Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KONSEP PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

ANTIKORUPSI

Dosen Pengampu: Santoso, S. Pd, M. Pd.

SEDISUSUN OLEH :

1. SEFI AMIQOTUN FIKRIYYAH (202033001)


2. DIAN RIZKY SATRIANA (202033004)
3. OKTAVIA PUTRI UTAMI (202033013)
4. MUTIARA TRIANA ZAIN (202033017)
5. ANA MARIA SHOFIANA (202033018)
6. MUDRIKATUSSYIFA (202033017)
7. NOOR IDA CHOLIDA (202033073)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas nikmat
kesehatan serta ridho-Nya maka makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu. Adapun
sekilas maksud dan tujuan ini adalah untuk menyelesaikan tugas membuat makalah Konsep
Pendidikan Kewarganegaraan ini dalam rangka pemenuhan tugas kelompok.

Dengan selesainya makalah ini maka yang pertama kami ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami terutama
kepada Dosen Pembimbing Konsep Pendidikan Kewarganegaraan serta sumber-sumber yang
menjadi referensi kami sehingga memudahkan kami dalam mengerjakan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karenanya
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Kami juga mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan nama atau gelar yang
tidak kami sengaja. Terima kasih.

Kudus, 19 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

Cover i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB 1 1
Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Pembahasan 2

BAB 2 3
Pembahasan 3
2.1 Pengertian Korupsi 3
2.2 Faktor Penyebab Korupsi 3
2.3 Nilai dan Prinsip Antikorupsi 5
2.4 Upaya Pemberantaran Korupsi dan Penanganannya 7
2.5 Peran Mahasiswa dalam Pencegahan Korupsi 10

BAB 3 12
Penutup 12
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12

Daftar Pustaka 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi merupakan ancaman global di dunia dikarenakan adanya penyalahgunaan


kekuasaanoleh pemerintah atau pihak-pihak terkait untuk kepentingan pribadi yang sangat
merugikan.Indonesia merupakan negara yang identik dengan tindakan korupsi , hal ini
disebabkan karena buruknya moral para pemimpin bangsa yang melakukan penyimpangan
terhadap kepercayaanmasyarakat.Tindakan korupsi dirasakan semakin buruk di negara kita
ini, maka dari itu banyak dilakukanupaya-upaya pemberantasan korupsi tetapi faktanya masih
banyak ditemukan para pejabat yangmelakukan tindakan tersebut. Salah satu upaya yang
memang sedang gencar-gencarnya dilakukan adalah melalui pendidikan, hal ini mengarah
pada pokok pembahasan kita yaitu “Pendidikan AntiKorupsi”

Pendidikan anti korupsi ini dimaksudkan untuk membentuk moral yang lebih baik
bagi paragenerasi muda agar mereka tidak menjadi bibit-bibit koruptor di negara kita.
seharusnya memulai pendidikan anti korupsi sedini mungkin agar mereka mengerti
bagaimana dampak besar korupsi diindonesia. Jadi, kita dapat melakukan

