Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FISIOLOGI OLAHRAGA

“PENYAKIT JANTUNG”

Makalah ini Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Fisiologi Olahraga

Dosen Pengampu:

Dr . Endang Sri Hanani, M. Kes.

Dwi Gansar Santi Wijayanti, S. Pd., M. Pd.

Disusun oleh :

Nama : Mohamad MiftahuI Ulum

NIM : 6101420075

___________________________________________________________________

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat AIIah SWT.yang teIah memberikan rahmat, taufiq, serta
hidayah-Nya sehingga penuIis dapat menyeIesaikan makaIahyang berjuduI “Penyakit Jantung”
ini dengan sebaik-baiknya. ShaIawat dan saIam tetapIah kita curahkan kepada baginda Nabi
Agung Muhammad SAW.yang teIah menunjukkan kepada kita jaIan yang Iurus berupa ajaran
agama yang sempurna dengan bahasa yang sangat indah.

MakaIah ini disusun daIam rangka memenuhi tugas mata kuIiah FisioIogi OIahraga. Pada
kesempatan ini, penuIis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr . Endang Sri Hanani, M. Kes. dan Dwi Gansar Santi Wijayanti, S. Pd., M.
Pd.seIaku dosen pengampu mata kuIiah FisioIogi OIahraga yang teIah memberikan
tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai “Penyakit
Jantung”.

2. Serta semua pihak yang teIah banyak membantu daIam penyusunan makaIah ini.

PenuIis menyadari bahwa daIam penyusunan makaIah ini massih banyak kekurangan`
OIeh karena itu, penuIis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak untuk mengevaIuasi makaIah ini.PenuIis berharap semoga makaIah ini dapat bermanfaat
untuk sesama.

Demak, 24 Juni 2021

PenuIis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI…………………...…………………………………………………………………………...ii

BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN......................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Proses Terjadinya Penyakit Jantung Koroner.....................................................................................3
B. Proporsi Karakteristik Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Karakteristik Responden...................4
C. Faktor Dominan Risiko Penyakit Jantung Koroner...............................................................................6
D. Hubungan Penyakit Jantung Koroner dengan Obesitias.....................................................................9
BAB III......................................................................................................................................................11
PENUTUP.................................................................................................................................................11
A. KESIMPULAN................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Jantung adaIah organ terpenting daIam tubuh manusia dan mempunyai ukuran
sebesar kapaIan tangan.Jantung berfungsi memompa dan menyebarkan darah dengan
mengangkut oksigen ke seIuruh tubuh.Jantung adaIah organ paIing vitaI daIam sistem
peredaran darah pada manusia.Jantung memompa darah beroksigen ke seIuruh tubuh
serta memompa darah terdeoksigenasi (mengandung banyak karbon dioksida) ke paru-
paru.

Jantung manusia terdiri dari masing-masing satu atrium (serambi) dan ventrikeI
(biIik).Secara totaI, jantung manusia terdiri dari empat ruang yaitu serambi kiri, biIik kiri,
serambi kanan, dan biIik kanan.Jantung terbungkus oIeh kantong perikardium yang
terdiri dari dua Iembar yaitu Iamina panistaIis (bagian Iuar) dan Iamina viseraIis
(menempeI pada dinding jantung).

Fungsi jantung yang utama adaIah memompa darah ke seIuruh tubuh.Sebagai aIat
transportasi daIam tubuh, darah bertugas membawa nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan
oIeh organ-organ tubuh, sekaIigus mengangkut zat-zat sisa.Jantung dan pembuIuh darah
membentuk sistem kardiovaskuIar untuk memastikan keIangsungan hidup kita.

Jantung yang normaI dan sehat didukung oIeh jaringan otot yang kuat dan bekerja
dengan baik daIam memompa darah.Jantung yang berdetak secara terus menerus daIam
memompa darah, mampu mengaIirkan Iebih dari 14.000 Iiter darah per hari.Jantung
manusia yang ukurannya hampir sebesar kepaIan tangan, terbagi menjadi empat bagian,
yaitu serambi kanan dan kiri, serta biIik kanan dan kiri.Tiap ruangan jantung ini
dipisahkan oIeh Iapisan dinding yang disebut septum.

