatur,
mengurangi edema.

Pemberian vasodilator. Rasional: Meningkatkan curah jantung, menurunkan volume sirkulasi dan
tahanan vaskular sistemik, juga kerja ventrikel.

2. Penurunan Curah jantung b.d kompresi perikardial

Mandiri Palpasi nadi perifer Rasional: Mengontrol penurunan curah jantung

Pantau output urine. Rasional: Mengetahui respon ginjal dalam menurunkan curah jantung

Istirahatkan klien dengan tirah baring optimal. Rasional: Menurunkan kebutuhan pemompaan jantung

Observasi adanya hipotensi, peningkatan JVP, perubahan suara jantung, penuruna tingkat kesadaran.
Rasional: Manifestasi klinis pada kardiak tamponade yang mungkin terjadi pada perikarditis ketika
akumulasi cairan eksudat pada rongga perikardial.

Kaji perubahan pada sensorik. Rasional: Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebralk sebagai
dampak sekunder terhadap penuruna curah jantung.

Kolaborasi Pemberian diet jantung. Rasional: Pembatasan natrium untuk mencegah, mengatur, atau
mengurangi edema

Pemberian vasodilator. Rasional: Meningkatkan curah jantung, menurunkan volume sirkulasi dan
tahanan vaskular sistemik, juga kerja ventrikel

3. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d curah jantung menurun


Mandiri Evaluasi status mental. Rasional : Perhatikan terjadinya hemiparalisis, afasia, kejang, muntah,
peningkatan TD.

Selidiki nyeri dada, dispnea tiba-tiba yang disertai dengan takipnea, nyeri pleuritik, sianosis, . Rasional :
Tingkatkan tirah baring dengan tepat

Dorong latihan aktif/ bantu dengan rentang gerak sesuai toleransi.

1. Indikator yang menunjukkan embolisasi sistemik pada otak.

2. Emboli arteri, mempengaruhi jantung dan / atau organ vital lain, dapat terjadi sebagai akibat dari
penyakit katup, dan/ atau disritmia kronis

3. Dapat mencegah pembentukan atau migrasi emboli pada pasien endokarditis. Tirah baring lama,
membawa resikonya sendiri tentang terjadinya fenomena tromboembolic.

4. Meningkatkan sirkulasi perifer dan aliran balik vena karenanya menurunkan resiko pembentukan
thrombus.

Kolaborasi Berikan antikoagulan, contoh heparin, warfarin (coumadin). Rasional: Heparin dapat
digunakan secara profilaksis bila pasien memerlukan tirah baring lama, mengalami sepsis atau GJK,
dan/atau sebelum/sesudah bedah penggantian katup.

Catatan : Heparin kontraindikasi pada perikarditis dan tamponade jantung. Coumadin adalah obat
pilihan untuk terapi setelah penggantian katup jangka panjang, atau adanya thrombus perifer.

4. Intoleransi Aktifitas b.d kelemahan dan keletihan fisik

Tingkatkan istirahat dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat. Rasional : Mengurangi kebutuhan
oksigen.

Anjurkan menghindari tekanan abdomen, seperti mengejan saat defekasi. Rasional : Dengan mengejan
dapat mengakibatkan bradikardi, menurunkan curah jantung dan takikardi, serta peningkatan TD.

Tingkatkan klien duduk di kursi dan tinggikan kaki klien. Rasional: Untuk meningkatkan vena balik

Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit krisis. Rasional : Meningkatkan kontraksi otot sehingga
membantu vena balik

Bantu mobilisasi pasien.

Rasional : Mencegah dekubitus

5. Resiko tinggi infeksi b.d akumulasi cairan di perikardium

Mandiri Pantau suhu pasien.

Rasional : Suhu pasien merupakan tanda-tanda terjadinya infeksi


Kolaborasi Lakukan tindakan perikardiosentesis

Rasional : Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi

Kolaborasi Lakukan tindakan pungsi perikardium

Rasional : fungsi perikardium untuk konfirmasi dan mencari etiologi efusi sebagai penegakan diagnosis.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa
karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).

Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkkus terdiri
dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung
jantung. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar pergesekan
antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung. Jantung bekerja selama kita
masih hidup, karena itu membutuhkan makanan yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang
terpenting dan memberikan darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri koronaria.

Perikarditis adalah kelainan perikardial yang paling umum. Perikarditis adalah peradangan pada
laposan perikardium jantung, seringkali disertai dengan penumpukan cairan. Perikarditis dapat
disebabkan oleh banyak kelainan seperti infeksi, , trauma, tumor, gangguan metabolisme tetapi bisa
juga idiopatik.

3.2. Saran

Setelah membaca dan memahami konsep dasar pada asuhankeperawatan perikarditis, diharapkan
kepada mahasiswa dapat melakukan danmelaksanakan perencanaan dengan profesional pada pasien
denganperikarditis dan juga bagi setiap orang dapat menghindari penyakitperikarditis dengan selalu
menjaga dan membiasakan pola hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Brian D.Hoit.2020. Pericarditis. Case Western Reserve University. MSD Manual Professional Version

Carpentino, Lynda Juall.2001.Buku Saku : Diagnosa keperawatan edisi : 8 Penterjemah Monica


Ester.EGC.Jakarta

Doengoes, E Marlynn,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3 penterjemah Monica


Ester.EGC.Jakarta

Ahdazuhri. (2015, oktober 02). Asuhan Keperawatan Perikarditis diakses pada 04 oktober 2022 melalui
https://www.scribd.com/doc/283421148

Anda mungkin juga menyukai