1.2 Rumusan Masalah

2.1 Apa pengertian korupsi?

2.2 Mengapa diadakannya pendidikan anti-korupsi?

2.3 Apa nilai dan prinsip anti-korupsi?

2.4 Bagaimana upaya pemberantasan korupsi dan penanganannya?

2.5 Bagaimana peranan mahasiswa dalam pencegahan korupsi?

1
1.3 Tujuan Pembahasan

3.1 Untuk mengetahui pengertian dari korupsi.

3.2 Untuk mengetahui pentingnya diadakannya pendidikan anti-korupsi.

3.3 Untuk mengetahui nilai dan prsinsip anti-korupsi.

3.4 Untuk mengetahui upaya pemberantasan korupsi dan penanganannya.

3.5 Untuk mengetahui peranan mahasiswa dalam pencegahan korupsi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi

Korupsi merupakan penyalahgunaan kewenangan oleh pihak pribadi maupun


kelompok.Dari segi hukum memandang bahwa korupsi merupakan kejahatan (crime),
koruptor olehkarenanya yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah menindak para
koruptor dengan jerat-jerathukum serta memberantas korupsi dengan memperkuat
perangkat hukum seperti undang-undang danaparat hukum.Segi politik memandang
bahwa korupsi cenderung terjadi di ranah politik, khususnya korupsi besar(grand
corruption) dilakukan oleh para politisi yang menyalahgunakan kekuasaan
mereka.Segi sosiologi memandang bahwa korupsi adalah sebuah masalah sosial.
Korupsi terjadi disemua sektor dan dilakukan oleh sebagian besar lapisan masyarakat,
maka dianggap sebagai penyakit sosial. Segi agama memandang bahwa korupsi
terjadi sebagai dampak dari lemahnya nilai-nilaiagama dalam diri individu, dan oleh
karenanya upaya yang harus dilakukan adalah memperkokohnilai-nilai keagamaan
dalam diri individu dan masyarakat.

2.2 Faktor Penyebab Korupsi

Korupsi akan terus berlangsung selama masih terdapat kesalahan tentang cara
memandangkekayaan. Semakin banyak orang salah dalam memandang kekayaan,
semakin besar pulakemungkinan orang melakukan kesalahan dalam mengakses
kekayaan. Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi menurut pandangan Arifin
adalah aspek perilakuindividu, aspek organisasi, dan aspek masya-rakat tempat
individu dan organisasi berada (Arifin:2000). Selain itu, faktor penyebab korupsi
antara lain:

(a) sifat tamak manusia,

(b) moral yangkurang kuat menghadapi godaan,

(c) gaya hidup konsumtif,

(d) tidak mau (malas) bekerja keras (IsaWahyudi: 2007).

3
Terdapat juga faktor lain menurut Erry Riyana Hardjapamekas (2008)
menyebutkan tingginyakasus korupsi di negeri ini disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya:

a) kurang keteladanan dankepemimpinan elite bangsa.

b) rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil

c) lemahnya komitmen dankonsistensi penegakan hukum dan peraturan


perundangan.

d) rendahnya integritas dan profesionalisme.

e) mekanisme pengawasan internal di semua lembaga perbankan,


keuangan, dan birokrasi belum mapan.

f) kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat.

g) lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan etika.

Secara umum faktor penyebab korupsi adalah faktor politik, faktor hukum,
faktor ekonomidan birokrasi serta faktor transnasional. (ICW:2000)

Faktor internal, merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang
dapat dirincimenjadi:

a. Aspek perilaku individu: sifat tamak/rakus manusia, moral yang


kurang kuat, gaya hidup yang konsumtif.

b. Aspek sosial

Faktor eksternal, pemicu perilaku korupsi yang disebabkan oleh faktor di luar
diri pelaku.

a. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi.

b. Aspek ekonomik

4
c. Aspek politik

Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat
dilihat ketikaterjadi instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang
kekuasaan, bahkan ketikameraih dan mempertahankan kekuasaan.

d. Aspek organisasi

Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan, tidak adanya kulturorganisasi


yang benar, kurang memadainya sistem akuntabilitas, kelemahan sistim
pengendalian manajemen, lemahnya pengawasan.

2.3 Nilai dan Prinsip Anti-Korupsi

Nilai-nilai anti korupsi meliputi kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan,


pertanggungjawaban, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan.

a. Kejujuran

Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak
berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting
bagi kehidupanmahasiswa, tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya
dalam kehidupan sosialnya (Sugono: 2008).

b. Kepedulian

Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan


danmenghiraukan (Sugono: 2008).

c. Kemandirian

Kondisi mandiri bagi mahasiswa dapat diartikan sebagai proses mendewasakan


diriyaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan
tanggung jawabnya. Hal ini penting untuk masa depannya dimana mahasiswa
tersebut harusmengatur kehidupannya dan orang-orang yang berada di bawah
tanggung jawabnya sebabtidak mungkin orang yang tidak dapat mandiri
(mengatur dirinya sendiri) akan mampumengatur hidup orang lain. Dengan
karakter kemandirian tersebut mahasiswa dituntutuntuk mengerjakan semua
tanggung jawab dengan usahanya sendiri dan bukan orang lain (Supardi: 2004)

5
d. Kedisiplinan

Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada


peraturan (Sugono: 2008). Dalam mengatur kehidupan kampus baik akademik
maupun sosialmahasiswa perlu hidup disiplin. Hidup disiplin tidak berarti harus
hidup seperti polamiliter di barak militier namun hidup disiplin bagi mahasiswa
adalah dapat mengatur danmengelola waktu yang ada untuk dipergunakan dengan
sebaik-baiknya untukmenyelesaikan tugas baik dalam lingkup akademik maupun
sosial kampus.