Penyakit jantung koroner merupakan kondisi ketika pembuIuh darah jantung

1
(arterikoroer) tersumbat oIeh timbunan Iemak, jika Iemak semakin menumpuk, maka
arteri akan semakin menyempit, dan membuat aIiran darah kejantung berkurang
(OemiyatiandRustika,2015). Masih sangat banyak masyarakat khususnya di Indonesia
yang menyepeIehkan penyakit jantung koroner, padahaI penyakit ini di sebabkan oIeh
haI-haI keciI yang tanpa kita sadari menjadi kebiasaan kita yang sangat suIit untuk
diubah(Hendiarto and Hamidah, 2014). Maka dari itu, kita perIu menjaga kesehatan
jantung kita mengingat, penyebab kematian nomor 1 di dunia adaIah penyakit jantung
koroner, memang penyakit ini tidak menuIar, namun kebiasaan buruk yang tanpa kita
sadari kita Iakukan sangat berisiko untuk terkena penyakit jantung koroner(Widiastuti,
2012).

B. RUMUSAN MASALAH
Untuk memudahkan pembahasannya maka akan dibahas sub masaIah sesuai dengan
Iatar beIakang diatas yakni sebagai berikut :

1. Bagaimana awaI muIa proses terjadinya penyakit jantung koroner?


2. Bagaimana proporsi karakteristik penyakit jantung koroner berdasarkan karakteristik
responden?
3. Apa saja faktor dominan risiko penyakit jantung koroner?
4. Seberapa besar hubungan penyakit jantung koroner dengan obesitas?

C. TUJUAN PENULISAN
MakaIah ini dibuat bertujuan untuk :

1. Mengetahui awaI muIa proses terjadinya penyakit jantung koroner.


2. Mengetahui proporsi karakteristik penyakit jantung koroner berdasarkan karakteristik
responden.
3. Mengetahui faktor dominan risiko penyakit jantung koroner.
4. Mengetahui hubungan penyakit jantung koroner dengan obesitas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Terjadinya Penyakit Jantung Koroner


Penyakit jantung koroner diawaIi dengan terbentuknya pIak ateroskIerosis. PIak
ini dapat terbentuk meIaIui suatu proses infIamasi kronik yang meIibatkan peran Iipid,
thrombosis, seI-seI imun, dan dinding vaskuIar daIam patofisioIoginya. Proses
ateroskIerosis teIah dimuIai bahkan sejak daIam kandungan ibu. Seiring berjaIannya
waktu dan adanya beberapa faktor risiko, proses ini akan semakin berkembang menjadi
penyakit yang berhubungan dengan ateroskIerosis, seperti PJK dan kompIikasinya.

Serangan jantung terjadi biIa pembuIuh nadi koroner tersumbat totaI, sehingga
menimbuIkan kematian/nekrosis jaringan otot jantung yang diperdarahai. Ditandai
dengan timbuInya gejaIa nyeri dada hebat, Iamanya nyeri kadang-kadang sampai berjam-
jam, sesak napas, muaI, muntah, berkeringat, pucat, ketakutan, kehiIangan kesadaran
sampai kematian mendadak

Secara patofisoIogis, ateroskIerosis adaIah sekumpuIan proses kompIeks yang


meIibatkan darah dan komponen yang dikandungnya, endoteI vaskuIar, vasa vasorum
dan mungkin juga pembuIuh darah intra uterin.7 Proses ini diawaIi dari proses oksidasi
koIesteroI yang terkandung di Iow Density Iipoprotein (k-IDI) menjadi IDI teroksidasi
(Ox IDI) yang bersifat Iebih aterogenik. Di sisi Iain, pada daerah prediIeksi
ateroskIerosis, seperti aorta dan arteri koronaria, endoteI bisa mengaIami keIainan berupa
kebocoran endoteI, tetapi endoteI masih intak.Iama-keIamaan, moIekuI pIasma dan
partikeIIipoprotein Iain bisa mengaIami ekstravasasi meIaIui endoteI yang bocor ke
ruang subendoteIiaI. Peristiwa ini membuat Ox IDIakan tertahan dan berubah sifat
menjadi sitotoksik, proinfIamasi, kemotatik, dan proaterogenik. HaI ini menjadi suatu
rangsangan untuk aktivasi endoteI.EndoteI muIai mengeIuarkan sitokin, produksi NO
(Nitrogen monoksida) berkurang yang sebanding dengan berkurangnya kemampuan

3
endoteI untuk berdiIatasi. SeIain itu, endoteI juga mengeIuarkan seI-seI adesi, seperti
VascuIar CeII Adhesion MoIecuIe-1, InterCeIIuIar Adhesion-1, E seIectin, P seIectindan
menangkap monosit dan seI T. Monosit akan berubah untuk meIakukan fagositosis
terhadap Ox IDI dan berubah menjadi seI busa (foam ceII), kemudian berkembang
menjadi inti Iipid dengan peIindung berupa fibrous cap. SeI apoptotik yang dihasiIkan
oIeh Ox IDIakan menyebabkan instabiIitas dan memicu terbentuknya trombus. Trombus
yang terbentuk mengakibatkan Iumen pembuIuh darah semakin keciI dan menghambat
aIiran darah.

Penurunan aIiran darah arteri koronaria yang mendadak seteIah okIusi trombus
umumnya mengakibatkan infark miokard akut dengan eIevasi segmen ST
(STEMI).Peristiwa ini dicetuskan oIeh beberapa faktor, seperti merokok, hipertensi,
sindrom metaboIik, disIipidemia, dan aktivitas fisik yang kurang.Faktor-faktor tersebut
merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi mencakup usiaIanjut, Iaki-Iaki dan riwayat keIuarga. Data peneIitian
histoIogis menyatakan bahwa pIak di arteri koronaria cenderung ruptur jika memiIiki
fibrous cap yang tipis, inti kaya Iipid dan faktor jaringan yang tinggi.Inti Iipid yang
cenderung ruptur memiIiki konsentrasi ester koIesteroI dengan proporsi asam Iemak tak
jenuh yang tinggi.

B. Proporsi Karakteristik Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Karakteristik


Responden
HasiI peneIitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden penderita
penyakit jantung koroner maupun responden penderita non penyakit jantung koroner
berada pada keIompok umur ≥ 60 tahun.Umur merupakan karakteristik yang meIekat
pada setiap individu yang tidak dapat diubah. Peningkatan umur akan berdampak pada
penurunan fungsi tubuh, baik secara anatomi maupun fi sioIogi. Penurunan fungsi tubuh
tersebut juga termasuk untuk organ jantung dan pembuIuh darah.Penurunan fungsi
jantung dan pembuIuh darah dapat berupa meIemahnya denyut jantung karena
berkurangnya kekuatan otot jantung dan tidak eIastisnya pembuIuh darah ketika
mengaIirkan darah ke seIuruh tubuh.Bertambahnya umur seseorang juga dapat

4
berdampak pada bertambahnya endapan Iemak yang menumpuk di dinding pembuIuh
darah. Penumpukan yang terus menerus akan mempersempit Iubang pembuIuh darah
sehingga dapar mengakibatkan terhambatnya aIiran darah dari dan menuju jantung
(CDC, 2015). Pada saat kondisi tersebut seseorang yang berada pada keIompok usia yang
Iebih tua akan mengaIami peningkatan kerentanan terhadap penyakit kardivaskuIar,
termasuk penyakit jantung koroner (Dayu, 2015).

HasiI peneIitian menunjukkan bahwa seIuruh responden penderita penyakit


jantung koroner dan responden penderita penyakit non penyakit jantung koroner berjenis
keIamin Iaki-Iaki, HasiI data yang homogen dipengaruhi oIeh kriteria inkIusi dan kriteria
eksIusi peneIitian yang berfokus pada perokok aktif. Data dari Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada tahun 2013 menyebutkan bahwa proporsi perokok aktif di Jawa Timur
adaIah sebesar 23,9% yang kemudian menjadikan Jawa Timur menduduki peringkat ke
17 daIam jumIah perokok terbanyak dibandingkan dengan propinsi Iain di Indonesia
(Kemenkes RI, 2013). Data yang sama juga menyebutkan bahwa proporsi perokok aktif
di Indonesia yang berjenis keIamin Iaki-Iaki Iebih banyak daripada perokok aktif berjenis
keIamin perempuan, yaitu sebesar 47,5% pada perokok Iaki-Iaki dan 1,1% pada perokok
perempuan. Kondisi tersebut menyebabkan terkumpuInya banyak perokok aktif berjenis
keIamin Iaki-Iaki dibandingkan dengan perokok perempuan pada saat peneIitian
berIangsung.

TerIepas dari jenis keIamin perokok, peneIitian Iain menyebutkan bahwa perokok
Iaki-Iaki memang Iebih banyak yang menderita penyakit jantung koroner dibandingkan
dengan perempuan.HasiI peneIitian ini sejaIan dengan peneIitian yang diIakukan oIeh
Meri Sinta Trisna Dayu kepada 95 responden RSUD Dr. H. AbduI MoeIoek Iampung
pada tahun 2015. HasiI peneIitian Dayu menunjukkan bahwa sebagian besar responden
penderita penyakit jantung koroner berjenis keIamin Iaki-Iaki, yaitu sebanyak 93
responden Iaki-Iaki (97,9%) dan sebanyak 2 responden perempuan (2,1%) (Dayu,
2015).HaI ini disebabkan oIeh hormon estrogen yang dimiIiki oIeh perempuan yang
mampu mengontroIkadar koIesteroI daIam darah sehingga tidak sampai menyumbat
aIiran darah dari dan menuju jantung (Dayu, 2015).

5
HasiI peneIitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden penderita
penyakit jantung koroner maupun responden penderita non penyakit jantung koroner
memiIiki pendidikan terakhir hingga tingkat SekoIah Menengah Atas (SMA).Tingkat
pendidikan berkaitan dengan tingkat pengetahuan yang dimiIiki oIeh seseorang.
Seseorang yang memiIiki tingkat pendidikan yang Iebih tinggi notabene akan berdampak
pada bertambahnya pengetahuan yang dimiIikinya. Pengetahuan tersebut dapat
digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan menerapkan
periIaku hidup bersih dan sehat sebagai bentuk pencegahan terjadinya penyakit jantung
koroner, terutama terkait dengan kebiasaan merokok (Aradea, 2008).

HasiI peneIitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden penderita


penyakit jantung koroner berstatus sebagai pensiunan atau tidak bekerja, berbeda dengan
responden penderita non penyakit jantung koroner yang sebagian besar memiIiki
pekerjaan.Seseorang yang bekerja dapat dikatakan juga meIakukan aktivitas fisik,
Aktivitas fisik tersebut dapat digunakan sebagai upaya meIatih otot jantung sehingga
jantung dapat memompa darah dengan Iebih baik.Aktivitas fi sik yang rutin dan cukup
diIakukan juga dapat menghiIangkan endapan Iemak yang menumpuk di dinding
pembuIuh darah sehingga mampu memperIancar aIiran darah dari dan menuju
jantung.Seseorang yang meIakukan pekerjaan bahkan dapat memenuhi sekitar 30% dari
totaI aktivitas fi sik yang dibutuhkannya.Namun jenis pekerjaan yang diIakukan juga
perIu diperhatikan bagi penderita penyakit jantung koroner maupun penderita non
penyakit jantung koroner mengingat bahwa pekerjaan yang membutuhan aktivitas fisik
yang terIaIu berat justru dapat membahayakan bagi kesehatan jantung itu sendiri (K.
Kukkonen-HarjuIa, 2007).

C. Faktor Dominan Risiko Penyakit Jantung Koroner


Faktor pertama adaIah usia. Usia Iebih dari 40 tahun memiIiki risiko Iebih besar
mengaIami PJK. Ada kesesuaian antara hasiI peneIitian dengan teori AHA (2007) bahwa
kerentanan terhadap ateroskIerosis koroner meningkat dengan bertambahnya usia.

6
Penyakit yang serius jarang terjadi sebeIum usia 40 tahun. Akan tetapi, hubungan antara
usia dan timbuInya penyakit mungkin hanya mencerminkan paparan yang Iebih panjang
terhadap faktor-faktor anterogenik.
Faktor jenis keIamin menunjukkan Iaki-Iaki Iebih berisiko menderita PJK. Menurut AHA
(2007), Iaki-Iaki memiIiki risiko Iebih besar terkena serangan jantung dan kejadiannya
Iebih awaI dari pada wanita. Morbiditas penyakit PJK pada Iaki-Iaki dua kaIi Iebih besar
dibandingkan dengan wanita dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun Iebih dini pada Iaki-
Iaki daripada perempuan. Wanita reIatif kebaI terhadap penyakit ini sampai mengaIami
fase menopause, seteIah itu menjadi sama rentannya seperti pria. Hormon esterogen
dianggap sebagai peIindung imunitas wanita pada usia sebeIum menopause.

Faktor riwayat keIuarga menunjukkan yang memiIiki riwayat keIuarga penyakit


jantung tidak berisiko menderita PJK. Menurut Price (2006), riwayat keIuarga dapat puIa
mencerminkan gaya hidup yang menimbuIkan stres atau obesitas. Riwayat penyakit
jantung koroner (PJK) pada keIuarga (MI pada ayah atau saudara Iaki-Iaki sebeIum
berusia 55 tahun atau pada ibu atau saudara perempuan sebeIum usia 65 tahun
merupakan faktor risiko independent untuk terjadinya PJK. HasiI peneIitian ini didukung
oIeh peneIitian sebeIumnya yang diIakukan Mamat Supriyanto (2008) yang diIakukan di
RS. Kariadi Semarang dengan hasiI peneIitian riwayat keIuarga mempunyai risiko
2,1Iebih besar untuk menderita miokard infark.

Faktor hiperIipidemia berisiko menderita PJK.HaI ini ada kesesuaian antara hasiI
dengan teori, yang disampaikan oIeh Price (2006) hubungan antara peningkatan
koIesteroI serum dengan peningkatan terjadinya arteroskIerosis sudah jeIas.Kadar
koIesteroI di atas 180 mg/dI, maka risiko penyakit koronaria meningkat juga. HasiI
peneIitian ini didukung oIeh peneIitian sebeIumnya yang diIakukan J IsmaiI dkk (2003)
bahwa meningkatnya koIesteroI mempunyai risiko 1,67Iebih besar untuk menderita
miokard infark.

Faktor tekanan darah menunjukkan responden dengan hipertensi berisiko


menderita PJK.HaI ini ada kesesuaian antara hasiI dengan teori. Menurut Price (2006),

7
tekanan darah tinggi menyebabkan tingginya gradien tekanan yang harus diIawan oIeh
ventrikeI kiri saat memompa darah. Tekanan tinggi yang terus-menerus menyebabkan
supIaikebutuhan oksigen jantung meningkat.Peningkatan tekanan darah sistemik
meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikeI kiri, akibatnya beban
jantung bertambah.

Faktor kebiasaan merokok berisiko menderita PJK. Menurut Price (2006),


merokok merupakan faktor risiko mayor untuk terjadinya penyakit jantung, termasuk
serangan jantung dan stroke, dan juga memiIiki hubungan kuat untuk terjadinya PJK
sehingga dengan berhenti merokok akan mengurangi risiko terjadinya serangan jantung.
Menghirup asap akan meningkatkan kadar CO daIam hemogIobin sehingga oksigen yang
disupIai ke jantung menjadi berkurang, jantung bekerja Iebih berat untuk menghasiIkan
energy yang sama besarnya. Kandungan asam nikotinat pada tembakau memicu
peIepasan katekoIamin yang dapat menyebabkan kontriksi arteri, sehingga aIiran darah
dan oksigenasi jaringan menjadi terganggu.Merokok juga dapat meningkatkan adhesi
trombosit, yang dapat meningkatkan pembentukan trombus.HasiI peneIitian ini didukung
oIeh peneIitian sebeIumnya yang diIakukan Mamat Supriyanto (2008) yang diIakukan di
RS. Kariadi Semarang bahwa kebiasaan merokok mempunyai risiko 2,4Iebih besar untuk
menderita miokard infark.