e. Tanggung Jawab

Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan wajib


menanggungsegala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan
dan diperkarakan) (Sugono: 2008).

f. Kerja Keras

Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan” menimbulkan


asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja,
pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan,
kelaki-lakian dan pantang mundur.

g. Sederhana

Gaya hidup mahasiswa merupakan hal yang penting dalam interaksi


denganmasyarakat di sekitarnya. Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu
dikembangkan sejakmahasiswa me-ngenyam masa pendidikannya. Dengan gaya
hidup sederhana, setiapmahasiswa dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup
sesuai dengan kemampuannya dandapat memenuhi semua kebutuhannya.

h. Keberanian

Rasa percaya kepada diri sendiri adalah mutlak perlu, karena mahasiswa
harusmemelihara rasa percaya kepada diri sendiri secara terus menerus, supaya
bisamemperkuat sifat-sifat lainnya. Jika mahasiswa percaya kepada diri sendiri,
maka hal iniakan terwujud dalam segala tingkah laku mahasiswa. Seorang
mahasiswa perlumengenali perilakunya, sikap, dan sistem nilai yang membentuk

6
kepribadiannya. Pengetahuan mengenai kepribadian dan kemampuan sendiri perlu
dikaitkan dengan pengetahuan mengenai lingkungan karena mahasiswa senantiasa
berada dalamlingkungan kampus yang merupakan tempat berinteraksi dengan
mahasiswa lainnya. Dilingkungan tersebut mahasiswa akan mendapat sentuhan
kreativitas dan inovasi yangakan menghasilkan nilai tambah dalam masa
perkuliahannya (Sjaifudin: 2002).

i. Keadilan

Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak. Bagi mahasiswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak masa
perkuliahannya agar mahasiswa dapat belajar mempertimbangkan dan mengambil
keputusan secara adil dan benar.

2.4 Upaya Pemberantasan Korupsi dan penangannya.

1. Upaya pemberantas korupsi

Strategi pemberantasan korupsi terdapat 3 (tiga) unsur utama, yaitu:


pencegahan, penindakan, dan peran serta masyarakat. Pencegahan adalah seluruh
upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya perilaku koruptif. Pencegahan
juga sering disebut sebagai kegiatan Anti-korupsi yang sifatnya preventif.
Penindakan adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk menanggulangi atau
memberantasterjadinya tindak pidana korupsi. Penindakan sering juga disebut
sebagai kegiatan KontraKorupsi yang sifatnya represif. Peran serta masyarakat
adalah peran aktif perorangan, organisasikemasyarakatan, atau lembaga swadaya
masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasantindak pidana korupsi. Salah
satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan suatu
GerakanAnti-korupsi di masyarakat. Gerakan ini adalah upaya bersama yang
bertujuan untukmenumbuhkan Budaya Anti Korupsi di masyarakat. Dengan
tumbuhnya budaya anti- korupsi dimasyarakat diharapkan dapat mencegah
munculnya perilaku koruptif. Gerakan Anti Korupsi adalah suatu gerakan jangka
panjang yang harus melibatkan seluruh pemangku kepentinganyang terkait, yaitu
pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah peran
mahasiswasebagai salah satu bagian penting dari masyarakat sangat diharapkan.
7
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, pada dasarnya korupsi itu terjadi jika ada
pertemuan antara tiga faktor utama, yaitu: niat, kesempatan, dan kewenangan.
Niat adalah unsur setiap tindak pidana yang lebih terkait dengan individu
manusia, misalnya perilaku dannilai-nilai yang dianut oleh seseorang. Sedangkan
kesempatan lebih terkait dengan sistem yang ada. Sementara itu, kewenangan
yang dimiliki seseorang akan secara langsung memperkuatkesempatan yang
tersedia. Meskipun muncul niat dan terbuka kesempatan tetapi tidak diikutioleh
kewenangan, maka korupsi tidak akan terjadi. Dengan demikian, korupsi tidak
akan terjadi jika ketiga faktor tersebut, yaitu niat, kesempatan, dan kewenangan
tidak ada dan tidak bertemu. Sehingga upaya memerangi korupsi pada dasarnya
adalah upaya untuk menghilangkan atausetidaknya meminimalkan ketiga faktor
tersebut. Gerakan anti-korupsi pada dasarnya adalah upaya bersama seluruh
komponen bangsauntuk mencegah peluang terjadinya perilaku koruptif. Dengan
kata lain gerakan anti-korupsiadalah suatu gerakan yang memperbaiki perilaku
individu (manusia) dan sistem untuk mencegahterjadinya perilaku koruptif.
Diyakini bahwa upaya perbaikan sistem (sistem hukum dankelembagaan serta
norma) dan perbaikan perilaku manusia (moral dan kesejahteraan) dapat
menghilangkan, atau setidaknya memperkecil peluang bagi berkembangnya
korupsi di negeriini. Upaya perbaikan perilaku manusia antara lain dapat dimulai
dengan menanamkan nilai-nilai yang mendukung terciptanya perilaku anti-
koruptif. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain adalah kejujuran, kepedulian,
kemandirian, kedisiplinan, tanggungjawab, kerja keras, kesederhanaan,
keberanian, dan keadilan. Penanaman nilai-nilai ini kepada masyarakatdilakukan
dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan kebutuhan. Penanaman nilai-nilai
ini juga penting dilakukan kepada mahasiswa. Pendidikan anti- korupsi bagi
mahasiswa dapatdiberikan dalam berbagai bentuk, antara lain kegiatan sosialisasi,
seminar, kampanye atau bentuk-bentuk kegiatan ekstra kurikuler lainnya.
Pendidikan anti korupsi juga dapat diberikandalam bentuk perkuliahan, baik
dalam bentuk mata kuliah wajib maupun pilihan.