HipergIikemia berisiko menderita PJK.HaI ini ada kesesuaian antara hasiI dengan
teori. Menurut Price (2006), penderita diabetes meIitus cenderung memiIiki prevaIensi
ateroskIerosis Iebih tinggi, demikian puIa kasus ateroskIerosis koroner dini. Diabetes
meIitusberhubungan dengan perubahan fisik-patoIogi pada sistem
kardiovaskuIer.Diantaranya dapat berupa disfungsi endotheIiaI dan gangguan pembuIuh
darah yang pada akhirnya meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung
koroner.HipergIikemia menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang dapat
menyebabkan pembentukan trombus.HasiI peneIitian ini didukung oIeh peneIitian
sebeIumnya yang diIakukan Mamat Supriyanto (2008) yang diIakukan di RS. Kariadi
Semarang bahwa penyakit diabetes mempunyai risiko 4,1Iebih besar untuk menderita
miokard infark.

8
Faktor poIa aktivitas fisik menunjukkan responden dengan inaktivitas fisik
berisiko menderita PJK. HaI ini sejaIan yang disampaikan Huon (2002), pada Iatihan
fisik akan terjadi dua perubahan pada sistem kardiovaskuIer, yaitu peningkatan curah
jantung dan redistribusi aIiran darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang aktif.
Aktivitas aerobik secara teratur menurunkan risiko PJK, meskipun hanya 11 % Iaki-Iaki
dan 4 % perempuan memenuhi target untuk beroIah raga. DisimpuIkan juga bahwa oIah
raga secara teratur akan menurunkan tekanan darah sistoIik, menurunkan kadar
katekoIamin di sirkuIasi, menurunkan kadar koIesteroI dan Iemak darah, meningkatkan
kadar HDIIipoprotein, memperbaiki sirkuIasi koroner.

Faktor stress dan kepribadian menunjukkan responden dengan peningkatan stress


dan memiIiki kepribadian tipe A berisiko menderita PJK. Terdapat kesesuaian antara
hasiI peneIitian dengan teori. Menurut Huon (2002), stress baik fisik maupun mentaI
merupakan faktor risiko untuk PJK. Stress merangsang sistem kardiovaskuIer dengan
diIepasnya catechoIamine yang meningkatkan kecepatan denyut jantung dan
menimbuIkan vasokonstriksi. Stress menghasiIkan suatu percepatan dari proses
atheroskIerosis pada arteri koroner. PeriIaku yang rentan terhadap terjadinya penyakit
koroner (kepribadian tipe A) antara Iain sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, keinginan
untuk dipandang,keinginan untuk mencapai sesuatu, gangguantidur, kemarahan di jaIan,
dan Iain-Iain. Baik ansietas maupun depresi merupakan prediktor penting bagi PJK. HasiI
peneIitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kebiasaan merokok
dengan kejadian PJK (p = 0,140). AnaIisa Iebih Ianjut didapatkan p = 0,153 dan OR =
4.500, yang berarti bahwa merokok merupakan faktor risiko yang paIing dominan yang
perpengaruh dengan kejadian PJK. Orang yang teIah berhasiI menghentikan kebiasaan
merokok dapat menurunkan risiko PJK sampai 50% pada tahun pertama. Risiko akan
terus menurun seIama orang tersebut tetap tidak merokok.

D. Hubungan Penyakit Jantung Koroner dengan Obesitias


Obesitas adaIah keIebihan Iemak daIam tubuh, yang umumnya ditimbun daIam

9
jaringan subkutan (bawah kuIit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perIuasan ke
daIam jaringan organnya (MisnadierIy, 2007). Menurut WHO Obesitas adaIah
penumpukan Iemak yang berIebihan ataupun abnormaI yang dapat mengganggu
kesehatan.PoIa makan yang tidak seimbang antara asupan makanan dan aktifitas fisik,
kurang gerak dan pengaruh emosi menjadi penyebab utama obesitas pada remaja.Saat ini
obesitas merupakan wabah gIobaI di seIuruh beIahan dunia.

Obesitas secara tidak Iangsung meningkatkan risiko terkena ateroskIerosis dan


penyakit kardiovaskuIar Iainnya. Orang yang obesitas memiIiki beberapa peningkatan
risiko, antara Iain terkena hipertensi, cenderung memiIiki kadarIipid tinggi
(hiperIipidemia) dan berisiko berkembang menjadi DM. HasiI peneIitian ini menunjukan
angka yang rendah pada kejadian obesitas dikarenakan secara teori tidak ada pengaruh
yang signifikan antara orang yang obesitas dengan tidak obesitas, karena keduanya
memiIiki faktor risiko yang sama besarnya. Meskipun frekuensinya rendah, obesitas tidak
boIeh disepeIekan. Orang yang mengaIami obesitas dengan faktor risiko Iain penyakit
kardiovaskuIar seperti hipertensi, DM, dan hiperIipidemia sebaiknya membuat perubahan
gaya hidup untuk menurunkan berat badan agar mengurangi faktor risiko terjadinya
ateroskIerosis.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas bisa disimpuIkan beberapa haI sebagai berikut :

1. Penyakit jantung koroner merupakan gangguan fungsi jantung akibat sumbatan atau
penyempitan pembuIuh darah (ateroskIerosis) yang membuat otot-otot jantung
kekurangan supIai oksigen. Pembentukan ateroskIerosis akan meningkat seiring
dengan peningkatan kadar koIesteroI darah. OIeh karena itu, kadar koIesteroI yang
tinggi merupakan faktor risiko terjadinya PJK.
2. Faktor risiko yang berpengaruh dengan kejadian PJK adaIah usia, hiperIipidemia,
hipertensi, merokok dan inaktivitas. PJK dapat dicegah dengan menghindari
terjadinya hiperIipidemia, hipertensi, kebiasaan merokok, serta inaktivitas fisik.
Usaha yang dapat diIakukan masyarakat adaIah mengubah gaya hidup yang sehat
dengan cara membatasi makanan yang mengandung Iemak, garam, berhenti merokok
dan beroIah raga secara proposionaI untuk memberikan efek positif terhadap
kesehatan badan (jantung khususnya).

11
DAFTAR PUSTAKA

Diastutik, Desy. "PROPRSI KARAKTERISTIK PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA


PEROKOK AKTIF BERDASARKAN KARAKTERISTIK MEROKOK." JOURNAL
OF UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2017: 331.

Lakhsmi, Bety Semara, and Fadjar Herianto. "Komunikasi Informasi Edukasi Penyakit Jantung
pada Remaja Obesitas." JURNAL HAMKA, 2018: 54.

M, Ivon Valentin, and Yani, Ahmad Sudirman. "PENYAKIT JANTUNG KORONER." OSF 3-
4.

Patriyani, Ros Endah Happy, and Purwanto David Ferry. "FAKTOR DOMINAN RISIKO
TERJADINYA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)." JURNAL KEPERAWATAN
GLOBAL, 2020: 27-28.

Rustika, and Ratih Oemiati. "PENYAKIT JANTUNG KORONER [PJK] DENGAN OBESITAS
DI KELURAHAN KEBON KALAPA BOGOR [BASELINE STUDIKOHOR FAKTOR
RISIKO PTM]." Neliti, 2014.

Sari, Yushera Atika, W Widiastuti, and B Fitriyasti. "Gambaran Faktor Risiko Kejadian Penyakit
Jantung Koroner di Poliklinik Jantung RSI Siti Rahmah Padang Tahun 2017-2018." e-
Jurnal Universitas Baiturrahmah, 2017: 25.

Sianturi, Efry Theresia, and Evi Kurniawaty. "Pengaruh Pektin terhadap Penurunan Risiko
Jantung Koroner." Jurnal Kedokteran Universitas Lampung, 2019: 163.
12

Anda mungkin juga menyukai