2. Penanganan Tindak Korupsi

Penanganan tindak korupsi dilakukan oleh beberapa cara, diantaranya adalah:

8
a) Penyidik. Pada saat ini penyidik tindak pidana korupsi dilakukan baik oleh
Kejaksaan maupun olehPenyidik Polri. Adanya Penyidik Polri dalam
penyidikan tindak pidana korupsi, membingungkan sebagian pakar hokum
pidana bahkan sempat menjadi polemic dalam masmedia.

b) Penyelidikan. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk


mencari dan menemukan peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapatatu tidaknya dilakukan penyidikanmenurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini (Pasal 1 butir 5). Tindak pidana korupsi data awal
diperoleh dari laporan atau pengaduan, antara lain dari:

 Menteri/Irjen/Irwailprop/Irwilkop

 Wakil Presiden melalui PO.BOX-5000

 BPKP

 Aparat Inteljen

 DPRc.

c) Penyidikan (Investigation)Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik


dalam hal dan menurut cara yang diaturdalam undang-undang ini untuk
mencarri serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti inimembuat terang
tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
Penyidikdilakukan oleh para aparat penyidik.

d) Tahap PenuntutanPada tahap penuntutan pada umumnya telah ditunjuk


penuntut umum (PU) dan penuntut umum pengganti.

e) Perubahan atau pembaharuanDalam UU No.3 tahun 1971 dan UU No.31


tahun 1999 maka ada perubahan atau pembaharuan antara lain, sanksi, peranan
jaksa agung, pembuktian terbalik, tersangka atauterdakwa meninggal dunia,
kepentingan pihak ketiga yang beritikad baik, keikutsertaanmasyarakat dan
KPK

2.5 Peranan Mahasiswa dalam Pencegahan Korupsi

9
a. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus

Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa


yaitu menanamkankepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh
melakukan tindakan korupsi walaupun ituhanya tindakan sederhana, misalnya
terlambat datang ke kampus, menitipkan absen kepadateman jika tidak masuk
atau memberikan uang suap kepada para pihak pengurus beasiswa danmacam-
macam tindakan lainnya. Memang hal tersebut kelihatan sepele tetapi
berdampak fatal pada pola pikir dan dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan
bahkan yang lebih parah adalahmenjadi sebuah karakter.

b. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan


korupsi

Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada


masyarakat mengenai bahaya melakukan tindakan korupsi karena pada
nantinya akan mengancam dan merugikankehidupan masyarakat sendiri. Serta
menghimbau agar masyarakat ikut serta dalammenindaklanjuti (berperan
aktif) dalam memberantas tindakan korupsi yang terjadi di sekitarlingkungan
mereka. Selain itu, masyarakat dituntut lebih kritis terhadap kebijakan
pemerintahyang dirasa kurang relevan. Maka masyarakat sadar bahwa korupsi
memang harus dilawan dandimusnahkan dengan mengerahkan kekuatan
secara massif, artinya bukan hanya pemerintah sajamelainakan seluruh lapisan
masyarakat.

c.Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah

Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen


pengontrol dalam pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk
dikontrol dan dikritisi jika dirasakebijakan tersebut tidak memberikan dampak
positif pada keadilan dan kesejahteraan masyarakatdan semakin memperburuk
kondisi masyarakat. Misalnya dengan melakukan demo untuk menekan
pemerintah atau melakukan jajak pendapat untuk memperoleh hasil negosiasi.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Tindak pidana korupsi di Indonesia semakin banyak terjadi dan
memberikan dampak bagi rakyat. Rakyat harus menanggung akibat dari tindak

11
pidana korupsi. Pemiskinan koruptor dianggap sebagai terobosan baru dalam
menindak kasus tindak pidana korupsi. Konsep pemiskinan koruptor dapat
dijalankan dengan perampasan aset hasil tindak pidana korupsi dan
penggantian kerugian yang ditimbulkan akibat tindak pidana korupsi. Konsep
pemiskinan koruptor ini dinilai mampu memberikan efek jera sekaligus
sebagai bentuk mengurangi tindak pidana korupsi.
2. Pemiskinan koruptor di Indonesia belum dilaksanakan secara tegas. Para
penegak hukum yang dalam penelitian ini yaitu jaksa dan hakim tidak
menjalankan sanksi pidana pemiskinan koruptor dalam memberantas tindak
pidana korupsi. Jaksa dalam menjatuhkan tuntutan pidana berpegang teguh
pada undang-undang begitu juga dengan hakim tipikor dalam menjatuhkan
vonis berpegang teguh pada undang-undang. Pelaksanaan sanksi pidana
pemiskinan koruptor hanya dengan perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi yang besarnya disesuaikan dengan kerugian keuangan negara. Hal
tersebut tidak dapat dikatakan memiskinkan koruptor karena hanya aset yang
berasal dari tindak pidana korupsi saja yang dirampas dan belum tentu si
koruptor akan menjadi miskin. Pemiskinan koruptor dilakukan dengan 69
perampasan seluruh benda-benda yang merupakan hasil dari tindak pidana
korupsi dan/atau dengan pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sesuai
dengan kerugian keuangan negara yang diambil dan yang timbul dari tindak
pidana korupsi. Pemiskinan koruptor belum menjadi suatu terobosan hukum
bagi penegak hukum di Indonesia dalam memberantas tindak pidana korupsi.
3.2. Saran
Pemiskinan koruptor memang mendapat sambutan positif dari banyak
kalangan. Namun perlu dipertimbangkan lagi mengenai pelaksanaannya.
Saran yang dapat penulis sumbangkan, yaitu:
1. Perlu adanya rekonseptualisasi mengenai konsep pemiskinan koruptor.
Rekonseptualisasi dengan memberikan arahan yang jelas bagi penegak hukum
mengenai konsep pemiskinan koruptor, sehingga pelaksanaan pemiskinan
koruptor dapat dijalankan sebagai suatu terobosan hukum yang memberikan
efek jera dalam tindak pidana korupsi.
2. Perlu adanya suatu gerakan yang mendorong pelaksanaan pemiskinan
koruptor. Contohnya seperti pendidikan, pemahaman, penjelasan, integritas

12
dari para penegak hukum agar para penegak hukum di Indonesia
melaksanakan sanksi pidana pemiskinan koruptor dalam upaya pembera
ntasan tindak pidana korupsi.

DAFTAR PUSTAKA

Alatas S. H. 1987. Korupsi, Sifat, Sebab dan Fungsi, LP3ES. Jakarta.

13
Andi Hamzah. 2004. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional
2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, edisi keempat, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Indriyanto Seno Adji. S.H., M.H., 2009. Korupsi dan Penegakan Hukum, Media. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai